MATLAB
Dewi Marlita[1], Agung Saputra, ST., MT.[2], Wisnu Broto, ST., MT.[3]
Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Pancasila
dewimarlita@rocketmail.com
ABSTRAK
Sistem Carrier in Carrier mampu menghemat bandwidth transponder dengan melewatkan dua carrier
(frekuensi pembawa) secara bersama-sama menempati spektrum frekuensi yang sama. Untuk memperoleh hasil
yang maksimal maka perlu diperhatikan prinsip management transponder yang berdampak pada utilisasi
bandwidth dan power yang harus seimbang. Penelitian ini menggunakan software simulasi yang akan dibangun
dengan memanfaatkan GUI (Guide User Interface) pada MATLAB untuk melakukan perhitungan link budget.
Dengan melakukan studi kasus terhadap salah satu link yaitu link VSAT ATM Bank Danamon Condet
Jatiluhur, maka penulis akan mencoba untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan modem CnC tersebut.
Dengan variabel terkait yaitu diameter antena, variasi teknik modulasi (BPSK, QPSK, dan 8PSK),dan dengan
variasi teknik pengkodean (FEC 0.5, FEC 0.75, dan FEC 0.875). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan
modem CnC diperoleh hasil penghematan bandwidth secara maksimal yaitu 50% pada kondisi link bandwidth
limited. Sedangkan pada kondisi power limited, penggunaan modem CnC kurang berpengaruh terhadap optimasi
penggunaan transponder.
Kata kunci: carrier in carrier, VSAT, optimasi transponder, modulasi, bandwidth, GUI, MATLAB.
ABSTRACT
Carrier in Carrier System able to save transponder bandwidth by passing two carrier (carrier frequency)
jointly occupy the same frequency spectrum. To obtain maximum results it is necessary to concern transponder
management principles that have an impact on bandwidth utilization and power that must be balanced. This
study uses simulation software to be built by utilizing a GUI (User Interface Guide) in MATLAB to perform link
budget calculation. By conducting a case study on one of the links that the Bank ATM VSAT link Condet Jatilahur, the authors will try to analyze the level of efficiency of use of the CnC modem. Variables associated
with the antenna diameter, the variation of modulation techniques (BPSK, QPSK, and 8PSK), and the variation
of coding techniques (FEC 0.5, 0.75 FEC, and the FEC 0875). The results showed the use of modem CnC
obtained results to the maximum bandwidth savings of 50% and a minimum of 24.99% on the condition of the
link bandwidth is limited to QPSK 3/4 modulation. While the link to the case study to achieve optimum use of
remote antenna 0.89 meters and BPSK 3/4 modulation..
Key word: carrier in carrier, VSAT, transponder optimation, modulation, bandwidth, GUI, MATLAB.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem komunikasi satelit merupakan
teknologi
yang
sangat
cocok
untuk
diimplementasikan di Indonesia yang memiliki
kondisi geografi yang berupa kepulauan.
Berbagai
aplikasi
komunikasi
dapat
diakomodasi dengan baik oleh sistem
komunikasi satelit. Agar sistem komunikasi
satelit ini handal, efisien dan efektif maka
manajemen frekuensi dan operasi pengendalian
satelit harus dilakukan dengan baik.
Satelit sebagai stasiun pengulang di
angkasa, sudah tidak dapat dimodifikasi
kembali
setelah
peluncurann.
Maka
penggunaan frekuensi transponder harus
seefisien mungkin. Untuk itu beberapa
DASAR TEORI
Very Small Aperture Terminal (VSAT)
adalah antena satelit kecil yang menyediakan
sarana komunikasi yang handal untuk
kebutuhan data, suara maupun fax atau gambar
dari satu titik ke titik lainnya di cakupan
geografis satelit. Sebuah terminal dengan
antena kecil yang digunakan untuk menerima
atau mengirim transmisi ke atau dari satelit ini
disebut kecil karena biasanya memiliki dimensi
antara 0.55 m 1.2 m, yang masih dapat
diletakkan di atap, dinding atau diatas tanah.[7]
2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT
Jaringan VSAT pada prinsipnya terdiri
dari sebuah stasiun pengendali utama yang
disebut stasiun hub dan stasiun remote
sederhana. Hubungan komunikasi berlangsung
Stasiun Hub
Stasiun
hub
merupakan
stasiun
pengontrol utama untuk jaringan VSAT, terdiri
dari stasiun pengatur dengan daya keluaran
besar dan diameter antena (8 -12 m), stasiun
switching antar terminal VSAT, serta repeater.
Pemakaian antena berdiameter besar bertujuan
untuk memperbesar penguatan, selain itu juga
agar berkas pancarannya sempit sehingga
mengurangi interferensi dengan satelit lain di
orbit geosinkron. Secara umum fungsi stasiun
hub adalah sebagai berikut:[3]
1. Mengatur kinerja dan hubungan komunikasi
jaringan VSAT secara keseluruhan.
2. Memproses sinyal yang diterima dari satelit
dengan membangkitkan kembali sinyal
inroute dari stasiun remote asal dan
mentransmisikan kembali sinyal outroute
tersebut ke stasiun tujuan setelah dikuatkan.
3. Mengatur switching dan routing antar
VSAT dalam jaringan, serta interkoneksi
VSAT dengan jaringan komunikasi lainnya.
2.1.2
Stasiun Remote
Stasiun remote merupakan terminal
pada jaringan VSAT. Terdiri dari stasiun bumi
sederhana dengan diameter antenna kecil dan
daya keluaran rendah (kurang dari 10 watt).
Setiap stasiun remote dihubungkan dengan
terminal suara/data lokal. Setiap terminal (user)
dapat berhubungan dengan terminal lainnya
dalam satu remote atau dengan terminal remote
lainnya atau dengan jaringan lainnya.
Sebuah
remote
VSAT memiliki
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Outdoor Unit (ODU)
a. Antena
Antena berfungsi untuk memancarkan
dan menerima gelombang radio RF. Antena
yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu
sebuah solid dish antenna yang memiliki
bentuk parabola. Bagian antena terdiri atas
reflektor, feedhorn, dan penyangga.
b. Low Noise Block (LNB)
(a)
(b)
Gambar 2.4 Perbandingan posisi dua buah
carrier antara sistem konvesional (a) dan
sistem CnC (b)
E=tan
cos
Re
Re + H
1cos2
( derajat )
(2.1)
A '=tan 1
[ ]
tan L
(derajat )
sin l
(2.2)
2.4 Parameter Link Budget
Link budget adalah kegiatan menghitung
dari rencana power yang akan dipancarkan ke
satelit dari stasiun bumi untuk mendapatkan
suatu nilai (C/N)total dari suatu link. Dalam
perhitungan link budget ini besarnya power
yang dipancarkan akan tergantung dari: jenis
carrier, ukuran antena penerima, karakteristik
satelit, lokasi stasiun bumi dan servis yang
diharapkan. Dalam mendesain link budget
harus diusahakan supaya penggunaan satelit
dapat optimal. Yang dimaksud optimal adalah
persentase dari penggunaan banwidth dan
power satelit adalah sama.[5]
2.4.1 Antena Stasiun Bumi
Beberapa hal yang dihitung pada antena
sebuah stasiun bumi, yaitu: sudut azimuth,
sudut elevasi dan slant range.
2.4.1.1 Azimuth dan Elevasi
Suatu posisi antenna stasiun bumi dapat
diselesaikan dengan menggunakan sudut
Azimuth (A) dan sudut Elevasi (E) berdasarkan
data posisi lintang (i) dan posisi bujur (L)
stasiun bumi serta bujur satelit (s).
Sudut Azimuth didefinisikan sebagai
sudut yang diukur searah jarum jam dari posisi
utara memotong bidang horizontal dan bidang
vertikal yaitu melewati stasiun bumi, satelit,
dan pusat bumi. Besarnya sudut Azimuth
adalah berkisar antara 00 sampai 3600,
tergantung pada lokasi stasiun bumi. Sudut
Azimuth (A) diberikan sebagai berikut:[5]
1. Belahan bumi utara
Stasiun bumi terletak di barat satelit: A = 1800
A (derajat)
Stasiun bumi terletak di timur satelit: A = 1800
+ A (derajat)
2. Belahan bumi selatan
dimana:
L = derajat bujur (stasiun bumi) derajat bujur
(satelit) (derajat)
= derajat lintang (stasiun bumi) (derajat)
=
H = jarak bumi ke satelit (km) = 36000 km
Re = jari-jari bumi (km) = 6378 km
2.4.1.2 Slant Range
Selain sudut coverage, sistem link satelit lain
yang penting dan tidak boleh diabaikan adalah
slant range dari stasiun bumi ke satelit.
Dimana range ini merupakan jarak dari suatu
stasiun bumi ke satelit. Rumus perhitungan
slant range (d) dapat dijelaskan sebagai
berikut:[5]
d= ( R e + H ) + Re 2 Re ( R e + H ) sin E+sin
(km)
(2.3)
2.4.2
Gain Antena
Gain atau penguatan adalah perbandingan
antara daya pancar suatu antena terhadap
antena referensinya dalam hal ini antenna
isotropik. Persamaan untuk antena parabolic
adalah sebagai berikut:[5]
G = 20.45 + 20 log f +20 log D +10 log (dBi)
(2.4)
dimana: = efisiensi antenna
f = frekuensi (GHz)
D = diameter antena (m)
2.4.3
Interferensi
Interferensi merupakan energi frekuensi radio
yang tidak diinginkan yang berasal dari sumber
Re
Re
2.4.5
Figure of Merit (G/T)
G/T satelit yang dilambangkan dengan (G/T)SL
sudah disertakan pada karakteristik satelit yang
bersangkutan. G/T stasiun bumi yang
dilambangkan dengan (G/T)ES biasanya
digunakan untuk menunjukkan performansi
antena stasiun bumi dan LNA dalam hubungan
sensitifitas carrier down link yang diterima dari
satelit. Parameter G merupakan gain antena
penerima yang menunjukkan input LNA,
sedangkan parameter T didefinisikan sebagai
suhu derau perangkat sistem stasiun bumi yang
juga merupakan input LNA.
Persamaan T dirumuskan sebagai berikut:[5]
Ta
T
+ T a a +T e R x
Latt
Latt
( )(
T=
(K)
(2.10)
T
1
T a= sky +T m 1
+T G (K)
A rain
A rain
(2.11)
dimana: Tm = 275 K
Tsky dilihat pada lampiran A-1
TG =
290 K jika E < -100
150 K jika -100 < E < 00
50 K jika 00 < E < 100
10 K jika 100 < E < 900
TF = 2900
TeRx = temperature noise perangkat asumsi: 40
K
Nilai T yang didapat digunakan
untuk
menghitung (G/T)ES sebagai berikut:[5]
(G/T)ES = (GRx (LR + Latt)) 10 log (T) (dB/K)
(2.12)
dimana: LT,R = redaman salah sorot antenna
transmitter atau receiver yang dirumuskan:[4]
LT , R =12
dimana:
0.1
3 dB
( )
3 dB=70
(dB)
(2.13)
2.4.6
Ls =
( h R hs )
sin E
(km)
(2.20)
Untuk E 50,
Ls =
3.
4.
5.
6.
2 ( h Rhs )
2 ( h Rhs ) 12
sin E+
+sin E
Re
(km)
(2.21)
Jika hR - hs 0, hasil perhitungan redaman
hujan untuk berbagai macam availability
= 0 dan langkah berikutnya tidak
diperlukan lagi.
Menghitung panjang proyeksi lintasan
hujan arah horizontal LG:
LG = Ls cos E (km) (2.22)
Menentukan intensitas hujan R0.01 untuk
availability 99.99% (dilihat pada lampiran
A-2). R0.01 = 0, hasil perhitungan redaman
hujan untuk berbagai macam availability
= 0 dan langkah berikutnya tidak
diperlukan lagi.
Mencari
redaman
spesifik
R
menggunakan koefisien yang bergantung
pada frekuensi :
r 0.01=
1+0.78
7.
LGR
0.38 ( 1e2 L )
f
(2.24)
Menghitung faktor pengaturan vertikal
v0.01 untuk persen waktu 0.01%:
hR h
LG r
(derajat)
=tan 1
0.01
LR =
Untuk > E ,
(km)
LG r 0.01
cos E
R h s
(km)
L R=
x=36l
Selain itu,
( CN )
total
(dB)
1
1+ sin E
(
)
31 ( ie ( E 1 +x ) )
LRR
(2.25)
8.
1
C
N
C
+
N
( ) ( )
up
down
C
+
I
(2.32)
C
Eb
=(
(
)
0.45N
) No )
req
req
+10 log
N
( 1+
)
(dB)
(2.33)
Nilai (Eb/No)req (dB) diperoleh dari harga
BERreq sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan pada jaringan VSAT.
dimana: Eb/No = perbandingan energi tiap bit
terhadap noise temperature
N = kecepatan symbol modulasi
= Roll of factor
( )
Eb C
=
No N
( )
total
( )
x=0
v 0.01=
=10 log
(2.34)
Dimana:
BWall = Bandwidth allocation (Hz)
Rb = bit rate informasi (bps)
2.4.15 Bit Error Rate (BER)
BER adalah merupakan perbandingan dengan
nilai jumlah bit yang diterima secara tidak
benar dengan nilai jumlah bit informasi yang
ditransmisikan pada selang waktu tertentu.
Parameter BER adalah merupakan parameter
BER =
Eb
No
( )
Eb
No
( )
(2.35)
BW oc=
Rb 1+
FEC N
( )
PERANCANGAN SOFTWARE
SIMULASI LINK BUDGET VSAT
CNC
Simulasi link budget VSAT CnC
menggunakan
MATLAB,
merupakan
perancangan software yang dapat melakukan
perhitungan link budget untuk jaringan VSAT
CnC dengan memanfaatkan GUI (Guide User
Interface) MATLAB.
Dalam membangun software simulasi link
budget VSAT CnC, diperlukan beberapa
kebutuhan fungsional dari software yang akan
dibangun, antara lain adalah:
1. Software dapat melakukan perhitungan
untuk semua parameter link budget VSAT
CnC.
2. Software
dapat
menampilkan
hasil
perhitungan link budget.
3. Software dapat melakukan pengujian
kelayakan jaringan VSAT CnC yang akan
dibangun
3.1 Konfogurasi Jaringan
Gambar
3.1
secara
sederhana
menggambarkan konfigurasi jaringan VSAT
berbasis CnC.
(Hz) (2.35)
dimana:
Rb = bit rate informasi
FEC = Forward Error Correction
Sementara untuk perhitungan bandwidth
allocation adalah sebagai berikut:
BW all=1.2 BW oc (Hz) (2.36)
Maka % penggunaan bandwidth pada sebuah
transponder dapat ditulis:
penggunaan bandwidth=
BW allocation
100
BW transponder
(2.37)
dimana: 1 tansponder = 36 MHz
Untuk menghitung % penggunaan power pada
sebuah transponder dapat ditulis:
penggunaan power=
EIRP SL
100
EIRPsat
(2.38)
Kondisi optimum penggunaan transponder
terjadi ketika penggunaan daya dan bandwidth
seimbang. Kondisi tidak optimum dapat
dioptimumkan dengan cara merubah parameter
stasiun bumi atau parameter carrier atau SFD
c.
2.
a.
3.2.1.1.2
Parameter Output
Parameter Output merupakan hasil
perhitungan link budget yang meliputi
1. Parameter Hasil Uplink
a. EIRP
Daya keluaran perangkat pemancar stasiun
bumi yang ditransmisikan secara isotropik.
b. C/N uplink
Perbandingan antaran carrier per noise pada
posisi uplink
c. Eb/No
Perbandingan antara energi bit per noise
uplink
d. FSL Uplink
Redaman ruang bebas pada posisi uplink
e. Loss Attenuator
Redaman yang disebabkan oleh perangkat
pada stasiun bumi posisi uplink
f. Loss Dispointing
Redaman salah sorot pada posisi uplink
2. Parameter Hasil Downlink
a. EIRP
Daya keluaran perangkat pemancar satelit
yang ditransmisikan secara isotropik.
b. C/N downlink
Perbandingan carrier dan noise pada posisi
downlink
c. FSL downlink
Redaman ruang bebas pada posisi downlink
d. Loss Attenuator
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
a.
b.
Parameter Satelit
EIRP saturation
Daya pancar perangkat satelit pada posisi
saturasi
G/T Saturation
Gain (penguatan) per Thermal (temperatur
noise antena) pada satelit pada posisi
saturasi
SFD saturaion
Rapat daya maksimum yang diterima oleh
antena satelit dari stasiun bumi
PAD
Redaman transponder
IBO
Penempatan titik kerja dibawah titik kerja
saturasi pada satelit
OBO
Penempatan titik kerja dibawah titik kerja
saturasi pada satelit
Posisi
Posisi bujur satelit
Parameter Uplink
Frekuensi Uplink
Nilai frekuensi yang digunakan untuk
uplink
Diameter Antena
Diameter antena stasiun bumi pada posisi
uplink
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Effisiensi Antena
Parameter yang diambil untuk menghitung
besarnya rugi-rugi yang pada terminal
antena dan dari struktur antena
BUC Power
Gain yang dihasilkan oleh perangkat BUC
Posisi Bujur
Posisi bujur stasiun bumi pada posisi uplink
Posisi Lintang
Posisi lintang stasiun bumi pada posisi
downlink
Parameter Downlink
Frekuensi Downlink
Nilai frekuensi yang digunakan untuk
downlink
Diameter Antena
Nilai diameter antena stasiun bumi pada
posisi downlink
Effisiensi Antena
Parameter yang diambil untuk menghitung
besarnya rugi-rugi yang pada terminal
antena dan dari struktur antena
Posisi Bujur
Posisi bujur stasiun bumi pada posisi
downlink
Posisi Lintang
Posisi lintang stasiun bumi pada posisi
uplink
e.
f.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.
Redaman
yang
disebabkan
karena
perangkat
Loss Dispointing
Redaman salah sorot yang diseba
C/N total
Penjumlahan logaritmis antara C/N uplink
dengan C/N downlink
Parameter Posisi
Azimuth
Sudut yang diukur searah jarum jam dari
posisi utara memotong bidang horizontal
dan bidang vertikal yaitu melewati stasiun
bumi, satelit, dan pusat bumi.
Elevasi
Sudut yang dihasilkan dengan memotong
bidang horizontal dan bidang vertikal
dengan garis pandang antara stasiun bumi
dan satelit.
Slant Range
Jarak antara stasiun bumi dengan satelit.
Parameter Bandwidth
Bandwidth Occupied
Bandwidth yang dibuthkan per carrier
Bandwidth Allocation
Bandwidth yang dialokasikan pada
transponder
C/N requirement
Perbandingan sinyal dan noise yang
dibutuhkan
Parameter Persentasi Bandwidth dan Power
Persentase Bandwidth
Perbandingan persen pemakaian bandwidth
transponder
Persentase Power
Perbandingan persen pemakaian power
pada transponder
Perancangan Tampilan
Dari perancangan proses dapat diketahui
bahwa terdapat 11 kelompok parameter,
sehingga membutuhkan 12 panel, 11 panel
untuk 11 kelompok parameter input dan output
dan 1 panel untuk pengujian kelayakan
jaringan.
Tabel 3.1 menunjukkan komponen yang
dibutuhkan untuk membuat tampilan dari
software simulasi link budget.
Tabel 3.1 Komponen Tampilan
Jenis Komponen
Jumlah
Static Text
83
Edit Text
45
Popup menu
7
Push button
4
Panel
12
3.3 Kebutuhan
Perangkat
Pembuatan
Program
3.3.1
Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan sistem ditentukan agar dapat
merancang sebuah sistem yang sesuai dengan
kebutuhan. Dalam analisa perancangan
perangkat keras ini, aplikasi dibuat memiliki
kebutuhan sebagai berikut :
1. Processor Intel Core 2 Duo.
2. RAM 2 GB.
3.
A ' =62.14
A=360 62.15=297.85
Harddisk 160 GB
3.3.2
Rb 1+
FEC N
64 1+0.2
=153.6 kHz
0.5
1
( )
)
BW oc=
2.
3.
N
( 1+
)
C
1
req=12+10 log (
=11.2082 dB
N
1+0.2 )
req
4.
+10 log
req
E=tan
cos
Re
Re + H
1cos2
E=74.7268
A '=tan 1
[ ]
tan L
(derajat )
sin l
Re
Re
d=35977,8 km
5.
Loss Attenuator
Latt= loss feeder + loss konektor + loss
duplexer + loss filter
Loss Dispointing
2
0.1
LT , R =12
3 dB
( )
LT , R =12
7.
0.1 2
=0.016175 dB
2.895
3.01029+35.97261.40.016175=37.5667 dBW
8.
32.45+91.12+76.16=199.728 dB
9.
C
=37.58( 199.73+1.4+0.01433 ) +1(228.6
Nup
10. Menghitung EIRP downlink
EIRPSL = EIRPSL sat OBOCRX
BW al =1.2 BW OC
( CN ) =( NoEb )
d= ( R e + H ) + Re 22 Re ( R e + H ) sin E+sin1
PFD=EIRPESFSLdn LT Lrain+ G1
37.5667199.7280.0161753+ 37=128.1776 d
IBO CRX =SFD sat PFD
104.6(128.1776 )=23.5776 dB
OBOCRX =IBO CRX ( IBOOBO )
23.5776( 64 ) =21.5776 dB
Sehingga, EIRPSL adalah
( derajat )
E=tan
cos
E=75.33
Re
Re + H
1cos2
( derajat )
A '=tan 1
C
=18.2224( 195.04 +1.4+0.309+3 )+ 23
N down
[ ]
tan L
(derajat )
sin l
A ' =43.67
A=360 43.67 =316.33
( CN )
=10 log
1
C
N down
up
Re cos E
C
1
R e + H =10 log
=13.49
1
1
N total
(41.1757) +(49.0296)
total
d= ( R e + H ) + Re 22 Re ( R e + H ) sin E+sin1
d=35962.97 km
{ ( ) }]
C
N
( ) ( )
penggunaan bandwidth=
100 =0.512
36e3
12. Menghitung Loss Attenuator
EIRPSL ( watt)
100
EIRPsat ( watt)
66.615
penggunaan power=
100 =0.6954
9549.93
penggunaan power=
LR =12
0.1
3 dB
BW allocation
100
BW transponder
LR =12
( )
0.1 2
=0.309123 dB
0.62
( )
.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil perhitungan
menggunakan software simulasi link budget:
Ta
T
+ T a a +T e R x
Latt
Latt
Tabel 4.2 Hasil simulasi dengan sofware
simulasi
link budget
T sky
1
T a=
+T m 1
+T G
INPUT PARAMETER
A rain
A rain
CARRIER PARAMETER
SATELLITE PARAMETER
Type
Value
Unit
Type
Value
Unit
150
1
64
Kbps
EIRPSL
39.8
dBW
T a=
+275 1 +10=243.33 KInformati
on Rate
saturation
3
3
FEC
0.5
G/TSL
1
243.33
243.33
saturation
T=
+ 243.33
+ 40=283.32
K
Modulati
BPSK
SFDSL
-104.6
dBW/m
1.4
1.4
on
saturation
Roll of 0.2
PAD
14
dB
GRX =20.45+20 log f +20 log D+ 10 log
Factor
GRX =20.45+20 log3.745+20 log9+10
dB
BERlog0.8=50.03
1.00 E
IBO
6
( )(
T=
( )
)(
requirem
ent
Eb/No
requirem
ent
-8
12
dB
G
=50.03( 0.309+ 1.4 )10 log283.32=23.801dB
/K
UPLINK PARAMETER
T ES
Type
Value
Unit
Frekuens
i
Diameter
Antena
Efisiensi
6.425
GHz
1.2
0.6
OBO
Longitude
118
E
DOWNLINK PARAMETER
Type
Value
Unit
Frekuensi
3.745
GHz
Diameter
Antena
Efisiensi
9
0.8
Antena
BUC
Power
Longitud
e
Latitude
Antena
2
Watt
106.52
6.16
Longitude
107.24
Latitude
6.31
OUTPUT PARAMETER
UPLINK RESULT
DOWNLINK RESULT
Type
Value
Unit
Type
Value
EIRP
37.58
dB
EIRP
18.2224
C/N
41.158
dB
C/N
52.0162
5
Eb/No
18.206
Db
FSL
195.036
9
FSL
199.72
dB
Loss
1.40
8
Attenuator
Loss
1.40
dB
Loss
0.309
Attenuat
Dispointing
or
Loss
0.0161
dB
C/N Total
13.613
Dispointi
75
ng
BW_occ
153.6
kHz
BW_all
184.32
o
Elevasi
74.73
Azimuth
297.85
Slant
35977.
Km
C/N req
11.21
Range
80
%Bandw
0.52
%
%Power
0.6954
idth
Manual
Software
Selisih
153,6000
153.6
184,3200
184.32
11,2082
11.21
Elevasi
74,7268
74,7268
Azimuth
Slant
Range
Loss
Attenuator
Loss
Dispointing
EIRP
uplink
297,8500
35977,8000
297,8500
35977,800
0
1,4000
1,4000
0,0162
0,0162
37,5667
37,5667
FSL uplink
199,7280
199,7280
C/N uplink
EIRP
downlink
FSL
41,1585
41,1585
18,2224
195,0360
18,2224
195,0360
0
0
downlink
Loss
Attenuator
Loss
Dispointing
C/N
downlink
C/N Total
%
Bandwidth
% Power
1,4000
1,4000
0,3091
0,3091
49,0162
13,4971
0,5120
0,5120
0,6954
0,6954
49,0162
134971,000
0
memperhatikan
pengaruh
2.72Setelah
3
perubahan diameter antena, modulasi dan FEC
2.5
terhadap kualitas jaringan, akan dilakukan
1.55
2
simulasi optimasi link dengan mengacu pada
1.5
hasil analisa sebelumnya.
0.69
Persentase (%) 10.510.510.51
0.510.510.51Dari Tabel 4.8 dapat dilihat keseimbangan
0.38
0.27
0.50.15
persentasi bandwidth dan power, sehingga
0
jaringan dapat dikatakan baik. Jadi, link VSAT
ATM Danamon Jatiluhur yang mengharapkan
BER 10-8 akan optimal apabila menggunakan
diameter antena remote 0.89 meter, modulasi
Diameter Antena (m)
BPSK dan FEC . Karena pada kombinasi
parameter ini C/N, Eb/No, dan BER juga
Gambar 4.3 Grafik Perubahan Persentase
menunjukkan hasil yang baik, yaitu lebih besar
Bandwidth dan Persentase Power terhadap
dari pada nilai yang diinginkan.
Perubahan Diameter Antena
Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa
C/N, Eb/No, dan BER memenuhi syarat,
4.5.2
Penggunaan Variasi Modulasi dan
artinya nilai C/N lebih besar daripada C/N
FEC
requirement, Eb/No lebih besar daripada Eb/No
Penggunaan variasi modulasi akan
requirement, dan nilai BER lebih kecil daripada
mempengaruhi besarnya daya yang digunakan
BER requirement.
dan besarnya bandwidth yang akan menempati
transponder.
Demikian
pula
dengan
4.6 Pengaruh Teknik Carrier In Carrier
penggunaan variasi FEC, nilainya akan
Untuk melihat pengaruh teknik Carrier in
mempengaruhi besarnya bandwidth. Tabel 4.6
Carrier, simulasi harus dilakukan dua arah, dari
menunjukkan pengaruh penggunaan variasi
remote ke hub dan dari hub ke remote. Data
modulasi dan FEC terhadap persentase
informasi remote dan hub yang digunakan
bandwidth dan power.
dalam simulasi adalah data input pada
Hasil optimasi bandwidth dari teknik
CnC,
yang
menghasilkan penghematan 50%,
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.8
untuk data rate 64 kbps dan dengan
0.60.51
penggunaan modulasi yang sama. Sedangkan
0.34
0.29
0.4apabila
0.26dibandingkan dengan tenik modulasi
yang 0.17
dapat
0.17 menghasilkan bandwidth lebih
0.14
0.11
0.09
0.2
kecil,
penghematan
yang terjadi akan semakin
Persentase Bandwidth (%)
kecil.
0
Hasil optimasi bandwidth yang masih
dapat diperoleh dengan penggunaan teknik
CnC. Sistem konvensional menggunakan
modulasi 8PSK yang menghasilkan bandwidth
lebih kecil daripada modulasi QPSK yang
Modulasi
dan FEC
diterapkan
pada sistem CnC. Namun sistem
CnC masih dapat melakukan penghematan
Gambar
4.4
Pengaruh
Perubahan
bandwidth sebesar 24,99 %.
Modulasi dan FEC terhadap Persentase
Bandwidth dan Persentase Power
Gambar
4.3
menunjukkan
grafik
5. KESIMPULAN
perubahan persentase bandwidth terhadap
5.1 Kesimpulan
penggunaan variasi modulasi dan FEC.
Dari analisa hasil perancangan, penulis
Persentase bandwidth semakin kecil seiring
dapat mengambil kesimpulan bahwa:
dengan penggunaan modulasi dengan indeks
1. Software simulasi yang dirancang mampu
modulasi yang besar, dan FEC yang besar.
melakukan perhitungan link budget
Sementara persentase power tidak berpengaruh
dengan teliti dan dapat melakukan uji
terhadap penggunaan variasi modulasi dan
kelayakan terhadap jaringan yang
FEC. Sehingga dari grafik dapat dilihat bahwa
disimulasikan, dengan membandingan
nilai persentase bandwidth dan persentase
nilai dari parameter-parameter C/N,
power yang paling mendekati adalah pada
Eb/No, BER.
penggunaan modulasi BPSK dengan FEC 1/2.
2. Kombinasi ukuran antena, modulasi dan
4.5.3
Hasil Simulasi
FEC yang tepat untuk link ATM Bank
Danamon Condet - Jatiluhur adalah
3.
[3]
[4]
[5]
PUSTAKA
[1]
Advance Communication Solution,
CDM-Qx/QxL Satellite Modem with
DoubleTalkTM
Carrier-in-Carrier,
Comtech EF Data, November 2007.
[2]
Ardianto
Dhoni,
Perancangan
Jaringan VSAT IP Menggunakan
Frekuensi Ku-Band Pada Satelit
Palapa di Indonesia, ITTelkom, 2013.
Recommendation ITU-R p.839-3.
2005. Rain Height Model for
Prediction Methods. Geneva: ITU.
[6]
[7]
Recommendation
ITU-R
p.1511.
2001.Topography for Earth to Space
Propagation Modelling. Geneva: ITU.
Hutomo
Bambang,
Pusat
Pengembangan Bahan Ajar-UMB,
Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Jonathan Gideon, Diktat Kuliah
Rekayasa Transmisi, Bandung: STT
Telkom, 2003.
Purwanto Budi, Modul Pelatihan ASSI
Link Budget, Bogor, 2011.
Purwanto
Budi,
Transponder
Management,
Asosiasi
Satelit
Indonesia, Bogor, 2011.
Wibowo Mardiono, Sumardiyanta,
Widodo
Sulung
Imam,
VSAT
Fundamental, 2012, 28.