Anda di halaman 1dari 15

SIMULASI LINK BUDGET PADA VSAT CARRIER IN CARRIER MENGGUNAKAN

MATLAB
Dewi Marlita[1], Agung Saputra, ST., MT.[2], Wisnu Broto, ST., MT.[3]
Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Pancasila
dewimarlita@rocketmail.com
ABSTRAK
Sistem Carrier in Carrier mampu menghemat bandwidth transponder dengan melewatkan dua carrier
(frekuensi pembawa) secara bersama-sama menempati spektrum frekuensi yang sama. Untuk memperoleh hasil
yang maksimal maka perlu diperhatikan prinsip management transponder yang berdampak pada utilisasi
bandwidth dan power yang harus seimbang. Penelitian ini menggunakan software simulasi yang akan dibangun
dengan memanfaatkan GUI (Guide User Interface) pada MATLAB untuk melakukan perhitungan link budget.
Dengan melakukan studi kasus terhadap salah satu link yaitu link VSAT ATM Bank Danamon Condet
Jatiluhur, maka penulis akan mencoba untuk menganalisa tingkat efisiensi penggunaan modem CnC tersebut.
Dengan variabel terkait yaitu diameter antena, variasi teknik modulasi (BPSK, QPSK, dan 8PSK),dan dengan
variasi teknik pengkodean (FEC 0.5, FEC 0.75, dan FEC 0.875). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan
modem CnC diperoleh hasil penghematan bandwidth secara maksimal yaitu 50% pada kondisi link bandwidth
limited. Sedangkan pada kondisi power limited, penggunaan modem CnC kurang berpengaruh terhadap optimasi
penggunaan transponder.
Kata kunci: carrier in carrier, VSAT, optimasi transponder, modulasi, bandwidth, GUI, MATLAB.
ABSTRACT
Carrier in Carrier System able to save transponder bandwidth by passing two carrier (carrier frequency)
jointly occupy the same frequency spectrum. To obtain maximum results it is necessary to concern transponder
management principles that have an impact on bandwidth utilization and power that must be balanced. This
study uses simulation software to be built by utilizing a GUI (User Interface Guide) in MATLAB to perform link
budget calculation. By conducting a case study on one of the links that the Bank ATM VSAT link Condet Jatilahur, the authors will try to analyze the level of efficiency of use of the CnC modem. Variables associated
with the antenna diameter, the variation of modulation techniques (BPSK, QPSK, and 8PSK), and the variation
of coding techniques (FEC 0.5, 0.75 FEC, and the FEC 0875). The results showed the use of modem CnC
obtained results to the maximum bandwidth savings of 50% and a minimum of 24.99% on the condition of the
link bandwidth is limited to QPSK 3/4 modulation. While the link to the case study to achieve optimum use of
remote antenna 0.89 meters and BPSK 3/4 modulation..
Key word: carrier in carrier, VSAT, transponder optimation, modulation, bandwidth, GUI, MATLAB.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem komunikasi satelit merupakan
teknologi
yang
sangat
cocok
untuk
diimplementasikan di Indonesia yang memiliki
kondisi geografi yang berupa kepulauan.
Berbagai
aplikasi
komunikasi
dapat
diakomodasi dengan baik oleh sistem
komunikasi satelit. Agar sistem komunikasi
satelit ini handal, efisien dan efektif maka
manajemen frekuensi dan operasi pengendalian
satelit harus dilakukan dengan baik.
Satelit sebagai stasiun pengulang di
angkasa, sudah tidak dapat dimodifikasi
kembali
setelah
peluncurann.
Maka
penggunaan frekuensi transponder harus
seefisien mungkin. Untuk itu beberapa

4. Mahasiswa Teknik Telekomunikasi Universitas Pancasila


5. Dosen Pembimbing I Universitas Pancasila
6. Dosen Pembimbing II Universitas Pancasila

penelitian telah dilakukan. Salah satu nya


adalah dengan teknik carrier in carrier.
Teknik carrier in carrier memungkinkan
penempatan dua carrier frekuensi pada
spektrum frekuensi yang sama secara
bersamaan, diharapkan dapat menghemat
pengg unakan frekuensi transponder pada
satelit. Selain itu penggunaan teknik carrier in
carrier tidak memerlukan power yang besar,
sehingga dapat mengurangi ukuran BUC
(Block Up Converter)/HPA (High Power
Amplifier) sebagai penguat, dan dapat
mengurangi ukuran antena.
Ukuran antena dan amplifier yang lebih
kecil, menjadikan teknik CnC cocok apabila
diimplementasikan pada jaringan VSAT (Very

Small Aperture Terminal). Karena hadirnya


jaringan VSAT adalah untuk memenuhi
kebutuhan akan sistem komunikasi satelit pada
kondisi yang lebih fleksibel, artinya yang lebih
mudah dalam proses instalasi dan tidak
membutuhkan space yang besar, sehingga
VSAT sendiri merupakan terminal stasiun bumi
kecil.
Namun, untuk memperoleh kualitas
jaringan yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan pada perancangan jaringan
VSAT, antara lain besarnya power yang
ditransmisikan dari remote VSAT menuju
satelit, pemakaian power dan bandwidth pada
transponder, serta pengalokasian link margin
yang cukup untuk mengantisipasi dampak
propagasi.
Sehingga
dapat
ditentukan
perangkat yang akan digunakan pada jaringan
yang akan dibangun. Sementara untuk
implementasi teknik CnC pada jaringan VSAT,
menurut COMTECH sebagai pengembang
modem CnC, ada empat kemungkinan optimasi
yang dapat dicapai. Empat kemungkinan
optimasi tersebut antara lain optimasi
bandwidth dan peningkatan availability,
optimasi
bandwidth,
optimasi
ukuran
perangkat.
Untuk itu pada skripsi ini akan dirancang
sebuah software perhitungan link budget VSAT
CnC. Sehingga dapat dirancang jaringan VSAT
CnC yang memiliki performa baik dengan
beberapa kemungkinan optimasi diatas.
Kemungkinan optimasi tersebut dapat dicapai
dengan merubah kombinasi parameterparameter seperti teknik modulasi dan teknik
pengkodean yang tepat. Sedangkan menurut
Asosiasi Satelit Indonesia, performa jaringan
yang baik dilihat dari nilai paremeter-parameter
seperti Carrier to Noise (C/N), Energy bit per
Noise (Eb/No), dan Bit Error Rate (BER).
Sementara untuk membuat software link
budget akan menggunakan MATLAB R2008a.
2.

DASAR TEORI
Very Small Aperture Terminal (VSAT)
adalah antena satelit kecil yang menyediakan
sarana komunikasi yang handal untuk
kebutuhan data, suara maupun fax atau gambar
dari satu titik ke titik lainnya di cakupan
geografis satelit. Sebuah terminal dengan
antena kecil yang digunakan untuk menerima
atau mengirim transmisi ke atau dari satelit ini
disebut kecil karena biasanya memiliki dimensi
antara 0.55 m 1.2 m, yang masih dapat
diletakkan di atap, dinding atau diatas tanah.[7]
2.1 Konfigurasi Jaringan VSAT
Jaringan VSAT pada prinsipnya terdiri
dari sebuah stasiun pengendali utama yang
disebut stasiun hub dan stasiun remote
sederhana. Hubungan komunikasi berlangsung

antara stasiun stasiun bumi tersebut melalui


kanal satelit (transponder) dengan pengaturan
tertentu. Setiap stasiun remote berhubungan
dengan stasiun hub yang merupakan
pengendali utama jaringan tersebut. Gambar
2.1 menunjukkan konfigurasi VSAT secara
umum.

Gambar 2.1Konfigurasi VSAT[3]


2.1.1

Stasiun Hub
Stasiun
hub
merupakan
stasiun
pengontrol utama untuk jaringan VSAT, terdiri
dari stasiun pengatur dengan daya keluaran
besar dan diameter antena (8 -12 m), stasiun
switching antar terminal VSAT, serta repeater.
Pemakaian antena berdiameter besar bertujuan
untuk memperbesar penguatan, selain itu juga
agar berkas pancarannya sempit sehingga
mengurangi interferensi dengan satelit lain di
orbit geosinkron. Secara umum fungsi stasiun
hub adalah sebagai berikut:[3]
1. Mengatur kinerja dan hubungan komunikasi
jaringan VSAT secara keseluruhan.
2. Memproses sinyal yang diterima dari satelit
dengan membangkitkan kembali sinyal
inroute dari stasiun remote asal dan
mentransmisikan kembali sinyal outroute
tersebut ke stasiun tujuan setelah dikuatkan.
3. Mengatur switching dan routing antar
VSAT dalam jaringan, serta interkoneksi
VSAT dengan jaringan komunikasi lainnya.
2.1.2
Stasiun Remote
Stasiun remote merupakan terminal
pada jaringan VSAT. Terdiri dari stasiun bumi
sederhana dengan diameter antenna kecil dan
daya keluaran rendah (kurang dari 10 watt).
Setiap stasiun remote dihubungkan dengan
terminal suara/data lokal. Setiap terminal (user)
dapat berhubungan dengan terminal lainnya
dalam satu remote atau dengan terminal remote
lainnya atau dengan jaringan lainnya.
Sebuah
remote
VSAT memiliki
komponen-komponen sebagai berikut:
1. Outdoor Unit (ODU)
a. Antena
Antena berfungsi untuk memancarkan
dan menerima gelombang radio RF. Antena
yang dipakai dalam komunikasi VSAT yaitu
sebuah solid dish antenna yang memiliki
bentuk parabola. Bagian antena terdiri atas
reflektor, feedhorn, dan penyangga.
b. Low Noise Block (LNB)

LNB berfungsi memberikan penguatan


terhadap sinyal yang datang dari satelit melalui
antena dengan noise yang cukup rendah dan
bandwidth yang lebar (500 MHz).
c. Block Up Converter (BUC)
Mengkonversi sinyal IF menjadi RF
disebut up converter, sebaliknya disebut down
converter. Selain itu, berfungsi untuk
memperkuat daya sehingga sinyal dapat
dipancarkan pada jarak yang jauh. BUC ini
merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi
pancar yang merupakan penguat daya frekuensi
sangat tinggi dalam orde Giga Hertz.
2. Indoor Unit (IDU)
Perangkat dasar penyusun stasiun bumi
yang umumnya bersifat sensitif sehingga
diletakan pada sisi dalam ruangan, contoh
perangkat indoor adalah:
a. Modem
b. Baseband Processor, Alarm, dan Control
Power Supply
2.1.3
Satelit
Satelit merupakan suatu repeater yang
berfungsi untuk menguatkan sinyal dari stasiun
bumi dan memancarkan kembali frekuensi
yang berbeda ke stasiun bumi penerima. Fungsi
utama satelit dikerjakan oleh transponder. Ada
beberapa transponder atau repeater dalam
badan satelit. Transponder ini memiliki fungsifungsi sebagai berikut:
1. Penerima sinyal
Transponder menerima sinyal yang di
uplink oleh remote VSAT atau Hub.
2. Translasi frekuensi
Frekuensi dari sinyal yang diterima
ditranslasikan ke frekuensi yang berbeda,
dikenal sebagai frekuensi downlink.
Translasi frekuensi meyakinkan bahwa
tidak ada feedback positif dan juga
menghindari interferensi yang terkait.
3. Penguatan
Transponder juga menguatkan sinyal
downlink.
2.2 Arsitektur Jaringan VSAT
Secara umum pada VSAT terdapat dua
jenis topologi yaitu point to point dan point to
multipoint. Pemilihan topologi/konfigurasi
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
berikut:
1. Struktur aliran informasi di dalam jaringan
2. Kualitas link dan kapasitas yang diperlukan
3. Delay transmisi
Topologi point to multipoint pada
umumnya digunakan pada korporasi yang
mempunyai data center terpusat, dengan
karakteristik aplikasi mempunyai outroute data
yang besar (dari kantor pusat) dan inroute data
yang kecil. Pengiriman data harus melalui Hub
atau stasiun pusat pengendali. Contoh

pengguna teknologi ini adalah perbankan,


pemerintah, perusahaan pembiayaan, kantor
pos dan lain-lain. Gambar 2.2 menunjukkan
konfigurasi jaringan yang menggunakan
topologi point to multipoint.
2.3 Sistem Carrier in Carrier
Double Talk Carrier in Carrier didesain
untuk mengkompres bandwidth, carrier in
carrier menggunakan teknologi adaptive
cancellation, teknologi baru yang mampu
menghemat bandwidth dengan melewatkan dua
carrier secara bersama-sama menempati
spectrum frekuensi yang sama. Posisi carrier
yang seperti ini seharusnya akan bersifat
merusak
(interferensi
sinyal).
Sebagai
perbandingan, standar carrier harus menempati
posisi spectrum
frekuensi
yang
non
overlapping, atau tidak ada carrier lain yang
menempati spectrum yang sama. Dengan CnC
hasilnya mampu menghemat bandwidth hingga
50 persen tergantung pada kombinasi modulasi
dan FEC yang digunakan. Tidak hanya itu saja
CnC juga memiliki keuntungan lainnya yaitu:
[1]
1. Mengurangi biaya operasi / Operating
Expense (OPEX)
2. Mengurangi biaya modal total / Capital
Expense (CAPEX) dengan menggunakan
BUC (Block Upconverter) atau HPA (High
Power Amplifier) yang kecil
3. Meningkatkan throughput tanpa perlu
penambahan resource transponder
4. Meningkatkan availability tanpa perlu
penambahan resource transponder
5. Dapat dikombinasikan dengan modulasi
dan FEC (Forward Error Correction)
tertentu untuk menghasilkan output yang
diinginkan (bandwidth limited atau power
limited)
2.3.1

Perbandingan Sistem Konvensional


dan sistem Carrier in Carrier
Gambar 2.4 menujukkan perbandingan
antara sistem komunikasi satelit konvensional
(tidak menggunakan sistem CnC) dan sistem
CnC.

(a)

(b)
Gambar 2.4 Perbandingan posisi dua buah
carrier antara sistem konvesional (a) dan
sistem CnC (b)

Stasiun bumi terletak di barat satelit: A = A


(derajat)
Stasiun bumi terletak di timur satelit: A = 3600
A (derajat)
dimana A merupakan sudut positif berdasarkan
gambar elevasi (derajat)
Sudut Elevasi (E) didefnisikan sebagai
sudut yang dihasilkan dengan memotong
bidang horizontal dan bidang vertikal dengan
garis pandang antara stasiun bumi dan satelit.
Sudut Elevasi (E) dan Azimuth (A) yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:[5]

E=tan

Pada gambar diatas, terlihat bahwa sistem


CnC menjumlahkan carrier 2 link di dalam
satu spektrum frekuensi. Sehingga, terjadi
penghematan bandwidth transponder sebesar
50%.

cos

Re
Re + H

1cos2

( derajat )

(2.1)

A '=tan 1

[ ]

tan L
(derajat )
sin l

(2.2)
2.4 Parameter Link Budget
Link budget adalah kegiatan menghitung
dari rencana power yang akan dipancarkan ke
satelit dari stasiun bumi untuk mendapatkan
suatu nilai (C/N)total dari suatu link. Dalam
perhitungan link budget ini besarnya power
yang dipancarkan akan tergantung dari: jenis
carrier, ukuran antena penerima, karakteristik
satelit, lokasi stasiun bumi dan servis yang
diharapkan. Dalam mendesain link budget
harus diusahakan supaya penggunaan satelit
dapat optimal. Yang dimaksud optimal adalah
persentase dari penggunaan banwidth dan
power satelit adalah sama.[5]
2.4.1 Antena Stasiun Bumi
Beberapa hal yang dihitung pada antena
sebuah stasiun bumi, yaitu: sudut azimuth,
sudut elevasi dan slant range.
2.4.1.1 Azimuth dan Elevasi
Suatu posisi antenna stasiun bumi dapat
diselesaikan dengan menggunakan sudut
Azimuth (A) dan sudut Elevasi (E) berdasarkan
data posisi lintang (i) dan posisi bujur (L)
stasiun bumi serta bujur satelit (s).
Sudut Azimuth didefinisikan sebagai
sudut yang diukur searah jarum jam dari posisi
utara memotong bidang horizontal dan bidang
vertikal yaitu melewati stasiun bumi, satelit,
dan pusat bumi. Besarnya sudut Azimuth
adalah berkisar antara 00 sampai 3600,
tergantung pada lokasi stasiun bumi. Sudut
Azimuth (A) diberikan sebagai berikut:[5]
1. Belahan bumi utara
Stasiun bumi terletak di barat satelit: A = 1800
A (derajat)
Stasiun bumi terletak di timur satelit: A = 1800
+ A (derajat)
2. Belahan bumi selatan

dimana:
L = derajat bujur (stasiun bumi) derajat bujur
(satelit) (derajat)
= derajat lintang (stasiun bumi) (derajat)
=
H = jarak bumi ke satelit (km) = 36000 km
Re = jari-jari bumi (km) = 6378 km
2.4.1.2 Slant Range
Selain sudut coverage, sistem link satelit lain
yang penting dan tidak boleh diabaikan adalah
slant range dari stasiun bumi ke satelit.
Dimana range ini merupakan jarak dari suatu
stasiun bumi ke satelit. Rumus perhitungan
slant range (d) dapat dijelaskan sebagai
berikut:[5]

d= ( R e + H ) + Re 2 Re ( R e + H ) sin E+sin
(km)

(2.3)

2.4.2
Gain Antena
Gain atau penguatan adalah perbandingan
antara daya pancar suatu antena terhadap
antena referensinya dalam hal ini antenna
isotropik. Persamaan untuk antena parabolic
adalah sebagai berikut:[5]
G = 20.45 + 20 log f +20 log D +10 log (dBi)
(2.4)
dimana: = efisiensi antenna
f = frekuensi (GHz)
D = diameter antena (m)
2.4.3
Interferensi
Interferensi merupakan energi frekuensi radio
yang tidak diinginkan yang berasal dari sumber

Re
Re

interferensi yang timbul pada penerima


(receiver). Pada jaringan VSAT terdapat dua
tipe interferensi, yaitu:[5]
1. Self Interference
a. Co-channel
interference
merupakan
kerugian dari penggunaan pengulangan
frekuensi yang bertujuan meningkatkan
kapasitas dari sistem karena bandwidth
sistem yang terbatas. Interference cochannel berasal dari isolasi yang tidak
sempurna antar beam pada satelit dan juga
disebabkan
oleh
ketidaksempurnaan
isolasi antara pengulangan polarisasi
orthogonal pada frekuensi yang sama.
b. Adjecent Channel Interference merupakan
interferensi yang berasal dari daya carrier
penginterferensi terhadap sinyal yang
diinginkan yang diterima oleh stasiun
bumi.
2. External Interference
a. Interferensi dari sistem terestrial.
b. Interferensi dari sistem yang berdekatan
2.4.4

Effective Isotropic Radiated Power


(EIRP)
EIRP digunakan untuk menyatakan daya
pengiriman dari stasiun bumi atau satelit. EIRP
stasiun bumi dilambangkan dengan EIRPES
yang mempunyai persamaan:[5]
EIRPES = PTx + GTx Latt LT (dBW)
(2.8)
dimana: PTx = daya pancar sinyal carrier pada
feeder antena pemancar (dBW)
GTx = gain antena pemancar (dB)
Latt = redaman attenuator (dB)
LT = redaman salah sorot antena transmit (dB)
EIRP satelit saturasi yang dilambangkan
dengan EIRPSL sat sudah disertakan pada
karakteristik satelit yang bersangkutan. Untuk
mendapatkan nilai EIRPSL, yaitu:[5]
EIRPSL = EIRPSL sat OBOCRX (dBW)
(2.9)

2.4.5
Figure of Merit (G/T)
G/T satelit yang dilambangkan dengan (G/T)SL
sudah disertakan pada karakteristik satelit yang
bersangkutan. G/T stasiun bumi yang
dilambangkan dengan (G/T)ES biasanya
digunakan untuk menunjukkan performansi
antena stasiun bumi dan LNA dalam hubungan
sensitifitas carrier down link yang diterima dari
satelit. Parameter G merupakan gain antena
penerima yang menunjukkan input LNA,
sedangkan parameter T didefinisikan sebagai
suhu derau perangkat sistem stasiun bumi yang
juga merupakan input LNA.
Persamaan T dirumuskan sebagai berikut:[5]

Ta
T
+ T a a +T e R x
Latt
Latt

( )(

T=

(K)

(2.10)

T
1
T a= sky +T m 1
+T G (K)
A rain
A rain

(2.11)
dimana: Tm = 275 K
Tsky dilihat pada lampiran A-1
TG =
290 K jika E < -100
150 K jika -100 < E < 00
50 K jika 00 < E < 100
10 K jika 100 < E < 900
TF = 2900
TeRx = temperature noise perangkat asumsi: 40
K
Nilai T yang didapat digunakan
untuk
menghitung (G/T)ES sebagai berikut:[5]
(G/T)ES = (GRx (LR + Latt)) 10 log (T) (dB/K)
(2.12)
dimana: LT,R = redaman salah sorot antenna
transmitter atau receiver yang dirumuskan:[4]

LT , R =12
dimana:

0.1
3 dB

( )

3 dB=70

(dB)

(2.13)

2.4.6

Input Back Off (IBO) dan Output


Back Off (OBO)
IBO merupakan pengurangan daya masukan
penguat daya pada transponder agar titik kerja
menjadi linear. Sedangkan OBO merupakan
penguatan daya keluaran yang disebabkan oleh
daya masukan dari IBO. Gambar 2.5
menunjukkan sketsa IBO dan OBO.

Gambar 2.5 IBO (Input Backoff) dan OBO


(Output Backoff)[6]
IBO dan OBO pada carrier dilambangkan
dengan IBOCRX dan OBOCRX yang mempunyai
persamaan:[5]
IBOCRX = SFD PFD (dB) (2.14)
OBOCRX = IBOCRX (IBOAGG OBOAGG) (dB)
(2.15)
IBOAGG dan OBOAGG sudah disertakan pada
karakteristik satelit yang bersangkutan.
2.4.7

Power Flux Density (PFD)

PFD adalah digunakan untuk menyatakan daya


pengiriman dari stasiun bumi pada sebuah area.
PFD dapat dihitung sebagai berikut:[5]
PFD = EIRPES Lfs LT Arain + G1 (dBW)
(2.16)
dimana: G1 = 37 (kondisi clear sky)
2.4.8
Saturated Flux Density (SFD)
SFD adalah daya dari stasiun bumi yang
membuat EIRP satelit mencapat titik saturasi
yang dilambangkan dengan . Harga SFDSL
telah disediakan pada karakteristik satelit yang
bersangkutan. Untuk memperoleh nilai SFD
pada sebuah stasiun bumi dapat ditulis sebagai
berikut:[5]
=162,1
(dBW/m2)
(2.17)
dimana: PAD = redaman pada feed antena
2.4.9
Redaman Attenuator
Redaman attenuator atau rugi-rugi saluran
yang dilambangkan dengan Latt akan terjadi
dalam hubungan antara antena penerima dan
sifat-sifat penerima. Seperti rugi-rugi dalam
penghubung waveguide, filter, dan coupler.
Rugi-rugi ini sering disebut dengan receiver
feeder losses (RFL). Pada dasarnya RFL ini
akan ditambahkan dalam FSL (Free Space
Loss) sebelumnya. Rugi-rugi yang sama akan
terjadi dipengaruhi oleh loss dari feeder,
konektor
duplexer
dan
filter
yang
menghubungkan antena pengirim dan keluaran
HPA. Dirumuskan dengan pemasaran:[5]
Latt= loss feeder + loss konektor + loss duplexer
+ loss filter (dB) (2.18)
2.4.10 Redaman Hujan
Redaman hujan dilambangkan dengan Arain
merupakan redaman yang memiliki pengaruh
cukup besar terhadap propagasi gelombang
dengan frekuensi diatas 10 GHz. Terdapat
beberapa metode untuk menentukan redaman
hujan yang terjadi, beberapa yaitu: model ITUR, model DAH, model Garcia-Lopez, model
Crane Global dan model Korea. Ternyata,
bahwa setelah dianalisa, model prediksi
redaman hujan dari DAH cocok untuk
Indonesia, selain model ITU. Model DAH ini
sejak 2001 telah menjadi rekomendasi ITU
untuk digunakan, (Recommendation no. ITU-R
P.618-7). Gambar 26. menunjukkan sketsa
untuk menentukan redaman hujan yang terjadi
menurut ITU-R. Berikut tahap perhitungan
redaman hujan model ITU-R:[2]

Gambar 2.6 Sketsa penentuan redaman hujan


1. Menentukan tinggi hujan hR dengan ho:
[2]
hR = ho + 0.36 (km) (2.19)
2. Mencari panjang lintasan hujan, Ls
dengan hs: tinggi SB di atas permukaan
laut (dilihat pada lampiran A-4):
Untuk E 50,

Ls =

( h R hs )
sin E

(km)
(2.20)
Untuk E 50,

Ls =

3.
4.

5.

6.

2 ( h Rhs )

2 ( h Rhs ) 12
sin E+
+sin E
Re

(km)
(2.21)
Jika hR - hs 0, hasil perhitungan redaman
hujan untuk berbagai macam availability
= 0 dan langkah berikutnya tidak
diperlukan lagi.
Menghitung panjang proyeksi lintasan
hujan arah horizontal LG:
LG = Ls cos E (km) (2.22)
Menentukan intensitas hujan R0.01 untuk
availability 99.99% (dilihat pada lampiran
A-2). R0.01 = 0, hasil perhitungan redaman
hujan untuk berbagai macam availability
= 0 dan langkah berikutnya tidak
diperlukan lagi.
Mencari
redaman
spesifik
R
menggunakan koefisien yang bergantung
pada frekuensi :

R =k ( R0.01 ) (dB/Km) (2.23)


Menghitung faktor reduksi lintasan hujan
pada persentase waktu 0,01%:

r 0.01=
1+0.78
7.

LGR
0.38 ( 1e2 L )
f

(2.24)
Menghitung faktor pengaturan vertikal
v0.01 untuk persen waktu 0.01%:

hR h
LG r

(derajat)

=tan 1

2.4.12 Carrier to Noise (C/N)


C/N merupakan parameter untuk menentukan
kulitas seluruh link. C/N dapat ditulis sebagai
berikut:[5]
(C/N)up = EIRPES Lup + (G/T)SL K 10 log
BWOC (dB)
(2.30)
(C/N)down = EIRPSL Ldown + (G/T)ES K 10
log BWOC (dB) (2.31)
dimana: L = redaman yang terjadi
K = konstanta Boltzman = -228,6 dB
Maka dari persamaan diatas, nilai (C/N)total
adalah sebagai berikut:

0.01

LR =

Untuk > E ,
(km)

LG r 0.01
cos E

R h s
(km)

L R=
x=36l

Selain itu,

Jika < 360 ,


(derajat)
Selain itu,

( CN )

total

(dB)

1
1+ sin E

(
)
31 ( ie ( E 1 +x ) )

LRR

(2.25)
8.

Mencari panjang lintasan efektif (Le):


Le= LR v0.01 (km)
(2.26)
9. Redaman hujan efektif untuk persen
waktu 0,01% adalah:
Arain (p = 0.01) = R Le (dB) (2.27)
10. Untuk persentase curah hujan lainnya
dengan range persen waktu 0.001%
sampai
5
%
dapat
ditentukan
menggunakan hasil redaman hujan pada
persen waktu 0.01%:
Jika p 1% atau 36o, = 0
Jika p < 1% dan < 36o dan E > 25o, =
-0.005 ( - 36)
Selain itu, = -0.005 ( - 36) + 1.8 - 4.25
sin E

A rain ( p)= A 0.01


(2.28)

1
C
N

C
+
N

( ) ( )
up

down

C
+
I

(2.32)

C
Eb
=(
(
)
0.45N
) No )
req

req

+10 log

N
( 1+
)

(dB)

(2.33)
Nilai (Eb/No)req (dB) diperoleh dari harga
BERreq sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan pada jaringan VSAT.
dimana: Eb/No = perbandingan energi tiap bit
terhadap noise temperature
N = kecepatan symbol modulasi
= Roll of factor

2.4.14 Energy Bit per Noise Ratio (Eb/No)


Eb/No adalah perbandingan energi tiap bit yang
diterima dengan satuan Watt/detik dengan
rapatnya daya spektral noise dengan satuan
W/Hz. Besaran ini juga menunjukkan kualitas
dari sinyal Radio Frequency (RF) yang
diterima oleh modem. Parameter yang
) ( 1 p) sin E )
mempengaruhi
besaran
Eb/No
adalah
p ( 0.665+0.33 ln ( p )0.045 ln( A0.01
(dB) data dan derau bandwidth
kecepatan transmisi
0.01
dari demodulator. Persamaan untuk mencari
Eb/No adalah :[5]

( )

2.4.11 Redaman Ruang Bebas


Redaman ruang bebas dilambangkan dengan
Lfs merupakan hilangnya
daya
yang
dipancarkan pada ruang bebas saat pemancaran
sehingga tidak seluruh daya dapat diterima oleh
antenna penerima. Besar redaman ini dapat
ditulis sebagai berikut:[2]
Lfs = 32.45 + 20 log d + 20 log f (dB)
(2.29)
dimana: d = jarak antara stasiun bumi ke satelit
(km)
f = frekuensi up/down converter (MHz)

Eb C
=
No N

( )

total

( )

2.4.13 Carrier to Noise Required (C/N)req


(C/N)req merupakan faktor untuk menentukan
kualitas link. Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut:[5]

x=0

v 0.01=

=10 log

+ 10 log BW all 10 log Rb

(2.34)
Dimana:
BWall = Bandwidth allocation (Hz)
Rb = bit rate informasi (bps)
2.4.15 Bit Error Rate (BER)
BER adalah merupakan perbandingan dengan
nilai jumlah bit yang diterima secara tidak
benar dengan nilai jumlah bit informasi yang
ditransmisikan pada selang waktu tertentu.
Parameter BER adalah merupakan parameter

yang digunakan untuk menilai performance


transmisi digital. Maka semakin rendah
parameter BER yang dihasilkan oleh suatu
transmisi digital, semakin baik performance
transmisi digital tersebut.
Nilai BER dapat dihitung dar i persamaan:[5]

BER =

Eb
No

( )

Eb
No

( )

(2.35)

Berdasarkan teori transmisi data, hubungan


antara BER dan Eb/No dapat dilihat dari grafik
hubungan BER dan Eb/No pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Grafik BER terhadap Eb/No


2.4.16 Bandwidth dan Power
Perhitungan bandwidth untuk suatu carrier
ditentukan dari besarnya bit informasi yang
dikirim. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut:[5]

BW oc=

Rb 1+
FEC N

( )

PERANCANGAN SOFTWARE
SIMULASI LINK BUDGET VSAT
CNC
Simulasi link budget VSAT CnC
menggunakan
MATLAB,
merupakan
perancangan software yang dapat melakukan
perhitungan link budget untuk jaringan VSAT
CnC dengan memanfaatkan GUI (Guide User
Interface) MATLAB.
Dalam membangun software simulasi link
budget VSAT CnC, diperlukan beberapa
kebutuhan fungsional dari software yang akan
dibangun, antara lain adalah:
1. Software dapat melakukan perhitungan
untuk semua parameter link budget VSAT
CnC.
2. Software
dapat
menampilkan
hasil
perhitungan link budget.
3. Software dapat melakukan pengujian
kelayakan jaringan VSAT CnC yang akan
dibangun
3.1 Konfogurasi Jaringan
Gambar
3.1
secara
sederhana
menggambarkan konfigurasi jaringan VSAT
berbasis CnC.

(Hz) (2.35)

dimana:
Rb = bit rate informasi
FEC = Forward Error Correction
Sementara untuk perhitungan bandwidth
allocation adalah sebagai berikut:
BW all=1.2 BW oc (Hz) (2.36)
Maka % penggunaan bandwidth pada sebuah
transponder dapat ditulis:

penggunaan bandwidth=

BW allocation
100
BW transponder

(2.37)
dimana: 1 tansponder = 36 MHz
Untuk menghitung % penggunaan power pada
sebuah transponder dapat ditulis:

penggunaan power=

satelit. Bila lebih kecil penggunaan bandwidth


dibanding power transponder disebut power
limited, sebaliknya disebut bandwidth limited.

EIRP SL
100
EIRPsat

(2.38)
Kondisi optimum penggunaan transponder
terjadi ketika penggunaan daya dan bandwidth
seimbang. Kondisi tidak optimum dapat
dioptimumkan dengan cara merubah parameter
stasiun bumi atau parameter carrier atau SFD

Gambar 3.1 Konfigurasi Jaringan VSAT


Pada posisi remote, data yang akan
dirikim dari PC (pada gambar) dalam
implementasi adalah mesin ATM, dikirmkan
melalui modem dalam bentunk sinyal
baseband. Modem memodulasinya sehingga
menjadi sinyal IF dengan frekuensi 70 MHz.
Setelah itu sinyal melewati peralatan ODU dan
dipancarkan melalui antena dengan frekuensi 6
8 GHz (C-Band).
3.2 Perancangan Sistem
3.2.1
Perancangan Proses
Dalam perancangan software link budget
penulis membagi dalam dua bagian yang
termasuk dalam perancangan proses, antara
lain: penentuan parameter-perameter link
budget, pembuatan flowchart program.
3.2.1.1 Parameter-parameter Link Budget

Pada perancangan proses parameterparameter link budget yang telah dijelaskan


dalam bab sebelumnya, akan dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu parameter input dan
parameter output.
3.2.1.1.1
Parameter Input
Parameter input merupakan informasi
yang didapat dari stasiun bumi (hub dan
remote), satelit, dan kebutuhan jaringan,
parameter tersebut antara lain:
1. Parameter Carrier
a. Information Rate
Merupakan kecepatan data yang diinginkan
dari jaringan VSAT yang akan dibangun.
b. FEC
Teknik pengkodean pada transmisi data
yang digunakan
c. Modulation
Teknik modulasi yang digunakan
d. Roll of factor
Bandwidth dari suatu filter relatif terhadap
nyquist bandwidth
e. BER requirement
Persentase error dari bit-bit yang
mengalami error dari total bit yang
ditransmisikan, yang dibutuhkan
f. Eb/No requirement
Perbandingan energi bit per noise yang
dibutuhkan

c.

2.
a.

3.2.1.1.2
Parameter Output
Parameter Output merupakan hasil
perhitungan link budget yang meliputi
1. Parameter Hasil Uplink
a. EIRP
Daya keluaran perangkat pemancar stasiun
bumi yang ditransmisikan secara isotropik.
b. C/N uplink
Perbandingan antaran carrier per noise pada
posisi uplink
c. Eb/No
Perbandingan antara energi bit per noise
uplink
d. FSL Uplink
Redaman ruang bebas pada posisi uplink
e. Loss Attenuator
Redaman yang disebabkan oleh perangkat
pada stasiun bumi posisi uplink
f. Loss Dispointing
Redaman salah sorot pada posisi uplink
2. Parameter Hasil Downlink
a. EIRP
Daya keluaran perangkat pemancar satelit
yang ditransmisikan secara isotropik.
b. C/N downlink
Perbandingan carrier dan noise pada posisi
downlink
c. FSL downlink
Redaman ruang bebas pada posisi downlink
d. Loss Attenuator

b.

c.
d.
e.
f.
g.

3.
a.
b.

Parameter Satelit
EIRP saturation
Daya pancar perangkat satelit pada posisi
saturasi
G/T Saturation
Gain (penguatan) per Thermal (temperatur
noise antena) pada satelit pada posisi
saturasi
SFD saturaion
Rapat daya maksimum yang diterima oleh
antena satelit dari stasiun bumi
PAD
Redaman transponder
IBO
Penempatan titik kerja dibawah titik kerja
saturasi pada satelit
OBO
Penempatan titik kerja dibawah titik kerja
saturasi pada satelit
Posisi
Posisi bujur satelit
Parameter Uplink
Frekuensi Uplink
Nilai frekuensi yang digunakan untuk
uplink
Diameter Antena
Diameter antena stasiun bumi pada posisi
uplink

d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.

d.
e.

Effisiensi Antena
Parameter yang diambil untuk menghitung
besarnya rugi-rugi yang pada terminal
antena dan dari struktur antena
BUC Power
Gain yang dihasilkan oleh perangkat BUC
Posisi Bujur
Posisi bujur stasiun bumi pada posisi uplink
Posisi Lintang
Posisi lintang stasiun bumi pada posisi
downlink
Parameter Downlink
Frekuensi Downlink
Nilai frekuensi yang digunakan untuk
downlink
Diameter Antena
Nilai diameter antena stasiun bumi pada
posisi downlink
Effisiensi Antena
Parameter yang diambil untuk menghitung
besarnya rugi-rugi yang pada terminal
antena dan dari struktur antena
Posisi Bujur
Posisi bujur stasiun bumi pada posisi
downlink
Posisi Lintang
Posisi lintang stasiun bumi pada posisi
uplink

e.
f.
3.
a.

b.

c.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.

Redaman
yang
disebabkan
karena
perangkat
Loss Dispointing
Redaman salah sorot yang diseba
C/N total
Penjumlahan logaritmis antara C/N uplink
dengan C/N downlink
Parameter Posisi
Azimuth
Sudut yang diukur searah jarum jam dari
posisi utara memotong bidang horizontal
dan bidang vertikal yaitu melewati stasiun
bumi, satelit, dan pusat bumi.
Elevasi
Sudut yang dihasilkan dengan memotong
bidang horizontal dan bidang vertikal
dengan garis pandang antara stasiun bumi
dan satelit.
Slant Range
Jarak antara stasiun bumi dengan satelit.
Parameter Bandwidth
Bandwidth Occupied
Bandwidth yang dibuthkan per carrier
Bandwidth Allocation
Bandwidth yang dialokasikan pada
transponder
C/N requirement
Perbandingan sinyal dan noise yang
dibutuhkan
Parameter Persentasi Bandwidth dan Power
Persentase Bandwidth
Perbandingan persen pemakaian bandwidth
transponder
Persentase Power
Perbandingan persen pemakaian power
pada transponder

3.2.1.2 Flowchart Program


Flowchart program dibawah menunjukan
proses perhitungan link budget, proses
menampilkan hasil perhitungan link budget dan
proses
pengujian
kelayakan
jaringan.

Gambar 3.2 Flowchart Program


Diagram alur pada Gambar 3.2
menunjukkan proses perhitungan link budget
dan menampilkan hasil perhitungannya, serta
proses pengujian kelayakan jaringan dengan
membandingan C/N yang dibutuhkan dengan
C/N total dari hasil perhitungan. Apabila nilai
C/N total lebih kecil dari nilai C/N yang
dibutuhkan, maka proses perhitungan kembali
ke awal, dengan memasukan kembali
parameter input.
3.2.2

Perancangan Tampilan
Dari perancangan proses dapat diketahui
bahwa terdapat 11 kelompok parameter,
sehingga membutuhkan 12 panel, 11 panel
untuk 11 kelompok parameter input dan output
dan 1 panel untuk pengujian kelayakan
jaringan.
Tabel 3.1 menunjukkan komponen yang
dibutuhkan untuk membuat tampilan dari
software simulasi link budget.
Tabel 3.1 Komponen Tampilan
Jenis Komponen
Jumlah
Static Text
83
Edit Text
45
Popup menu
7
Push button
4
Panel
12
3.3 Kebutuhan
Perangkat
Pembuatan
Program
3.3.1
Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan sistem ditentukan agar dapat
merancang sebuah sistem yang sesuai dengan
kebutuhan. Dalam analisa perancangan
perangkat keras ini, aplikasi dibuat memiliki
kebutuhan sebagai berikut :
1. Processor Intel Core 2 Duo.
2. RAM 2 GB.

3.

A ' =62.14
A=360 62.15=297.85

Harddisk 160 GB

3.3.2

Kebutuhan Perangkat Lunak


Adapun perangkat lunak yang dibuthkan
untuk pembangunan program antara lain
adalah:
1. OS Windows 7
2. MALTLAB R2008a
4. PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada pengujian software simulasi link
budget VSAT CnC akan dilakukan dengan
studi kasus pada sebuah link VSAT. Link VSAT
yang akan menjadi studi kasus adalah link
VSAT ATM Bank Danamon Condet - hub
Jatiluhur. Dari link tersebut akan dilakukan
perhitungan link budget manual yang akan
menjadi acuan pengujian perhitungan link
budget
dengan
menggunakan
software
simulasi.
4.1 Link VSAT CnC ATM Bank Danamon
Condet Jatiluhur
Tabel 4.1 berisi data yang diambil dari
studi kasus link VSAT ATM Bank Danamon
Jatiluhur yang akan menjadi parameter input
pada software simulasi link budget VSAT.
Layanan yang dibutuhkan dari link VSAT ATM
adalah layanan data berkecepatan 64 kbps yang
membutuhkan tingkat akurasi tinggi dengan
delay toleransi yang rendah. Sehingga pada
link ini diharapkan BER maksimal yaitu 10-8.
4.2 Perhitungan Link Budget Manual
1. Menghitung Bandwidth Occupied

Rb 1+
FEC N
64 1+0.2

=153.6 kHz
0.5
1

( )
)

BW oc=

2.

3.

Menghitung Bandwidth Allocation


= 184.32 kHz
Menghitung C/N requirement

N
( 1+
)
C
1
req=12+10 log (
=11.2082 dB
N
1+0.2 )
req

4.

+10 log

req

Menghitung Jarak Stasiun Bumi dan Satelit

E=tan

cos

Re
Re + H

1cos2

E=74.7268
A '=tan 1

[ ]

tan L
(derajat )
sin l

Re
Re

d=35977,8 km
5.

Loss Attenuator
Latt= loss feeder + loss konektor + loss
duplexer + loss filter

0.4+ 0.2+ 0.4+0.4=1.4 dB


6.

Loss Dispointing
2

0.1
LT , R =12
3 dB

( )

LT , R =12
7.

0.1 2
=0.016175 dB
2.895

Menghitung EIRP uplink

GTX =20.45+20 log f +20 log D+ 20 log


35.9726 dB
EIRPES = PTx + GTx Latt LT

3.01029+35.97261.40.016175=37.5667 dBW
8.

Menghitung FSL uplink


FSL = 32.45 + 20 log d + 20 log f

32.45+91.12+76.16=199.728 dB
9.

Menghitung C/N uplink


(C/N)up = EIRPES Lup + (G/T)SL K 10
log BWOC

C
=37.58( 199.73+1.4+0.01433 ) +1(228.6
Nup
10. Menghitung EIRP downlink
EIRPSL = EIRPSL sat OBOCRX

BW al =1.2 BW OC

( CN ) =( NoEb )

d= ( R e + H ) + Re 22 Re ( R e + H ) sin E+sin1

PFD=EIRPESFSLdn LT Lrain+ G1
37.5667199.7280.0161753+ 37=128.1776 d
IBO CRX =SFD sat PFD
104.6(128.1776 )=23.5776 dB
OBOCRX =IBO CRX ( IBOOBO )
23.5776( 64 ) =21.5776 dB
Sehingga, EIRPSL adalah

EIRP SL =EIRPSLsat OBO CRX


39.821.5776=18.2224 dB
11. Menghitung FSL downlink
FSL = 32.45 + 20 log d + 20 log f
Tentukan dahulu nilai slant range downlink,
perhitungannya sebagai berikut:

( derajat )
E=tan

cos

E=75.33

Re
Re + H

1cos2

( derajat )

A '=tan 1

C
=18.2224( 195.04 +1.4+0.309+3 )+ 23
N down

[ ]

tan L
(derajat )
sin l

15. Menghitung C/N total

A ' =43.67
A=360 43.67 =316.33

( CN )

=10 log

1
C
N down
up
Re cos E
C
1
R e + H =10 log
=13.49
1
1
N total
(41.1757) +(49.0296)
total

d= ( R e + H ) + Re 22 Re ( R e + H ) sin E+sin1
d=35962.97 km

{ ( ) }]

C
N

( ) ( )

16. Menghitung Persentase Bandwidth

Sehingga nilai FSL donwlink adalah


FSL = 32.45 + 20 log d + 20 log f

penggunaan bandwidth=

FSL=32.45+20 log(35962.97)+20 log 3745=195.036184.32


dB

100 =0.512
36e3
12. Menghitung Loss Attenuator

EIRPSL ( watt)
100
EIRPsat ( watt)
66.615
penggunaan power=
100 =0.6954
9549.93
penggunaan power=

0.4+ 0.2+ 0.4+0.4=1.4 dB

13. Menghitung Loss Dispointing

LR =12

0.1
3 dB

BW allocation
100
BW transponder

17. Menghitung Persentase Power

Latt= loss feeder + loss konektor + loss duplexer


+ loss filter

LR =12

( )

4.3 Perhitungan Link Budget Menggunakan


Software Simulasi
Perhitungan
link
budget
dengan
menggunakan software simulasi link budget
diawali dengan mengisikan input parameter.
Setelah menekan pushbutton calculate,
software akan menghitung dan menampilkan
parameter output link budget.

0.1 2
=0.309123 dB
0.62

( )

14. Menghitung C/N downlink


(C/N)down = EIRPSL Ldown + (G/T)ES K
10 log BWOC
Terlebih dahulu, hitung nilai (G/T)ES,
sebagai berikut:
(G/T)ES = (GRx (LR + Latt)) 10 log (T)
Nilai T dan GRX diperoleh dari perhitungan
berikut:

.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil perhitungan
menggunakan software simulasi link budget:

Ta
T
+ T a a +T e R x
Latt
Latt
Tabel 4.2 Hasil simulasi dengan sofware
simulasi
link budget
T sky
1
T a=
+T m 1
+T G
INPUT PARAMETER
A rain
A rain
CARRIER PARAMETER
SATELLITE PARAMETER
Type
Value
Unit
Type
Value
Unit
150
1
64
Kbps
EIRPSL
39.8
dBW
T a=
+275 1 +10=243.33 KInformati
on Rate
saturation
3
3
FEC
0.5
G/TSL
1
243.33
243.33
saturation
T=
+ 243.33
+ 40=283.32
K
Modulati
BPSK
SFDSL
-104.6
dBW/m
1.4
1.4
on
saturation
Roll of 0.2
PAD
14
dB
GRX =20.45+20 log f +20 log D+ 10 log
Factor
GRX =20.45+20 log3.745+20 log9+10
dB
BERlog0.8=50.03
1.00 E
IBO
6

( )(

T=

( )
)(

Maka nilai (G/T)ES adalah


(G/T)ES = (GRx (LR + Latt)) 10 log
(T)

requirem
ent
Eb/No
requirem
ent

-8
12

dB

G
=50.03( 0.309+ 1.4 )10 log283.32=23.801dB
/K
UPLINK PARAMETER
T ES
Type
Value
Unit

Sehingga nilai C/N downlink adalah

Frekuens
i
Diameter
Antena
Efisiensi

6.425

GHz

1.2

0.6

OBO

Longitude
118
E
DOWNLINK PARAMETER
Type
Value
Unit
Frekuensi
3.745
GHz
Diameter
Antena
Efisiensi

9
0.8

Antena
BUC
Power
Longitud
e
Latitude

Antena
2

Watt

106.52

6.16

Longitude

107.24

Latitude
6.31
OUTPUT PARAMETER
UPLINK RESULT
DOWNLINK RESULT
Type
Value
Unit
Type
Value
EIRP
37.58
dB
EIRP
18.2224
C/N
41.158
dB
C/N
52.0162
5
Eb/No
18.206
Db
FSL
195.036
9
FSL
199.72
dB
Loss
1.40
8
Attenuator
Loss
1.40
dB
Loss
0.309
Attenuat
Dispointing
or
Loss
0.0161
dB
C/N Total
13.613
Dispointi
75
ng
BW_occ
153.6
kHz
BW_all
184.32
o
Elevasi
74.73
Azimuth
297.85
Slant
35977.
Km
C/N req
11.21
Range
80
%Bandw
0.52
%
%Power
0.6954
idth

4.4 Hasil Pengujian


Hasil
uji
rumus-rumus
yang
diimplementasikan dalam software simulasi
dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Perhitungan


Type
BW
Occupied
BW
Allocation
C/N
requiremen
t

Manual

Software

Selisih

153,6000

153.6

184,3200

184.32

11,2082

11.21

Elevasi

74,7268

74,7268

Azimuth
Slant
Range
Loss
Attenuator
Loss
Dispointing
EIRP
uplink

297,8500

35977,8000

297,8500
35977,800
0

1,4000

1,4000

0,0162

0,0162

37,5667

37,5667

FSL uplink

199,7280

199,7280

C/N uplink
EIRP
downlink
FSL

41,1585

41,1585

18,2224
195,0360

18,2224
195,0360

0
0

downlink
Loss
Attenuator
Loss
Dispointing
C/N
downlink
C/N Total
%
Bandwidth
% Power

1,4000

1,4000

0,3091

0,3091

49,0162

13,4971

0,5120

0,5120

0,6954

0,6954

49,0162
134971,000
0

4.5 Simulasi Link VSAT ATM Danamon


Hub Jatiluhur
Setelah software simulasi berhasil
dibangun dan telah teruji, dilakukan simulasi
link budget untuk link VSAT ATM Bank
Danamon Hub Jatiluhur, dengan parameter
yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk
melihat pengaruh perubahan parameter tersebut
terhadap performa jaringan. Perubahan
parameter yang akan dilakukan pada
perancangan ini meliputi tiga hal yaitu:
penggunaan antena remote, penggunaan teknik
modulasi, penggunaan FEC.
4.5.1
Penggunaan Antena Remote
Dengan menggunakan data link pada studi
kasus, dilakukan simulasi link budget dengan
variasi nilai antena remote. Berikut merupakan
tabel hasil perhitungan persentase bandwidth
dan power serta C/N terhadap perubahan
diameter antena:
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa semakin
besar diameter antena semakin besar nilai C/N
yang diperoleh. Semakin besar nilai C/N maka
performansi jaringan semakin baik. Demikian
pula dengan nilai persentase power yang
dihasilkan semakin besar sebanding dengan
semakin besarnya ukuran antena. Namun nilai
persentase
bandwidth
tidak
berubah.
Sedangkan dalam perancangan jaringan yang
baik adalah nilai persentase bandwidth dan
power seimbang.
Sementara Gambar 4.3 menunjukkan
perubahan nilai persentase power dan
bandwidth terhadap variasi diameter antena.
Dari grafik dapat terlihat nilai persentase
power dan bandwidth terdekat adalah pada
antena berukuran 0.89 meter.

memperhatikan
pengaruh
2.72Setelah
3
perubahan diameter antena, modulasi dan FEC
2.5
terhadap kualitas jaringan, akan dilakukan
1.55
2
simulasi optimasi link dengan mengacu pada
1.5
hasil analisa sebelumnya.
0.69
Persentase (%) 10.510.510.51
0.510.510.51Dari Tabel 4.8 dapat dilihat keseimbangan
0.38
0.27
0.50.15
persentasi bandwidth dan power, sehingga
0
jaringan dapat dikatakan baik. Jadi, link VSAT
ATM Danamon Jatiluhur yang mengharapkan
BER 10-8 akan optimal apabila menggunakan
diameter antena remote 0.89 meter, modulasi
Diameter Antena (m)
BPSK dan FEC . Karena pada kombinasi
parameter ini C/N, Eb/No, dan BER juga
Gambar 4.3 Grafik Perubahan Persentase
menunjukkan hasil yang baik, yaitu lebih besar
Bandwidth dan Persentase Power terhadap
dari pada nilai yang diinginkan.
Perubahan Diameter Antena
Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa
C/N, Eb/No, dan BER memenuhi syarat,
4.5.2
Penggunaan Variasi Modulasi dan
artinya nilai C/N lebih besar daripada C/N
FEC
requirement, Eb/No lebih besar daripada Eb/No
Penggunaan variasi modulasi akan
requirement, dan nilai BER lebih kecil daripada
mempengaruhi besarnya daya yang digunakan
BER requirement.
dan besarnya bandwidth yang akan menempati
transponder.
Demikian
pula
dengan
4.6 Pengaruh Teknik Carrier In Carrier
penggunaan variasi FEC, nilainya akan
Untuk melihat pengaruh teknik Carrier in
mempengaruhi besarnya bandwidth. Tabel 4.6
Carrier, simulasi harus dilakukan dua arah, dari
menunjukkan pengaruh penggunaan variasi
remote ke hub dan dari hub ke remote. Data
modulasi dan FEC terhadap persentase
informasi remote dan hub yang digunakan
bandwidth dan power.
dalam simulasi adalah data input pada
Hasil optimasi bandwidth dari teknik
CnC,
yang
menghasilkan penghematan 50%,
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.69
0.8
untuk data rate 64 kbps dan dengan
0.60.51
penggunaan modulasi yang sama. Sedangkan
0.34
0.29
0.4apabila
0.26dibandingkan dengan tenik modulasi
yang 0.17
dapat
0.17 menghasilkan bandwidth lebih
0.14
0.11
0.09
0.2
kecil,
penghematan
yang terjadi akan semakin
Persentase Bandwidth (%)
kecil.
0
Hasil optimasi bandwidth yang masih
dapat diperoleh dengan penggunaan teknik
CnC. Sistem konvensional menggunakan
modulasi 8PSK yang menghasilkan bandwidth
lebih kecil daripada modulasi QPSK yang
Modulasi
dan FEC
diterapkan
pada sistem CnC. Namun sistem
CnC masih dapat melakukan penghematan
Gambar
4.4
Pengaruh
Perubahan
bandwidth sebesar 24,99 %.
Modulasi dan FEC terhadap Persentase
Bandwidth dan Persentase Power
Gambar
4.3
menunjukkan
grafik
5. KESIMPULAN
perubahan persentase bandwidth terhadap
5.1 Kesimpulan
penggunaan variasi modulasi dan FEC.
Dari analisa hasil perancangan, penulis
Persentase bandwidth semakin kecil seiring
dapat mengambil kesimpulan bahwa:
dengan penggunaan modulasi dengan indeks
1. Software simulasi yang dirancang mampu
modulasi yang besar, dan FEC yang besar.
melakukan perhitungan link budget
Sementara persentase power tidak berpengaruh
dengan teliti dan dapat melakukan uji
terhadap penggunaan variasi modulasi dan
kelayakan terhadap jaringan yang
FEC. Sehingga dari grafik dapat dilihat bahwa
disimulasikan, dengan membandingan
nilai persentase bandwidth dan persentase
nilai dari parameter-parameter C/N,
power yang paling mendekati adalah pada
Eb/No, BER.
penggunaan modulasi BPSK dengan FEC 1/2.
2. Kombinasi ukuran antena, modulasi dan
4.5.3
Hasil Simulasi
FEC yang tepat untuk link ATM Bank
Danamon Condet - Jatiluhur adalah

3.

diameter antena re mote 0.89 meter,


modulasi BPSK, dan FEC 3/4. Karena
pada posisi ini BER telah memenuhi
syarat dan terjadi pemakaian bandwidth
dan power yang seimbang.
Penerapan sistem CnC berpengaruh pada
penghematan bandwidth minimal 24,99%
dengan menggunakan modulasi QPSK
dan FEC 3/4.

[3]
[4]
[5]

PUSTAKA
[1]
Advance Communication Solution,
CDM-Qx/QxL Satellite Modem with
DoubleTalkTM
Carrier-in-Carrier,
Comtech EF Data, November 2007.
[2]
Ardianto
Dhoni,
Perancangan
Jaringan VSAT IP Menggunakan
Frekuensi Ku-Band Pada Satelit
Palapa di Indonesia, ITTelkom, 2013.
Recommendation ITU-R p.839-3.
2005. Rain Height Model for
Prediction Methods. Geneva: ITU.

[6]
[7]

Recommendation
ITU-R
p.1511.
2001.Topography for Earth to Space
Propagation Modelling. Geneva: ITU.
Hutomo
Bambang,
Pusat
Pengembangan Bahan Ajar-UMB,
Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Jonathan Gideon, Diktat Kuliah
Rekayasa Transmisi, Bandung: STT
Telkom, 2003.
Purwanto Budi, Modul Pelatihan ASSI
Link Budget, Bogor, 2011.
Purwanto
Budi,
Transponder
Management,
Asosiasi
Satelit
Indonesia, Bogor, 2011.
Wibowo Mardiono, Sumardiyanta,
Widodo
Sulung
Imam,
VSAT
Fundamental, 2012, 28.

Anda mungkin juga menyukai