Penanganan Holtikultura - MAP
Penanganan Holtikultura - MAP
PEMBAHASAN
1. Pisang
Buah pisang yang dimakan dalam keadaan segar sebagian besar berasal
dari golongan Eumusa yaitu Musa acuminate dan Musa balbisina. Menutut
Prabawati et al. (2008) di Indonesia pisang dapat digolongkan menjadi tiga
golongan yaitu:
sebutan plantain.
Pisang berbiji yitu kelompok ABB (pisang Batu)
Buah
pisang
termasuk
ke
dalam
golongan
buah
klimaterik.
Penyeberannya sangat luas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, baik
yang dibudidayakan di lahan khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun
atau halaman rumah. Buah pisang merupakan buah yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia, yang dapat dikonsumsi kapan saja dan pad semua tingkatan
usia. Didaerah sentra buah pisang, ketersedian buah pisang seringkali dalam
jumlah banyak dan keragaman varietas yang luas sehingga dapat membantu
mengatasi kerawanan pangan. Pisang dapat digunaka sebagai alternative pangan
pokok karena mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan
sebagaian konsumsi beras dan terigu.
Ahli sejarah botani mengambil kesimpulan bahwa asal muasal tanaman
pisang adalah Asia Tenggara. Oleh penyebar agama Islam disebarkan ke sekitar
Laut Tengah, dari Afrika Barat menyebar ke Amerika Selatan dan Amerika
tengah. Asia Tengara termasuk Indonesia, disebut sebagai sentra asal tanaman ini.
Penyebaran pisang hampir ke seluruh dunia meliputi lautan Teduh sampai ke
pisang merupakan komplek tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga
dapat menyediakan energy dalam waktu yang tidak terlalu cepat.
1.2.
pernapasan (respirasi), dan perubahan biologis lainnya. Masalah utama panen dan
pascapanen sebagian besar berkaitan dengan kerentanan buah terhadap kerusakan
fisik dan busuk akibat cendawan pathogen. Aktivitas fisiologis pada buah dan
sayur dalam beberapa hal dapat menyebabkan kemunduran kualitas yang tidak
dikehendaki. Pengurangan air misalnya, akan menyebabkan kekeringan atau
kelayuan (Paramita, 2010).
Selama perkembangan dan pematangannya, pisang seperti buah-buahan
lainnya sangat dipengaruhi oleh proses fotosintesis, serta absorbs air dan mineral
oleh induknya. Setelah dipanen, buah tersebut masih mengalami respirasi dan
transpirasi walaupun telah terpisahkan dari tanaman induknya. Ketika masih
terdapat dalam tanaman induknya, kehilangan karena transpirasi masih digantikan
oleh aliran air yang diabsorbsi akar dan ditranlokasikan ke buah. Sesudah panen
tidak ada pergantian, amka kehilangan substrat dan air tidak dapat diganti dan
mulailah proses kemunduran (deteriorasi). Oleh karena itu komposisi dan
mutunya mengalami perubaha-perubahan, misalnya perubahan warna, perubahan
kekerasa, perubahan kandungan pati, kandungan gula dan lain-lain.
2. Penyimpanan dalam Atmosfir Termodifkasi
Penyimpanan
dalam
atmosfir
termodifikasi
merupakan
teknik
proses pematangan tidak akan terjadi bila kadar oksigen dibawah 7%. Kepekaan
komoditi terhadap ethylene juga menjadi rendah pada konsentrasi oksigen rendah.
Kondisi udara selama penyimpanan pada ruang penyimpanan disebabkan
oleh (i) konsumsi oksigen oleh komoditi selama proses penyimpanan (ii) produksi
karbon dioksida oleh komoditi selama proses penyimpanan, dan (iii) pertukaran
gas dalam ruang penyimpanan dengan lingkungan menggunakan film kemasan.
Yassin et al. (2013) menerangkan bahwa pada umumnya udara yang
semakin menipis kandungan oksigennya serta semakin meningkat kandungan
karbon dioksidanya akan mengakibatkan menurunnya laju aktivitas pernapasan
dari komoditi segar. Sedang ethylene merupakan hormone tanaman dimana
dengan dosis yang sangat kecil dapat besar pengaruhnya terhadap taha-tahap
metabolism, termasuk di dalamnya proses awal pematangan, kelayuan dan
kematangan serta proses pembentukan senyawa phenolik
Komposisi udara dalam atmosfir termodifikasi yang tepat pada suatu
komoditi dapat menghambat laju kehilangan / degradasi klorofil. Hal ini diduga
dikarenakan penghambatan proses penguraian klorofil menjadi senyawa yang
tidak berwarna seperti pheophytin serta penurunan produksi klorofilase sebagai
akibat penurunan produksi etilen dari produk. Penurunan produksi CO2 pada
atmosfir termodifikasi juga dapat menurunkan produksi etilen sehingga proses
penguraian klorofil akan terhambat.
Penyimpanan atmosfir termodifikasi juga dapat menghambat proses
pencoklatan (brownig) yang diakibatkan dari proses oksidasi, perubahan warna
tubuh buah, dan penyimpangan lainnya selama proses penyimpanan. Kandungan
karbondioksida yang rendah dapat mengahambat aktifitas enzim polifenol
oksidasi yang akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi senyawa fenol dan
menghasilkan senyawa yang berwarna gelap. Batas minimum O2 dan maksimum
konsentrasi CO2 untuk berbagai komoditas pertanian pada saat penyimpanan
atmosfir termodifikasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Konsentrasi CO2
Konsentrasi O2
maksimum (%)
2
5
4
15
10
10
20
2
5
minimum (%)
2
3
1
3
10
3
2
tomat, sehingga produk menjadi cepat busuk, tetapi jika digunakan pada produk
seperti jeruk, maka dapat menghilangkan warna hijau (degreening), sehingga
dihasilkan jeruk dengan warna yang merata, dan penampilannya lebih menarik.
Secara umum etilen merupakan bahan yang tidak diinginkan untuk
penyimpanan produk segar, sehingga etilen harus disingkirkan dari lingkungan
penyimpanan, karena:
- Dalam jumlah sedikit sudah dapat menurunkan mutu dan masa simpan
-
produk
Dapat meningkatkan laju respirasi sehingga akan mempercepat
dengan gas yang komposisinya sesuai, sistem modifikasi Atmosfir ini juga dapat
disesuaikan dengan penggunaan bahan penjerap O2, CO2 dan / etilen (C2H4).
Berbagai jenis kantong plastik yang memiliki bagai derajat permeabilitas
terhadap uap air dan gas, dapat digunakan untuk penyimpanan MA. Teknik ini
sebetulnya telah berkembang sejak tahun 1940 dan kini kantong plastik dengan
beberapa jenis ketebalan, densitas serta permeabilitas dapat dipilah untuk manjaga
susunan komposisi atmosfir disekitas produk yang dikemas tersebut.
Jenis plastik polyethylene HDPE dengan derajat densitas tinggi telah
digunakan untuk menyimpan buah-buahan dan sayuran. Malahan didalam kanton
plastik tersebut telah diperlengkapi dengan senyawa penyerap (absorbent)
terhadap gas ethylene, misalnya dengan membrane silicone atau kalium
permangat.
3.1.
ungu
Berat jenis 2,703 g/cc
Berat molekul 158
KMnO4 merupakan bahan pangan pengoksidasi dan bahan antiseptic
3.2.
berikut:
Pisang dipilih dengan tingkat kematangan matang fisiologis
Disortasi pisang dan ditimbang sebratnya sebanyak 300 gram
Dimasukkan ke dalam styrofoam
Bahan penjerap etilen dimasukkan kedalam kertas saring yang
314
Disimpan pada suhu ruang
Dilakukan pengamatan dalam selang waktu tertentu yaitu 5,10, 15 dan
20 hari
4. Hasil Analisi Pengaruh Penjerap Etilen terhadap Parameter yang
Diamati
Penyimpanan dalam atmosfir terkontrol akan menyebabkan perubahanperubahan pada proses metabolisme dasar pada buah yang disimpan. Pada
konsentrasi CO2 tinggi (15% atau lebih) biasanya dihasilkan bau dan rasa yang
tidak dikehendaki atau menyimpan pada komoditas buah-buahan dan juga sayursayuran. Bau dan rasa yang tidak dikehendaki itu disebabkan oleh terjadinya
penimbunan etanol dan etanal. Bersamaan dengan timbulnya bau dan rasa yang
tidak dikehendaki itu dapat pula diamati warna yang tidak dikehendaki. Untuk itu
perlu adanya pengaturan campuran gas O2-CO2 dan suhu yang tepat agar
diperoleh hasil penyimpanan buah pisang yang baik dan masih segar pada
efisiensi tertinggi.
Semakin lama penyimpanan, maka kadar air, susut bobot, kadar vitamin
C, kadar gula dan nilao organoleptik warna pisang semakin meningkat, sedangkan
tektur semakin menurun. Kadar air yang semakin meningkat disebabkan oleh
pisang masih melakukan proses respirasi selama penyimpanan. Kehilangan berat
buah mempunyai korelasi positif dengan jumlah gas CO2 dan air yang dilepaskan.
Kehilangan berat pada buah disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi pada
buah tersebut. Meningkatnya laju respirasi akan menyebabkan prombakan
senyawa seperti karbohidrat dalam buah, dan menghasilkan CO2, energi dan air
yang menguap melalui permukaan kulit buah yang menyebabkan kehilangan
bobot pada pisang. Penggunaan penjerap etilet KMnO4 memliki susut bobot
terendah karena KMnO4 dapat mengoksidasi etilen, sehingga dapat menekan laju
respirasi buah, sehingga dapat menghambat proses penguapan air dari dalalm
buah, dan penurunan berat pisang dapat diperkecil. Hal sesuai dengan pendpat
Wills et al. (1981) bahwa etilen dapat dihancurkan oleh KMnO4 sebagai oksidator
yang kuat. Ditambahkan oleh Karmas (1989) bahwa KMnO4 merupakan
oksidator kuat yang dapat mengoksidasi etilen, sehingga proses respirasi dapat
ditekan,
akibatnya
proses
pematangan
buah
dapat
dihambat.
Dengan
Prabawati, S., Suyanti dan D.A. Setyabudi. 2008. Teknologi Pascapanen dan
Teknik Pengolahan Buah Pisang. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. 64 hlm.
Siagan, H. F. 2009. Penggunaan bahan penjerap etilen pada penyimpanan pisang
barangan dengan kemasan atmosfer termodifikasi aktif. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wills, R.H., T.H. Lee, D. Graham, W.B. McKasson and E.G. Hall. 1981.
Postharvest, An Introduction To The Physiology and Handling of Fruits
and Vegetables. New South Wales University Press, Kensington,
Australia.
Yassin, T., R. Hartanto, A. Haryanto dan Tamrin. 2013. Pengaruh komposisi gas
terhadap laju respirasi pisang janten pada penyimpanan atmosfer
termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung 2 (3): 147-160.
KESIMPULAN
Penyimpanan dalam atmosfir termodifikasi merupakan
teknik
Disusun oleh:
Ingke Endrina
23020114120028