Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan belajar seorang peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya motivasi belajar dari peserta didik itu
sendiri. Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan dan juga kemampuan professional
guru.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian. Penilaian
dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam
belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya menekankan penilaian hasil belajar yang
bersifat praktis dan ekonomis saja. Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan,
padahal ini sangatlah penting.
Proses akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah kita melakukan evaluasi.
Evaluasi mutlak dilakukan untuk menentukan hasil keberhasilan dari proses ataupun metode
yang dilaksanakan.
Banyak di antara kita sebagai pendidik yang belum mengerti arti evaluasi yang
sesungguhnya,sehingga dalam melakukan evaluasi belum memakai teknik-teknik evaluasi
yang distandarkan dengan kriteria-kriteria yang seharusnya dikerjakan. Maka penulis akan
memaparkan mengenai instrumen evaluasi hasil belajar yang mencakup bentuk-bentuk test
dan pembuatan kisi-kisi dan pengembangan.
A.
1.
2.
3.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
Apa saja jenis-jenis instrumen evaluasi dalam pembelajaran ?
Apa pengertian kisi-kisi dan pengembangannya ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian instrumen dalam ruang lingkup evaluasi pembelajaran.
2. Untuk mengatahui macam-macam/jenis-jenis instrumen dalam pembelajaran
3.
Untuk mengetahui pengertian kisi-kisi dan pengembangannya kaitannya dengan
pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Evaluasi

Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk


mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes
uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan,
benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes
mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik
penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah
dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada
siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan
butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah
dalam penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum
digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan
hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik
dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau
sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
antara lain:
Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas

Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi.
Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut
dapat menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi
dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang
tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu
(terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang
diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif
tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu
hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh
orang lain.

5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya
yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens

mempertinggi usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus
asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam
istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan
antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Indeks Diskriminasi.
B. Jenis Dan Bentuk Evaluasi Dalam Pembelajaran
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak
didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang
lebih lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
I.

Tes.
Istilah tes berasal dari bahasa Perancis, yaitu testum, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh sesesorang atau kelompok.
Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat diklasifikasikan menjadi 3
bagian, yaitu:

1. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan
jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Tes Bentuk Uraian
Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur
oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk
menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri
dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu:

a.)

Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)


Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal

tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam,
tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai
dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki dalam soalnya. Contoh:
Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!
b.)

Uraian Bebas (Extended Respons Items)


Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan

sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan


kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang
berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban
peserta didik nanti. Contoh:
Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara singkat!
Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti petunjuk praktis
berikut ini.
(1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah
dipahami.
(2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari
sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh
skor yang dapat dibandingkan.
(3)

Instrumen

soalnya

dapat

berupa:

menjelaskan,

menelaah,

mendeskripsikan,

membandingkan, mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain sebagainya.


Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk uraian,. Adapun
kelebihan bentuk soal uraian antara lain:
Proses penyusunan soal relatif mudah.
Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya.
Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:

Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.


Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan tulisannya.
b.

Tes Bentuk Objektif


Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.
Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
b.1. Benar-Salah (True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat.
Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
(1) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.

(2) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat sederhana.
(3) Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
b.2.

Pilihan Ganda (Multiple Choice)


Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang

lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Pilihan jawaban (option) terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang dinamakan
pengecoh (distractor/decoy/fails).1[1]
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:

Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.

Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari peserta
didik.

Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.

Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.

Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat dilakukan
dengan mudah, cepat, dan objektif, (2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang
luas, (3) mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan
berulang kali.
Sedangkan kelemahannya antara lain: (1) proses penyusunan soal benar-benar
membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, dan (3)
kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.
c.)

Menjodohkan (Matching)
Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang

keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal
seperti ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
hubungan antara dua hal.
Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:
(1) Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.
(2) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
(3) Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.
d.)

Melengkapi (Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang tidak

lengkap. Contoh:

Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .

Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .


Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi (completion),

antara lain:
(1) Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).
(2) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir kalimat.
(3) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
(4) Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.2[2]
2. Tes Lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya antara sebagai berikut.
1.)

Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta
kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

2.)

Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami
kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta
didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
3.)

Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.


Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.

1.) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes


2.) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian
tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas,
sampai dengan hasil yang dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang
bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yang
diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan
menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan
format pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok
digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok. 3
[3]
II. TEKNIK NON-TES
Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa
macam teknik non-tes, yakni: pengamatan

(observation),

wawancara

(interview),

kuesioner/angket (quetionaire).
a.

Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
3

peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan
tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi disebut pedoman
observasi4[4]
Contoh Pedoman Observasi:
Mata Pelajaran

: Biologi

Konsep/Subkonsep

: 1.1 Vegetatif Buatan


1.1.1. Mencangkok

Kelas

: VII

Hari/tanggal

: Minggu, 15 Juli 2015

Jam pelajaran

: 1-2

Nama Siswa

: Ardi Anggoro Saputra

NO KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI


NILAI
1
Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan) .
2
Cara mengelupas kulit bagian luar
3
Cara mengelupas kulit bagian dalam
4
Cara membersihkan getah/lendir
5
Cara menaburkan tanah
6
Cara membungkus dan mengikat
Jumlah
Rata-rata
Catatan:

KET

.
.
.
.
.
.
.

Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 10 atau A, B, C, D


b.

Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan

melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ada beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
wawancara, yaitu:
1.)
2.)

Pewawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan ditanyakan.

Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas, ramah,
terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.
3.)

Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.

4.)

Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.

5.)

Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.

6.)
c.

Batasi waktu wawancara.


Angket (Quetioner)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis
untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa,
kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain.
Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.
Contoh kuisioner :
Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang ke tempat
sampah:
a.

sangat sering

c.

kadang-kadang

b.

sering

d.

jarang

d.

Daftar Cek (Check List)

e.

tidak pernah

Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang dievaluasi
tinggal membubukan tanda centang () pada aspek yang diamati sesuai dengan hasil
penilaiannya.5[5]
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
No.
1
2.
3.
4.
5.
Keterangan:

Nama Siswa
Ardi Maulana
Erlin Roslina
Arie Apriadi N.
Angga Zalindra
Diandra Rasya

SB

SK

SB: Sangat Baik

C: Cukup

B:Baik

K: Kurang

3.

SK: Sangat Kurang

Asesmen Berbasis Kelas


Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum

berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai proses
5

pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar siswa dengan
menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat,
dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini mengidentifikasi pencapaian
kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan6[6]
Asesmen berbasis kelas terdiri dari beberapa macam, yaitu:
a.

Asesmen portofolio (portfolio) - (pembahasan tersendiri)

b.

Asesmen kinerja (performance) - (pembahasan tersendiri)

c.

Penilaian melalui tes tertulis - (sudah dijelaskan sebelumnya)

d.

Penilaian afektif siswa


Secara umum, ada dua hal yang perlu dinilai dalam kaitannya dengan ranah afektif,

yakni (1) kompetensi afektif, dan (2) sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan
pembelajaran. Kompetensi afektif yang dicapai dalam pembelajaran berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam:

memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya;

menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika;

menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah

terhadap objek studi; dan

menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam kehidupan

sehari-hari.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan siswa
secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu.
Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang akan mendorong tindakan
positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas kegiatan pada objek tertentu.7[7]
4.

Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan

dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam
proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses
keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Asesmen ini digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja,
proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika
6
7

melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan
siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa
merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.8[8]
Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian
lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, kemampuan siswa
menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan sebagainya.
Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan, yaitu:
a.

Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal methods).

Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya.
b.

Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal methods).

Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang untuk melakukan
kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala merupakan alat
untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pertanyaan
untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai dengan kreteria yang
telah ditentukan.9[9]
5.

Asesmen Portofolio
Portofolio berasal dari bahasa Inggris portfolio yang berarti dokumen aau surat-

surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan salah satu bentuk performance
assesment. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil tugas/tes atau hasil karya siswa
yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dengan kata lain, model
penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan
merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya
siswa yang sistematis dalam satu periode.10[10]
Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau data
hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis seluruhnya
digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan kemampuan siswa.

8
9
10

Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran11[11]
Contoh Format Penilaian Portofolio:
Format penilaian Portofolio Proses
Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus mengacu pada
tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa menggunakan model skala
dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar:

Nama:...................................

Mengoperasikan komputer

Tanggal: 20 November 2015

Berbasis Windows 2007


PENILAIAN
Baik
Cukup

Indikator
1.

Kurang

Melakukan pengetikan dengan

Windows 2007
2.

Melakukan

layout

naskah

dengan Word 2007


3.

Mencetak naskah yang telah

dibuat
4.

Membuat table dan gambar

5.

Memasukkan gambar ke dalam

file
Dicapai melalui:
Bantuan guru
Seluruh kelas
Perorangan
Komentar orang tua:

Komentar guru:

Format Penilaian Tugas Terstruktur


Nama

Kelas

Mata Pelajaran

Jenis Tugas

: Makalah
No. Aspek-aspek Penilaian

11

Skor

Bobot

Nilai x Bobot

01

Judul

02

Masalah

03

Metode Penulisan

04

Landasan Teori

05

Sistematika Penulisan

06

Pembahasan

07

Simpulan

08

Bahasa:

Jumlah

Tata Bahasa
Gaya Bahasa
10

Nilai Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot


Catatan:
Jepara,..........
Guru Mapel

C. KISI-KISI DAN PEMGEMBANGAN


Dalam penyusunan soal-soal tes terkadang guru mengalami kesulitan, karena dalam
pembuatan soal tersebut diperlukan berbagai pertimbangan agar soal yang dibuat tidak terlalu
sulit, terlalu mudah dan emmbingungkan peserta didik ketika hendak menjawab soal-soal
tersebut.
Dalam penyususnan tes prestasi hal yang paling penting yang harus dimiliki yaitu
validitas soal-soal yang akan diujikan kepada peserta didik. Untuk memudahkan guru dalam
penyusunan tes maka diperlukan pembuatan kisi-kisi.
1. Pengertian kisi-kisi

Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal
yang diperlukan atau

yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print

atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku
beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan
yang menunjukkan jumlah soal.
2. Penulisan Kisi-kisi
Penulisan kisi-kis soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk penyusunan
soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kisi-kisi soal ini, maka
seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang
memberikan batasan guru dalam menyusun soal evaluasi.
Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran
dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang
diharapkan dalam kisi-kisi penulsan soal yang dimaksudkan.
Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Nama sekolah
Nama

sekolah

ini

menunjukkan

tempat

penyelenggaraan

pendidikan

dan

pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan identitas sekolah.
b. Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang menyelenggarakan proses
pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan ini misalnya SD, SMP, SMA/SMK.
c. Mata pelajaran
Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran yang akan
dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak. Misalnya Matematika.
d. Kelas/ semester
Kelas/ semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan menvantumkan
kelas atau semsester ini, maka kita semakin tahu batasan materi yang akan kita jadikan soal
evaluasi proses.
e. Kurikulum acuan
Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti, akhirnya ada
tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut
maka kita informasikan kurikulum yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi penulisan
soal. Misalny, KTSP.

f. Alokasi waktu
Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian soal. Dengan
alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan kesulitan soal. Dan jumlah soal yang harus dibuat
guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.
g. Jumlah soal
Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan anakanak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk ujian bersangkutan.
Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing soal.
h. Penulis/ guru mata pelajaran
Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal. Hal ini
sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam penuisan kisi-kisi dan
soalnya.
i. Standar kompetensi
Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan standar kompetensi ini maka
guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala yang harus dilakukan.

j. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak didik setelah
mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal aspek ini kita
munculkan untuk mengevaluasi tingkat pencapaiannya.
k. Materi Pelajaran
Ini menunjukkan semua materi yang

diberkan untuk proses pendidikan dan

pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini merupakan batasan isi dari materi
pelajaran yang kita jadikan soal.
l. Indikator soal
Indikator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal ujian. Indikasi
yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan disekolah.
m. Bentuk soal
Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes. Untuk
memudahkan kita dalam menyusun soal, maka kita harus menentukan bentuk yes dalam
setiap materi pelajaran yang kita ujikan dalam proses evaluasi.

n. Nomor soal
Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru buat. Dal hal
ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan nomor soal dikisi-kisi
penulisan soal tidak selalu berurutan.guru dapat menulis secara acak. Misalnya, standar
kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya
sehingga tidak selalu standar kompetensi pertama dan kompetensir dasar pertama harus
diurutkan di nomor satu.
3. Penentuan dan penyebaran soal
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester.

Jumlah
No

Kompetensi

Materi

Dasar
1
1.1 ............
2
1.2 ............
3
1.3 ............
4
2.1 ............
5
2.2 ............
6
2.3 ............
7
3.1 ...........
8
3.2 ..........
Jumlah soal

...........
...........
...........
...........
...........
...........
...........
...........

soal

tes Jumlah

tulis
PG

soal
Uraian

5
5
5
5
5
5
5
5
40

-1
-1
1
-1
1
5

Praktik
--1
--1
-1
3

4. Format penulisan kisi-kisi soal


KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah

: ............................... Jumlah soal :....

Mata pelajaran : ........... Bentuk soal/tes : ...................


Kurikulum

: ....... Penyusun : 1.

Alokasi waktu : ........... 2.


N

Standar

Kompetensi

Kls/

Materi

Indikator

Nomor

o.
1.

Kompetensi

Dasar

smt

pokok

soal

soal

2.
3.
Keterangan:

Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada
kolom 6.
5. Pengembangan kisi-kisi
Pengembangan kisi kisi mencangkup:
1. Fungsi
a. Pedoman penulisan soal
b. Pedoman perakitan soal
2. Syarat kisi-kisi
a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
b. Komponen rinci, jelas, dan mudah dipahami
c. Soal dapat disusun sesuai bentuk soal dalam kisi-kisi
3. Komponen kisi-kisi
a. Komponen Identitas
1) Jenis sekolah

4) Tahun Pelajaran

2) Mata Pelajaran

5) Alokasi Waktu

3) Kurikulum yang diacu

6) Jumlah Soal

b. Komponen Lanjutan
1) Kompetensi dasar/ indokator
Indikator mengacu kompetensi dasar:
a) Urgensi, indikator secara teoritis, mutlak dikuasai siswa untuk mencapai komptensi dasar
b) Kontinuitas, indikator pendalaman dari indikator sebelumnya
c) Relevansi, indikator yang diperlukan untuk memahami materi pelajaran lain
d) Keterpakaian, indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari
2) Kelas
Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
3) Materi Pembelajaran
a) Rumusan materi dari soal yang akan disusun
b) Rumusan materi dijabarkan dari indikator dalam kurikulum

c) Rumusan materi disusun secara singkat dan jelas


4) Indikator Soal
a) Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi dasar
b) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
c) Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi dasar
5) Bentuk Tes
Pemilihan bentuk tes disesuaikan dengan standar kompetensi dan komponen dasar
yang akan dicapai siswa.
Bentuk tes meliputi:
a) Tes tertulis :
i) Pilihan ganda
ii) Uraian
iii) Jawaban singkat
Hendaknya setiap item dapat dijawab secara mutlak.
Hendaknya item tes tidak membutuhkan jawaban yang panjang, cukup dua atau tiga kata saja
Susunlah kalimat pertanyaan yang sederhana dan jelas maksudnya.
b) Tes perbuatan
i) Tes praktik
ii) Tes penugasan/ proyek
iii) Tes produk

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat,
menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk
non-tes

mencakup:

wawancara,

angket,

dan

pengamatan

(observasi).

Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah
antara lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran,dan
daya pembeda.Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan
pengajaran.
Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang di gunakan. Oleh karena
menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal tesnya, dan
disertai dengan catatan-catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu mudah, terlalu sukar,

atau membingungkan. Dengan cara demikian maka keterampilan guru dalam menyusun tes
akan meningkat, dan akan diperoleh sekumpulan tes yang mutunya bukan lagi yang paling
bawah. Penyusunan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin bahwa
tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:

PT

Remaja Rosdakarya
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta: FKIP UNS
Karyadi,

Didit.

2011.

Penilaian

Berbasis

Kelas.

(http://didot4com.

wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)
Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar. blogspot.com/)
Nursobah,
Ahmad.
2012.
Model
Penilaian
Portofolio.
(http://cobahajah.blogspot.com/2012/07/model-penilaian-portofolio_06.html)
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.
185.
Yusuf Muri, Dasar-dasar dan Teknik Evaliasi Pendidikan, (Padang: FIP IKIP Padang,
1998), hal. 72-75.
Nurjanah,PengertianKelasdiambildarihttp
kelas.html pada tanggal 1 Juni

://nurjanahza.blogspot.com/2011/12/pengertian-

2014.

Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,


(Bandung: Rosdakarya, 2004), hal. 8
http://zaenalabidin1357.blogspot.com/2013/04/assesment-kinerja-

danassesment.html

http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar

Anda mungkin juga menyukai