Anda di halaman 1dari 4

Motivasi Manajemen Laba

Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba yaitu:


1. Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations).
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.
1. Motivasi politik (Political Motivations)
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik.
Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan yang lebih ketat.
1. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai
metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
1. Motivasi perubahan CEO (Changes of CEO Motivations)
CEO (Chief Executive Officer) yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk menaikkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan
memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5.Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer
perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka
dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
6.Motivasi perjanjian utang (Debt Covenants Motivations)
Perjanjian utang timbul karena adanya kontrak jangka panjang yang dilakukan oleh
manajemen laba. pelanggaran terhadap hal tersebut akan mengakibatkan biaya yang tinggi
terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya
pelanggaran terhadap covenant.

Healy dan Wahlen (1999) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu:
a. Capital Market
Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analis keuangan untuk
membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi manajemen untuk memanipulasi
laba dalam usaha mempengaruhi harga saham.

b. Constructing Motivations
Healy dan Wahlen (1999) membaginya menjadi dua, yaitu: lending
constract dan management compensation constract. Esensi penjelasan Healy dan Wahlen
(1999) sama dengan uraian Scott (2000) di atas, dimana penjelasan lending constract
motivatons sama dengan other constractual motivations dan management
compensations, constract motivationssama dengan bonus scheme motivations.
c. Regulatory Motivations
Terdapat tiga bentuk dalam motivasi ini, yaitu:
1) Industry Regulations Motivations
Industri-industri diatur dengan derajat pengaturan berbeda di masing-masing industri,
beberapa diantaranya seperti industri perbankan dan asuransi menghadapi pemantauan yang
lebih ketat oleh pihak regulator termasuk data-data akuntansi. Peraturan perbankan
mengharuskan bank mencapai Cumulative Abnormal Return (CAR) tertentu, sedangkan
peraturan asuransi menghasilkan perusahaan asuransi memenuhi syarat-syarat kesehatan
keuangan minimum. Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk
mengatur laporan keuangan dan neraca sesuai dengan kepentingan pihak regulator.
2) Anti-trust and Other Regulations
Perusahaan yang berbeda di dalam penyelidikan pelanggaran anti-trust atau menghadapi
konsekuensi politik yang tidak menguntungkan memiliki insentif untuk mengatur labanya
agar tampak kurang menguntungkan. Manajemen yang memiliki subsidi dan proteksi
pemerintah juga memilki insentif yang sama.
3) Tax Planning Purposes
Healy dan Wahlen (1999) tidak menjelaskan bagian ini, karena menurutnya earnings
management untuk tujuan perencanaan pajak merupakan bagian tugas (dominant) otorisasi
pajak yang memiliki insentif yang sama.
1.7. Teknik Manajemen Laba
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan
keuangan yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui judgement
terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun
waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan
lain-lain.
1. Mengubah metode akuntansi

Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh:
mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke metoda
depresiasi garis lurus.
1. Menggeser perioda biaya atau pendapatan
Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional. Contoh: rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau
menundapengeluaran untuk penelitian sampai perioda akuntansi berikutnya, mempercepat
atau menunda pengeluaran promosi sampai perioda akuntansi berikutnya, mengatur saat
penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.

1.8.

Model-model Manajemen Laba

Ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu:


1. Taking a bath
Dalam bentuk jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan
melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat
meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat
dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer.
1. Income Minimization (menurunkan laba)
Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya:
untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada
pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula
pajak yang harus dibayarkan.
1. Income Maximization (meningkatkan laba)
Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu,
misalnya: menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan
reaksi yang positif dari pasar.
1. Income Smoothing (perataan laba)
Income smoothing dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan
pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang
relatif stabil.
Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba dalam
pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan akuntansi agresif (positive
discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi konservatif (negative discretionary
accruals).

Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba dalam pengambilan
keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai alternatif solusi atas
masalah yang timbul akibat manajemen laba yang dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan
laba dalam pengambilan keputusan, dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru.
Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih ketat tetapi masih
memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan kebijakan akuntansi dalam
batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk mengkomunikasikan
informasi privat yang dapat meningkatkan keinformasian laba, atau untuk tujuan efficient
contracting berbasis laba. Standar akuntansi yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas
laba, tetapi perlu diperhatikan bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat
meningkatkan manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen laba real)
serta meningkatkan biaya manajemen laba.

Anda mungkin juga menyukai