Anda di halaman 1dari 2

hizbut -t ahrir.o r.

id

http://hizbut-tahrir.o r.id/2014/01/15/masyarakat-jenuh-ikut-pemilu/

Masyarakat Jenuh Ikut Pemilu


Sebanyak 51,3 persen responden menyatakan akan
menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2014
Kekhawatiran banyak kalangan tentang bakal sepinya
partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 mulai terbukti.
Banyak pengamat dan survei menduga masyarakat jenuh
dengan penyelenggaraan pemilu, apalagi tidak ada
perubahan signif ikan dari hasil pemilu itu.
Survei terbaru Indonesian Riset Institute (Insis)
memprediksikan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu
Presiden 2014 menurun dibandingkan Pilpres 2009 menjadi
51,3 persen. Tingkat partisipasi pemilih cenderung turun
sebesar 2-20 persen dan itu menurun pada pilpres.
Sebanyak 51,3 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya di Pilpres 2014, kata
peneliti Insis Mochtar W Oetomo di Jakarta, Ahad (12/1).
Ia menjelaskan, dalam survei itu disebutkan sebanyak 38,22 persen responden tidak menjawab. Selain itu,
sebanyak 10,46 persen responden tidak akan menggunakan hak pilihnya. Pertanyaan diajukan sebelum
responden memiliki ref erensi nama tokoh nasional atau sebelum pertanyaan soal popularitas diajukan
kepada responden, ujarnya.
Mochtar menjelaskan, sebanyak 59,9 persen responden menjawab tidak tahu ketika ditanya akan
menggunakan hak pilihnya atau tidak pada Pilpres 2014. Selain itu, sebanyak 9,06 persen responden menilai
ingin perubahan, 8,31 persen memilih karena kewajiban sebagai warga negara, dan 8,13 persen memiliki
kesadaran karena memiliki hak pilih.
Ia menilai, tingkat partisipasi pemilih dalam pilpres terus menurun sejak 2004. Menurut Mochtar, dalam
Pilpres 2004 putaran pertama, partisipasi pemilih sebanyak 78 persen, dan di putaran kedua menurun
menjadi 75 persen. Lalu di Pilpres 2009 tingkat partisipasi pemilih sebanyak 72,10 persen, katanya.
Merespon hal tersebut, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib mengatakan, masyarakat
sudah terlalu sering mendapatkan janji kosong dalam pemilu. Setiap partai politik pun telah menikmati
kekuasaan pasca ref ormasi namun perubahan itu tidak didapatkan oleh masyarakat.
Dari situlah masyarakat akan beranggap untuk apa nyoblos kalau kemudian masyarakat tidak mendapatkan
manf aat apapun, ujarnya kepada Media Umat.
Menurut Rokhmat, adanya partai baru pun tidak akan membuat masyarakat tertarik sebab yang ada hanya
menampilkan partai baru namun sosok yang ada merupakan orang lama. Masyarakat sudah haf al bahwa
apa yang mereka bawa merupakan janji kosong, terangnya.
Hal ini juga membuktikan ketidakpercayaan publik pada demokrasi. Rakyat melihat kebijakan penguasa yang
berasal dari partai-partai tidak berpihak pada rakyat. Rokhmat mencontohkan kebijakan kenaikan Harga BBM
yang sangat menyengsarakan rakyat.
Mereka mengatakan kami ini wakil rakyat, lalu bagaimana rakyat mau terima kalau mereka diwakili oleh
orang-orang yang menindas mereka, dan masyarakat sudah mengetahui bahwa pangkal kesengsaran ini
semua karena demokrasi? jelasnya.

Hizbut Tahrir, lanjutnya, yang membawa semboyan, dan tema-tema yang menjanjikan umat seperti hidup
sejahtera di bawah naungan khilaf ah itu berbeda dengan jargon partai politik yang ada. Sebab, hal itu
berasal dari Alquran dan Sunnah. Kata Rokhmat, jika umat ingin mendapatkan kebaikan dunia akhirat tidak
lain kecuali mengikuti hukum Allah.
Kami juga tidak membawa pesan global tapi juga pesan terperinci bagaimana Islam itu diterapkan dalam
sebuah negara, tuturnya.
Peluang perjuang syariah dan khilaf ah pun, menurut Rokhmat, sangat besar didukung masyarakat, sebab
penduduk masyarakat itu mayoritas Muslim. Dan inilah kita sampaikan kepada umat, bahwa anda adalah
Muslim dan memiliki sumber hukum dari Allah yang akan menyejahterakan Anda, ini tidak sulit selama umat
Islam disentuh keimanannya, pungkasnya. (mediaumat.com, 15/1/2014)
Baca juga :

Artikel ini dipo sting pada tanggal 15 January 2014 pukul 14:48 pada katego ri News Dalam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai