Anda di halaman 1dari 12

A.

Latar Belakang Masalah


Pengaturan mengenai penanaman modal selalu mengalami perubahan
seiring dengan dibuatnya paket-paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah. Paket
kebijakan ekonomi ini dibentuk untuk mempermudah penanaman modal di
Indonesia karena sampai saat ini yang diharapkan pencapaiannya dapat terwujud
adalah investasi. Penerimaan negara sektor pajak dan eksport belum dapat
diharapkan karena memang pasar di dunia sedang mengalami kelesuan.1 Salah
satu perubahan pengaturan mengenai penanaman modal adalah tentang Daftar
Negatif Investasi (DNI). Pengaturan mengenai DNI ini tertuang dalam Peraturan
presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Terutup dan
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. DNI adalah suatu
pedoman berupa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan
bagi para calon investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. DNI
berisikan pengaturan mengenai bidang usaha yang ada di Indonesia yang dibagi
menjadi dua yaitu bidang usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan.
Bidang usaha yang dibuka dengan persyaratan adalah bidang usaha dengan
kriteria khusus yang telah ditentukan keberlakuannya. Kriteria khusus yang
dimaksud adalah meliputi bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi (UMKMK), kemitraan, kepemilikan modal asing
(prosentase), Lokasi Tertentu, dan Perizinan Khusus.2 Pembagian bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan ini dilatarbelakangi dengan adanya suatu
pertimbangan untuk melindungi sumber daya alam, perlindungan terhadap
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK),
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas tekhnologi, partisipasi
modal dalam negeri dan kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh
pemerintah.3 Sebelumnya pengaturan mengenai Daftar Negatif Investasi hanya
dibagi menjadi bidang terbuka dan tertutup sesuai amanat Undang-undangNomor
1 Riyatno, Kuliah Rutin Hukum Investasi, Universitas Gadjah Mada,
Pada 29 Oktober 2016
2 Pasal 12 ayat (3) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal

1 Tahun 1967 tentang Penanaman modal asing, namun setelah itu dirubahlah
pengaturan mengenai Daftar Negatif Investasi yaitu bahwa semua bidang usaha
itu terbuka bagi penanam modal kecuali yang tertutup dan terbuka dengan
persyaratan. Perubahan ini menyiratkan bahwa pemerintahan terlihat hati-hati
dalam menentukan bidang usaha yang terbuka. Sehingga keterbukaan bidang
usaha untuk asing itu masih dipersyaratkan dengan pertimbangan sumber daya
alam,

UMKMK

dan

tekhnologi.

Pemerintah

seakan

belum

mampu

mengembangkan dan melindungi hal-hal tersebut oleh karena itu masih


dibutuhkannya campur tangan asing. Perlindungan dan Pengembangan terhadap
usaha mikro, kecil, menenagah dan koperasi (UMKMK) adalah tujuan utama
dibuatnya Daftar Negatif Investasi (DNI). Selain itu kemitraan dengan usaha
dalam negeri juga penting agar usaha-usaha ini dapat melakukan pengoprasian
perusahaan dengan lebih baik dan menghasilkan suatu output secara optimal. Jadi
Pengaturan mengenai Daftar Negatif Investasi ini memang ditujukan untuk
memberikan kesempatan bagi usaha kecil mikro menengah dan koperasi
(UMKMK) untuk dapat lebih mengembangkan usahanya baik bidang usaha yang
hanya di cadangkan untuk usaha kecil, mikro menengah dan koperasi (UMKMK)
ini ataupun yang dipersyaratkan harus bermitra dengan UMKMK. Kebijakan ini
tentu dibentuk agar perekonomian di indonesia dapat berjalan dengan baik bahkan
pesat akan tetapi tetap melindungi bagian bagian usaha kecil dalam masyarakat.
Negara percaya adanya kerjasama dengan Pihak asing akan membantu
mengoptimalkan usaha produksi dari perusahaan-perusahaan dalam negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pemberlakuan kebijakan pemerintah mengenai
Daftar Negatif Investasi (DNI) dilihat dari ilmu sejarah, ekonomi,
sosial dan politik?
2. Bagaimanakah hubungan hukum yang akan timbul antara usaha
mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) dengan Penanam

3 Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria


dan Persyaratan Penyusunan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman
Modal

Modal Asing setelah adanya syarat kemitraan dan Perlindungan


terhadap UMKMK dalam DNI?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberlakukan

Kebijakan

Daftar

Negatif

Investasi

Dilihat

dari

Pendekatan ilmu sejarah, ekonomi, politik dan sosial.


Pendekatan ekonomi makro terhadap hukum investasi di indonesia dengan
dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah tentang Daftar Negatif Investasi dan
Kriteria penentuan Bidang Usaha Tertutup dan terbuka dengan Persyaratn ini
akan membahas bagaimana DNI dilihat dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan, seperti sejarah, ilmu sosial, politik, ekonomi. Karena kita tahu
dibuatnya kebijakan pada suatu masa tidak terlepas dari situasi dan kondisi
politik, sosial dan ekonomi pada masa itu. Latar belakang dibentuknya suatu
Daftar Negatif Investasi dalam hukum Investasi dilihat secara keseluruhan
sehingga pembentukan Daftar Negatif Investasi ini dapat berfungsi dengan
baik.
1. Sejarah Daftar Negatif Investasi
Dahulu Daftar Negatif Investasi (DNI) disebut sebagai Daftar Skala
Prioritas (DSP) dengan sistem penentuan bidang usaha terbuka dan tertutup,
DNI adalah wujud suatu penyederhanaan dari DSP, karena dahulu DSP
mengatur mengenai beberapa hal yang cukup rumit yaitu:
a. Daftar Skala Prioritas Bidang Usaha Penanaman Modal Asing;
b. Daftar Skala Prioritas Bidang Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri;
c. Daftar Bidang Usaha diluar Undang-undang Penanaman Modal Asing dan
Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri;
d. Bidang Usaha yang tertutup.
Pada tahun 1998 Daftar Negatif Investasi (DNI) diatur dalam Keppres
Nomor 96 Tahun 1998 dan Keppres Nomor 99 Tahun 1998, kemudian kedua
peraturan tersebut dirubah dengan Keppres Nomor 96 Tahun 2000 yang

dirubah lagi dengan Keppres Nomor 118 Tahun 2000. Dan pada tahun 2007
Daftar Negatif Investasi diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun
2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (Perppres Nomor
77 Tahun 2007) dan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang
Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan (Perpres No. 111 Tahun 2007). Pada Tahun 2010
Daftar Negatif Investasi dirubah dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 dan
Pada Tahun 2014 yaitu Perpres Nomor 39 Tahun 2014.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia tidak mengenal Investasi asing,
dan semua perusaan asing pada masa penjajahan dilakukan nasionalisasi, lalu
kemudian pada masa Orde baru asing diizinkan menanamkan modalnya di
Indonesia dan diberikan begitu banyak kelonggaran dan kepemilikan 100%
saham dalam bidang bidang tertentu sesuai dengan bidang usaha yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing. Keterbukaan sangat terlihat dengan sedikitnya daftar bidang usaha
yang tertutup untuk umum dan banyaknya bidang usaha yang terbuka.
Kemudian pada perkembangannya setelah masa krisis ekonomi Indonesia
mengalami defisit Investasi dan harus mengatur kembali pengaturan mengenai
DNI dan akhirnya keterbukaan semakin terlihat dan investasi asing kembali
masuk ke Indonesia. Akan tetapi seiring berjalannya waktu nampak terlihatnya
stabilitas negara dan keinginan yang kuat untuk berdaulat akhirnya pemerintah
mulai melakukan penyempurnaan-penyempurnaan pengendalian investasi
asing. Dapat dilihat dalam Perpres Nomor 77 Tahun 2010 dan Perppres Nomor
36 Tahun 2014 dimana terdapat suatu syarat bagi keterbukaan seperti
kemitraan dengan usaha dalam negeri dan usaha mikro kecil menengah dan
koprasi serta penutupan beberapa bidang usaha untuk investor asing. Ada
sekitar 216 Bidang usaha terbuka dengan persyaratan. 4 Dan pada tahun 2016
dibuatlah sebuah Perpres terbaru Nomor 44 Tahun 2016 dengan kembali
membuka kemudahan pada dengan dibukanya kembali bidang usaha sebanyak
4 Riyatno, Hand Out Gambaran Perubahan Daftar Investasi, Kuliah
Rutin Hukum Bisnis UGM.

26 untuk kepemilikan saham 100% di asing dan pengurangan pada bidang


usaha yang terbuka dengan persyaratan menjadi 183. 5
2. Daftar Negatif Investasi Dilihat dari Ilmu Sosial
Ilmu sosial atau sosiologi adalah suatu ilmu masyarakat yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial.
Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi menyetakan bahwa, struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidahkaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompokkelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah suatu timbal
balik antara pelbagai segi kehidupan bersama seperti bagaimana proses timbal
balik anatra hukum dan politik, hukum dan ekonomi dan lain sebagainya. 6
Satjipto Rahardjo berpendapat bahwa hukum dan masyarakat tidak bisa
dipisahkan, bagi hukum masyarakat adalah sumber daya yang memberi hidup
dan menggerakan hukum tersebut.7 Masyarakat menghidupi hukum dengan
nilai-nilai, gagasan, konsep, disamping itu masyarakat juga menghidupi
hukum dengan cara berpartisipasi untuk menjalankan hukum. Kita mengetahui
dari prespektif sosiologi hukum, hukum itu hanya bisa dijalankan dengan
campur tangan manusia, sebagai golongan yang menyelenggarakan hukum
maupun mereka yang wajib menjalankan ketentuan hukum. Dengan demikian
masuklah aspek perilaku manusia ke dalam hukum. Hukum bekerja dengan
memancangi perbuatan seseorang atau hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Untuk keperluan pemancangan maka hukum menjabarkan
pekerjaannya dalam berbagai fungsi yaitu:
a. Pembuatan norma-norma, baik yang memberikan peruntukan maupun
yang menentukan hubungan antara orang dengan orang.
b. Penyelesaian sengketa-sengketa.
5 Ibid
6 Selo Soemardjan dan Soelaeman soemardi (ed) Setangkai Bunga
Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1974.
7 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditiya Bakti Bandung, 2000,
hlm 5.

c. Menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yaitu dalam hal terjadi


perubahan-perubahan sosial.
Jadi hukum digunakan sebagai suatu cara untuk melakukan kontrol sosial,
yaitu suatu proses untuk mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakat. Sama halnya dengan pembentukan Daftar
Negatif Investasi, bahwa DNI dibentuk sebagai kran pengontrol masuknya
dana investasi asing di Indonesia. Agar masyarakat dalam negeri juga punya
kesempatan yang sama ketika dia ingin berusaha di Indonesia. Dalam Daftar
Negatif Investasi dibuat suatu rekayasa sosial yaitu tetap terbukanya bidang
usaha untuk asing akan tetapi ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
salah satu contohnya adalah kewajiban bermitra dan melakukan perlindungan
dan pegembangan pada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi
(UMKMK). Hal ini diatur oleh pemerintah agar masyarakat dengan usaha
kecil modal terbatas dan sumber daya manusia yang belum mumpuni bisa
mengoptimalkan usahanya. Persyaratan lain adalah dengan menutup 100%
kepemilikan saham untuk asing dan hanya membiarkannya untuk usaha mikro
kecil menengah dan koperasi (UMKMK). Pemerintah ingin bagaimana
Investasi asing tetap masuk ke Indonesia akan tetapi mereka membuat suatu
persyaratan agar perusahaan-perusahaan dalam negeri juga tidak mati tergusur
dengan perusahaan asing oleh karena itu pemerintahan membagi bidang usaha
yang memang diaharapkan UMKMK bisa beroprasi sendiri tanpa bantuan
asing. Seperti contoh untuk usaha usaha perdagangan eceran diharuskan
kepemilikan usahanya adalah usaha dalam negeri 100%, sementara usaha
perdagangan yang besar seperti mall asing dibiarkan memiliki kepemilikan
saham di dalamnya.
3. Daftar Negatif Investasi Dari Pandangan Ilmu Politik
Satjipto Rahardjo, mendefinisikan bahwa politik adalah suatu aktifitas
memilih cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki,
yang cakupannya dapat menjawab beberapa pertanyaan mendasar yaitu: 1)
tujuan apa yang hendak dicapai, 2) cara-cara apa yang yang harus dipakai dan
paling baik untuk mencapai tujuan itu, 3) kapan waktunya dan melalui cara
bagaimana strategi itu perlu dirubah, 4) Dapatkah suatu pola yang baku dan

mapan dirumuskan untuk membantu dalam memutuskan proses pemilihan


tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan baik.8 Jadi ketika
kita akan memandang hukum dari segi politik maka hukum tersebut dapat
dikatakan sebagai alat atau cara dan strategi yang harus diberlakukan agar
tujuan bisa tercapai. Moh. Mahfud MD dalam bukunya Politik Hukum
Indonesia menyatakan bahwa politik hukum adalah suatu legal policy atau
garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan
pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama.9 Dapat
kita asumsikan bahwa hukum adalah produk politik para birokrat di DPR,
dimana hukum adalah suatu dependent variable (variable terpengaruh),
sedangkan

politik

diletakan

sebagai

independent

variable

(variable

berpengaruh). Peletakan hukum sebagai variable yang tergantung atas politik


atau politik yang determinan atas hukum itu mudah dipahami dengan melihat
realitas, bahwa pada kenyataanya hukum dalam artian sebagai peraturan yang
absatrak merupakan kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling
berinteraksi dan bersaingan. Jadi suatu keberlakuan hukum tidaklah mungkin
terlepas dari kehendak-kehendak para penciptaknya. Begitu juga munculnya
suatu kebijakan tertentu tidaklah semerta-merta hanya untuk mengatur
masyarakat tapi juga ada tujuan tujuan lain yan hendak dicapai. Pemerintah
mengeluarkan kebijakan mengenai Daftar Negatif Investasi dalam ranah
Hukum Investasi pasti tidak terlepas dari latar belakang dan tujuan yang
sedang dikehendaki. Daftar Negatif Investasi adalah pedoman bagi masyarakat
calon penanam modal yang akan menentukan bidang usaha mana sebagai
tujuan investasinya. Namun di dalam Daftar Negatif Ini tidak semua bidang
usaha dapat dijalankan, pemodal dari dalam negeri dapat menginvestasikan
dananya ke seluruh bidang usaha kecuali bidang usaha yang tertutup.
Sedangkan penanam modal asing diberikan beberapa persyaratan ketika dia
akan menanamkan modalnya di Indonesia berupa persyaratan mengenai
perlindaungan dan pengembangan UMKMK,

kemitraan, prosentase

8 Ibid, Cet III, hlm. 352-353.


9 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Edisi Revisi, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm 1.

kepemilikan saham dan prizinan khusus. Kemitraan yang dimaksud adalah


kemitraan dengan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK),
pada dasarnya dibutuhkan modal asing masuk bukan sekedar dana yang dicari
akan tetapi management yang baik, skill yang mumpuni dan tekhnologi yang
agar operasional kegiatan usaha dapat dilakukan secara maksimal. Sedangkan
kita mengetahui untuk UMKMK, tidak dapat mengeluarkan modal yang besar,
sumber daya manusia yang ahli bahkan tekhnologi yang masih sangat kurang
sementara itu ada bidang-bidang yang memang mempunyai sifat resiko yang
tinggi dan kita tidak bisa berdiri dan mengoprasionalkan sendiri. Oleh karena
itu kiranya cukup masuk akal apabila asing melakukan kemitraan dengan
usaha-usaha kecil dalam negeri. Contohnya adalah Bisnis Perbankan, asing
dapat masuk dan bermitra dengan usaha dalam negeri karena kita tahu bisnis
perbankan adalah bisnis beresiko tinggi dan bertekhnologi tinggi.
Sementra persyartan prosentase, tidak lain adalah berhubungan dengan
suara dalam RUPS oleh karena itu pemilihan nilai prosentase adalah nilai nilai
yang sering muncul dalam hukum Perseroan terbatas yaitu 49%, 67% dan
95%. Pada Prosentase 49% maka asing tidak akan begitu berpengaruh dalam
proses pengambilan suara karena masih ada dua kemungkinan yaitu 51%,
setuju atau tidak setuju atau setuju sebagian sementara pemberlakuan 67%
suara bisa bulat ketika sebagian dari sisa suara setuju dengan keputusan asing
dan 95% adalah suara bulat dalam RUPS sehingga asing dapat menentukan
arah kebijakan untuk kegiatan usahanya.
Bidang usaha tertutup adalah bidang yang memang tidak diperuntukan
oleh publik bidang ini hanya negara saja yang boleh menjalankannya, seperti
bidang usaha trumbu karang hal ini untuk melindungi sumber daya alam
karena ini adalah sumber daya alam yang terbatas dan dapat terjadi
pencemaran lingkungan yang berat apabila di serahkan pada tangan swasta.
Bidang Usaha lainnya adalah bidang usaha yang berkiatan dengan keamanan
negara seperti pembuatan senjata, tidak akan mungkin di serahkan kepada
asing karena jika itu terjadi maka negara lain bahkan bisa mendeteksi sitem
pertahanan Indonesia.10 Dan terakhir adalah bidang usaha tanaman ganja,
10 Salim, Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Cet 4 Rajawali
Pers: Jakarta. Hlm 180.

tanaman ini bisadigunakan dalam bidang kesehatan apabila digunakan dalam


dosis yang tepat tapi akan sangat berbahaya jika tanaman ini dikonsumsi
secara pribadi oleh karena itu bidang usaha penanaman ganja dimasukan
dalam bidang usaha yang tertutup.11
4. Daftar Negatif Investasi dilihat dari Sudut Pandang Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan
menciptakan kemakmuran oleh karena itu ia mempelajari bagaimana
mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan dengan usaha dan pengeluaran
yang sekecil-kecilnya. Begitu juga dengan investasi, pengaturan investasi akan
selalu mendorong pada bagaimana mendatangkan dana dan memperoleh
kuntungan atas pengelolaan dana tersebut. Pengaturan mengenai Daftar
Negatif Investasi ini tidak sebatas melindungi usaha mikro kecil menengah
dan koperasi (UMKMK) saja tetapai juga memanfaatkannya dengan
membentuk sebuah kemitraan dengan asing agar hasil usaha bisa maksimal,
usaha kecil dengan modal yang kecil tidak akan bisa beroperasi dengan alat
alat canggih sehingga hasil yang dicapai juga tidak bisa diharapkan. Bebeda
dengan pemanfaatan tekhnologi management dan skill yang baik oleh asing
untuk barang yang kadang kurang bernilai harganya jika di kelola oleh
UMKMK dapat berubah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Dalam hal
kemitraan dengan UMKMK, para pegawai dan pekerja akan otomatis
mendapatkan suatu pendidikan pelatihan dan penelitian dari pihak asing yang
akan menghemat biaya anggaran negara dalam hal pelatihan kerja. Selain itu
untuk bidang-bidang pelayanan publik yang menguasai hajat hidup orang
banyak dibutuhkan suatu kerjasama dengan asing melalui penyertaan
kepamilikan modal asing. Hal ini pastinya untuk mendukung pemenuhan
modal yang cukup besar.

11 Ibid, hlm 35.

2. Hubungan Hukum Antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi


(UMKMK) dengan Penanam Modal Asing Setelah Adanya Syarat
Kemitraan, Perlindungan dan Pengembangan Untuk UMKMK Dalam
Daftar Negatif Investasi (DNI)
Pasal 33 ayat (3) UUD I945 menyatakan bahwa Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang artinya segala macam
proses perekonomian yang ada di Indonesia haruslah bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat. Segala macam kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah tidaklah hanya berfokuskan pada keuntungan ekonomi semata
tetapi juga meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Salah satu kebijakan ekonomi adalah pengaturan mengenai penanaman modal
dimana investasi ini sekarang adalah harapan terbesar untuk sektor
penerimaan negara. Pembangunan nasional harus tetap berjalan dan dana
asing bukanlah sesuatu yang dapat diingkari. Oleh karena itu dalam
pengaturan tentang investasi ini ada pembatasan kepemilikan asing dan usahausaha besar yang mengancam UMKMK tersebut. Kemudaian pengaturan
mengenai Daftar Negatif infestasi itu menjadi dibutuhkan.
Daftar negatif infestasi adalah suatu pedoman tentang bidang usaha yang
tertutup dan terbuka dengan persyaratan untuk para calon investor yang akan
menginvestasikan danaya ke Indoneia. Daftar Negatif Investasi berisi tentang
ketentuan bidang usaha di Indonesia yang dilarang sama sekali diusahakan
dan bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan penanaman
modal dengan syarat tertentu. Persyaratan yang diajukan adalah mengenai
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, kemitraan,
kepemilikan modal asing, lokasi tertentu dan perizinan khusus. Bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembanagn terhadap
UMKMK, hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kewajaran dan
kelayakan ekonomi untuk melindungi UMKMK. Bidang Usaha yang terbuka
dengan syarat kemitraan merupakan usaha yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama antara UMKMK dengan usaha besar dengan memperhatikan
perinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Bidang usaha yang terbuka dengan kepemilikan modal adalah terkait dengan
pemeberian batas kepemilikan modal bagi penanam modal asing. Bidang
usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu adalah bidang
usaha di suatu daerah dengan pembatasan wilayah tertentu yang memiliki
beberapa potensi usaha unggulan dan bahkan dibebaskan dari DNI,cotoh
adalah KEK. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persayaratan perizinan
khusus berupa rekomendasi dari instansi atau lembaga pemerintah ataupun
non pemerintah yang memilikikewenanangan pengawasan terhadap suatu
bidang usaha termasuk merujuk ketentuan perundang-undangan yang
menetapkan monopoli atau harus bekerjasama dengan BUMN.
Salah satu persyaratan dalam bidang usaha terbuka adalah mengenai
perlindungan dan pengembangan Usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi.
Dimana Pihak asing atau dalam negeri harus melakukan suatu kemitraan dan
mengadaakan pelatihan-pelatihan dan pendidikan bagi usaha-usaha kecil ini.
Penanam modal asing diaharapkan akan melakukan kerjasama dan melakukan
pelatihan-pelatihan beserta pendidikan bagi pekerja di Indonesia. Penanam
modal

asing

harus

menggunakan

perinsip

saling

memperkuat

dan

menguntungkan dalam sistem kerjanya. Selanjutnya dalam beberapa pasal di


Undang-Undang Penanaman modal menentukan kemitraan itu dnegan cara
akuisisi marger ataupun pendirian perusahaan baru. Lebih lanjut mengenai
cara bekerjasama ini tunduk pada undang-undang Perseroan Terbatas, diamana
asing harus membentuk suatu badan hukum di Indonesia sesuai dengan
Undang-undang Perseroan Terbatas.

BAB III
KESIMPULAN
1. Pembentukan Daftar Negatif Investasi (DNI) dalam hukum Investasi
sebenarnya adalah sebagai suatu kontrol dan penyeimbang bagi semua
peraturan hukum tentang investasi. Daftar Negatif Investasi ini

dibentuk dengan semaksimal mungkin melindungi usaha-usaha kecil


dalam negeri akan tetapi masih dapat mendatangkan investasi asing
dari luar negeri. Pengaturan mengenai Daftar Negatif Investasi dibagi
menjadi dua kategori yaitu bidang usaha tertutup dan bidang usaha
terbuka dengan persyaratan. Apabila kita melihat pengaturan ini dalam
konteks sosiologi hukum maka kita akan begitu melihat pengaturan ini
adalah perlindungan penuh bagi masyarakat dengan usaha kecil agar
tetap bisa beroperasi ataupun mendapat bantuan dari asing. Dan ketika
kita melihat dari sisi politik maka akan sangat banyak keuntungan
yang di dapat dari Daftar negatif Investasi ini salah satu keuntungan
apabila kita memanggil asing masuk ke dalam negeri adalah tidak
sebatas keuntungan modal yang dicari akan tetapi skill, management
dan tekhnologi yang mereka terapkan begitu apik untuk proses
produksi sehingga ketika kita melihat dari segi ekonomi keuntungan
yang lebih besar dapat dicapai.
2. Hubungan hukum yang akan timbul ketika UMKMK dengan asing

melakukan kemitraan adalah hubungan hukum yang tercipta dari suatu


badan hukum sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas
karena proses modal asing masuk dalam negeri adalah pendirian badan
hukum bisa melalui proses akuisisi, marger ataupun dengan
membentuk pendirian perseroan baru dengan mengambil saham
didalamnya. Sementara untuk perlindungan dan pengembangan
UMKMK, Perusahaan asing wajib melakukan pelatihan dan
pendidikan bagi para pekerja di dalamnya dengan perinsip saling
menguatkan dan menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai