Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagi kalangan naturalis, keberadaan industri pertambangan di suatu wilayah
merupakan ancaman besar bagi hilangnya keanekaragaman dan rusaknya
lingkungan akibat aktivitas pertambangan. Salah satu dosen saya pernah bercerita
dalam kuliahnya tentang 'borok' yang berupa lubang-lubang besar bekas
penggalian hasil tambang yang menganga lebar di atas tanah nusantara di berbagai
wilayah di Indonesia. Belum lagi dengan masalah pertambangan yang tidak ramah
lingkugan sehingga ekosistem perairan menjadi tercemar dan tanah dipenuhi oleh
asam-asam tambang. Banyak juga penyakit yang timbul akibat pencemaran yang
terjadi di sekitar kawasan pertambangan. Begitulah pandangan awal yang
diberikan kepada saya mengenai pertambangan mineral di Indonesia.
Di sisi lain industri pertambangan sebenarnya merupakan suatu industri yang
sangat menjanjikan di Indonesia. Indonesia sebagai negeri yang kaya akan
sumberdaya alam, mineral dan minyak serta gas terkubur dalam perut Bumi
Indonesia masih bisa digali untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Minyak, gas alam, mineral dan
logam serta batubara sebenarnya adalah aset berharga kita yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan akan energi dan ekonomi ketika hal tersebut
disinergikan dengan keselarasan terhadap lingkungan dan pelestariannya.
Sampai saat ini, saya rasa tidak sedikit industri pertambangan di Indonesia
yang telah mengembangkan sistem penambangan yang cukup ramah lingkungan.
Kalaupun belum, beberapa program dari perusahaan-perusahaan tambang tersebut
setidaknya telah sedikit 'menebus dosa' terhadap pengerusakan lingkungan dengan
mengadakan berbagai program lain, seperti penghijauan di lahan kritis,
peningkatan produktivitas lahan di sekitar kawasan pertambangan yang berbasis
masyarakat serta pembiayaan berbagai program pendidikan dan penyelamatan

lingkungan melalui bagian Corporate Social Responsibility (CSR) dari


perusahaan tambang tersebut. Saya pun tidak menyangkal bahwa keberadaan
perusahaan tambang di Indonesia telah memberikan kontribusi yang luar biasa
dalam pembangunan dan peningkatan ekonomi Indonesia serta penyerapan tenaga
kerja untuk bekerja di sektor pertambangan. Hal tersebut merupakan berbagai
dampak positif yang bisa kita rasakan dari keberadaan industri pertambangan di
negeri kita ini.
Sadar ataupun tidak, listik yang kita gunakan, kendaraan yang kita pakai untuk
bepergian serta berbagai peralatan elektronik yang kita gunakan semuanya berasal
dari hasil pertambangan. Berbagai produk dasar pertambangan tersebut yang
kemudian melalui beberapa industri lagi diolah menjadi apa yang kita lihat dan
kita gunakan sekarang. Oleh karena itu saya pikir kita tidak perlu menjadi terlalu
munafik dengan berparadigma negatif terhadap industri pertambangan Indonesia.
Memang benar dan harus kita akui bahwa hingga detik ini sebagian besar
industri pertambangan, baik industri hulu migas dan tambang mineral di Indonesia
masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asing. Sebenarnya hal tersebut pun
memiliki dua sisi, positif dan negatif. Di sisi positif, keberadaan perusahaanperusahaan asing tersebut dapat meningkatkan kerjasama antar negara yang
kemudian akan memberikan dampak sistemik terhadap pembangunan negeri
melalui investasi infrastruktur yang diberikan. Akan tetapi, di sisi lain terdapat
pandangan bahwa dengan banyaknya perusahaan asing yang berkecimpung di
industri pertambangan Indonesia maka kesempatan Indonesia untuk dikapitalisasi
oleh asing akan semakin besar. Selain itu, produk-produk tambang yang
berkualitas wahid bisa jadi diekspor keluar dan produk tambang yang kita peroleh
hanyalah produk kelas dua atau kelas tiga.
Mengenai keterlibatan asing tersebut, banyak yang juga kurang sependapat
dengan hal tersebut. Bahkan, hingga mengutip pernyataan Bung Karno yang
kurang lebih menyatakan bahwa biarlah semua mineral terkubur dalam perut
Bumi Indonesia hingga suatu saat para putra Bangsa yang menggalinya sendiri.

Menurut saya, kondisi yang ada saat ini terkait hal tersebut juga memiliki dua sisi.
Apabila saya ingin skeptis terhadap Indonesia, saya dapat melontarkan berbagai
pertanyaan yang mungkin dapat direnungkan oleh berbagai kalangan yang
menolak campur tangan asing tersebut. Apabila tidak ada campur tangan asing
dalam industri pertambangan Indonesia, apakah kita yakin pembangunan
Indonesia bisa semaju sekarang? apakah dengan berbagai sumberdaya yang
dimiliki Bangsa Indonesia (ekonomi, manusia, teknologi) sudah dapat secara
mandiri membangun industri pertambangan yang ideal?
Saya pun sebenarnya tidak menyangkal bahwa keterlibatan asing dalam industri
pertambangan di Indonesia adalah sepenuhnya baik. Akan tetapi, kita pun perlu
untuk membuka diri dan berkolaborasi untuk mengoptimalkan sumber daya yang
kita miliki seraya meningkatkan kualitas Bangsa agar suatu saat nanti kita dapat
menjadi mandiri seutuhnya. Kita masih butuh bimbingan, tetapi hendaknya kita
tidak boleh diintervensi terlalu jauh oleh keberadaan asing ini.
Masih berkaitan soal asing, akhir-akhir ini isu mengenai pertambangan juga
sedang panas mencuat apabila kita mengikuti perkembangan berita. Hal tersebut
terkait dengan Peraturan Presiden No.1 Tahun 2014 yang melarang perusahaan
tambang menjual hasil tambang mentah ke luar negeri yang menurut banyak
perusahaan cukup memberikan kerugian besar karena harga produksi akan
menjadi lebih tinggi. Untuk saya yang tidak terlalu mengerti mengenai proses
kerja dalam industri pertambangan, saya berpikir bahwa terkadang memang benar
kalau banyak perusahaan tambang yang mengajukan protes karena memang saat
ini kita masih terkendala dengan besarnya biaya produksi untuk menghasilkan
suatu produk tambang yang jadi. Menurut saya, sebelum pemerintah
mengeluarkan peraturan semacam itu, tentunya pemerintah sudah harus
mempertimbangkan akan adanya fasilitas pengolahan bahan tambang mentah
hingga menjadi produk tambang jadi dengan harga yang cukup bersain di pasar
global. Apabila hanya ada peraturan tanpa fasilitas yang memadai dari pemerintah
untuk mendukung dijalankannya peraturan tersebut, menurut saya sah-sah saja
jika perusahaan melakukan protes.

Dengan ditetapkannya peraturan pemerintah yang baru tersebut, saya


sebenarnya sedikit merasa bahwa akan terjadi banyak pemangkasan anggaran dari
berbagai perusahaan tambang khususnya pada anggaran proyek CSR dan
mungkin beberapa komponen anggaran lainnya untuk tetap mendukung jalannya
aktivitas industri tersebut. Ketika alokasi dana CSR perusahaan tambang
dikurangi maka peluang untuk melakukan berbagai aktivitas positif yang
bermanfaat bagi penyelamatan lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat
melalui berbagai program sangat mungkin untuk mengalami hambatan. Padahal,
aktivitas pengerukan bahan tambang akan tetap berjalan. Hal ini tentunya akan
menimbulkan berbagai ketimpangan yang kemudian akan berdampak pada
berkurangnya alokasi dana rehabilitasi lingkungan, penurunan produksi dan
pendapatan negara dari sektor pertambangan serta matinya beberapa perusahaan
tambang lokal yang tidak cukup kuat dalam persaingan global.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DAMPAK PERTAMBANGAN DAN SOLUSI


2.1.1 DAMPAK PERTAMBANGAN BATU BARA
Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena
perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak
menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).

a.

Dampak Terhadap Lingkungan


Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan

Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya.

Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa

negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan


dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk
kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara,
menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena
transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga
harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan
mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya
terhadap industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam
hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang
termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena
hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan
sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara
secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1.

Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi

dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan
di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang
drastis.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium,
dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan
mengakibatkan

kontaminasi

radioaktif.

Meskipun

senyawa-senyawa

ini

terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan


jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan
terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan
dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan
membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang
terkontaminasi merkuri.

2.

Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi


kesehatan.

Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru.

Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti


influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan
bronchitis kronis.
3.

Pencemaran Tanah
Penambangan

batubara

dapat

merusak

vegetasi

yang

ada,

menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic,


menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah
pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum
daerah penambangan secara permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana,
gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada
emisi gas rumah kaca.

Aktivitas

pertambangan

batubara

juga

berdampak

terhadap

peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muaramuara sungai.
Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas
pertambangan
batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan
pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampak
penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada
kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub
soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah
sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang

terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan
atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan
tanah tersebut.

b.

Dampak Terhadap manusia


Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap

manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :


1.

Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan


manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri
(Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu
debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan
aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit
infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa
kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan

kelahiran bayi cacat.


2.
Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal, merkuri,
nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum,
seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.
3.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara
juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah,
baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung
menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut
dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut
mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan
menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian batubara tersebut.
Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat

berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut


mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn),
Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat
menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

c.
1.

Dampak Sosial dan kemasyarakatan

Terganggunya Arus Jalan Umum


a. Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara
berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan,
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari
dampak yang ditimbulkan.
2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat
Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal
yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik
atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak
seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik
lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari
pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif.
Bahkan kerusakan moralpun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri, Sumber wikipedia.com
mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan
tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah
satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah Australia hingga tahun 2008.
Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar
Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap
memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber wikipedia.com

mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa negara dari kegiatan


penambanganya.
Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat. Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat
sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar
dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat
sekitar.

3. Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap iklim kita


Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah
dasyat. Air dalam jumlah yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan
kelangkaan air di banyak tempat. Polutan beracun yang keluar dari cerobong asap
PLTU mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Partikel halus
debu batubara adalah penyebab utama penyakit pernapasan akut, merkuri perusak
perkembangan saraf anak-anak balita dan janin dalam kandungan ibu hamil yang
tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting, pembakaran batubara di
PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti
karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang
memperburuk kondisi iklim kita.
4. Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran batubara
Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat
pembakarannya. Di ujung rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara
yang ditinggalkan setelah dieksploitasi habis, limbah pembakaran batubara, dan
hamparan alam yang rusak tanpa pernah akan bisa kembali seperti sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan
segudang masalah untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang
raksasa, drainase tambang asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah.

10

Hamparan alam yang rusak adalah adalah kondisi permanen yang tak akan pernah
pulih , sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan
kesehatan masyarakat, tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat
toksik yang dihasilkan dari limbah tersebut, yang masing-masing memicu
keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan
kerusakan yang diakibatkan oleh energi kotor inimasing-masing dengan
caranya sendiri. Kerusakan ini nyata dan mematikan.
5.Lingkungan pasca tambang
Kegiatan pasca tambang pembangunan yang berkelanjutan semestinya
menghasilkan output yaitu pemanfaatan yang optimal dan bijak terhadap
sumberdaya alam yang tak terbaharukan, serta berkesinambungan terhadap
keseterdiaan sumber daya alam. Adanya dampak ekologis dari kegiatan pasca
tambang memacu untuk dipikirkan terlebih dahulu, serta dilakukan penelitian dan
penaatan ruang karena bila tidak dilakukan kompehensip, maka penutupan
tambang hanya akan meninggalakan kerusakan bentang alam dan lingkungan.
Untuk itu diperlukan upaya penanggulanan pencemaran dan kerusakan
lingkungan pada saat operasi maupun pasca ditutupnya usa tambang sebagai
berkesinambungan

yang

pada

intinya

adalah

upaya

yang

bisa

untuk

menghilangkan dampak dari kegiatan tambang dengan melakukan suaru gran


desain dan krontruksi kegiatan tambang yang berdampak lingkungan yang dikenal
dengan AMDAL.
Dalam kaitan dengan hal ini pemerintah harus meyeleksi secara ketat para
pemegang Kuasa Penambangan sehingga betul-betul melaksanakan AMDAL
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peraturan perundangan mengenai dampak
lingkungan berkembang sejak diundangkannya Undang-Undang No. 4/1982,
Undang-Undang No. 23/1997 serta Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan

11

Energi No. 389K/008/MPE/1995 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Upaya


Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Untuk menyederhanakan prosedur, pemerintah harus membuat daftar
kegiatan yang sudah berjalan atau yang disebut listing, yang didasarkan ada luas
jangkuan kegiatan dan skala produksinnya. Semua kegiatan penambangan yang
termasuk dalam daftar diharuskan membuat AMDAL, sedangkan tidak termasuk
dalam daftar diharuskan membuat UKL dan UPL. Kegiatan yang menyusun
AMDAL adalah kegiatan penambangan yang berada di lokasi yang sensitif
terhadap lingkungan seperti hutan lindung, daerah cagar budaya dan cagar alam.
Dalam undang-undang No. 11/1967 mengenai pertambangan telah dicantumkan
pula daerah yang tidak diperkenankan untuk dijadikan ajang kegiatan
penambangan antara lain kuburan, cagar budaya, bangunan penting seperti
jembatan, instalasi militer dan sebagainya.

2.1.2 SOLUSI TERHADAP DAMPAK DAN PENGARUH PERTAMBANGAN


BATUBARA

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting


dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan

batu bara

yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.
Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban
dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar
biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang

ditimbulkan

oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk
dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

12

1.

Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective)


yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara
sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki
(pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker
debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu
bara (coal dust).

2.

Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga


akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat
mencegah

perkembangbiakan

nyamuk

malaria.

Dikhawatirkan

bekas

lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding


place).

3.

Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan


pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuanketentuan yang berlaku (law enforcement)

4.

Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan


untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

BAB III
PENUTUP

13

3.1KESIMPULAN

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan


kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas
terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat
bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah
terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang
bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan
juga memanfaatkannya secara bijaksana.
Sebagai contoh adalah kegiatan pertambangan batubara di pulau Kalimantan
yang bisa dibilang telah mencapai tahap yang kronis, dengan menyisakan lubanglubang besar bekas kegiatan pertambangan dan juga dampak-dampak yang
lainnya. Hal tersebut setidaknya dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya
apabila kita melakukan tindakan perbaikan dan juga memanfaatkan SDA secara
bijaksana

DAFTAR PUSTAKA

14

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai


Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16
Juni 2006].
Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of
Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding
Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in
Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-SEA.
Bogor
Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah

(Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah

Pascasarjana.IPB. Boger.
Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan
Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta.
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.
Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.
Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
Uversity Press. Yogyakarta.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.
Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi
Yogyakarta.Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai