Sakd 2 PDF
Sakd 2 PDF
AUDITOR AHLI
SAKD II
KODE MA : 1.241
SISTEM
ADMINISTRASI
KEUANGAN DAERAH II
2007
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
EDISI KEENAM
Judul Modul
Penyusun
Perevisi I
Perevisi II
Perevisi III
Perevisi IV
Perevisi V
Pereviu
Editor
Tahun 1998
Tahun 2000
Tahun 2002
Tahun 2004
:
:
Tahun 2006
Tahun 2007
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....
Daftar Isi.........
ii
Pendahuluan.......................
E. Metodologi Pemelajaran.................................................
Keuangan Daerah........
BAB I
BAB II
BAB III
Negara.........................................................................
D. Latihan........
17
19
A. Pengertian.......
19
20
21
23
E. Latihan ..................
25
iii
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
Penyusunan APBD........
27
A. Siklus Anggaran......................
27
28
C. Latihan...............
46
Penerimaan Daerah.............................................................
49
51
B. Dana Perimbangan.........................................................
77
88
D. Penerimaan Pembiayaan................................................
89
E. Latihan............................................................................
96
Pengeluaran Daerah............................................................
98
A. Belanja Daerah...............................................................
98
107
C. Latihan............................................................................
109
Pelaksanaan,
Penatausahaan,
Pelaporan
dan
Pertanggungjawaban APBD........
111
A. Pelaksanaan APBD......
111
118
124
126
E. Latihan...................
130
iv
BAB VIII
132
A. Umum.............................................................................
132
135
139
D. Tuntutan Perbendaharaan..............................................
140
146
F. Daluwarsa TP/TGR.........................................................
151
G. Penghapusan..................................................................
152
H. Pembebasan...................................................................
153
I. Penyetoran......................................................................
153
J. Pelaporan........................................................................
154
K. Lain-lain..........................................................................
154
Ganti
Rugi
Keuangan
dan
Barang
Daerah............................................................................
154
156
N. Latihan...............
158
Daftar Pustaka..........
160
Daftar Istilah/Singkatan..........................................................................
163
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sesuai dengan keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.04.00-847/K/
1998 tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola Pendidikan Dan Pelatihan
Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, Modul Sistem
Administrasi Keuangan Daerah II (disingkat SAKD II) merupakan salah
satu kurikulum/mata ajar dalam rangka diklat pembentukan auditor ahli.
Diklat pembentukan auditor ahli adalah diklat untuk menjaring calon auditor
yang berlatar belakang pendidikan minimal sarjana (S1 atau D-IV) dengan
kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat yang
status ijazahnya telah disamakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
RI. Setelah lulus dari pendidikan dan pelatihan ini, diharapkan mereka
mampu untuk melaksanakan tugasnya sebagai anggota tim.
Mata ajar SAKD II merupakan kelompok mata ajar inti, dengan lama
pelatihan (jamlat) sebesar 30 jamlat. Mata ajar sistem administrasi
keuangan negara II (SAKN II) dipergunakan/diajarkan bagi calon auditor
pada unit pengawasan pusat, sedangkan SAKD II diajarkan bagi calon
auditor pada unit pengawasan daerah.
Untuk calon auditor BPKP dan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam
Negeri RI, kedua mata ajaran tersebut (SAKN II dan SAKD II) diberikan,
akan tetapi mata ajar SAKD II sebagai mata ajar yang tidak diujikan.
B.
ini
sejalan
dengan
keinginan
pemerintah
akan
terwujudnya
daerah;
2.
3.
4.
memahami pengertian,
daerah;
5.
6.
7.
Pendahuluan
Bab II
Keuangan Daerah
Bab III
Bab IV
Penyusunan APBD
Bab V
Penerimaan Daerah
Bab VI
Pengeluaran Daerah
Bab VII
Bab VIII
Pada masing-masing bab akan disajikan dasar teori, latihan soal dan
kasus yang harus dijawab oleh para peserta baik secara perseorangan
maupun kelompok.
E.
METODOLOGI PEMELAJARAN
Peserta diklat diharapkan mampu memahami secara optimal substansi
yang terdapat dalam modul ini, untuk itu diperlukan proses belajar
mengajar dengan pendekatan andragogi.
BAB II
KEUANGAN DAERAH
Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu menjelaskan pengertian keuangan
daerah, hubungan keuangan daerah dengan keuangan pusat, serta pengurusan
keuangan daerah dalam rangka mem bantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.
A.
Hak Daerah
Kewajiban Daerah
dengan uang
Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang
melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
ikut
serta
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
meningkatkan kesejahteraan
mendukung
penyelenggaraan
otonomi
daerah
diperlukan
atas
dasar
desentralisasi,
dekonsentrasi
dan
tugas
pembantuan.
Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi disertai
dengan pengalihan sumber daya manusia dan sarana serta pengalokasian
anggaran yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan
pelimpahan kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah
pusat
kepada
daerah
dalam
rangka
tugas
pembantuan
disertai
pengalokasian anggaran.
Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan
wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan
sumber keuangan daerah melalui alokasi dana perimbangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan alokasi dana
dari
pemerintah
dekonsentrasi
pusat
dan
kepada
tugas
pemerintah
pembantuan
daerah
tidak
dalam
merupakan
rangka
sumber
secara
terpisah
dari
administrasi
keuangan
dalam
pembiayaan
pelaksanaan desentralisasi.
C.
2.
3.
4.
5.
6.
bendahara
penerimaan
dan/atau
bendahara
pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas memungut penerimaan
daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola utang dan piutang
daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola barang milik
daerah; dan
h. menetapkan
pejabat
yang
bertugas
menguji
tagihan
dan
memerintahkan pembayaran.
Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:
a. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan
Daerah (KPKD)
b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat
pengguna anggaran/pengguna barang.
Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
berdasarkan
prinsip
pemisahan
kewenangan
antara
yang
kepala
daerah
menyusun
kebijakan
dan
pengelolaan
keuangan
daerah
mempunyai
tugas
koordinasi di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang
daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD,
perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
e. tugas-tugas
pejabat
perencana
daerah,
pejabat
pengelola
laporan
keuangan
daerah
dalam
rangka
10
(DPA-SKPD)/dokumen
perubahan
pelaksanaan
laporan
keuangan
daerah
dalam
rangka
11
j. melaksanakan
kebijakan
dan
pedoman
pengelolaan
serta
BUD).
PPKD
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
12
h. melaksanakan
penempatan
uang
daerah
dan
permintaan
pejabat
melakukan
pembayaran
berdasarkan
melaksanakan
pemberian
pinjaman
atas
nama
pemerintah
daerah;
k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan
l. melakukan penagihan piutang daerah.
Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
BUD.
PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan
SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
b. mengendalikan pelaksanaan APBD;
c. memungut pajak daerah;
d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas
nama pemerintah daerah;
e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
g. melaksanakan
kebijakan
dan
pedoman
pengelolaan
serta
13
4.
14
Kuasa
pengguna
anggaran/kuasa
pengguna
barang
anggaran/pengguna
barang
atau
kuasa
pengguna
dokumen
anggaran
atas
beban
pengeluaran
pembayaran
yang
ditetapkan
sesuai
dengan
ketentuan perundang-undangan.
15
6.
keuangan
pada
SKPD
sebagai
Pejabat
Penatausaha
bendahara
pengeluaran
untuk
melaksanakan
tugas
16
fungsional.
Bendahara
penerimaan
dan
bendahara
serta
membuka
rekening/giro
pos
atau
penerimaan
dan
bendahara
pengeluaran
dalam
penerimaan
dan
bendahara
pengeluaran
secara
D.
LATIHAN
1.
Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam rangka
keuangan daerah kecuali :
a. Hak menarik pajak daerah.
b. Hak untuk mengadakan pinjaman daerah.
c. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat.
d. Hak untuk memperoleh bagian laba dari perusahaan daerah.
2.
17
4.
5.
18
BAB III
A.
PENGERTIAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD
adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1
butir 8 tentang Keuangan Negara).
Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah harus dicatat dan
dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut
adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan
penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan
dekonsentrasi atau tugas pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun
anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan
daerah
dan
semua
belanja
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
19
Fungsi Otorisasi
APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan.
20
2.
Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3.
Fungsi Pengawasan
APBD
menjadi
pedoman
untuk
menilai
apakah
kegiatan
Fungsi Alokasi
APBD diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber
daya,
serta
meningkatkan
efisiensi
dan
efektivitas
perekonomian.
5.
Fungsi Distribusi
APBD harus mengandung arti/ memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
6.
Fungsi Stabilisasi
APBD harus mengandung arti atau harus menjadi alat untuk
memelihara
dan
mengupayakan
keseimbangan
fundamental
perekonomian.
C.
berlaku
juga
dalam
pengelolaan
anggaran
negara/daerah
21
1.
Kesatuan
Azas ini menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.
2.
Universalitas
Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan
secara utuh dalam dokumen anggaran.
3.
Tahunan
Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
tertentu.
4.
Spesialitas
Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci
secara jelas peruntukannya.
5.
Akrual
Azas ini menghendaki anggaran suau tahun anggaran dibebani untuk
pengeluaran
yang
seharusnya
dibayar,
atau
menguntungkan
Kas
Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada
saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke kas daerah.
22
D.
Pendapatan Daerah
2.
Belanja Daerah
3.
Pembiayaan
Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,
yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);
b. Dana perimbangan; dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2.
Belanja Daerah
Komponen berikutnya dari APBD adalah belanja daerah. Belanja
daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah dipergunakan
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan
23
Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman; dan
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan
terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus
dapat menutup defisit anggaran.
24
E.
LATIHAN
1.
2.
3.
Sumber-sumber
penerimaan
daerah
dalam
pelaksanaan
Belanja pegawai dan belanja barang dan jasa adalah belanja yang
diklasifikasikan berdasarkan :
a. Fungsi.
b. Jenis.
25
c. Urusan pemerintahan
d. Program dan kegiatan
5.
26
BAB IV
PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat memahami siklus anggaran,
khususnya proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan rancangan
hingga penetapan APBD.
A.
SIKLUS ANGGARAN
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1
(satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal
31
Desember.
APBD
disusun
sesuai
dengan
kebutuhan
2.
3.
rangka
tercapainya
mewujudkan
tujuan
pelayanan
bernegara.
APBD,
kepada
masyarakat
perubahan
APBD,
untuk
dan
27
Pengaturan
kesesuaian
kewenangan
dengan
2.
3.
4.
Penyelenggaraan
urusan
pemerintahan
kabupaten/kota
yang
daerah
pemerintahan
diprioritaskan
daerah
untuk
sebagaimana
melaksanakan
ditetapkan
dalam
kewajiban
peraturan
perundang-undangan.
28
1.
pemerintah
daerah
maupun
ditempuh
dengan
untuk
menjamin
keterkaitan
dan
konsistensi
antara
29
pembiayaan
yang
Program-program
disertai
dengan
diselaraskan
asumsi
dengan
yang
prioritas
30
menyusun
rancangan
prioritas
dan
plafon
anggaran
dengan
pimpinan
DPRD.
Dalam
hal
kepala
daerah
31
4.
32
terlaksananya
pendekatan
kerangka
penyusunan
pengeluaran
RKA-SKPD
jangka
berdasarkan
menengah
daerah,
terciptanya
kesinambungan
RKA-SKPD,
kepala
SKPD
33
34
pembahasan
penyusunan
Raperda
oleh
TAPD.
35
d. rekapitulasi
belanja
menurut
urusan
pemerintahan
daerah,
pemerintahan
daerah
dan
fungsi
dalam
kerangka
j.
APBD
menurut
urusan
pemerintahan
daerah,
36
rancangan
peraturan
daerah
tentang
APBD
37
keuangan.
Penetapan
agenda
pembahasan
rancangan
Pembahasan
rancangan
peraturan
daerah
tersebut
APBD
keperluan
tahun
setiap
anggaran
bulan.
sebelumnya
Pengeluaran
untuk
membiayai
setinggi-tingginya
untuk
38
kegiatan,
kelompok,
jenis,
obyek,
rincian
obyek
belanja
menurut
urusan
pemerintahan
daerah,
39
peraturan
kepala
daerah
tentang
APBD
dapat
dalam
batas
waktu
30
(tiga
puluh)
hari
kerja
Evaluasi
Rancangan
Peraturan
Daerah
tentang
APBD
dan
40
sidang
jalannya
pembahasan
terhadap
rancangan
perundang-undangan
yang
lebih
tinggi,
gubernur
41
peraturan
daerah
dan
peraturan
gubernur
serta
42
paripurna
pengambilan
keputusan
bersama
terhadap
menyampaikan
hasil
evaluasi
yang
dilakukan
atas
43
Perubahan APBD
Penyesuaian
APBD
sesuai
dengan
perkembangan
dan/atau
yang
menyebabkan
harus
dilakukan
pergeseran
yang
menyebabkan
saldo
anggaran
Iebih
tahun
44
laporan
realisasi
anggaran.
Keadaan
darurat
tersebut
tersebut
adalah
keadaan
yang
menyebabkan
estimasi
APBD
tahun
anggaran
yang
bersangkutan
untuk
45
perubahan
APBD
menjadi
peraturan
daerah
dan
tersebut
dilakukan
dengan
peraturan
daerah
tentang
46
C.
LATIHAN
1.
2.
DPA-SKPD
d. RKPD
3.
4.
47
48
BAB V
PENERIMAAN DAERAH
Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu memahami pengertian, unsur-unsur
dan prosedur penerimaan daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya
sebagai auditor.
49
tanpa
diskriminasi,
khususnya
dalam
pengelolaan
pelayanan
umum.
pajak daerah
2.
3.
4.
B.
C.
1.
2.
3.
hibah
2.
dana darurat
3.
4.
5.
50
D.
A.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
keduanya
merupakan
kewajiban
pembayaran
kepada
51
52
yang
a. Pajak Daerah
1) Pengertian Pajak Daerah
Secara umum pajak adalah pemungutan dana dari masyarakat
oleh pemerintah berdasarkan undang-undang yang dapat
dipaksakan dan terutang bagi wajib bayar tanpa men-dapat
prestasi
langsung
membiayai
serta
hasilnya
penyelenggaraan
dipergunakan
pemerintahan.
untuk
Berdasarkan
terdapat
hubungan
langsung
antara
jumlah
53
Pajak Provinsi:
Jenis pajak provinsi beserta tarif setinggi-tingginya
yang dapat ditetapkan:
(a)
(b)
(c)
(d)
54
provinsi
sebagian
diperuntukkan
bagi
(b)
(2)
Pajak Kabupaten/Kota
Jenis pajak kabupaten/kota beserta tarif setinggitingginya yang dapat ditetapkan:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
55
dengan
peraturan
daerah
setelah
yang
tidak
terbagi
ke
dalam
daerah
ketujuh
jenis
pajak
daerah
yang
telah
yang
cukup
besar
di
daerah
yang
kepada
mengantisipasi
pemerintah
kemungkinan
kab/kota
dalam
perkembangan
(b)
dan
hanya
me-layani
masyarakat
kabupaten/kota tersebut
56
(c)
Objek
dan
dasar
pengenaan
pajak
tidak
(e)
dengan
laju
pertumbuhan
ekonomi
daerah
(f)
(g)
(h)
(2)
(3)
(b)
(c)
wilayah pemungutan;
57
(4)
(d)
masa pajak;
(e)
penetapan;
(f)
(g)
(h)
pemberian
pengurangan,
keringanan,
dan
(2)
dibayar
sendiri
oleh
wajib
pajak
(self
assessment).
(3)
Wajib
yang
pajak
dalam
dipungut
menggunakan
Surat
Wajib
dibayar
pajak
memenuhi
sendiri
kewajiban
dengan
pajak
yang
menggunakan
Surat
58
Pemberitahuan
Pajak
Daerah
(SPTPD),
Surat
Dalam
jangka
waktu
(lima)
tahun
sesudah
terutangnya pajak,
(a)
SPTPD
tidak
disampaikan
kepada
wajib
pajak
tidak
memiliki SPTPD,
Tambahan
(SKPDKBT)
apabila
yang
semula
yang
belum
terungkap
59
Ketetapan
(SKPDN)
Pajak
Daerah
Nihil
Jumlah
dalam
kekurangan
pajak
yang
terutang
(d)
60
(a)
(b)
Berdasarkan
penelitian
SPTPD
terdapat
(d)
tempo
pembayaran
dikenakan
sanksi
Surat
Keputusan
Keberatan
dan
persyaratan
yang
ditentukan
dapat
61
Tata
cara
pembayaran/penyetoran,
tempat
Pajak
Pengajuan Keberatan
(a)
mengajukan keberatan
tertulis
disertai
62
(d)
(e)
harus
memberi
keputusan
atas
tidak
keberatan
yang
memberi
diajukan
keputusan,
tersebut
maka
dianggap
dikabulkan.
(f)
menerima
seluruhnya,
menerima
Pengajuan Banding
(a)
Wajib pajak
banding
dapat
mengajukan
permohonan
63
(c)
(d)
Apabila
pengajuan
permohonan
keberatan
banding
atau
dikabulkan sebagian
bulan
pelunasan
sampai
dengan
daerah
karena
jabatan
atau
atas
SKPDKBT
atau
STPD
yang
dalam
64
penghapusan
sanksi
ketetapan pajak
yang keliru.
(3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi
dan
pengurangan
atau
pembatalan
secara
perorangan.
Jasa
adalah
upaya
untuk
memilih
jasa
pelayanan
kesehatan
yang
65
merupakan
pungutan
berdasarkan
undang-
pelayanan kesehatan
66
(2)
pelayanan sampah/kebersihan
(3)
(4)
(5)
(6)
pelayanan pasar
(7)
(8)
(9)
(1)
(2)
(3)
tempat pelelangan
(4)
terminal
(5)
(6)
tempat penginapan/pesanggrahan/vila
(7)
penyedotan kakus
(8)
(9)
67
pemanfaatan
ruang
publik,
penggunaan
menjaga
kelestarian
lingkungan.
Jenis
retribusi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Izin trayek.
68
ditetapkan berdasarkan
wilayah pemungutan;
69
(j)
bulan
sejak
diterimanya
peraturan
daerah
dimaksud
70
c) Tarif Retribusi
Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan:
(1)
bangunan,
jumlah
tingkat
bangunan
dan
dan
sasaran
tarif
tertentu,
misalnya
71
Pemungutan
retribusi
tidak
dapat
diborongkan
e) Pengajuan Keberatan
(1)
(2)
(3)
(4)
Pengajuan
keberatan
membayar
retribusi
tidak
dan
menunda
kewajiban
pelaksanaan
penagihan
retribusi.
(5)
72
yang
diajukan
tersebut
dianggap
dikabulkan.
(6)
terutang.
f) Pengembalian
Kelebihan
Pembayaran
Pajak Daerah
Atas
kelebihan
pembayaran
pajak
daerah
atau
permohonan
pengembalian
kepada
kepala daerah.
(2)
(3)
sejak
diterimanya
permohonan
kelebihan
retribusi
dianggap
dikabulkan
dan
73
(5)
(6)
(7)
(8)
(2)
Daluwarsa
penagihan
tersebut
di
atas
74
daerah
yang
daluwarsa
diatur
dengan
peraturan pemerintah.
2.
investasi
daerah
lainnya
yang
dapat
ditempuh
melalui
atau
dikerjasamakan
dengan
pihak
ketiga
sehingga
75
3.
76
B.
Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari
APBN, yang terdiri atas:
1.
2.
3.
ini
dimuat
peng-aturan
mengenai
bagi
hasil
77
27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang
semula termasuk bagian dari DAK dialihkan menjadi DBH.
Bagi hasil pajak dan bukan pajak meliputi: bagian daerah dari
penerimaan pajak bumi dan bangunan, dan penerimaan dari sumber
daya alam.
a. Bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10%
(sepuluh persen) untuk pemerintah pusat dan 90% (sembilan
puluh persen) untuk daerah. Bagian daerah dari PBB selanjutnya
dibagi dengan rincian sebagai berikut:
1) 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi
yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas daerah
provinsi.
2) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk
daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disetor ke
rekening Kas daerah kabupaten/kota.
3) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
4) 10% (sepuluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan PBB
dibagikan
kepada
seluruh
daerah
kabupaten/kota
yang
sebelumnya
mencapai/melampaui
rencana
78
dengan
porsi
yang
sama
besar
untuk
79
negara
dari
sumber
daya
alam
sektor
80
81
membiayai
kebutuhan
pengeluarannya
dalam
rangka
82
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
dalam
83
Jumlah dana
=
daerah tertentu
daerah
seluruh daerah
Kebutuhan
Wilayah
Otonomi
Daerah
Rata-rata
Daerah
84
Populasi daerah i
Rata-rata populasi daerah secara nasional
Luas daerah i
Rata-rata luas daerah nasional
PBB
BPHTB
BHSDA
PPh
Pajak Penghasilan
85
86
Sumber Penerimaan
Pusat
Daerah
1.
10%
90%
2.
20%
80%
20%
80%
84,5%
15,5%
69,5%
30,5%
provinsi 10%
Bangunan
3.
4.
5.
6.
kab/kota 90%
7.
60%
40%
87
4.
C.
Dana darurat yang diterima dari pemerintah dan bantuan uang dan
barang dari badan/lembaga tertentu untuk menanggulangi bencana
alam yang disalurkan melalui pemerintah daerah.
2.
Hibah yang diterima baik berupa uang, barang dan/atau jasa yang
dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan naskah perjanjian hibah
daerah dan mendapat persetujuan DPRD.
3.
Sumbangan
yang
perorangan
atau
diterima
pihak
dari
ketiga,
organisasi/lembaga
yang
tidak
tertentu
berkonsekuensi
88
D.
Penerimaan Pembiayaan
Pembiayaan (financing) menurut PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintah) Nomor 2, adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran.
Penerimaan pembiayaan antara lain berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan
untuk pembiayaan kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, serta penyertaan modal oleh pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,
mengklasifikasikan pinjaman daerah dalam bentuk:
a.
b.
c.
Pinjaman
ini
hanya
dipergunakan
untuk
menutup
89
pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus pada
tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian
pinjaman tersebut. Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai proyek
investasi yang menghasilkan penerimaan.
Penerimaan pembiayaan menurut ketentuan dalam PP No. 58 Tahun
2005, terdiri atas:
- sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya;
- pencairan dana cadangan;
- hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
- penerimaan pinjaman daerah;
- penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
- Penerimaan piutang daerah.
1.
mencakup
pelampauan
penerimaan
PAD,
pelampauan
dana
cadangan
digunakan
untuk
menganggarkan
90
3.
untuk
menganggarkan
hasil
penjualan
perusahaan
milik
dapat
digunakan
untuk
membiayai
pembangunan
untuk
pembayaran
kembali
pinjaman,
serta
91
a) Jumlah kumulatif
proyeksi
3)
2)
92
3)
4)
d. Larangan Penjaminan
1)
Daerah
pinjaman
dilarang
pihak
membuat
lain
dan
perjanjian
yang
mengakibatkan
menjamin
beban
atas
keuangan daerah.
2)
2)
Berdasarkan
persetujuan
DPRD,
daerah
mengajukan
4)
93
5)
6)
7)
2)
pinjaman
daerah
dari
pemerintah
pusat,
maka
94
6.
7.
95
E.
LATIHAN
1.
2.
3.
Salah satu penerimaan daerah adalah dana bagi hasil pajak dari
BPHTB dengan komposisi :
a. Pemerintah pusat 25%; pemerintah daerah 75%
b. Pemerintah pusat 10%; pemerintah daerah 9%; biaya pungut 9%
c. Pemerintah pusat 20%; pemerintah provinsi 32%; pemerintah
kab./kota 48%
d. Pemerintah provinsi 16%; pemerintah kab./kopta 84%
4.
Pinjaman
daerah
yanghanya
dipergunakan
untuk
menutup
96
Jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak dalam APBN
tahun 2008 sebesar Rp 550 trilyun dan jumlah alokasi bagi hasil
adalah Rp 50 trilyun, maka jumlah DAU seluruh kabupaten/kota di
Indonesia:
e. Rp
13 trilyun
a. Rp 117 trilyun
b. Rp 130 trilyun
c. Rp 260 trilyun
97
BAB VI
PENGELUARAN DAERAH
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan pengertian
pengeluaran daerah, berupa belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
(2)
(3)
BELANJA DAERAH
Berdasarkan Pasal 24 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja daerah
dapat dirinci menurut
-
organisasi;
98
kelompok;
jenis; dan
1.
urusan wajib;
Belanja
penyelenggaraan
urusan
wajib
diprioritaskan
untuk
99
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i.
pertanahan;
daerah,
pemerintahan
umum,
administrasi
100
x. kearsipan;
y. komunikasi dan informatika; dan
z. Perpustakaan
Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan, terdiri atas:
a. pertanian;
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah
yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan, dijabarkan
dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut
urusan wajib dan urusan pilihan.
2.
Organisasi
Klasifikasi belanja menurut organisasi, disesuaikan dengan susunan
organisasi pada masing-masing pemerintah daerah. Contoh klasifikasi
ini dapat dilihat pada gambar 3.2 pada Bab III.
101
3.
4.
Klasifikasi Kelompok
Klasifikasi belanja menurut kelompok dirinci dalam kelompok belanja
langsung dan kelompok belanja tidak langsung.
a. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara
langsung oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan.
Jenis belanja langsung dapat berupa belanja pegawai/personalia,
barang/jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas.
Keberadaan belanja tersebut merupakan konsekuensi karena
adanya program dan kegiatan dan mempunyai karakter bahwa
masukan (alokasi belanja) dapat diukur dan diperbandingkan
dengan keluarannya.
Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja, yaitu:
1) belanja pegawai;
2) belanja barang & jasa; dan
3) belanja modal.
b. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi
secara langsung terhadap adanya program/kegiatan. Belanja ini
meliputi
belanja
pegawai,
barang/jasa,
pemeliharaan,
dan
perjalanan dinas.
102
yang
bersangkutan.
Program/kegiatan
yang
dengan
belanja
tidak
langsung
yang
103
5.
Belanja Pegawai
XXX
Belanja Barang
XXX
Bunga
XXX
Subsidi
XXX
Hibah
XXX
Bantuan Sosial
XXX
Belanja Modal
-
XXX
XXX
XXX
104
a. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat
jangka pendek.
Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja
barang & jasa non investasi, belanja pemeliharaan, pembayaran
bunga hutang, belanja subsidi, dan belanja bantuan sosial.
b. Belanja Modal
Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud
dengan Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi.
Belanja Modal meliputi antara lain; belanja modal untuk perolehan
tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tidak berwujud.
c. Belanja Tidak Tersangka
Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud
dengan belanja tidak tersangka adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang.
Yang termasuk belanja tidak tersangka antara lain: penanggulangan bencana alam, bencana sosial, atau pengeluaran
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintahan daerah.
105
belanja
menurut
fungsi
adalah
klasifikasi
yang
pelayanan umum ;
XXX
02
pertahanan;
XXX
03
XXX
04
ekonomi;
XXX
05
lingkungan hidup;
XXX
06
XXX
07
kesehatan;
XXX
08
keluarga berencana;
XXX
09
XXX
10
pendidikan; dan
XXX
11
perlindungan sosial.
XXX
106
B.
dicantumkan
sebagai
penambahan
dana
cadangan
digunakan untuk
107
peraturan
daerah
tentang
penyertaan
modal
dengan
pokok
utang
digunakan
untuk
menganggarkan
108
C.
LATIHAN
1.
Karakteristik
belanja
daerah
yang
dialokasikan
dalam
APBD
3.
109
c. permanen
d. non permanen
4.
5.
110
BAB VII
PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN,
PELAPORAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN APBD
Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu memahami proses pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban APBD.
A.
PELAKSANAAN APBD
Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
daerah
dikelola
dalam
APBD.
111
1.
PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang
APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar
menyusun rancangan DPA-SKPD.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPASKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
6.
Setelah DPA-SKPD ditetapkan, kepala SKPD melaksanakan kegiatankegiatan SKPD berdasarkan dokumen tersebut.
1.
Penerimaan
SKPD
dilarang
digunakan
112
atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1
(satu) hari kerja oleh bendahara penerimaan dengan didukung oleh
bukti yang lengkap.
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum
daerah. SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang
ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD yang mempunyai tugas
memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak
pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan
penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara
langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,
asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan
bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan
dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan
barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.
Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera
disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset
daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan
ganti rugi dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada
rekening
penerimaan
penerimaan
yang
yang
terjadi
bersangkutan
dalam
tahun
untuk
pengembalian
yang
sama.
Untuk
113
2.
peraturan
daerah
tentang
APBD
ditetapkan
dan
dibebankan
dalam
APBD.
Pemerintah
daerah
dapat
berdasarkan
pertimbangan
yang
obyektif
dengan
114
pengguna
anggaran
dapat
diberikan
uang
115
jawab
secara
pribadi
atas
pembayaran
yang
dilaksanakannya.
Kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk
keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.
3.
116
pembentukan
dana
cadangan.
Pemindahbukuan
dari
pengeluaran
pembiayaan
mencakup
pelaksanaan
117
pinjaman
daerah
kepada
pihak
lain
berdasarkan
uang/barang/kekayaan
daerah
wajib
menyelenggarakan
118
Penatausahaan Penerimaan
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank
pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD
menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor tersebut
dilakukan dengan cara:
a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau
kantor pos oleh pihak ketiga; dan disetor melalui bendahara
penerimaan oleh pihak ketiga.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan
terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang
menjadi tanggung jawabnya. Bendahara penerimaan pada SKPD
wajib
mempertanggungjawabkan
pengelolaan
uang
yang
secara
menjadi
tanggung
administratif
jawabnya
atas
dengan
lambat
tanggal
10
bulan
berikutnya.
Disamping
uang
yang
menjadi
tanggung
jawabnya
dengan
119
Penatausahaan Pengeluaran
Kepala
SKPD
berdasarkan
rancangan
DPA-SKPD
menyusun
penetapan
anggaran
kas,
PPKD
dalam
rangka
pengeluaran
kas
atas
beban
APBD.
Permintaan
120
penerbitan
oleh
dan
bendahara
pengajuan
dokumen
pengeluaran
untuk
SPP-TU
memperoleh
perundang-undangan
pengeluaran
anggaran/kuasa
guna
dilakukan
memperoleh
pengguna
oleh
bendahara
persetujuan
pengguna
anggaran
melalui
PPK-SKPD.
121
kepada
bendahara
pengeluaran
dalam
rangka
pengajuan
SPP-LS
ditandatangani
oleh
kepada
PPTK
pengguna
guna
anggaran
memperoleh
setelah
persetujuan
anggaran/kuasa
pengguna
anggaran
meneliti
anggaran/kuasa
pengguna
anggaran
menolak
122
d. Pencairan Dana
Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan
oleh
pengguna
anggaran/kuasa
pengguna
anggaran
agar
yang
ditetapkan
dalam
peraturan
persediaan/ganti
persediaan
kepada
uang
pengguna
persediaan/tambahan
anggaran/kuasa
uang
penggguna
pengeluaran
secara
administratif
wajib
sepengetahuan
dan
persetujuan
pengguna
123
menerbitkan
surat
pengesahan
laporan
pertanggungjawaban
secara
administratif,
bendahara
setelah
diterbitkan
surat
pengesahan
pelaporan
pelaksanaan
APBD
keuangan
yang
dalam
dapat
rangka
dilakukan
pertanggungjawaban
secara
manual
atau
124
bentuk buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah
dengan buku besar pembantu.
Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:
1.
2.
3.
4.
2.
neraca;
3.
4.
2.
neraca; dan
3.
125
D.
realisasi
menggabungkan
semester
seluruh
pertama
laporan
APBD
realisasi
dengan
semester
cara
pertama
126
2.
Laporan Tahunan
PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran
berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan
sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada PPKD sebagai
dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan
keuangan SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD
paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan
keuangan tersebut disusun oleh pejabat pengguna anggaran sebagai
hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang menjadi
tanggung jawabnya. Laporan keuangan SKPD tersebut terdiri dari:
laporan realisasi anggaran; neraca; dan catatan atas laporan
keuangan.
Laporan
keuangan
SKPD
dilampiri
dengan
surat
intern
yang
memadai
dan
standar
akuntansi
sekretaris
daerah
dalam
rangka
memenuhi
127
4.
APBD
dan
Peraturan
Kepala
Daerah
tentang
peraturan
gubernur
tentang
penjabaran
128
rancangan
peraturan
gubernur
tentang
penjabaran
peraturan
pertanggungjawaban
daerah
pelaksanaan
kabupaten/kota
APBD
yang
tentang
telah
disetujui
pertanggungjawaban
pelaksanaan
APBD
sebelum
daerah
kabupaten/kota
dan
rancangan
peraturan
tentang
rancangan
pertanggungjawaban
peraturan
pelaksanaan
bupati/walikota
tentang
APBD
dan
penjabaran
129
E.
LATIHAN
1.
2.
3.
4.
Penerbitan SPM atas SPP yang telah lengkap dan sah dilakukan
oleh:
a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
b. Bendahara Pengeluaran.
130
131
BAB VIII
PENGGANTIAN KERUGIAN
NEGARA/DAERAH
Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan
pengertian penggantian kerugian negara/daerah.
A.
UMUM
Ketentuan mengenai penyelesaian maupun pengenaan ganti kerugian
negara/daerah diatur dalam Bab IX Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang
Keuangan Negara, Bab XI Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, serta dalam Bab V Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
1.
yang
dibebankan
kepadanya
secara
langsung
setelah
mengetahui
bahwa
dalam
kementrian
132
melanggar
hukum
dapat
segera
dimintakan
surat
daerah,
maka
gubernur/bupati/walikota
yang
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
Tatacara
133
BPK
penggantian
menetapkan
kerugian
surat
daerah
keputusan
kepada
pembebanan
bendahara
yang
bersangkutan,
d. Gubernur/bupati/walikota
melaporkan
penyelesaian
kerugian
134
Tahun
1997
tentang
Tuntutan
Ganti
Rugi
dan
Tuntutan
Pengertian Merugikan
Merugikan
dapat
diartikan
sebagai
suatu
perbuatan
yang
adalah
berkurangnya
kekayaan
negara/daerah
yang
135
disebabkan oleh
majeure).
3.
melakukan
pencatatan
dan
penyetoran
atas
penerimaan uang/barang,
b) Tidak
melakukan
pencatatan
atas
penerimaan/
pengeluaran uang/barang,
c) Membayar/memberi/mengeluarkan uang/barang kepada
pihak yang tidak berhak dan/atau secara tidak sah,
d) Tidak
membuat
pertanggungjawaban
keuangan/
pengurusan barang,
e) Menerima dan menyimpan uang palsu,
f) Korupsi, penyelewengan, penggelapan,
g) Kecurian, penodongan, perampokan dan/atau kolusi,
h) Pertanggungjawaban atau laporan yang tidak sesuai
dengan kenyataan,
i) Penyalahgunaan wewenang/jabatan,
j) Tidak melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
(wajib pungut pajak),
2) Pegawai negeri bukan bendahara yang melakukan perbuatan:
a) Korupsi, penyelewengan, penggelapan.
b) Penyalahgunaan wewenang dan jabatan.
c) Pencurian dan penipuan.
136
137
memastikan
138
C.
2.
3.
negeri
termasuk
melalaikan
kewajibannya
yang
139
D.
jika
dalam
pengurusannya
terdapat
kekurangan
140
1.
dengan
upaya
damai
oleh
bendahara/ahli
harus
dilengkapi
dengan
surat
kuasa
tetap
menjadi
kewajiban
bendahara
yang
141
bertanggung
jawab
atas
kekurangan
tuntutan
perbendaharaan
dimulai
dengan
suatu
142
kepala
bersangkutan
membebankan
daerah
tetap
salah/lalai
berpendapat
dan
penggantian
dengan
kekurangan
bahwa
yang
demikian
tetap
perbendaharaan
mempunyai
kekuatan
hukum
yang
143
dan
disegel.
Tindakan-tindakan
di
atas
harus
144
4) Tata
cara
tuntutan
perbendaharaan
khusus
yang
apabila
terjadi
kekurangan
perbendaharaan
ahli
waris
tetapi
tidak
dapat
dimintakan
pertanggungjawabannya
c) bendaharawan melarikan diri dan tidak diketahui alamatnya
2) Dengan diterbitkannya surat keputusan pencatatan, kasus
yang bersangkutan dikeluarkan dari administrasi pembukuan.
3) Pencatatan yang telah dilakukan sewaktu-waktu dapat ditagih
apabila :
a) yang bersangkutan diketahui alamatnya
b) ahli waris dapat dimintakan pertanggungjawabannya
c) upaya penyetoran ke kas daerah berhasil ditarik dari kas
negara
145
E.
Pegawai daerah
2.
3.
4.
Pekerja daerah
5.
146
harus
dilengkapi
dengan
surat
kuasa
keputusan
tuntutan
ganti
rugi
(eksekusi)
yang
dipersalahkan
kepadanya,
serta
ada
147
tuntutan
ganti
rugi
dimulai
dengan
suatu
waktu
yang
diberikan
untuk
mengajukan
14
(empat
keberatan/pembelaan
belas)
diri
atau
hari
atau
tidak
telah
mengajukan
mengajukan
148
surat
keputusan
pembebanan
oleh
yang
bersangkutan.
3) Keputusan tingkat banding dari pejabat yang berwenang dapat
berupa memperkuat atau membatalkan surat keputusan
pembebanan, atau menambah/mengurangi besarnya jumlah
kerugian yang harus dibayar oleh yang bersangkutan.
4) Apabila
permohonan
banding
diterima,
kepala
daerah
ahli
peninggalan
warisnya
yang
dengan
dihasilkan
memperhatikan
dari
perbuatan
harta
yang
149
150
F.
DALUWARSA TP/TGR
1.
waktu
sedangkan
untuk
surat
mengajukan
keputusan
keberatan berakhir,
pembebanan
tidak
pernah
ditetapkan.
2.
151
tahun
tersebut
dimulai
pada
akhir
tahun
PENGHAPUSAN
Apabila
bendahara/pegawai
ataupun
ahli
waris/keluarga
terdekat/
tersebut kepala
daerah
pertimbangan
untuk
penelitian.
melakukan
memerintahkan
Apabila
ternyata
majelis
yang
152
Surat
keputusan
penghapusan
baru
dapat
dilaksanakan
setelah
pertimbangan
efisiensi,
maka
kerugian
daerah
yang
PEMBEBASAN
Dalam hal bendahara atau pegawai bukan bendahara meninggal dunia
tanpa ahli waris atau tidak layak untuk ditagih, yang berdasarkan surat
keputusan kepala daerah diwajibkan mengganti kerugian daerah, maka
majelis pertimbangan memohon secara tertulis kepada kepala daerah yang
bersangkutan untuk membebaskan sebagian/seluruh kewajiban yang
harus dipenuhi, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
DPRD dan menteri dalam negeri.
I.
PENYETORAN
Penyetoran/pengembalian secara tunai/sekaligus atau melalui angsuran
atas kekurangan perbendaharaan/kerugian daerah atau hasil penjualan
barang
jaminan/kebendaan
harus
melalui
kas
daerah
atau
153
J.
PELAPORAN
Bupati/walikota
penyelesaian
wajib
kerugian
melaporkan
daerah
kepada
perkembangan
gubernur
pelaksanaan
setiap
semester.
LAIN-LAIN
Apabila bendahara atau pegawai bukan bendahara berdasarkan laporan
dan pemeriksaan terbukti telah merugikan daerah, maka kepala daerah
dapat
melakukan
hukuman
disiplin
berupa
pembebasan
yang
menyelesaikan
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
154
pejabat yang ex-officio ditunjuk dan ditetapkan oleh kepala daerah yang
bertugas membantu kepala daerah dalam penyelesaian kerugian daerah.
Adapun susunan majelis pertimbangan adalah sebagai berikut :
1.
2.
Tingkat Provinsi
Ketua
Sekwilda
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Sekretaris
Anggota
a.
b.
c.
Tingkat Kabupaten/Kota
Ketua
Sekwilda
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Sekretaris
Anggota
155
2.
3.
Memberikan
pendapat,
saran
Menyiapkan
laporan
kepala
daerah
mengenai
perkembangan
2.
156
3.
4.
Sekretaris
majelis
meneliti/menganalisis
berkas
laporan
hasil
ketua,
Gubernur/kepala
daerah
menganalisis
keputusan
majelis
dan
8.
157
N.
LATIHAN
1.
2.
3.
4.
158
c. Hukuman kurungan.
d. Hukuman denda.
5.
159
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Kansil CST, Prof. Drs., S.H.dan Kansil Christine S.T., S.H., M.H. 2001,
Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah 1999 2001; Kitab 2. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.
11. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
12. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
13. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
160
161
162
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut.
6.
perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
163
9.
Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi
daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
yang
karena
jabatannya
mempunyai
kewenangan
164
18. Pengguna
Anggaran
adalah
pejabat
pemegang
kewenangan
sebagian
kewenangan
pengguna
anggaran
dalam
menyimpan,
menyetorkan,
menatausahakan,
dan
menyimpan,
membayarkan,
menatausahakan,
dan
165
166
Pengeluaran
Jangka
Menengah
adalah
pendekatan
Terpadu
(unified
budgeting)
adalah
penyusunan
167
(Rencana
Kerja
Pemerintah
Daerah)
adalah
dokumen
pendapatan,belanja,
dan
pembiayaan
serta
asumsi
yang
168
169
170
kegiatannya
didasarkan
pada
prinsip
efisiensi
dan
produktivitas.
69. SPD (Surat Penyediaan Dana) adalah dokumen yang menyatakan
tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP.
70. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis
seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
71. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang oleh
wajib
pajak
digunakan
untuk
melaporkan
penghitungan
dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta
dan
kewajiban,
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan Daerah.
72. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.
73. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
171
74. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
75. SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.
76. SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke kas daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
kepala daerah.
77. SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan)
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan.
78. STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
79. SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.
80. SKRDLB (Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar) adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang.
172