Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lapisan bawah permukaan bumi memiliki sifat fisi yang variatif. Salah satu sifat yang
terdapat di permukaan adalah tingkat kekerasan batuan. Banda Aceh merupakan daerah yang
berada pada zona patahan dimana batuan penyusunnya di dominasi oleh alluvium. Daerah ini
juga dilintasi oleh sesar Sumatra yang bersifat sangat aktif. Sehingga pengetahuan mengenai
kondisi struktur bawah permukaan dan karakteristik seismik suatu wilayah sangatlah penting
terutama untuk mengurangi resiko kerusakan bangunan saat terjadinya suatu bencana.
Pada praktikum kali ini dilakukan penelitian menggunakan salah satu metode geofisika
yaitu seismik refraksi di area kampus Universitas Syiah Kuala yang bertempat di lapangan Tugu
kampus Unsyiah.
Seismik refraksi adalah metode geofisika ekplorasi yang menggunakan sifat pembiasan
gelombang seismik untuk mempelajari keadaan bawah permukaan. Umumnya seismik refraksi
digunakan untuk memperkirakan kedalaman lapisan batuan yang lapuk. Namun dapat pula
digunakan untuk mendeteksi lapisan lain di bawah zona pelapukan tersebut.
Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang seismik yang merambat kedalam bumi.
Metode ini bersifat aktif, karena dalam metode ini diberikan gangguan atau sumber gelombang
seismik pada suatu sistem kemudian gejalan fisisnya diamati dengan menangkap gelombang
tersebut melalui geophone. Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan
kedalaman lapisan berdasarkan perhitungan waktu tempuh gelombang antara sumber getaran
(shot) dan penerima (geophone). Waktu yang diperlukan oleh gelombang sesimik untuk
merambat pada lapisan batuan bergantung pada besar kecepatan penjalaran gelombang pada
medium yang dilaluinya tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana menganalisa perbedaan sampling time pada akuisisi data seismik
refraksi terhadap profil penampang 2D?
b. Lapisan batuan apa sajakah yang terdapat di bawah permukaaan lapangan Tugu
Unsyiah?
c. Apakah hasil pemetaan yang telah di lakukan sesuai dengan peta geologi dari
lokasi tersebut?
d. Apakah dengan praktikum yang telah dilakukan dapat mengetahui lapisan
bedrock?
1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum adalah :


1. Mendeteksi struktur geologi pada permukaan dangkal.
2. Menetukan kedalaman di bawah sumber pada medium dua lapis atau lebih yang horizontal
maupun miring.
3. Mengetahui lapisan serta jenis batuan berdasarkan kecepatan gelombang yang merambat
dalam batuan di bawah permukaan lapangan Tugu Unsyah.
4. Mengerti dan memahami cara pengukuran di lapangan serta mampu mengolah data
menggunakan software WinSism V.12.

BAB II
DASAR TEORI
A. Metod Seismik
Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran
respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian
direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas
batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan
pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit.
Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang

mengukur pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian dari
seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana
pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismic (palu, ledakan, dll). Setelah
usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam mediu (tanah/batuan) yang
memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun
pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu,
gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah
dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.
B. SEJARAH METODE SEISMIK
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet, yang
oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu
transmisi gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan
oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak
dari sumber ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada tahun
1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk
eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang
sekarang disebut sebagai Moho. Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan
mineral dimulai pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intensif di Iran
untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik refleksi
merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi minyak bumi. Metode ini
pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun 1921.

C. TEORI DASAR
1. Pemantulan dan Pembiasan Gelombang
Hal-hal yang menjadi dasar pada pemantulan dan pembiasan gelombang adalah :
a. Asas Fermat
Gelombang menjalar dari satu titik ke titik lain melalui jalan tersingkat
waktu penjalarannya.
b. Perinsip Huygens

Titik-titik yang dilewati gelombang akan menjadi sumber gelombang baru. Front
gelombang yang menjalar menjauhi sumber adalah superposisi front gelombangfront gelombang yang dihasilkan oleh sumber gelombang baru tersebut.
c. Sudut Kritis
Sudut datang yang menghasilkan gelombang bias sejajar bidang batas (r = 90o).
d. Hukum Snellius
Gelombang akan dipantulkan atau dibiaskan pada bidang batas antara dua medium,
menurut persamaan :
sin i V 2
=
sinr V 1

Dimana :
i = Sudut datang
r = Sudut bias
V1 = Kecepatan gelombang pada medium 1
V2 = Kecepatan gelombang pada medium 2
2. Asumsi Dasar
Berbagai anggapan yang dipakai untuk medium bawah permukaan bumi antara lain :
a. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda.
b. Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak.
Sedangkan anggapan yang dipakai untuk penjalaran gelombang seismik adalah :
a. Panjang gelombang seismik << ketebalan lapisan bumi. Hal ini memungkinkan
setiap lapisan bumi akan terdeteksi.
b. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum
Snellius dan perinsip Huygens.
c. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan
gelombang pada lapisan dibawahnya.

d. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.


D. PEMBAGIAN METODE SEISMIK
Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan, yaitu seismik refraksi
dan seismik refleksi.
1. Seismik refraksi (bias)
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang
formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada
muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu
datang gelombang pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan informasi
mengenai kedalaman dan lokasi dari horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian
digambarkan dalam suatu penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka
air tanah dan lapisan pertama dari bantalan batuan cadas. Seismik bias dihitung
berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima
pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah usikan
pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya data first break saja yang
dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat
gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis
yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas.
2. Seismik refleksi
Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara
untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali
ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip
dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak
dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun
mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul
yang datang dari batas-batas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas
beberapa jenis gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan
Gelombang Love. Sedangkan dalam seismik pantul, analisis dikonsentrasikan pada energi
yang diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah
gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah

permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada
teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat
diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam. Struktur bawah
permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih sama dengan
seismik bias, yaitu analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium.
E. TEKNIK PENGUKURAN METODE SEISMIK
Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik refleksi yang baik, diperlukan
pengetahuan tentang sistem perekaman dan parameter lapangan yang baik pula.
Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa kondisi
geologi daerah survei. Teknik-teknik pengukuran seismik meliputi :
1. Sistem Perekaman Seismik
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel
time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada
jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu
sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan
transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat,
singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan
untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun.
Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik.
Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang
sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125
Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat sensistif
serta magnetic tape recorder. Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi untuk
survei seismik di laut adalah hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan. Hidropon
terdiri atas kristal piezoelektrik yang terdeformasi oleh perubahan tekanan air. Hal ini
akan menghasilkan beda potensial output. Elemen piezoelektrik ditempatkan dalam suatu
kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi. Model
hidropon
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari hidropon
sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat singkat, maka sinyal

ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi
yang tidakdiinginkan.
2. Prosedur Operasional Seismik Laut
Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan peledak, instrumen
perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi tempat dilakukannya survey
seismik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. Menurut KEARN & BOYD (1963),
terdapat dua pola penembakan dalam operasi seismik di laut yaitu :
a. Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombang-gelombang seismik
sebagai gelombang yang merambat secara vertikal melalui lapisan-lapisan di bawah
permukaan. Teknik ini melakukan tembakan disepanjang daerah yang disurvei
dengan kelajuan dan penembakan yang konstan. Jarak penembakan antara satu titik
terhadap lainnya disesuaikan dengan informasi refleksi yang diperlukan.
b. Profile Refraksi, Pola ini memberikan informasi gelombang-gelombang seismik yang
merambat secara horizontal melalui lapisan-lapisan di bawah permukaan. Pada teknik
ini kapal melakukan tembakan pada titik-titik tembak yang telah ditentukan.

Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut adalah sebagai berikut :
Field Tape
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.
Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics).

Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik
lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya.

Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis dan
efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam
mengalami

penurunan

sesuai

dengan

jarak

yang

ditempuh.

Untuk

menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan pemulihan kembali energi yang
hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang dengan
jumlah energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain

Control (AGC) sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik


yang lebih mudah diinterpretasi.

Editing dan Muting


Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk,
sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang
diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan
lainnya yang dapat mengganggu data.

Koreksi static
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot
dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh ditempatkan pada
datum yang sama.

Dekonvolusi
Dekonvolusi

dilakukan

untuk

menghilangkan

atau

mengurangi

pengaruh ground roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki


bentuk wavelet yang

kompleks

akibat

pengaruh

noise.

Dekonvolusi

merupakan proses invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi
merupakanlow pass filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah
menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu
panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk
membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.

Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang
sesuai untuk memperolehstacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu
titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola
hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah

mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang


maksimum.

Koreksi Dinamik/Koreksi NMO


Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot
point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common
Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolaholah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident).

Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang
bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya
dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP
dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat
satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren

Migrasi
Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada
posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal
ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan
kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu
tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang
miring. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi
gelombang yang muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan,
lipatan).

Anda mungkin juga menyukai