Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKA KEWARGANEGARAAN
PHILANTHROPY SOSIAL SEBAGAI SOLUSI MASALAH SOSIAL MENUJU
INDONESIA SEJAHTERA
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidika Kewarganegaraan
Dosen Pembimbing : Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si.

Oleh :
Bernardinus Adhe Setyobudi (15108241126)
Anisa Prami Dwi Cahyani

(15108241158)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya
penuis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Philanthropy
(kedermawanan) sebagai solusi permasalahan sosila di Indonesia menuju
Indonesia sejahtera guna memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan dengan tepat waktu.
Terimakasih penulis sampaikan kepada bapak Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si.
selaku pembimbing makalah ini serta kepada pihak pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca.Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, isi
maupun penulisannya. Oleh karena itu kam mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Sehingga dapat menjadi perbaikan untuk kami di kemudian
hari.

Wates, 29 November 2016

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II. Pembahasan
2.1 Pengertian philanthrophy
sosial
2.2 Konsep philanthropy social
2.3 Jenis philanthropy
2.4 Potensi-Potensi Philantropy
2.5 bentuk bentuk penerapan
konsep philanthropy
2.6 Perilaku

Perilaku
Philanthrophy
2.7 Masalah Sosial
2.8 Implementasi
Konsep
Philantrophy
Guna
Mengatasi Masalah Sosial.
Philanthrophy sosial sosial
Bab III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

................................................................... i
................................................................... ii
................................................................... 1
................................................................... 1
................................................................... 1

................................................................... 2
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................

2
3
4
6

................................................................... 7
................................................................... 8
................................................................... 10

................................................................... 13
................................................................... 13
................................................................... 14

Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Krisis kemanusiaan yang meraja lela di dunia menjadi indikasi buruknya
moral manusia. Rasa individual semakin menonjol diantara sesama
manusia, kesenjangan social tidak dapat dielakkan lagi. Berbagai masalah
social yang muncul dikarenkan krisis kemanusiaan seperti kemiskinan,
konflik social baik yang regional maupun internasional. Perlu adanya
kesadaran dari sesame manusia untuk saling menghargai, menyayangi dan
mengerti. Konsep konsep seperti clarity, philantrophy, dan diaspora
menjadi salah satu usaha preventive untuk mencegah berbagai bentuk
krisis kemanusiaan tersebut. Konsep philianthropy (kedermawanan) telah
lama lahir dan sejalan dengan kultur bangsa Indonesia. Walaupn konsep
ini baru mengemuka sekitar lima tahun yang lalu, tetapi jiwa dan
kepribadian bangsa ini sudah mecerminkan konsep tersebut.namun,
walaupun sdemikian semakin bertambah tuanya bangsa ini, rupanya
semakin pudar kepribadian kepribadian tersebut. Masyarakat yang
terbawa arus global, semakin individualis hari demi hari. Hal ini
berdampak pada kesenjangan social juga kesejahteraan warga Negara.
Padahal kesejahteraan social merupakan tujuan tertulis yang terdapat
dalam undang undang dasar 1945 maupun dalam janji dasar Negara
Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mewujudkan
janji dan tujuan Negara tersebut. Namun, berbagai usaha tersebut juga
hanya membuahkan hasil yang sedikit. Untuk itu konsep philanthrophy
sosial sosial social (kedermawaan ) ini menjadi salah satu cara yang
memangang peran penting dan harus di terapkan sejak usia dini.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu philanthropy ?
2. Apa bentuk bentuk dari penerapan konsep ini?
3. Bagaimana implementasi konsep philanthropy untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud konsep philanthrophy sosial
sosial
2. Untuk menegetahui cara cara implementasi konsep tersebut dalam
rangka untuk meningkatkan kesejahteraan IndonesiaBAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian philanthrophy sosial sosial


secar etimologis, philanthrophy sosial sosial berasal dari bahasa Latin,
philanthropia yang diserap dari bahasa Yunani, philanthropos. Philein berarti
mencintai, menyayangi, dan anthropos artinya manusia, sehingga philanthropy
dapat diartikan sebagai ungkapan cinta kasih kepada sesama manusia, sehingga
mampu menyumbangkan waktu, uang dan tenaganyauntuk menolong orang lain.
Istilah padanannya adalah kedermawanan, kesetiakawanan sosial atau solidaritas
social. Philanthropy juga dianggap sebagai tindakan sukarela. Tindakan
memberikan bantuan dalam bentuk uang ataupun bentuk lainnya (charity)
kepada orang lain secara sukarela tanpa pamrih dan tanpa tekanan. Tindakan
sukarela dapat diartikan juga sebagai segala bentuk tindakan yang memberi
manfaat kepada orang lain. Philanthropy juga terkait dengan wacana moral atau
proses moral, dengan fokus perhatian pada bagaimana mentransformasikan
senetimen moral kepada bentuk tindakan social. Namun, pada dasarnya
philanthropy tidak dapat dilepaskan dari aspek keagamaan terkait pemenuhan
kesejahteraan sosial. Jadi bisa disimpulkan bahwa philanthropi merupakan sebuah
tidakan yang muncul dari hati nurani manusia sebagai wujud dari pemdidikan /
doktrin agam, moralitas social yang diwujudkan dlam tindaan tindakan social
tanpa pamrih kepada orang lain.
2.2. konsep philanthropy sosial
Philanthropy sosial ( kedermawanan social ) bukanlah hal yang asing bagi
masyaraat Indonesia. Meskipun terminology philanthropy baru popular dalam
lima tahun terakhir, sebenarnya masyarakat Indonesia telah mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari hari sebagai tradisi selama berabad-abad. Kebiasaan
berderma pada dasarnya merupakan kebiasaan masyarakat yang berakar pada
ajaran agama. Tradisi berderma ini berkembang pesat dan menemukan momentum
pada pertengahan tahun 1990-an, saat krisis ekonomi, konflik sosial, kerusuhan,
dan bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia. Karena pada dasarnya
philanthropy social merupakan konsep indigius knowledge masyarakat Indonesia.
Konsep philanthropy sosial pada masa sekarang lebih di kotakkan lagi pada
pemberian oleh si kaya pada si miskin. Padahal pada dasarnya, seorang
philanthrop bukan hanya dapat dilakukan oleh orang kaya. Atau menunggu kaya
terlebih dahulu. Konsep philanthropy sosial sudah ada dalam dasar hati manusia
untuk saling membantu dan berderma. Bentuk bentuk berderma tidak harus
mahal dan banyak, sedikipun asalkan itu dilakukan dengan ikhlas dan tanpa
pamrih. Philanthropy sosial atau berderma perlu ditanamkan sejak kecil, mulai
dari berbagi dengan sesame kawan hingga menjadi relawan. Perlunya konsep ini
ditanamkan sejak kecil dikarenakan mengingat banyaknya idividualitas dan
kemauan sikap anti sosial dengan mengedepankan diri sendiri. Rendahnya

kepedulian sosial yang memunculkan perilaku perilaku tidak baik dalam sosial
masyarakat dan juga merupakan akar dari munculnya masalah sosial dalam
masyarakat. Konsep philanthrophy sosial sosial mencakup berbagai bentuk
kedermawanan, mulai dari sosial sesama manusia, relawan, bahkan beasiswa juga
menerapkan konsep philanthrophy sosial sosial sosial. Bantuan beasiswa, relawan
tanpa pamrih di segala bidan, dan bantuan - bantuan, merupakan wujud
philanthrophy sosial sosial sosial dalam bidang pendidikan yang akan menuntun
Indonesia pada kesejahteraan. Namun perlu ditekankan bahwa konsep ini bukan
menjadikan manusia sebagai individu yang malas, yang hanya meminta
kedermawana dari seseorang untuk hidupnya. Namun, philanthrophy sosial sosial
sosial juga menginginkan adanya perubahan pada individu untuk menjadi lebih
baik. Mengharapkan perubahan yang nyata dari individu tersebut, sehingga
bentuk bantuan yang telah dilaksanakan tidak tersia siakan. Pihak philanthropy
juga harus senantiasa mengingatkan dan memacu pihak yang telah diberi
kedermawanan untuk maju dan menjadi lebih baik. Sehingga ia mampu unutuk
membatu pihak pihak lainnya juga.
2.3. jenis philanthropy
Menurut sifatnya ada dua jenis philanthropy yaitu philanthropy tradisional yang
berbasis pada karitas (clarity) serta philanthropy untuk keadilan social.
a. Philanthropy tradisional
Philan thropy tradisional menurut andi agung prihatna berbasis pada
karitas (clarity) Praktek filantropi tradisional berbentuk pemberian untuk
kepentingan pelayanan sosial, misalkan pemberian langsung para
dermawan untuk kalangan miskin dalam rangka memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Lebih bersifat individual Melihat dari bentuk penyaluran dana
tersebut, bentuk filantropi seperti ini rawan adanya manipulasi dana
berbentuk pengayaan individual, egosentrisme di mata publik . di samping
kelemahan-kelemahan lainnya yakni tidak bisa mengembangkan taraf
kehidupan masyarakat miskin atau dalam istilah sehari-hari hanya
memberi ikan tapi tidak memberi pancing (kail).
b. Philanthropy untuk kadilan social
Bentuk filantropi untuk keadilan sosial (social justice philanthropy),
bentuk filantropi seperti ini dapat menjembatani jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin. Jembatan tersebut diwujudkan dengan upaya
memobilisasi sumberdaya untuk mendukung kegiatan yang menggugat
ketidakadilan struktur yang menjadi penyebab langgengnya kemiskinan.
Dengan kata lain, filantropi jenis ini adalah mencari akar permasalahan
dari kemiskinan tersebut yakni adanya faktor ketidakadilan dalam alokasi
sumberdaya dan akses kekuasaan dalam masyarakat. Diantara lembaga
3

filantropi yang menarapkan metode tersebut dan sukses saat ini adalah
Yayasan Dompet Dhuafa dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU).
2.4. Potensi-Potensi Philantropy
A. Diaspora Philantropy
Hamid Abidin dalam tulisannya From Rantau With Fund mengatakan
bahwa ada potensi besar pada diaspora Filantropi atau kedermawanan
sosial para perantau dan hal tersebut merupakan salah satu potensi
kedermawanan di Indonesia yang cukup unik. Kedermawanan ini
diwujudkan dalam bentuk pemberian sumbangan berupa uang dan barang
dan bentuk bantuan lainnya oleh warga yang merantau di kota-kota besar
kepada kampung halamannya.
Ada banyak organisasi perantauan yang menggalang dan mengelola
sumbangan dari para perantau. Di Jakarta saja ada sekitar 30 organisasi
perantauan diantaranya Gebu Minang (gerakan seribu rupiah masyarakat
minang), SAS (Sulit Air Sepakat), Gesor (Gerakan Sosial Orang Rantau),
PTR-JBS (Paguyuban Tukang Reparasio Se- Jawa, Bali dan Sumatera).
Yang terakhir PTR-JBS berhasil menyumbang sejumlah uang Rp 33,5 juta,
yang pengelolaannya digunakan untuk membeton jalan desa sepanjang
760 m. Sementara itu para perantau dari desa Siman, kecamatan Sekaran,
Kabupaten Lamongan Jawa Timur, yang tergabung dalam paguyuban
Siman Jaya, yang merupakan sebagian mereka menjadi perantau dengan
berjualan soto lamongan dan pecel lele, berhasil memberikan kontribusi
kepada desanya masing-masing dengan membangun sekolah, jalan, dan
masjid termegah di Lamongan.
Namun sayangnya, kepedulian dan kedermawanan terhadap kampung
halaman ini tidak diimbangi dengan upaya pendayagunaan sumbangan
secara optimal. Donasi para perantau sebagian besar masih dimanfaatkan
untuk keperluan konsumtif dan charity. Selain karena pola pemberiannya
yang dilakukan secara sendiri-sendiri, yang biasanya cenderung
konsumtif, lembaga penggalangan dan pengelolaanannya juga belum bisa
berdayaguna secara optimal. Selain itu hampir semua lembaga yang
mengelola tidak pernah melakukan need assesment dan evaluasi dampak
pemberian dana.
B. Orang-orang Kaya
Majalah Forbes terbitan akhir Juni 2002 lalu measukkan nama Presidir
PT.Gudang Garam, Rahman Halim dan Presidir HM Sampoerna,, Putra
Sampurna ke jajaran 538 orang terkaya dunia yang masing-masing
menempati peringkat 292 dan 387 dengan nilai kekayaan 20,5 triliun dan
14,8 triliun.

Lain lagi yang dengan pengumuman majalah Swasembada yang


membeberkan profil 10 selebritis pencetak uang terbanyak. Krisdayanti
bertengger di tempat teratas dengan penghasilan 4,5 miliar pertahun, dan
diikuti sheila on seven, joshua, Melly Guslaw dan yang lainnya.
Publikasi kekayaan dan nilai derma yang diberikan merupakan sebuah
keharusan, karena dengan demikian ada upaya pemberian teladan dari satu
hartawan kepada hartawan yang lain. Publikasi juga dapat menepis
tudingan masyarakat bahwa yang bersangkutan hidup bermewah-mewah
di tengah kemiskinann orang lain.
Di Amerika maupun Eropa yang kegiatan Filantropinya sudah maju,
publikasi yang berkaitan dengan derma, khususnya yang berkaitan dengan
orang-orang kaya, sudah jamak. Majalah Forbes yang memuat jumlah
kekayaan Bill Gates yang mencapai US$ 58,7 miliar, berita selanjuutnya
yang ditunggu masyarakat adalah mengenai jumlah sumbangan yang
diberikan Bos Microsoft tersebut. Tak lama media mempublikasikan
sumbangan Gates dan Istrinya yang jumlahnya mencapai US$ 21 miliar.
Sumbangan itu diberikan untuk program eradikasi penyakit TBC melalui
Bill & Melinda Gates Foundation. Publikasi serupa dilakukan miliarder
lainnya seperti George Soros.
Kebiasaan derma semacam itu perlu ditradisikan di Indonesia dengan
mendorong orang-orang kaya untuk mengumumkan secara terbuka
peruntukkan kekayaan atau pendapatan yang diperolehnya.
C. Derma Perusahaan
Pada tahun 2001, PBB menetapkan sebagai International Year of Volunteer
atau tahun relawan sedunia. Momentum tersebut ternyata banyak
mencetak para sukarelawan dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa,
aktivis LSM, karyawan, siswa, profesional, maupun pekerja sosial untuk
bergerak lebih massif lagi dalam mengkampanyekan filantropi, tak hanya
sekedar sebagai pekerja teknis tetapi juga merupakan donatur tetap. Yang
paling menarik saat ini adalah banyak perusahaan memiliki divisi sosial
yang khusus menampung, memngelola dan menyalurkan dana-dana sosial.
Belum lama ini salah satu hotel di jakarta menyatakan akan
menyumbangkan RP.10.000,00 dari tiap kamarnya yang disewa tamunya
untuk diberikan kepada yayasan Kehati (keanekaragaman hayati), Dunkin
Donuts, menyumbangkan Rp.100,00 dari tiap transaksinya dengan
konsumen untuk membiayai anak putus sekolah. Sumbangan tersebut
diserahkan kepada Yayasan Dompet Dhuafa (YDD). Konon dana yang
terkumpul dalam waktu dua bulan adalah hampir seperempat miliar rupiah
atau Rp.244 juta dari Dunkin Donat.

Dibanding dengan kebutuhan masyarakat tentunya angka ini tidak besar.


Tetapi kalau saja puluhan atau bahkan ratusan perusahaan mengikuti
jejaknya, tentu nilai dana sosial ini akan cukup berarti.
Archie B. Carol, mengembangkan satu konsep piramida tanggung jawab
perusahaan. Dimana piramida ini terdiri atas empat jenjang tanggung
jawab perusahaan.
Pertama, adalah tanggung jawab ekonomis. Sederhanannya adalah
perusahaan harus menghasilkan laba.
Kedua, adalah tanggung jawab legal. Dalam mencapai tujuannya
mencari laba, sebuah perusahaan aharus mentaati hukum.
Ketiga, adalah Tanggung jawab Etis. Ini berarti perusahaan
berkewajiban menjalankan hal yang baik dan benar, adil dan fair.
Keempat, tanggung jawab Filantropis, mensyaratkan perusahaan
untuk memberikan kontribusi kepada publik. Tujuannya adalah
meningkatkian kualitas kehidupan semua.
Beberapa perusahaan di Indonesia telah memberikan kontribusi Coorpotrat
Givingnya diantaranya TPI, Freeport, Hard Rock Hotel Bali, GE, Bogasari
dan sebagainya.
2.5. bentuk bentuk penerapan konsep philanthropy
Konsep philanthropy dapat dilaksanakan secara personal maupun
kelembagaan. Bentuknya bisa bermacam macam di segala sector
kehidupan. Karena intinnya, philanthropy adala suatu tindakan sukarela
berdasarkan rasa cinta, moralitas serta ajaran agama. Lembaga lembaga
itu masuk dalm beberapa kategori atau ruang lingkup yaitu :
1. Zakat
zakat merupakan kewajiban atas sejumlah harta tertentu dalam waktu
tertentu. Harta yang di keluarkan zakatnya akan menjadi berkah,
tumbuh, berkembang dan tambah, suci dan membawa kebaikan
2. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
(harta) untuk kepentingan sesuatu. Menurut terminologi syariah
infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan
(penghasilan) untuk suatu kepentingan yang di perintahkan ajaran
islam. Orang yang mengeluarkan infaq adalah munfiq.
3. Sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar.orang yang
suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya.
Menurut etimologi sedekah sama artinya dengan infaq, termasuk
juga ketentuan dan hukumnya.
4. Wakaf

Maksudnya bahwa seseorang menyerahkan harta yang tetap ada


terus wujudnya namun selalu memberikan manfaat dari waktu ke
waktu tanpa kehilangan benda aslinya.
2.6. Perilaku Perilaku Philanthrophy
a. Pemurah
Pemurah artinya suka memberi atau suka membantu orang atau memberi
pertolongan, bantuan kepada orang lain. Bantuan atau pertolongan itu
dapat berupa harta benta, tenaga, atau pikiran. Allah menentukan nasib
orang berbeda-beda. Ada orang yang hidupnya berkecukupan, ada yang
kekurangan. Adakalanya orang bernasib mujur atau beruntung, adakalanya
bernasib malang. Sifat pemurah seseorang tampak terlihat dalam sikapnya
sehari-hari. Ia tidak segan-segan memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan baik diminta ataupun tidak. Agama Islam mengajarkan agar
setiap umatnya memiliki sifat pemurah. Harta yang dimiliki seseorang
sebenarnya adalah titipan Allah. Harta tersebut harus dipelihara dan
digunakan sesuai dengan ketentuannya. Islam menghendaki sikap ini
dikembangkan secara wajar, mulai dari dalam keluarga sampai yang lebih
luas dalam bentuk kemanusiaan. Orang yang memiliki sifat pemurah tidak
ragu-ragu mengeluarkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain.
Jika ada orang datang meminta bantuan, ia dengan ikhlas memberikan
bantuan.
c. Sedekah dan Infaq
Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta benda yang dimiliki untuk
kepentingan yang mengandung kemaslahatan. Dalam infaq tidak ada
nishob. oleh karena itu, infaq boleh dikeluarkan oleh orang yang
berpenghasilan tinggi atau rendah, disaat lapang maupun sempit. Infaq
merupakan ibadah sosial yang sangat utama. Kata infaq mengandung
pengertian bahwa menafkahkan harta di jalan Allah tidak akanmengurangi
harta, tetapi justru akan semakin menambah harta.
Suatu kenikmatan utama dari Allah adalah rezeki yang lapang dan harta
yang melimpah, sedang harta yang terbaik ialah harta yang menjaga dari
kehinaan meminta dan untuk menjaga kehormatan. Orang yang mengerti
hak dirinya dan menghendaki kebahagiaan maka ia bersikap dan
berperilaku memenuhi kehormatan, tidak butuh meminta kepada orang
lain dan harta dijadikan sebagai kekuatan di tengah kehidupan manusia.
Sedekah adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan berupa barang
maupun jasa dari seseorang kepada orang lain tanpa mengaharap suatu
imbalan apapun selain ridho Allah53. Sedekah menunjukkan pengertian

tentang kebenaran keimanan seseorang (Shaddaqa). dengan bersedekah


berarti seseorang tidak hanya meyakini keimanannya dalam hati, tetapi
juga mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Hukum dan ketentuan
sedekah sama dengan ketentuan infaq. Hanya saja jika infaq berkaitan
dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas, termasuk pemberian
yang sifatnya non materi, seperti memberikan jasa, mengajarkan ilmu
pengetahuan, dan mendoakan orang lain.Sesungguhnya apa yang kita
sedekahkan adalah menyampaikan hak orang lain yang terdapat atau
dititipkan melalui harta kekayaan kita. Karena itu, relakanlah,
lapangkanlah hati dan jiwa, saat dan setelah memberikan hak orang lain
itu. Ketika kita bersedekah perlihatkanlah bahwa kita benar-benar ikhlas
dan bergembira dengan apa yang telah kita lakukan, tunjukkanlah wajah
yang cerah, dan senyum yang menunjukkan bahwa kita senang
d. Menolong Tanpa Pamrih
Perilaku menolong tanpa pamrih merupakan pemberian pertolongan pada
orang lain tanpa mengaharap adanya keuntungan pada diri orang yang
menolong. Altruistic behavior would consist of committing an action
which would help the person in need (perilaku menolong orang lain tanpa
pamrih adalah melakukan suatu tindakan untuk membantu orang lain yang
sedang membutuhkan) Secara teoritis kondisi yang demikian sulit
didapatkan, terutama pada jaman sekarang. Seandainya ada, frekuensinya
akan sangat kecil.
2.7. Masalah Sosial
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai
kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen,
1992). Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai
sesuatu kondisi yang tidak diharapkan. Jadi Yang dimaksud dengan masalah sosial
adalah suatu kondisi yang terlahir dari sebuah keadaan masyarakat yang tidak
ideal, atau definisi masalah sosial yaitu keditaksesuaian unsur-unsur masyarakat
yang dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial
merupakan suatu kondisi yang dapat muncul dari keadaan masyarakat yang
kurang atau tidak ideal, maksudnya selama terdapat kebutuhan dalam masyarakat
yang tidak terpenuhi secara merata maka masalah sosial akan tetap selalu ada
didalam kehidupan. Bentuk bentuk masalah sosial seperti kemiskinan,
pengangguran dan berbagai masalah pendidikan. Masalah sosial dalam kehidupan
masyarakat sangatlah banyak akan tetapi sebenarnya terdapat 4 (empat) faktor
utama yang menyebabkan timbulnya masalah sosial, yang diantaranya seperti
berikut ini:
1. Faktor Ekonomi
8

Masalah dalam ekonomi biasanya berupa masalah pengangguran,


kemiskinan dan lain-lain. Dalam masalah ini biasanya yang harus
bertanggung jawab adalah pemerintah, karena pemerintah kurang
menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Jika masyarakat
mengalami permasalahan ini akan mengakibatkan sangat rentannya
anggota masyarakat untuk melakukan tindakan kriminalitas dan
kekurangan ekonomi dapat dijadikan suatu alasan atau pembenaran dalam
melakukan tindakan tersebut. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan sebagai
acuan maju atau tidaknya suatu negara serta faktor ekonomi dapat
mempengaruhi masalah sosial pada aspek psikologis dan biologis
masyarakat.
2. Faktor Budaya
Faktor ini maksudnya kebudayaan yang semakin berkembang pada
masyarakat akan mempunyai peran yang dapat memicu timbulnya masalah
sosial. Misalnya seperti pernikahan pada usia dini, kawin-ceraii, kenakalan
pada remaja dan lain-lain atau seperti saat ini negara kita sedang terus
menerus dimasuki budaya asing.Faktor ini harus mendapat perhatian
secara serius karena kebudayaan pada suatu negara dapat mencerminkan
kebiasaan masyarakatnya. Dengan mempelajari atau mendalami
pendidikan agama mungkin dapat mencegah, menyadarkan ataupun
menyaring budaya asing yang masuk.
3. Faktor Biologis
Selanjutnya adalah faktor biologis, faktor ini dapat menyebabkan
timbulnya masalah sosial misalnya seperti kurang gizi, penyakit menular
dan lain-lain. Hal ini terjadi karena kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan
yang layak dan dapat terjadi juga karena kondisi ekonomi maupun
pendidikan masyarakat yang tidak mencukupi. Jadi sebagian besar kondisi
dari biologis masyarakat mudah terjangkit penyakit, untuk solusinya
mungkin pada saat ini dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas
kesehatan dan memberikan pengetahuan pada setiap anggota masyarakat
tentang pencegahan serta memberi pengetahuan tentang pentingnya pola
hidup sehat maupun pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
4. Faktor Psikologis
Selain faktor diatas ada juga faktor psikologis, masalah seperti ini dapat
muncul jika psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis
juga dapat juga muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh
masyarakat khususnya yang ada di daerah perkotaan, pekerjaan yang
menumpuk sehingga menimbulkan stress lalu dapat menimbulkan luapan
emosi yang nantinya dapat memicu konflik antar anggota masyarakat.

2.8.

Implementasi Konsep Philantrophy Guna Mengatasi Masalah Sosial.


Philanthrophy sosial sosial

Masalah masalah sosial seperti kemiskinan, tindak kriminalitas, kesenjangan


ekonomi dan lain lain terjadi karena ketidak perdulian orang terhadap orang
yang lainnya. Konsep philanthropy sosial yang mengedepankan membantu
sesama akan menjadi solusi yang nyata untuk masalah masalah tersebut.
Mengingat Indonesia yang juga merupakan Negara pluralism dengan berbagai
suku budaya dan agama yang mengedepakan prinsip kekeluargaan, philanthrophy
sosial sosial sosial menjadi hal yang tidak asing untuk saling membatu dan
bertoleransi. Bkan hanya pada event event tertentu seperti misalnya bencana
alam dan lain lain, philanthrophy sosial sosial sosial harus di laksanakan setiap
hari, dengan hal hal kecil tadi seperti berbagi antar sesama, saling membantu
dan lain sebagainya.
Andai potensi filantropi ini dikelola dengan maksimal maka disparsitas sosial
yang sangat curam sedikit demi sedikit namum pasti akan bisa terkikis dan juga
angka kemiskinan yang mencapai 38,4 juta jiwa atau 18,2 % (data tahun 2002,
belum di mutakhirkan) bisa dikurangi walaupun pelan tapi pasti. Dan sebetulnya
bangsa yang tingkat solidaritsnya tinggi merupakan bengsa yang akumulasi
filantropinya tinggi juga. Tinggal bagaimana iklim untrust bisa di minamlisir dan
krisis sosial ekonomi pada dasarnya bisa tuntas dari dalam tanpa campur tangan
luar yang terlalu dominan, melalui maksimalisasi kesadaran filantropi mulai dari
individu (petani hingga artis atau atlit) dan perusahaan dari segala level usaha.
Berikut contoh nyata penerapan konsep philanthrophi sosial
1. Butet Manurung. Perempuan kelahiran Jakarta, 21 Pebruari 1972 yang
juga sarjana lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung itu meninggalkan
gemerlap kehidupan modern dan memilih tinggal di hutan. Selama
bertahun-tahun ia menetap di belantara pedalaman hutan tropis untuk
mengajar anak-anak Suku Anak Dalam Taman Nasional Bukit Dua Belas,
Jambi. Keikhlasannya berbagi tidak serta merta diterima dengan tangan
terbuka. Masyarakat Suku Anak Dalam sempat menyimpan curiga bahkan
mengusirnya. Toh, Butet pantang surut, sekalipun nyawanya terancam.
Atas pengabdiannya, ia pun mendapat berbagai penghargaan, antara
lain Man and Biosferoleh LIPI bekerjasama dengan UNESCO (2000), dan
di nobatkan sebagai salah satu Asia Heroes oleh Majalah Times (2004).
Namun, apa yang diharapkan Butet bukanlah penghargaan, melainkan
kepedulian dari pemerintah dan masyarakat luas mengenai
keberlangsungan orang Rimba. Wajah suku Rimba di pedalaman Jambi
dan suku-suku terasing lainnya boleh jadi tidak akan berubah seandainya

10

2.

3.

4.

5.

tidak ada seorang Butet yang dengan keikhlasan hati mengabdikan


sebagian hidupnya untuk membuat mereka melek terhadap peradaban.
Dik Doank. Terjunnya Dik ke dalam aktivitas pendidikan dilatarbelakangi
keprihatinannya pada kondisi pendidikan di Indonesia. Dik melihat biaya
pendidikan sekarang terlalu tinggi, sehingga terdapat jutaan anak-anak
tidak mampu yang terlantar dan tidak dapat bersekolah. Kegiatan filantropi
Dik di awali jauh sebelum namanya dikenal seperti sekarang. Awalnya, ia
melakukannya di pinggir jalan. Di rumah warga, di balai warga, atau di
rumah orang tuanya. Baru pada 1993 ia membuat sekolah non-formal di
kawasan Angkasa Pura, Kemayoran. Pada 1994 ia pindah ke kawasan
Jurang Mangu, Sawah Lama, Tangerang-Banten. Dan konsep sekolahnya
berubah menjadi Sekolah Alam. Dik mengharapkan kehadiran sekolah
alam ini akan menjadi jembatan antara penduduk yang mampu dan tidak
mampu, atau antara yang berpendidikan tinggi dengan yang biasa-biasa
saja. Intinya, kehadiran sekolah alam ini sebagai jembatan untuk
memberikan pemahaman bahwa kita semua sama walaupun berbeda latar
belakang. Di sisi lain, sekolah alam ini menjadi media bertemu dan
bersilaturahmi orang-orang yang memiliki latar belakang atau budaya
yang berbeda.
Zakat fitrah dan zakat mal, infak serta bantuan bencana.
Zakat merupakan konsep philanthrophy sosial sosial dalam agama islam
dan mejadi kewajiban pada orang orang yang telah mencapai
mashabnya. Zakat saat ini sudah dilembagakan, sehingga pembagian dan
pemerataannya menjadi lebih baik dan lebih optimal
Beasiswa jarum
Beasiswa merupakan wujud philanthrophy sosial sosial sosial di bidang
pendidikan. jarum dan beberapa perusahaan dan lembaga lainnya
memberikan beasiswa kepada anak anak yang memiliki potensi untuk
tetap maju dan menjadi lebih baik.
Corporate sosial responsibility Unilever
Unilever, sebagai induk untuk lebih dari 200 merek yang fokus pada
kesehatan dan kesejahteraan, Unilever memiliki dedikasi luar biasa dalam
hal tanggung jawab sosial. Salah satu bentuk tanggung jawab sosial yang
dilakukan, mereka memiliki tujuan untuk memperbaiki wilayah sekitar
melalui strategi yang inovatif. Upaya tersebut diwujudkan dalam sebuah
platform online untuk solusi yang berkelanjutan. Hal ini merupakan upaya
terbaru untuk mengurangi dampak lingkungan yang besarnya dua kali
lipat. Pada situs tersebut, Unilever telah mempublikasikan daftar lebih dari
sepuluh wants, yaitu daerah-daerah yang mencari solusi-solusi inovatif.
Mereka meminta agar para pemangku kepentingan (stakeholder) dan
stakeholder potensial berbagi ide-ide asli, mutakhir melalui portal
pendaftaran online dari yang proposisinya disaring dan dimanfaatkan.
Mengundang keterlibatan dan saran publik adalah inisiatif CSR yang
paling inovatif.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Philianthrophy sosial merupakan salah satu solusi masalah sosial yang
terjadi di masyarakat, yang akan menjadi salah satu cara terwujudnya Indonesia
sejahtera. Rendahnya kepedulian sosial yang memunculkan perilaku perilaku
tidak baik dalam sosial masyarakat dan merupakan akar dari munculnya masalah
12

sosial dalam masyarakat. Faktor munculnya masalah sosial antara lain faktor
ekonomi, faktor budaya, faktor biologis, dan faktor psikologis. Konsep
philanthrophy sosial sosial mencakup berbagai bentuk kedermawanan, mulai dari
sosial sesama manusia, relawan, bahkan beasiswa juga menerapkan konsep
philanthrophy sosial sosial sosial. Bantuan beasiswa, relawan tanpa pamrih di
segala bidan, dan bantuan - bantuan, merupakan wujud philanthrophy sosial sosial
sosial dalam bidang pendidikan yang akan menuntun Indonesia pada
kesejahteraan. Sifat kedermawanan dalam philantrophy sosial sangat membantu
dalam mengatasi masalah sosial, dengan sedikitnya masalah sosial di Indonesia
maka Indonesia bisa mencapai tingkat kesejahteraannya.

B. Saran
1) Bagi masyarakat
Apabila kita memiliki kenikmatan atau hidup yang berlebih hendaknya kita
saling membantu saudara saudara kita yang berkurangan atau sedang banyak
masalah dalam hidupnya. Kita membantu tidak hanya berupa uang , tetapi kita
juga bisa berbagi pengetahuan kepada saudara kita yang tidak bisa menikmati
bangku sekolah. Kita juga bisa memberi nasihat atau motivasi kepada teman
kita yang sedang mempunyai masalah.
2)

Bagi Pemerintah

Tindakan philanthropy yang bisa dilakukan pemerintahan antara lain membuka


lapangan pekerjaan yang sebanyak banyaknya sehingga masyarakat bisa
mendapatkan penghasilan serta menekan tingkat pengangguran. Pemerintah juga
dapat membantu anak-anak yang tidak sekolah dengan memberikan beasiswa
kepada mereka yang tidak mampu sekolah, sehingga ketika anak-anak yang tidak
mampu bisa bersekolah maka akan menjadikan masyarakat Indonesia yang
sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Budi Baik.2004.Kedermawanan Alam Kalimantani.Jakarta: Ford


Foundation

http://dep.blogspot.co.id/2011/12/filantropi.html
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/10/perilaku-perilakufilantropi.html

13

http://www.republika.co.id/berita/duniaislam/wakaf/16/10/12/oexwgj3
96-penggunaan-dana-zakat-untuk-infrastruktur-harus-dirumuskansecara-hatihati

14

Anda mungkin juga menyukai