Anda di halaman 1dari 86

Cyntaa's Blog

Just another WordPress.com weblog

HEPATITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas kelompok juga
merupakan materi bahasan dalam mata kuliah Epidemiologi Kebidananan. Dimana mahasiswa
dari setiap kelompok akan membahas materi, sesuai judul materi yang telah ditugaskan kepada
masing-masing kelompok. Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang
Hepatitismerupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri,
penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus
telah banyak mengalami perkembangan. Namun demikian untuk mendeteksinya kini dapat sehari
jadi. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E,
G dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut Hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis nonvirus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia
saat ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis.
Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis) B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170
juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk
Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar
pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada
masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk.
Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah
kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis
menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11
juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa
1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang
merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar
0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta
maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat
bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala
spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter.

Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit


hepatitis B dan C.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.2.1. Bagi Pendidikan
a) Sebagai bahan pengembangan pengetahuan bagi mahasiswa Kebidanan dalam mengerjakan
tugas kelompok dari mata kuliah Epidemiologi.
b) Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap mahasiswa ; baik dalam
penyusunan makalah maupun presentasi makalah.
1.2.2. Bagi Mahasiswa
a) Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok maupun individu.
b) Mahasiswa mampu menguasai bahan makalah dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1. Pengertian
Hepatitismerupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri,
penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus
telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis
antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis
yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih
dari 6 bulan disebut hepatitis kronis
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis nonvirus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
2.2. Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat dibedakan
menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi
yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi
ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera
oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan
komplikasi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning. Sebenarnya
hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor
penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan
metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek
samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah
satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit,
kuku dan bagian putih bola mata. Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan selsel, jaringan, bahkan semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver)

telah mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
2.3. Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati.
di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati
(hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi
penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga
timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir
toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai
penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan
hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu
yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati,
dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat
gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik),
hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis
virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis
kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia)
didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau
disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu: hepatotoksinhepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan
idiosinkrasi metabolik.
Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
Obat anastesi
Obat antibiotik
Obat antiinflamasi
Obat antimetabolik dan imunosupresif
Antituberkulosa
hormon-hormon
obat psikotropik
Lain-lain, contoh phenothiazine
2.4. Gambaran klinis Penyakit Hepatitis
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
Hepatitis kronik.
o Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah yang
sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan varises
esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
o Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin

serum.
o Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis
kronik.
Hepatitis akut.
o Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis
tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan
serum-sickness.
o Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya
transminase serum.
o Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang
lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak enak badan,
menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan ringan;
ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu
untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan
pasien merasa sengsara.
o Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.
o Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
o Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.
Manifestasi Klinik
o Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi lebih coklat
o Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah
anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa
prodromal, kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak
enak makan, menderita gejala digestive terutama anoreksia dan nausea dan kemudian ada panas
badan ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas yang bertambah pada tiap guncangan badan.
Masa prodormal diikuti warna urin bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan
demikian menandakan timbulnya ikterus dan berkurangnya gejala : panas badan menghilang,
mungkin timbul bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik, biasanya pasien
dewasa akan sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih. Setelah
kelihatannya sembuh rasa lemah badan masih dapat berlangsung selama beberapa minggu
o Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan
pada ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena
penyebab yang biasanya berbeda.
2.5. Penegakkan Diagnosa
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk
memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver).
Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes
biokimia hati.
o Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab
hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
o Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang

dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat diketahui derajat keparahan
atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) dapat dinilai.Beberapa jenis
parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat aminotransferase), ALT (alanin
aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini
biasa dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan
sel dan jaringan hati (liver).
Pemeriksaan HbsAg. Yakni untuk mendeteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai
penanda awal terjadinya infeksi Hepatitis B.
Pemeriksaan antiHBs. Untuk mendeteksi adanya kekebalan atau antibodi terhadap virus
Hepatitis B.
Pemeriksaan IgM antiHBc. Untuk mendeteksi antibodi terhadap HbcAg. (penanda pernah
terinfeksi hepatitis B).
Pemeriksaan HbeAg dan Anti Hbe. Untuk mendeteksi apakah sedang terjadi replikasi virus
aktif atau tidak dalam tubuh penderita.
Pemeriksaan HBV DNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar proses replikasi virus
sedang terjadi di dalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi Hepatitis B,
sehingga dapat ditemukan pada tipe mutant.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk melacak hepatitis virus C antara lain dengan;
Anti HCV. Untuk mengetahui apakah penderita terpapar Hepatitis C.
HCV RNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar aktifitas Virus Hepatitis C.
Saat ini, hasil pemeriksaan immunologi untuk deteksi hepatitis virus tersebut selain HBV DNA
dan HCV RNA, dapat diketahui segera (One Day Sevice/sehari jadi). Perkembangan di bidang
diagnostika laboratorium tersebut, tentunya akan mempercepat penanganan oleh dokter, sehingga
dapat diambil langkah-langkah yang tepat bagi penderita Hepatitis A, B maupun C.
2.6. Prognosis
prognosis pada penyakit hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu:
Infeksi hepatititis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi.
Pasien yang agak tua atau kesehatan umumnya jelek mempunyai prognosis jelek.
2.7. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang
memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi
pada 5 % 10 % pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik
persisten akan selalu sembuhkembali.
Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau
kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis.
Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis
kronik aktif dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik
umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari
suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
2.7. Epidemiologi
a) Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA)

biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah. Mayoritas
mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya. Hepatitis A menular melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.
Gejala Hepatitis A :
Gejala awal seperti influenza, gastritis maupun artritis. Tetapi yang terutama adalah adanya
demam, lemah/lesu, mual, muntah, dan diare. Urin menjadi berwarna gelap dan tinja berwarna
pucat selama penderita mengalami kulit berwarna kuning atau jaundice. Gejala hepatitis A
biasanya berlangsung selama 3 6 minggu, dan masa penyembuhannya secara klinis dan
biokimiawi memerlukan waktu sampai 6 bulan.
Penularan Hepatitis A :
Penularan hepatitis A terutama terjadi melalui makanan dan minuman (95%). Penularan lain
melalui kontak langsung dengan penderita, atau melalui pemakaian jarum suntik.
Kelompok yang berisiko terhadap Hepatitis A :
Orang yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya berisiko
untuk tertular hepatitis A. Terjadinya infeksi tambahan hepatitis A pada pengidap kronik hepatitis
B atau hepatitis C sering mengakibatkan bertambah parahnya penyakit hati tersebut, sehingga
menyebabkan gagal hati.
Pengobatan dan pencegahannya :
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap hepatitis A. Istirahat dan gizi yang baik dapat
membantu mempercepat penyembuhan. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan :
pola hidup yang baik dan bersih
vaksinasi terhadap hepatitis A
Waktu pemberian dan dosis vaksin :
Sedini mungkin bagi anak mulai umur 2 tahun . Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan
berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan sekurang-kurangnya 10
tahun.
Yang harus divaksinasi :
Anak-anak adalah prioritas untuk mendapatkan vaksinasi.
Untuk orang dewasa :
orang yang tinggal di daerah endemis tinggi (Indonesia)
pengelola makanan : catering, koki, pedagang makanan, dll
dokter dan perawat
tentara
orang yang bepergian (travellers)
penderita hepatitis C kronis atau penyakit hati kronis yang lain.
b) Hepatitis B
Prevalensi Hepatitis B
Pada saat ini diperkirakan bahwa di dunia terdapat kira-kira 300 juta orang pengidap Hepatitis B
Surface Antigen (HBsAg carrier), dan dari jumlah ini sekitar 220 juta orang dan ini berarti
bahwa hampir 78% berdiam di Asia. Data prevalensi HBsAg di Indonesia sangat bervariasi, hal
ini dapat dimengerti mengingat Indonesia memiliki daerah yang sangat luas.
Dengan prevalensi HBsAg 3 20% Indonesia digolongkan kedalam kelompok daerah endemis
sedang sampai dengan tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk

segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap hepatitis B.


Data-data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi virus hepatitis B
yang menetap timbul sebagai akibat infeksi pada waktu bayi dan anak-anak. Makin muda usia
seseorang terkena infeksi virus hepatitis B, lebih besar kemungkinannya untuk menderita infeksi
virus hepatitis B yang menetap, dengan demikian lebih besar pula risiko untuk menjadi sirosis
hati dan kanker hati primer dikemudian hari.
Transmisi Virus Hepatitis B secara vertikal dan Horizontal
Infeksi pada bayi terjadi pada saat persalinan dari ibu pengidap HBsAg dan penularan ini disebut
sebagai penularan vertikal. Selain itu juga terdapat penularan secara horizontal berupa kontak
erat dengan pengidap hepatitis B.
Sumber Penularan Hepatitis B
a.Darah
Dalam perjalanan infeksi virus hepatitis B hati dan darah merupakan tempat yang mengandung
konsentrasi virus hepatitis B yang tertinggi.
b.Air Seni
HBsAg dapat ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam air seni penderita hepatitis akut B dan
pengidap dengan fungsi ginjal yang normal. Bukti yang nyata bahwa air seni dapat menularkan
infeksi tidak jelas.
c.Tinja Dan Sekresi Usus
Pada waktu ini dianggap bahwa HBsAg tidak terdapat dalam tinja penderita hepatitis akut B dan
pengidap.
d.Air Liur
HBsAg sering dijumpai pada air liur pada kasus hepatitis akut ataupun pengidap. Walaupun air
liur dapat mengandung sejumlah kecil partikel virus hepatitis B namun agaknya daya infeksinya
rendah.
e.Semen (cairan mani)Sekresi Vagina dan Darah Menstruasi
HBsAg telah dijumpai pada semen, baik pada kasus akut maupun pengidap, demikian pula pada
sekret vagina dan darah menstruasi. Kontak seksual merupakan salah satu penularan HBsAg
yang penting.
f.Air Susu,Keringat dan cairan tubuh yang lain
HBsAg telah dilaporkan dapat dijumpai pada air susu, keringat dan pada eksudat seperti cairan
ketuban dan cairan sendi. Namun peranan dalam penularan HBsAg agaknya kecil.
Cara Penyebaran Virus Hepatitis B
Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :
A. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus hepatitis B intak
masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan cara penularan ini:
Penularan perkutan yang nyata :
Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan darah atau bahan
yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan jarum.
Hepatitis pasca transfusi
Hepatitis virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi darah yang mengandung HBsAg
positip.
Dengan melakukan uji saring darah donor terhadap adanya HBsAg, maka jelas terdapat
penurunan prevalensi kejadian hepatitis pasca transfusi.

Hemodialisa
Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah dilaporkan pada penderita
dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berkala.
Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril, telah lama dikenal.
Sering sesudah imunisasi masal terjadi letupan hepatitis beberapa waktu kemudian.
Penularan perkutan tidak nyata :
Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita mendapat hepatitis virus B
dan tidak pernah dapat mengingat bahwa mereka mendapat trauma pada kulit atau hal lain, virus
hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun dapat melalui kulit yang mengalami
kelainan penyakit kulit. Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan
penting dalam menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.
B.Penyebaran melalui selaput lendir
Penyebaran peroral
Cara ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir mulut. Cara ini tidak sering
menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui mulut hanya terjadi pada mereka dimana
terdapat luka didalam mulutnya.
Penyebaran seksual
Cara ini terjadi melalui kontak dengan selaput lendir saluran ginjal, sebagai akibat kontak
seksual dengan individu yang mengandung HBsAg positip yang bersifat infeksius. Infeksi dapat
terjadi melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini
dimungkinkan oleh karena cairan sekret vagina dapat mengandung HBsAg.
Penularan perinatal (transmisi vertikal)
Penularan perinatal ini disebut juga sebagai penularan maternal neonatal dan merupakan cara
penularan yang unik. Penularan infeksi virus hepatitis B terjadi dalam kandungan, sewaktu
persalinan, pasca persalinan.
Penatalaksanaan Hepatitis B Akut
Pada dasarnya terdapat 3 cara umum dalam penatalaksanaan hepatitis B virus akut
1. Tirah baring
Tirah baring telah merupakan suatu cara dalam mengobati suatu penyakit.
2. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini
persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah, disamping hal yang
menganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jika dianggap perlu pemberian makanan
dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
3. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki kematian/kerusakan sel hati
dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.
Penatalaksanaan Hepatitis Kronik
Tujuan pengobatan tentu saja kita mengharapkan penyembuhan total dari infeksi virus hepatitis
B, kita mengharapkan bahwa virus tersebut dapat dihilangkan di dalam tubuh dan terjadi

penyembuhan penyakit hatinya. Hal ini ditandai dengan menghilangnya HBsAg, DNA
polymerase dan HBVDNA dan juga perubahan nilai SGOT dan SGPT (enzim hati) ke dalam
batas normal.
Macam pengobatan :
OBAT ANTI VIRUS
Interferon
Mempunyai aktivitas biologik sebagai antiviral, antiproliferatif dan khasiat imunomodulasi. Dari
penelitian-penelitian terdahulu memang dilihat adanya respons yang kurang dan hal ini
disebabkan karena dosis yang rendah dan pendeknya jangka waktu pengobatan. Dengan telah
ditemukan cara DNA rekombinant telah dapat dibuat alfa, beta dan gamma interferon dalam
jumlah yang besar dan sebagian problem diatas telah dapat diatasi.
Sasaran utama dari Interferon pada hepatitis kronis adalah menekan permanen replikasi virus
atau membasminya sehingga dapat mencapai keadaan remisi penyakitnya. Indikasi pemberian
interferon umumnya diberikan pada stadium replikasi (pembelahan virus) dan perjalanan
hepatitis B kronik yang ditandai dengan kenaikan enzim hati (transaminase), HBeAg dan HBV
DNA serum yang positif selama observasi 6 bulan. Salah satu interferon yang telah beredar luas
di Indonesia adalah INTRON A
Pemberian interferon sering disertai timbulnya efek samping yaitu menggigil, demam, lemah,
rambut rontok, berat badan turun, penekanan pada sumsum tulang, dan perubahan lokal pada
tempat suntikan.
c) Hepatitis C
Prevalensi Virus Hepatitis C
Di Indonesia prevalensi hepatitis C ditemukan sangat bervariasi mengingat luas geografis yang
sangat luas, selain itu juga terdapat variasi dari hasil beberapa penelitian sehubungan dengan
kelompok yang diteliti yang berlainan. Hasil pemeriksaan pendahuluan anti-HCV pada donor
darah di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensinya adalah diantara 3,1%
sampai 4%.
Aspek Klinis Hepatitis C
Secara klinik hepatitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Gejala awal tidak spesifik dengan
gejala gastrointestinal (pencernaan) diikuti dengan ikterus (kuning) dan kemudian diikuti dengan
perbaikan pada kebanyakan kasus.
Yang menyolok adalah sebagian besar penderita yang terkena infeksi hepatitis C akan menjurus
menjadi kronik. Kejadiannya jauh lebih sering dibandingkan dengan hepatitis B. Dilaporkan
bahwa kira-kira 50% menjadi sirosis hati.
Kanker hati dapat terjadi mengikuti sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis NANB. Lamanya
waktu sejak terjadinya pemberian transfusi darah dan kejadian penyakit hati kronik sebagai
berikut :
o 13 tahun dibutuhkan untuk terjadinya hepatitis kronik aktif

o 12 tahun dibutuhkan untuk terjadinya sirosis hati


o 18-24 tahun untuk perkembangan ke arah karsinoma hepatoseluler
Belum lama dilaporkan bahwa, kira-kira 50% kasus yang terinfeksi HCV akan menjadi kronik
dan dalam 20% akan menjadi sirosis hati namun penelitian terakhir memperlihatkan angka
kejadian kronik yang lebih tinggi lagi, yaitu bisa mencapai angka 70%. Dengan pemeriksaan
HCV-RNA dalam serum hati, telah diperlihatkan bahwa angka infeksi yang menetap menjadi
lebih tinggi lagi, yaitu antara 80-90%.
Penularan Hepatitis C
Parenteral (melalui darah)
Di Amerika Serikat, dan Jepang penularan hepatitis C terjadi terutama melalui cara parenteral,
seperti transfusi darah atau produk darah. Populasi dengan risiko tinggi terlihat pada
hemodialisis (cuci darah) mereka yang sering mendapatkan penyuntikan obat-obatan secara
intravena, disusul oleh penderita hemofilia dan thalasemia.
Kontak personal
Peran kontak orang ke orang dalam penularan hepatitis C belum jelas. Penularan secara kontak
erat dengan penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga mungkin merupakan
salah satu cara penularan.
Transmisi seksual
Hasil penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa kontak seksual dengan banyak partner
heteroseksual atau dengan penderita hepatitis dapat berakibat terjangkitnya penyakit.
Transmisi neonatal (bayi baru lahir)
Penularan VHC dari ibu ke bayi melalui transmisi vertikal/perinatal namun demikian angka
kejadiannya kecil.
Transmisi non parenteral
Ditemukannya antibodi pada para donor darah menunjukkan bahwa hepatitis C dapat ditularkan
melalui cara non parenteral.
Pencegahan dan Pengobatan
a.Pencegahan lebih penting daripada pengobatan, yaitu dengan cara:
Kebersihan diri dan lingkungan
Bila akan donor darah, perlu di screning terhadap virus hepatitis C.
Jangan pernah melakukan tatoo atau tindakan dengan jarum-jarum suntik yang tidak steril.
Menghindari hubungan intim dengan wanita yang tidak kita kenal baik profesinya (partner
yang tidak jelas).
Memakai alat: sisir, pisau cukur, sikat gigi, handuk, dsb. milik pribadi
Melakukan general check-up lengkap paling lama setiap tahun, termasuk pertanda hepatitis C.
b.Pengobatan :
Satu-satunya pengobatan terhadap hepatitis C kronik yang sudah diakuti sampai sekarang ialah
pemberian suntikan interferon selama paling sedikit 6 bulan 1 tahun untuk meng-inaktifkan
virus hepatitis C dan menormalkan SGPT dan gambaran biopsi hati menjadi tidak aktif lagi.

Interferon telah digunakan pada hepatitis C tahun 1986. Pada laporan tersebut dinyatakan
pengobatan interferon alfa menormalkan SGPT dan memperbaiki gambaran histologi pada 50%
kasus setelah pengobatan dengan dosis 3 juta unit 3 kali seminggu.
Dikatakan bahwa penderita yang akan memberikan respons baik biasanya telah memperlihatkan
SGOT dan SGPT yang menjadi normal dalam 3 bulan pertama. Relaps akan diperkecil dengan
memperpanjang masa pemberian interferon.
Perkembangan akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan
interferon juga dikaitkan dengan genotip dari virus C, genoptip 1 termasuk yang sulit diobati.
Dianggap bahwa virus hepatitis C juga mengalami mutasi dan sering terjadi reinfeksi pada
seseorang. Karena itu sekarang terdapat kecenderungan bahwa pengobatan segera dimulai pada
tingkat awal penyakit hati kronik dengan keadaan HCV-RNA yang rendah.
Masalah yang dapat terjadi pada penggunaan interferon adalah timbulnya efek samping yaitu
rasa lemah, nyeri pada otot, demam, nafsu makan berkurang, gangguan konsentrasi dan susah
tidur.
Masalah lain yang dihadapi adalah respons menetap yang hanya terjadi pada sebagian pasien
yang diterapi dengan interferon tunggal. Meskipun telah terjadi serokonversi (HCV RNA
menjadi negatif), beberapa bulan kemudian menjadi positif kembali.
Dalam hal tersebut, cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan dosis atau lama
pengobatan yang membawa konsekuensi meningkatnya efek samping maupun biaya pengobatan.
Akhir-akhir ini telah ditemukan Ribavirin suatu nukleosida analog yang memiliki sifat antivirus
termasuk HCV dan dapat digunakan secara oral (diminum). Dari berbagai publikasi hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi Interferon (INTRON A ) dan Ribavirin
memberikan hasil respon menetap (hilangnya HCV-RNA) dari darah) yang lebih besar (2-3x
lebih besar) dibandingkan terapi dengan terapi interferon tunggal.

ILMU KESEHATAN
Kamis, 24 April 2014
Askep Hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut
dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada
hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).
B. Etiologi
1.

Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang


berbeda.

2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan
C. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel
perenchyn hati.Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage
hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga
meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit
hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit
dengan gejala ringan.
Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila
dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen
dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier
penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
D. Manifestasi Klinik

1.

Stadium pra-ikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas.Urine menjadi
lebih coklat.

2.

Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.Ikterus mula-mula terlihat pada sklera
kemudian pada kulit seluruh tubuh.

3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi)


Ikterus mereda warna urine dan tinja menjadi normal lagi.
E. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan relapsing hepatitis atau
hepatitis kronik persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.Komplikasi berat yang
dapat terjadi adalah hepatitis kronik aktif, sirosis hati, hepatits fulminan atau karsinoma
hepatoseluler.Selain itu dapat pula terjadi anemi aplastik, glomerulonefritis, necrositing
vaskulitis atau mixede craiyon bilinemia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Pemeriksaan pigmen
o Urobilirubin direk
o Bilirubun serum total
o Bilirubin urine
o Urobilinogen urine
o Urobilinogen feses
2. Pemeriksaan protein
o Protein totel serum
o Albumin serum
o Globulin serum
o Hbsag
3. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
o AST atau SGOT
o ALT atau SGPT
o LDH
o Amonia serum
Radiologi
o foto rontgen abdomen

o pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
o kolestogram dan kalangiogram
o arteriografi pembuluh darah seliaka
Pemeriksaan tambahan
1. Laparoskopi
2. Biopsi hati
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan
pengobatan medikamentosa.
a.

Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat
mempercepat proses penyembuhan.

b. Diet. Jika pasien mual, napsu makan menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus.
Jika tidak dapat diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan
protein cukup (1 g/kg BB).
c.

Medikameentosa. Obat-obat yang dapat diberikan adalah :

Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjangan dimana transminase serum
telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
Vitamin K diberikan bila ada perdarahan.
Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
Golongan Antibiotik.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan
beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien
hepatitis :
Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
Sirkulasi
Tandanya :

Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.

Eliminasi
Gejala

: Urine gelap
Diare/konstipasi; warna tanah liat

Adanya/berulangnya haemodialisa.
Makanan/cairan
Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan (edema),
mual/muntah.
Tanda

Asites

Neorosensori
Tanda

Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

Nyeri/kenyamanan
Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal
(pruritus)
Tanda

Otot tegang, gelisah.

Pernapasan
Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)
Keamanan
Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda

Demam
Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaringan,
eritema palma, ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran
nodus servikal posterior.

Seksualitas
Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual aktif, biseksual pada wanita.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan
pada klien dengan hepetitis yaitu :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi metebolisme
pencernaan makanan.
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Intervensi keperawatan
1.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi
metebolisme pencernaan makanan.

Tujuan :

Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan atau
meningkatkan BB.

Intervensi :
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan
makan pagi paling besar.

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada
siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak
Rasional : Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.
Rasional : Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan
lain tidak
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
Tujuan :

Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadan normal

Intervensi :
Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak
kalamin sesuai indikasi.
Rasional :

Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.

Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol.
Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma selama jam tidur.
Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit.
Berikan masege pada waktu tidur.
Rasional :

Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.

Hindari komentar tentang penampilan pasien.


Rasional :

Meminimalkan stress psikologi sehubungan dengan perubahan kulit.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan :

Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

Intervensi :

Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai
keperluan.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki
yang mencegah sirkulasi optimal kehati.
Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional :

Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan.

Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.


Rasional :

Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
Rasional :

Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio, membaca.
Rasional :

Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan dapat
meningkatkan koping.

Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan karena pembesaran hati.


Rasional :

Menunjukan kurangnya resolusi/akseserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti


program terapi.

4. Implementasi
Tujuan utama mencacup :
1. Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan BB atau
meningkatkan BB.
2. Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
3. Dapat kembali melakukan aktivitas dengan baik.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. - Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatan/mempertahankan BB yang
sesuai.

- Menunjukan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda
malnutrisi.
2. - Menunjukan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet.
3. - Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
- Menunjukan teknik/perilaku yang memampuakan kembali melakukan aktivitas
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, J. Elizabeth, 2001, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.


2.

Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI,
Jakarta.

3. Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.
4. Suyono, Slamet dkk., 2001, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Diposkan oleh Muh.rizal S kep di 05.07 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Askep Gagal Jantung (HEART FAILURE)

GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)


A. Pengertian.
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output
tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari
gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang
mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ (Ni Luh
Gede Yasmin, 1993).

B. Insiden
Gagal jantung dapat di alami oleh setiap orang dari berbagai usia. Misalnya neonatus
dengan penyakit jantung kongenital atau orang dewasa dengan penyakit jantung arterosklerosis,
usia pertengahan dan tua sering pula mengalami kegagalan jantung (Ni Luh Gede Yasmin,
1993)..
C. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang
menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output.
Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau
kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap
peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta
respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di
pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung.
Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya
kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan
tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Peningkatan metabolisme
tubuh
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Menimbulkan kegagalan
mekanismepemompaan

Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung.
Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain dan
manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi klinis dari
gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan, nokturia,
anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis,
batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan
atrium kiri.
D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12
bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit
jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darah mempercepat arterosklerosis dan
arteriosklerosis sehingga ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahun lebih cepat daripada
orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah
yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekanan dalam beberapa
cara terlibat langsung. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan
vaskular.
E. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Jantung
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan
dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes
melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya
capilary refill time, disritmia.
Suara jantung , suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan
jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi

e.
f.
g.

h.

i.
j.
k.

Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan
perubahan berat badan.
Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan
nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang
dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami.
Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau
cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah
muda/ pink tinged.
Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi,
perokok.
Studi diagnostik
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya
nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak
pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan
kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau
akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikuler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas
masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.

2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam:
- Pemberian oksigen.
- Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan
dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak ngeden pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.
c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama,
konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan
tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.
d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah,
hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).

6. Monitor intake dan out put.


7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.
e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi
organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Najurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.

DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta.
Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York.
Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia.
Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and ItsComplication.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair
& RSUD dr Soetomo Surabaya

Eka.Apriyaningsih
Poltekkes Kemenkes Jakarta III Keperawatan Kimia 17
March 18, 2014 Aside Leave a comment
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Hepatitis

Disusun oleh:
Eka Apriyaningsih

BAB I
PENDAHULUAN

1. A.

Latar Belakang

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi
atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah
yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus
menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis
virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya
bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi
virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30
tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa
panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya
berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.

Penyakit hepatitis, terutama hepatitis B dan C merupakan masalah kesehatan besar dunia. Lebih
dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan lebih 360 juta menjadi pengidap
kronis dan memiliki risiko sirosis dan kanker hati. Sementara itu, sekitar 130170 juta
merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun.
Walau bukan merupakan penyebab kematian langsung, tetapi penyakit hepatitis menimbulkan
masalah pada usia produktif yaitu saat penderita seharusnya sebagai sumber daya pembangunan.
Penularan penyakit hepatitis tak terlepas dari kondisi lingkungan dan pola hidup masyarakat
yang tidak sehat. Selain itu, hepatitis (jenis B dan C) juga dapat menyebar melalui obat-obatan
dan jarum suntik.
Untuk menanggulangi kasus-kasus hepatitis yang terjadi Indonesia, pemerintah lebih cenderung
menggunakan upaya kuratif atau pengobatan. Padahal, sebenarnya masih banyak upaca-upaya
pencegahan dan pengobatan yang bisa dilakukan untuk menanggulangi penyakit hepatitis selain
pengobatan.

1. B.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Mampu memahami tentang konsep dasar penyakit hepatitis, mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

1. Tujuan Khusus
Tujuan penulisan secara khusus memberi gambaran tentang :
1. Menjelaskan definisi hepatits
2. Menjelaskan jenis/klasifikasi/stadium
3. Mengetahui patofisiologi hepatitis
4. Mengetahui tanda & gejala hepatitis
5. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada hepatitis
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hepatitis
7. Mengetahui penatalaksanaan/pengobatan pada hepatitis
8.

Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita hepatitis

1. C.

Sistematika Penulisan

Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab I

: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, dan

sistematika penulisan.
Bab II

: Tinjauan teoritis, yang terdiri dari definisi, jenis/klasifikasi/stadium,

patofisiologi, tanda & gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik


penatalaksanaan / pengobatan dan asuhan keperawatan
Bab III

: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

Daftar pustaka

BAB II
Tinjauan Pustaka

1. A.

Konsep Dasar
1. 1.

Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. Hepa berarti kaitan dengan hati,
sementara itis berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) (James, 2005: 4).
Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak. Hepatitis yang
disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. hepatitis yang tidak
disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon
tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat, 2010: 153).
Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi
virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah

hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C
(Sue hanclif, 2000: 105).
Hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau keracunan (Clifford
anderson, 2007:,243).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilakn kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. ( Brunner
& Suddarth, 2001 )
Dari beberapa pengetian hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu
hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus maupun tidak disebabkan
oleh virus.

1. 2.

Jenis-jenis/klasifikasi/stadium Hepatitis
1. a.

Klasifikasi

Tipe-tipe hepatitis :
1)

Hepatitis A

Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus RNA dari famili
enterovirus, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan
dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna.
Virus hepatitis A ditemukan dalam tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejalanya muncul dan
selama beberapa hari pertama menderita sakit. Masa inkubasi : 2-6 minggu, masa inkubasi
hepatitis A diperkirakan berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari, kemudian
menunjukkan gejala klinis. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8 minggu.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.

2)

Hepatitis B (HBV)

Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan seks.
Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi;
pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan
staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan
heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien
hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.

3)

Hepatitis C (HCV)

Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi hepatitis yang
ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV,
tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna
obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap pekerja perawatan
kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama
18-180 hari.

4)

Hepatitis D (HDV)

Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh
HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat
menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui
infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien
tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya
belum diketahui secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan,
kegagalan hati, dan kematian.

5)

Hepatitis E (HEV)

Virus hepatitis E, yang merupakan jenis virus hepatitis terbaru yang teridentifikasi, dianggap
ditularkan melalui jalur fekal-oral dan juga bisa melalui air yan tercemar. Populasi yang paling
sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau
Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa
inkubasi hepatitis E bervariasi dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga 65 hari.
Menghindari kontak dengan virus melalui hygiene perorangan yang baik, termasuk kebiasaan
mencuci tangan, merupakan cara utama untuk mencegah hepatitis E.

6)

Kemungkinan hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa
hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
Penyebab utama infeksi hepatitis G adalah melalui transfusi dan transplantasi organ. Dengan
ditularkannya melalui darah, virus ini telah terdeteksi sampai 2% dari donor darah orang
Amerika. Infeksi dapat tetap bertahap sampai 20 tahun hanya dengan peningkatan kadar enzim

hati. Jenis hepatitis ini biasanya benigna, tetapi riset lain diperlukan untuk menentukan efek
jangka panjangnya.

1. b.

Stadium Hepatitis

Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :


1)
Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus
selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut praikterus
karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum dijumpai, stdium ini
berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :

Malese umum

Anoreksia

Sakit kepala

Rasa malas

Rasa lelah

Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas

Mialgia (nyeri otot)

2)
Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang
stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:

Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal

Pembesaran dan nyeri hati

Splenomegali

Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit

3)

Stadium pasca ikterus/ pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:

Gejala-gejala mereda termasuk ikterus

Nafsu makan pulih

Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil

1. 3.

Patofisiologi Hepatitis

Hepatitis, atau inflamasi hati disebabkan oleh agens virus. Virus hepatitis dapat digolongkan
menjadi enam jenis : hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis F.
Hepatosit (sel epitelial hati) dirusak secara langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh
terhadap virus; pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi sel yang menimbulkan inflamasi,
nekrosis, dan autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh
fagositosis. Biasanya penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan,
meskipun dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronis dan sirosis.

1. 4.

Tanda dan Gejala

Gejala terjadi pada tiga fase :


1. Fase pra-ikterus (periode dimana infektivitas paling besar)

Mual

Muntah

Diare

Konstipasi

Penurunan berat badan

Malaise

Sakit kepala

Demam ringan

Sakit sendi

Ruam kulit

1. Fase ikterus (temuan paling menonjol)

Urine gelap berkabut

Hepatomegali

Pembesaran nodus limfa

Pruritus

1. Fase pasca ikterus


Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; emapat bulan diperlukan untuk
pemulihan komplet

1. 5.

Komplikasi

Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap.
Sejumlah kecil pasien meperlihatkan kemunduran klinis yang cepat , adapun komplikasi yang
dapat terjadi pada klien hepatitis adalah ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat
yang oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatic. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan serosis hepatis,
penyakit ini banayak ditemukan pada alkoholik.
Komplikasi hepatitis B virus yang paling sering di jumpai adalah perjalanan penyakitnya yang
memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini dikenal dgn hepatitis kronis akan tetapi keadaan ini
akan sembuh kembali sekitar 5% dari pasien hepatitis kronis akan mengalami kekambuhan
setelah serangan awal, kekambuhan biasanya dihubungkan dengan minum alcohol atau aktifitas
fisik yang berlebihan.

1. 6.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostic

1)

Laboratorium

a)

Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk

bilirubun serum total : diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk,
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)

bilirubin urine

urobilinogen urine

urobilinogen feses

b)

Pemeriksaan protein

protein totel serum

albumin serum : menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum
disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati

globulin serum

HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

c)

Waktu protombin

d)

respon waktu protombin terhadap vitamin K


Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT : awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang
terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak,
meningkat pada kerusakan sel hati

ALT atau SGPT

LDH Amonia serum

2)

Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif

kolestogram dan kalangiogram

arteriografi pembuluh darah seliaka

3)

Pemeriksaan tambahan

Laparoskopi

biopsi hati : menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

1. 7.

Penatalaksanaan/ Pengobatan

Penatalaksanaan

Menurut Arif mansjoer (2001: 515) Dalam penatalaksanaan untuk penderita hepatitis dapat
harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1. Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
1)

Istirahat

Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti
dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan
keadaan umum yang buruk.
2)

Diet

Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan infus. Jika sudah
tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 35 kalori/kg BB ) dengan protein
cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
3)

Medikalmentosa

Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.


Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang berkepanjangan, dimana transamenase
serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan
prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
a) Berikan obat obat yang bersifat melindungi hati.
b) Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
c)

Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.

d) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam
keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti koma hepatik.

1. Hepatitis Kronik

Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan
hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam
asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan virus atau akibat induksi
mikroorganisme, asam nukleat, anti gen, mitogen, dan polimer sintetik. Interferon mempunyai
efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.
1)

Hepatitis B

Pemberian interferon pada penyakit ini ditujukan untuk menghambat replikasi virus hepatitis B,
menghambat nekrosis sel hati oleh karena reaksi radang, dan mencegah transformasi maigna selsel hati. Di indiksikan untuk pasien berikut ini.
a)

Pasien dengan HbeAG dan HBV-DNA positif

b)

Pasien hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi

c)
Dapat dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis fulminan akut meskipun belum
banyak dilakukan penelitian pada bidang ini.

Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Diberikan IFN leukosit pada kasus hepatitis kronik aktif
dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari selama3-6 bulan. Dapat juga pemberian IFN limfoblastoid
10MU/m2 3kali seminggu selama 3 bulan lebih. Sebagian pasien hepatitis B kronik memberi
respon terhadap terapi interferon, ditandai dengan hilangnya HBV DNA dan serokonversi
HbeAG/Anti Hbe, serokonversi HbsAG/Anti HBs terjadi pada 7% pasien. Terapi ini harus
dilakukan minimal selama 3 bulan.
2)

Hepatitis C

Arif mansjoer (2001: 516) Pemberian interferon bertujuan mengurangi gejala, mengusahakan
perbaikan parameter kimiawi, mengurangi peradangan dalam jaringan hati, menghambat
progresi histopatologi, menurunkan infektivitas, menurunkan resiko terjadinya hepatoma, dan
memperbaiki harapan hidup. Respon tergantung dari lamanya penyakit dan kelainan histologi.
Dosis standar yang bisa dipakai adalah interferon dengan dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6
bulan. Masih belum jelas menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan
resppon dan menurunkan angka kambuh.

Pengobatan Penyakit Hepatitis

Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut
penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan
yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu
diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu

dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal (Price dan Wilson, 2005:
492).
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau hepatitis C simtomatik adalah terapi antivirus
dengan interferon-. Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis membutuhkan pasien uji
eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini memiliki resiko tertinggi untuk berkembangnya sirosis
(Price dan wilson, 2005: 492).
Menurut Sriana Azis (2002: 233) Obat hepatitis hanya diperoleh dengan resep dokter.
Namun terdapat obat alternatif sebagai tambahan obat yag diberikan dokter.
1. Rebus selama 15 menit seperempat rimpang temulawak, 5 siung bawang putih, 15 biji
cengkeh, 3 cabe merah, dan gila merah. Kemudian diminum selama setiap hari selama 6
bulan atau sampai merasa sehat dan tetap berkonsultasi dengan dokter.
2. Makan rebusan kerang dan airnya setiap hari selam 6 bulan atau sampai merasa sehat dan
berkonsultasi dengan dokter.

1. B.

Asuhan Keperawatan
1. 1.

Pengkajian
1. Identitas

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pekerjaan, Asuransi, Golongan darah,
Anak ke, Agama/Suku, Warga Negara, Bahasa, Pendidikan, Alamat,

1. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit saat ini

Pasien mengeluh adanya ikterus, anoreksia, mual, muntah, kulit gatal, dan gangguan pola tidur.
Pada beberapa pasien juga mengeluh demam ringan, nyeri otot, nyeri dan merasa ada benjolan
pada abdomen kanan atas, keluhan nyeri kepala, keluhan riwayat mudah mengalami perdarahan,
serta bias didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respons dari hepatic
ensefalopati, seperti agitasi (gelisah), tremor, disorientasi, confussion, kesadaran delirium sampai
koma.

Riwayat penyakit terdahulu

Adanya riwayat menderita hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C, riwayat penggunaan
alkohol, dan riwayat penyakit kuning yang penyebabnya belum jelas

Riwayat penyakit psikososial spiritual

Akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi intervensi


keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam kondisi terminal, pasien dan keluarga
membutuhkan dukungan perawatan ahli spiritual sesuai dengan keyakinan pasien.
1. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah

Suhu

Pernafasan

Nadi

Pengukuran

1. Pemeriksaan diagnostik:

Untuk hepatitis A-adanya antibodi antihepatitis A (imunoglobulin M) dalam serum

Untuk hepatitis B-adanya antigen permukaan (HBSAg) dalam serum; status karier di
diagnosa oleh adanya antibodi inti hepatitis B dalam serum

Pemeriksaan fungsi hepar seperti bilirubin serum dan urine, alkalin fosfatase, aspartat
amino transferase (ATS), alanin aminotransferase (ALT), meningkat, menunjukkan
cedera hepar.

Biopsi hepar (bila hepatitis menetap selama lebih enam bulan) untuk membedakan antara
aktif kronis dan aktif menetap.

Tidak ada tes khusus untuk hepatitis C, non-A, non-B, dan hepatitis delta karena ini tidak dapat
terdeteksi antigen dan subtipe antigeniknya.
Diagnosis hepatitis non-A atau non-B, dibuat bila tes serologi adalah negatif untuk hepatitis B
dan A serta penyebab nonviral (penyalahgunaan alkohol, obat-obatan, gagal jantung, bakteria)
tidak dapat dipastikan.

1. Data Dasar:

Aktivitas/istirahat : kelelahan, kelemahan, malaise umum

Sirkulasi

: bradikardi (hiperbilirubinemia berat), Ikterik pada

skelera,
kulit, membrane mukosa

Eliminasi

: urine gelap, konstipasi/diare, feses warna tanah liat,

adanya/berulangnya hemodialisa

Makanan/cairan

: hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat

badan
atau meningkat (edema), mual/muntah; asites.

Neurosensori

Nyeri/kenyamanan : nyeri abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas,

: peka rangsang, cenderung tidur, letargi, astereksis

mialgia. atralgia, sakit kepala, gatal, pruritus, otot


tegang,
gelisah

Pernafasan

: tidak mau merokok

Keamanan

: adanya transfusi darah/produk darah

Tanda

: demam, urtikaria, lesi makulo popular eritema tak

beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring,


eritema palmar, ginekomastia, splenomegali,
pembesaran
nodus servikal posterior.

Seksualitas

: pola hidup/prilaku meningkatkan risiko terpajan

(homoseksual aktif/biseksual pada wanita)

1. 2.

Diagnosis Keperawatan Hepatitis

Menurut Kathleen speer (2005: 121) Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang
masalah aktual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
gangguan gastrointestinal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gatal sekunder
terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan

1. 3.

Perencanaan & implementasi

Perencanaan

Dx 1

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

anoreksia dan gangguan gastrointestinal


Tujuan :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi pasien

terpenuhi
Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan

nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

Intervensi

Rasional

1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat keletihan berlanjut menurunkan keinginan
sebelum makan
untuk makan

1. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, adanya pembesaran hepar dapat menekan


tawarkan makan sedikit tapi sering dan saluran gastro intestinal dan menurunkan
tawarkan pagi paling sering
kapasitasnya

1. Pertahankan hygiene mulut yang baik


sebelum makan dan sesudah makan

akumulasi partikel makanan di mulut dapat


menambah baru dan rasa tak sedap yang
menurunkan nafsu makan

1. Anjurkan makan pada posisi duduk


tegak

menurunkan rasa penuh pada abdomen dan


dapat meningkatkan pemasukan

1. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
denagn penambahan vitamin B
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit
kompleks serta vitamin lainnya menurut untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
kebutuhan
membebani hepar.

1. Hidangkan makanan yang


mengurangi cita rasa yang tidak enak dan
menimbulkan selera dan menarik dalam merangsang selera makan
penyajiannya

Dx 2 :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan :

peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas

Kriteria hasil :

menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali

melakukan aktifitas

Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam Sebagai acuan dalam menentukan tindakan
beraktifitas
keperawatan

1. tingkatkan tirah baring, berikan

meningkatkan istirahat dan ketenangan

lingkungan tenang, batasi pengunjung

1. Tingkatkan aktivitas sesuai


peningkatan nadi dan penurunan TD
toleransi,bantu melakukan latihan gerak menunjukkan kehilangna volume darah
pasif / aktif
sirkulasi

4. Observasi TTV

peningkatan tekanan darah biasanya


berhubungan dengan volume cairan

5. Catat perubahan mental dan tingkat

perubahan dapat menunjukkan penurunan


perfusi jaringan srebral sekunder terhadap
hipovolemia, hipoksemi

kesadaran

Dx 3 :

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan

hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta


Tujuan :

setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri pasien

berkurang atau teratasi.


Kriteria hasil :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri

(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi

1. Kolaborasi dengan individu untuk


menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri

Rasional

nyeri yang berhubungan dengan hepatitis


sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih
efektif mengurangi nyeri

1. Tunjukkan pada klien penerimaan


tentang respon klien terhadap nyeri :

Akui adanya nyeri

Dengarkan dengan penuh perhatian


ungkapan klien tentang nyerinya

1. Berikan informasi akurat dan

Jelaskan penyebab nyeri

Tunjukkan berapa lama nyeri akan


berakhir, bila diketahui

1. Bahas dengan dokter penggunaan


analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi

Dx 4

klienlah yang harus mencoba meyakinkan


pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri

klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri


melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya
akan dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)

K kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi


dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

gatal sekunder terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan


Tujuan

: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi

kerusakan intergritas kulit dan jaringan.


Kriteria hasil

: Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

intervensi

1. Pertahankan kebersihan
tanpa menyebabkan kulit
kering

rasional

kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit


dengan merangsang ujung syaraf

Sering mandi dengan


menggunakan air dingin dan
sabun ringan (kadtril,
lanolin)

Keringkan kulit, jaringan


digosok

1. Cegah penghangatan yang


berlebihan dengan
pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban
rendah, hindari pakaian
terlalu tebal

penghangatan yang berlebih menambah


pruritus dengan meningkatkan sensitivitas
melalui vasodilatasi

1. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan hidtamin,


instruksikan klien untuk
memberikan tekanan kuat menghasilkan lebih banyak pruritus
pada area pruritus untuk
tujuan menggaruk

1. Pertahankan kelembaban
pendinginan akan menurunkan vasodilatasi
ruangan pada 30%-40% dan
dingin
dan kelembaban kekeringan

Implementasi

Diagnosa 1:
1)
Memantau makanan yang dimakan oleh klien beserta jumlah dan bagaimanan pola makan
klien

2)

Memberikan snack atau makanan yang mengundang selera pasien

3)

Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi metabolisme tubuh

4)

Memberikan pola diet rendah lemak

Diagnosa 2:
1)

Mengkaji faktor penyebab intoleransi aktivitas,

2)

Meningkatkan aktivitas secara bertahap,

3)

Menganjurkan keluarga untuk membantu klien beraktivitas.

Diagnosa 3:
1)

Mengukur skala nyeri untuk mengetahui perkembangan kondisi klien

2)

Mengompres bagian yang nyeri agar nyeri berkurang

3)

Memberikan penjelasan mengenai proses infeksi hingga menyebabkan nyeri

4)

Memberikan obat analgesic sesuai anjuran dokter

Diagnosa 4:
1)

Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)

2)

Keringkan kulit, jaringan digosok

3)
Instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan
menggaruk

1. 4.

Discharge planning/continuing care

Berikan pasien dan orang terdekat informasi tertulis dan verbal mengenai hal berikut:

1. Pentingnya istirahat dan nutrisi adekuat.


2. Pentingnya menghindari agens hepatotoksik, termasuk obat yang dijual bebas.
3. Resepkan obat-obatan (mis., multivitamin), termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal,
kewaspadaan, interaksi obat/obat dan makanan/obat, dan potensial efek samping.
4. Pentingnya menginformasikan dokter dan pemberi perawatan lain tentang diagnosa
hepatitis.
5. Komplikasi potensial: pelambatan penyembuhan, cedera kulit, dan kecenderungan
perdarahan.
6. Pentingnya menghindari alkohol selama pemulihan.
7. Bila dapat diterapkan, rujuk pada program pengobatan alkohol dan/atau obat.

1. 5.

Evaluasi

Diagnosa 1 :
1)
Memperlihatkan asupan nutrien yang tepat dan pantang alkohol yang dicerminkan oleh
catatan diet
2)
Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
3)

Melaporkan peredaan gangguan gastrointestinal dan anoreksia

4)
Mengenali makanan dan cairan yang bergizi yang diperbolehkan atau harus dibatasi dalam
dietnya

5)

Mengikuti terapi vitamin

Diagnosa 2 :
1)
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan aktivitas sehariharinya tanpa bantuan orang lain.
2)

Menyatakan pemahaman situasi,menunjukan kemampuan untuk

3)

Tidak terjadi keletihan

melakukan aktivitas.

Diagnosa 3 :
1)
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
2)

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Diagnosa 4 :
1)

Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau trauma

2)

Menggunakan losion untuk meredakan pruritus

3)

Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

4)
Mempertahankan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil turgor kulit
baik,haluan urin sesuai

BAB III
PENUTUP
1. B.

Simpulan

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. Hepa berarti kaitan dengan hati,
sementara itis berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis) jadi Hepatitis
adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi
dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus
dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C.
Patofisiologi hepatitis disebabkan oleh agens virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi
enam jenis : hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis F.

Hepatosit (sel epitelial hati) dirusak secara langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh
terhadap virus; pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi sel yang menimbulkan inflamasi,
nekrosis, dan autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh
fagositosis. Biasanya penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan,
meskipun dapat juga berkembang menjadi hepatitis kronis dan sirosis.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu, anoreksia. Terjadi
selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu. Jika terjdi selama 4-7 hari
maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik. Setelah menegalami satidum parikterik
pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia dan gangguan gastrointestinal
Penatalaksanaan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan medikalmentosa. Obat yang
dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut
adalah suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase akut penting
dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang
paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu
diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu
dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan alternatif untuk
penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan lebih baik menggunakan obat
tradisional. Namun pencegahan hepatitis dapat dilakukan dengan imunisasi, yang dikarenakan
adanya keterbatasan pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.

1. C.

Saran

1) Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat
memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan
sehar-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2)
Kepada teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat,
menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.
3)
Dan untuk para teman-teman sebagai calon-calon perawat agar menghindari adanya kontak
langsung dengan alat medis dalam pengobatan pasien di saat turun dinas nanti, serta
memperhatikan sterilnya alat-alat yang digunakan saat praktik.

askep45,health....

Saya Ingin Berbagi, Kepada Teman-Teman Mahasiswa dan Profesi Keperawatan, Semoga
Bermanfaat. Terimakasih.
Selasa, 15 November 2011
Askep Hepatitis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena invasi bakteri,
cidera oleh agen fisik atau kimia ( non - Viral ) atau oleh infeksi virus ( Hepatitis A,
B, C, D,E)(Doenges,RencanaKeperawatan,2000,534).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol(Patofisiologiuntukkeperawatan,2000;145)
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obatobatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan
kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada
aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu
dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk
bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus
dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu
perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat
diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi
lainnya hanya bersifat suportif.
Penyakit ini disebabkan oleh virus :Hepatitis A, B (HBV), C (HCV), D (HDV). (HEV)
Insiden
1. Hepatitis A

Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi


yangburuk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara negara dengan sanitasi
baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan
populasi
padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
Sembilan puluh persen kasus terjadi akibat post transfusi dan banyak kasus
sporadik,
4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat
penggunaan
obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah endemik pada beberapa
area
seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat
menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di
India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
B. Etiologi
1. Virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode transmisi Fekal-oral melalui orang lain Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal Parenteral perinatal,
memerlukan koinfeksi dengan type B
Fekal-oral
Keparah-an Tak ikterik dan asimto- matik Parah Menyebar luas, dapat berkem-bang
sampai kronis Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sama dengan D
Sumber virus Darah, feces, saliva Darah, saliva, semen, sekresi vagina Terutama
melalui darah Melalui darah Darah, feces, saliva
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
4. Tanda dan Gejala
a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)


b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus,
perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadangkadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2 minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.
C. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degenerasi dan
nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembengkakan
dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati.
Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan
kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah
sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit
hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampi dengan
timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit
dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan
kematian. Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya
gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan infeksi kronik sebagai karier
penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, selsel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan
digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi
pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. Klasifikasi Hepatitis
Hepatitis Virus
Lima jenis penyakit hepatitis virus akut dengan melalui ragam penyerangan, ragam
permulaan dan masa inkubasi . Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral
sehubungan dengan mekanisme transmisi (penyerangan).
Jenis non-parenteral : Hepatitis A dan Hepatitis E , penyebaran virus melalui route
oral-fecal . Jenis parenteral : Hepatitis B , Hepatitis C , dan Hepatitis D ,
penyebarannya melalui transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan
hubungan sex.
1. Hepatitis A
Bahan penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A kemungkinannya adalah virus
RNA dari golongan enterovirus . Karakteristik Hepatitis A adalah sama dengan sifat
khas dari syndroma virus dan sering kali tidak dapat dikenali . Penyebaran Hepatitis
A melalui route oral-fecal dengan ingesti oral dari ketidakbersihan fecal.
Air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau infeksi, kerang-kerang
yang diambil dari air yang tercemar , dan makanan yang tidak bersih karena
terjamah oleh HAV . Virus dapat juga tersebar melalui aktivitas sex oral-anal dan
kadang-kadang melalui pembukaan pengeluaran fecal dalam Rumah Sakit. Dalam
kasus yang sama , Hepatitis A dapat juga bertransmisi dalam aliran darah . Masa
inkubasi Hepatitis A antara dua sampai enam minggu dengan rata-rata waktu
empat minggu . Penyakit ini dapat mengancam hidup manusia ( sangat berbahaya
bagi hidup manusia ).
2. Hepatitis B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis . Virus Hepatitis B ( HBV ) adalah

partikel double-sheel berisi DNA yang terdiri dari antigen ( HBcAg ) , permukaan
antigen ( HBsAg) dan protein independent ( HBeAg ) dalam sirkulasi darah.
Jenis penyebaran HBV adalah route terkontaminasinya jaringan percutaneous
dengan darah . Selain itu juga penyebarannya melalui mukosa membran dengan
lewat :
a. Kontak dengan cairan tubuh , seperti : semen , saliva , dan darah .
b. Kontaminasi dengan luka yang terbuka .
c. Peralatan dan perlengkapan yang terjangkit.
Contoh waktuterjadinya transmisi ( penyebaran ) , antara lain :
a. Jarum suntik ( secara sengaja atau kebetulan ).
b. Transfusi darah yang terkontaminasi dengan luka , goresan atau lecet
c. Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
d. Prosedur bedah mulut atau gigi.
HBV dapat terjadi klien yang menderita AIDS . HBV lebih menjangkit atau berbahaya
dari pada HIV , dimana sebagai penyebab AIDS . Untuk penyebab ini Hepatitis B
mendapat tempat terbesar untuk perawatan kesehatan profesional .
Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay (malehomo) (Dindzans,1992). Virus ini dapat juga tersebar dengan melalui penggunaan
peralatan tato dan pelubang daun telinga ; penggunaan yang terkontaminasi
pada perlengkapan pembagian obat ( terkontaminasinya perlenkapan pembagian
obat ) ; berciuman ; dan perlengkapan lainnya seperti : cangkir , pasta gigi , dan
rokok.
Perjalanan penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan
mempunyai serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit
atau komplikasi yang serius , seperti : masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari ,
tetapi Hepatitis B secara umum akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah
pembukaan (terserang) . Penyakit liver kronik berkembang 5% pada klien dengan
infeksi HBV akut.
3. Hepatitis C
Virus Hepatits C (HCV) sama dengan HBV, dan mempunyai pengurai seperti flavivirus, virus pemutus rantai RNA. HCV penebarannya melalui darah dan produksi
darah dan terindentitas pada gay , tersebar selama hubungan sex . Symptom
berkembang 40 sampai 100 hari setelah penyerangan virus . Masa inkubasi adalah
2 sampai 22 minggu , dengan rata-rata masa inkubasi 8 minggu.
Akibat meningkatnya Hepatitis C dan Hepatitis B pada klien yang sama ,
epidemiologi dan hepatologi dipelajari dengan seksama . Klien yang menggunakan
obat secara IV menyebabkan 40% terjangkit HCV .
4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV , virus RNA yang tidak sempurna
membutuhkan fungsi pembantu HBV. HDV bergabung dengan HBV dengan
kehadirannya dibutuhkan untuk replikasi virus. Virus delta dapat menjangkit pada
klien secara simultan dengan HBV atau bisa juga dengan meninfeksi secara
superimpose pada klien yang terinfeksi HBV super infeksi kemungkinan mempunyai

waktu hidup yang sama dengan Hepatitis B kronik dan mungkin juga berkembang
dalam keadaan carrier yang kronik . Transmisi primer penyakit ini melalui route nonpercuntaneous , terutama hubungan personal yang tertutup (selingkuh).
Durasi infeksi HDV ditentukan dengan durasi infeksi HBV tidak lebih lama dari
infeksi HBV. Bagaimanapun infeksi HDV kronik menunjukkan adanya kemajuan yang
cepat dari penyakit liver, penyebab penambah kerusakan hati yang telah siap
disatukan dari infeksi HBV kronik.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis sangat mudah dikenal dengan epidemis cairan dari hepatitis, sejak
ditemukan epidemi di Asia, Afrika dan Mexico. Di AS dan Canada hepatitis E terjadi
pada orang orang yang mengunjungi daerah endemic. Virus rantai tunggal RNA
dikirimkan melalui rute oral fecal dan menyerupai virus hepatitis A. HEV
mempunyai periode inkubasi 2 9 minggu. Hepatitis E tidak menuju infeksi kronik
atau carier.
E. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi
klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari masing
masing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik yang berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan
atas dan menyebabkan urin menjadi coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3-6 minggu. Icterus mula-mula terlihat pada
sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi klien
masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning
muda. Hati membesar dan nyeri takan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak menjadi ebih cepat pada orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya berbeda.

F. Tes Diagnostik
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak
menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada
dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat
pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)
atau mengakibatkan pendarahan

3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati
dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10.HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11.Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbs vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler
13.Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14.Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi.
Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia disekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
Tidak ada terapi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan
diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan
intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah.

Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal.
2. Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obatobatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan
kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada
aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu
dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk
bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus
dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu
perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat
diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi
lainnya hanya bersifat suportif.
H. Racun dan Pengaruh Obat ( kimia ) Hepatitis
2 Tipe Utama Toxic Hepatitis Yang Dikenal :
1. Direct Toxic Hepatitis ( DTH )
DTH dihasilkan dalam nekrosis dan infiltrasi lemak dari liver. Penyebab racun
hepatitis adalah racun yang umum yang sistematis atau diubah di liver dari
metabolisme toxic. Masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk seperti alcoholic
dapat memiliki DTH sebagai contoh, Acetaminophen ( Tylenol, Exdol ), dalam
penggunaan secara bersamaan Over The Counter ( OTC ) analgesik dapat
menyebabkan nekrosis hepatic yang hebat. Industri toxin, seperti Carbon
Tetrachloride, Trichloroethylene dan phosphor kuning, juga memiliki efek direct toxic
pada liver.
2. Iodiosyncratic Toxic Hepatitis ( ITH )
ITH dihasilkan dari pergantian morfologi liver yang sama ditemukan divirus
hepatitis. Dalam reaksi obat Iodiosyncratic, kasus hepatitis tidak terprediksi dan
jarang. Ini mungkin terjadi disetiap saat selama atau dalam waktu dekat setelah
membuka obat.
Agen yang dihasilkan di ITH meliputi :
Halothane, agent anestesi.
Methyldopa ( Aldomet, Dopamet ), obat anti hipertensi.
Isoniazid ( INH, Isotamine ), agent anti tuberculosa.
Phenytoin ( Dilantin ), anti konvulsant.
I. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis

hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.


Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan
secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan
hepatitis fulminan. Bentuk nekrosis hepatitis secara besar besaran sangat jarang.
Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak
mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan penampakan
antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang akut dan
kemunduran klinis. Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian
mungkin terjadi.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang
meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus menerus,
inflamasi akut dan fibrosis. Klien mungkin tidak ada gejala untuk waktu yang lama
dari proses penyakit liver atau fibrosis yang terus menerus mungkin menuju ke
kerusakan liver, sirosis, dan kematian.
Hepatitis kronik aktif mungkin di manifestasikan oleh :
Gejala klinik persistent dan hepatomegali.
Adanya kelanjutan dari HbS Ag.
Pengangkatan, turun naiknya tingkatan serum aspartate amino transferase
( AST ), billirubin dan alkaline phospatase untuk 6 12 bulan setelah terjadi
hepatitis akut.
Biopsi liver lebih mudah oleh keseimbangan diagnosa hepatitis kronik. Pada
seseorang dengan hepatitis kronik persistent dan hepatitis kronik lobar,kerusakan
liver tidak meningkat setelah tanda pengambilan.Tipe dari hepatitis dihasilkan dari
infeksi dengan dan virus hepatitis B dan hepatitis C. Pada kesalahan yang tidak
meningkat, perkembangan serosis jarang. Banyak klien dengan hepatitis kronik
persisten tidak ada gejala dan fisiknya terlihat normal. Data laboratorium mungkin
menampakkan peningkatan serum AST dan alkaline phospatase yang mungkin
tetap bertahan sampai 1 tahun.
J. Penerangan Perawatan Pencegahan Hepatitis Virus
1. Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga
perpindaham kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan.
2. Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti
sistem penggunaan jarum.
3. Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga
seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B.
4. Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis
untuk kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno
globulin ( IG ).
5. Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.
K. Pencegahan Hepatitis Virus
1. Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum
makan dan setelah dari toilet.
2. Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air.

3. Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan
air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah,
buah dan sop.
4. Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar
anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk,
alat makan dan gelas minuman sesama keluarga.
5. Jangan berbagi jarum suntikan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEPATITIS
A. Pengkajian
Menurut Doengoes (2000) tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan
gangguan hati.
a. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam. Rasa pegal linu dan sakit kepala, dan hilang daya rasa lokal untuk
perokok.
( Keluhan utama merupakan pengkajian pada Riwayat penyakit klien dengan di
lengkapi riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu)
b. Data dasar
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1). Aktivitas
Kelemahan
Kelelahan
Malaise
2). Sirkulasi
Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3). Eliminasi

Urine gelap
Diare feses warna tanah liat
4). Makanan dan Cairan
Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites
5). Neurosensori
Peka terhadap rangsang
Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis
6). Nyeri / Kenyamanan
Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal ( pruritus )
7). Keamanan
Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior
8). Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan ( Contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita)
9). Penyuluhan/pembelajaran
Riwayat terpajan virus, bakteri atau toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat
bedah atau darh). Adanya prosedur bedah dengan anestesia haloten, terpajan pada
kimia (ex. Karbon tetraklorida), penggunaan alcohol.
c. Pemeriksaan Diagnostik yang dilakukan beserta hasil yang diperoleh.
d. Dilakukannya pemeriksaan fisik meliputi sepalokaudal klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang muncul pada penderita hepatitis :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme

pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik


karena anoreksia, mual dan muntah.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
f. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
kekuatan nyeri
C. Perencanaan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : peningkatan berat badan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari
tanda-tanda mal nutrisi.
1). Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Rasional : Istirahat sebelum makan dapat mengurangi keletihan yang dapat
menurunkan keinginan untuk makan
2). Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Makan sedikit
tapi sering dapat meemenuhi metabolisme dalam tubuh
3). Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak
sedap yang menurunkan nafsu makan.
4). Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
Rasional : Makan pada posisi duduk tegak dapat menurunkan rasa penuh pada
abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5). Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit tinggi kalori, rendah lemak
Rasional : Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani
hepar.
6). Awasi glukosa darah
Rasional : Pada penderita hepatitis hiperglikemi atau hipoglikemia dapat
terjadi,sehingga memerlukan perubahan diet
7). Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat sesuai indikasi : antiemetik,
antasida, vitamin.
Rasional : Antiemetik dapat menurunkan mual, meningkatkan toleransi pada
makanan

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
1). Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan
untuk intensitas nyeri
Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2). Berikan informasi akurat dan
Jelaskan penyebab nyeri
Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
Rasional : Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri
yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
3). Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.
c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu
1). Monitor tanda vital (suhu badan)
Rasional : Tanda vital sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2). Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari)
Rasional : Cairan yang adekuat dapat mencegah dehidrasi, dalam kondisi demam
terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
3). Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
Rasional : Kompres hangat dapat menghambat pusat simpatis di hipotalamus
sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4). Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis
Rasional : Pakaian yang tipis dapat mnenyerap keringat
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Tujuan : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
1) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
Rasional : Kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering dapat mengatur kelembaban
kulit dan mengurangi resiko kerusakan integritas kulit.
2) Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun
Rasional : Sabun dapat mencegah bakteri menempel pada kulit sehingga resiko
kerusakan integritas kulit bisa dicegah.

3) Keringkan kulit, jaringan digosok


Rasional : kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung
syaraf
4) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin
dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
Rasional : penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
5) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat
pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
Rasional : garukan dapat merangsang pelepasan histamin, menghasilkan lebih
banyak pruritus
6) Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
Rasional : pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : Pola nafas adekuat
1) Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
Rasional : pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi
cairan dalam abdomen
2) Auskultasi bunyi nafas tambahan
Rasional : pada hepatitis kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3) Berikan posisi semi fowler
Rasional : posisi semi flowler memudahkan pernafasan dengan menurunkan
tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
4) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : napas dalam dan batuk efektif dapat membantu ekspansi paru dalam
memobilisasi lemak
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : oksigen mungkin diperlukan untuk mencegah hipoksia
f. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus
Tujuan : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
1) Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
Rasional :
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
Rasional :
3) Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
Rasional :
4) Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat,
jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
Rasional : pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis

5) Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan
tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
Rasional : teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
infeksius dan mencegah transmisi penyakit
6) Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
Rasional : mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai
transmisi infeksi
7) Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang
tepat
Rasional : rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinfeksi
g. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum; penurunan
kekuatan/ ketahanan.
Tujuan : Klien mampu melakukan aktifitas dengan mandiri
1). Tingkatkan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : tirah baring dapat meningkatkan istirahat dan ketenangan mempercepat
kesembuhan
2). Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menujukkan risiko kekurangan jaringan
3). Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan
4). Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan, pembesaran hepar.
Kolaborasi:
Berikan antidot atau bantu prosedur sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi ( mis; sedatif, antiansietas)
Awasi kadar enzim hepar.
Rasional : menujukkan resolusi mengganti program terapi. Obat-obatan dapat
membantu dalam manajemen kebutuhan tidur
D. Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang
terdapat dalam rencana perawatan. Komponen dalam tahap implementasi menurut
Allen (1998), meliputi tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan
kolaboratif, dokumentasi tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap asuhan
keperawatan.
E. Evaluasi
Menurut Allen (1998), evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati
dengan criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Adapun komponen

tehap evaluasi antara lain pencapain criteria hasil, keefektifan tahap-tahap proses
keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono,
Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, jakarta.
Diposkan oleh el suetopoe di 22.13
Reaks
i:

Asuhan Keperawatan Hepatitis


Written By Saktya Yudha on Jumat, 16 Agustus 2013 | 15.28

Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen
penyebab infeksi. (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang merupakan kumpulan perubahan klinis , biokimia, serta seluler yang khas. ( Brunner &
Suddarth .2001:1169).
Dari pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penyakit hepatitis adalah
peradangan yang terjadi pada hati yang merupakan infeksi sistemik oleh virus atau oleh toksin
termasuk alkohol yang berhubungan manifestasi klinik yang berspektrum luas dari infeksi tanpa
gejala, melalui hepatitis ikterik sampai nekrosis hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis ,biokimia, seta seluler yang khas.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik),
hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis
viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3
kelompok yaitu :
1. Hepatitis Kronin persisten
Adalah suatu keadaan kekambuhan jinak, sembuh sendiri yang tidak dihubungkan dengan

kerusakan hati yang progresif, dan tidak menyebabkan gagal hati atau sirosis. Bentuk penyakit
ini dapat dengan ikterus yang nyata atau infeksi tanpa ikterus. Dalam masa penyembuhan yang
berkepanjangan, penderita menunjukan gejala-gejala : capek, malaise, tidak nafsu makan, ikterus
ringan, rasa tidak enak pada perut bagian atas atau mungkin sama sekali tanpa gejala.
2. Hepatitis kronik lobular
Sering pula disebut hepatitis akut berkepanjangan karena perjalanan penyakit lebih dari 3 bulan.
Pada tipe ini ditemukan adanya tanda peradangan dan daerah-daerah nekrosis di dalam lobulus
hati
3. Hepatitis Kronik Aktif
Adalah penyakit yang ditandai dengan destruksi hepatosit yang progresif yang
memerlukan waktu yang bertahun-tahun dilanjutkan dengan erosi dari cadangan
fungsi hati yang pada umumnya berkembang menjadi sirosis.
2.3 Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat dibedakan
menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi
yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi
ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera
oleh fisik atau kimia.
1. Penyebab hepatitis non virus :
1)
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat infeksi
virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah pemberian obat.
Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah pemberian obat tersebut
dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika kerusakan
hati (hepar) sudah terlanjur parah.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (hepar) antara lain halotan (biasa
digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti hipertensi),
fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi
sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi
secara berlebihan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (hepar) yang cukup parah
bahkan kematian.

2)
Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (hepar). Konsumsi alkohol
berlebihan membuat kerja hati lebih berat dan bisa merusak hati.Pemakaian alkohol yang lama
juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya
kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya
perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol yang
berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-obatan,
meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin
A dalam hepar, meningkatkan aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat
karsinogen.
3)
Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan komplikasi
pada hati (hepar). Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak dalam darah)
dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (hepar). Ketiga kelainan tersebut membebani
kerja hati (hepar) dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa timbul adalah kebocoran
sel-sel hati (hepar) yang berlanjut menjadi kerusakan dan peradangan sel hati (hepar) yang biasa
disebut steatohepatitis.
4)
Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang biasanya
merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau jaringan hati
(hepar). Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula dicetuskan oleh virus
ataupun zat kimia tertentu
KLIK DISINI BISNIS PRAKTIS LANGSUNG DAPAT Rp. 50.000,2. Penyebab Hepatitis adalah virus hepatitis yang dibagi menjadi :
1. Replikasi virus hepatitis A termasuk ke dalam jalur lisis. Pertama-tama virus akan
menempel di reseptor permukaan sitoplasma, RNA virus masuk pada saat kapsid yang
tetinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel RNA virus akan melakukan translasi , hasil
dari translasi terbagi menjadi dua yaitu kapsid baru dan protein prekusor untuk replikasi
DNA inang, DNA sel inang yang sudah dilekati oleh protein presukor virus melakukan
replikasi membentuk DNA sesuai dengan keinginan virus , DNA virus baru terbentuk ,
kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan DNA virus menjadi sebuah virion baru, virus
baru yang sudah matang keluar dan mengakibatkan lisis oleh sel-sel fagosit.( Brooks,
2005)

1. Hepatitis B. Varion menular melekat pada sel dan menjadi tidak terselubung . dalam inti
sebagian genom virus beruntai ganda dialihkan menjadi DNA untai ganda sirkuler yang
tertutup secara kovalen ( cccDNA). cccDNA berfungsi sebagai cetakan untuk semua
transkip virus, termasuk RNA pre-genom 3.5 kb. RNA pre-genom menjadi terenkapsidasi
dengan HbcAg yang baru disentesis. Dalam inti sintesis polimerasi virus melalui
transkripsi balik salinan DNA untai negatif. Polimerase mulai mensintesis untai DNA

positif, tetapi proses ini tidak lengkap . inti mungkin bertunas dari sel, mendapatkan
HbsAg yang mengandung selubung . sebagai alternatif , inti dapat ditarik kembali ke
dalam nukleus dan memulai lagi rangkaian replikasi berkutnya dari sel yang sama.

1. Hepatitis C, disebabkan oleh virus hepatitis C ( HCV ) yangmerupakan virus RNA kecil
yang terbungkus lemak yang berdiameter sekitar 30 sampai 60 nm.

1. Hepatitis D , disebabkan oleh virus hepatitis D ( HDV ) yang merupakan virus RNA
detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B yang berdiameter 35 nm.

1. Hepatitis E, disebabkan oleh virus hepatitis E ( HEV ) yang merupakan virus RNA rantai
tunggal yang tidak berselubung dan berdiameter kurang lebih 32-35 nm.

1. Hepatitis F, baru ada sedikit kasus yang dilaporkan , saat ini para pakar belum sepakat
bahwa hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

2. Hepatitis G adalah gejala serupa dengan hepatiis C, seringkali infeksi bersamaan dengan
hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik.
Penularan melalui tranfusi darah dan jarum suntik.

Tipe A
Metode
Transmisi

Fekal-oral
melalui
orang lain

Tipe B
Parenteral,
seksual,
perinatal

Keparahan Asimtomati parah


k

Sumber
Virus

Darah,
Darah,
feses, saliva saliva,
semen,
sekresi
vagina

2.4 Manifestasi Klinis

Tipe C

Tipe D

Parenteral, Parenteral,
jarang
perinatal,
seksual,
memerlukan
orang ke
koinfeksi
orang,
dengantipe B.
perinatal
Menyebar Peningkatan
luas, dapat insiden kronis
berkembang dan gagal
sampai
hepar akut.
kronis.
Terutama Melalui darah
melalui
darah

Tipe E
oral

Akut

Feses yang
terkontaminas
i

1. Masa Tunas
Virus A : 15-45 hari ( rata-rata 25 hari).
Virus B : 40-180 hari ( rata-rata 75 hari )
Virus non A dan non B : 15-150 hari ( rata-rata 50 hari 0
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas . keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7
hari . nafsu makan menurun ( pertama kali timbul ) , nausea, vomiting, perut kanan atas terasa
sakit. Seluruh badan tersa pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, mudah lelah terutama
pada sore hari , suhu badan meningkat sekitar 39 derajat celcius berlangsung selama 2-5 hari ,
pusing, nyeri persendian.
1. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meniningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari . kadang-kadang disertai gatal-gatal seluruh
badan, rasa lesu dan mudah lelah dirasakan selama 1-2 minggu
1. Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati, disertai
bertambahnya nafsu makan , rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik . warna urne
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun masih lemas dan mudah lelah.
2.5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Virus atau bakteri yang menginfeksi
manusia masuk melalui pembuluh darah dan menuju ke hati. Di hati agen infeksi menetap dan
mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT), akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan
konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. Peradangan
ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan
(anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk

berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri
dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang
berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak
pada keracunan secara lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan
melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada
alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan dapat
terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak
sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.6 Pemeriksaan Diagnostic
1.Laboratorium
a.Pemeriksaan pigmen

urobilirubin direk

bilirubun serum total

bilirubin urine

urobilinogen urine

urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

protein totel serum

albumin serum

globulin serum

HbsAG

c. Waktu protombin

respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

AST atau SGOT

ALT atau SGPT

LDH Amonia serum

2. Radiologi

foto rontgen abdomen

pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel
radioaktif

kolestogram dan kalangiogram

arteriografi pembuluh darah seliaka

3. Pemeriksaan tambahan

laparoskopi

biopsi hati

2.7 Penatalaksanaan
Saat ini telah banyak jenis pengobatan yang diberikan pada pasien
penyakit hepatitis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran)
maupun non medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi,
pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai tindakan
komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi suportif adalah
terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja dengan baik. Terapi
simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala penyakit. Sedangkan terapi kausatif
berguna untuk menghilangkan penyebab dari penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa
antivirus pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus hepatitis
B (HB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi peradangan hati dan
memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati maupun sirosis. Sementara tujuan
jangka panjangnya adalah mencegah meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi
hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya adalah

1. Tirah baring
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami fase akut.
Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Penderita harus
mengurangi aktivitas hariannya.
Tujuan dari istirahat ini adalah memberi kesempatan pada
tubuh untuk
memulihkan sel-sel yang rusak.
1. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini
persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan
bahkan muntah, disamping hal
yang menganggu yaitu tidak nafsu makan.
Dalam keadaan ini jika dianggap perlu
pemberian makanan dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
1. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki
sel hati dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.

kematian/kerusakan

1. Dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol. Biasanya penderita


penyakit hepatitis akut merasa mual di malam hari. Oleh karena itu sebaiknya asupan
kalori diberikan secara maksimal di pagi hari. Jika penderita mengalami rasa mual yang
hebat atau bahkan muntah terus menerus maka biasanya makanan diberikan dalam
bentuk cair melalui infus.

2. Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di hati.
Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita diberi
antiviral/antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk
menekan replikasi virus.Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi
(menggandakan diri). Sel inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi
virus melalui beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke
dalam sel inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus.
Tahap ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap
terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus baru.
Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis antivirusnya.

Beberapa macam antivirus diantaranya adalahinterferon, lamivudin, ribavirin, adepovir


dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan berdasarkan hasil tes darah dan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian menunjukan bahwa terapi antivirus akan
lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek samping
dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi
terapi interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.
2.8 Komplikasi
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami perjalanan penyakit yang lengkap.
Sejumlah kecil pasien meperlihatkan kemunduran klinis yang cepat , adapun komplikasi yang
dapat terjadi pada klien hepatitis adalah ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat
yang oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatic. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan serosis hepatis,
penyakit ini banayak ditemukan pada alkoholik.
KLIK DISINI BISNIS PRAKTIS langsung dapat Rp. 50.000,Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada
klien dengan hepetitis yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi
metebolisme pencernaan makanan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

4. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang


berlebihan.

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan penderita hepatitis berhubungan dengan


kurangnya informasi

1. 3.

Intervensi keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : klien merasa nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :

Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri ( tidak mengeluh
kesakitan, menangis )

Intervensi :

Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri .

Rasional: Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

Rasional : Klien yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri

Kolaborasi dokter untuk penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi

Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
( Carpenito Lynda Jual, 1999)
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi
metebolisme pencernaan makanan.
Tujuan :
Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk
mempertahankan atau meningkatkan BB.
Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat badan

nilai laboratorium normal

bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

Intervensi :

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan
tawarkan makan pagi paling besar.

Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling
buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.

Berikan perawatan oral hygiene sebelum makan.

Rasional :

Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.

Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak

Rasional :

Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.

Rasional :

Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.

Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran .

Konsul pada ahli gizi, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein yang sesuai toleransi

Rasional : Berguna untuk membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu,
metabolisme lemak. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran
empedu dan perlunya pembatasan masukan lemak. Pembatasan protein diindikasikan pada
penyakit berat ( hepatitis kronis ) karena pada akumulasi akhir metabolisme protein dapat
mencetuskan hepatik ensefalopati.

Kolaborasi untuk terapi steroid, contoh prednison ( deltasone ) tunggal atau kombinasi
azatoprin ( imuran )

Rasional : steroid dikontraindikasikan karena meningkatkan resiko berulang terjadinya hepatitis


kronis pada pasien dengan hepatitis virus. Namun efek anti inflamasi mungkin berguna pada
hepatitis akhir kronik ( khusus idiopatik ) untuk menurunkan mual dan muntah.(Carpenito
Lynda Jual, 1999)
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :

Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

Kriteria hasil :

Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat aktifitas.

Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuatan otot.

Intervensi :

Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung


sesuai keperluan.

Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki
yang mencegah sirkulasi optimal kehati.

Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.

Rasional :
Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

Lakukan latihan dengan cepat dan sesuai toleransi.

Rasional :

Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak
sendi pasif/aktif.

Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi,


bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio,
membaca.

Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan
dapat meningkatkan koping.
1. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan.

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan intake dan ouput cairan menjadi
seimbang.
Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil.

Turgor kulit membaik.

Pengisian kapiler nadi perifer kuat.

Haluaran urine individu sesuai.

Intervensi :

Berikan cairan IV ( biasanya glukosa ) elektrolit.

Rasional : memberikan terapi cairan dan penggantian elektrolit

Awasi nilai laboraturium, contoh Hb/Ht, nat, albumin.

Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium/ kadar protei yang
dapat menimbulkan pembentukan edema.

Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit.

Rasional : indikator volume sirkulasi/ perfusi.

Awasi intake dan output, bandingkan dengan BB . misal muntah.

Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian cairan / efek terapi.


1. Kurang pengetahuan tentang perawatan penderita hepatitis berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan klien memahami tentang perawatan
dan kebutuhan pengobatan pasien hepatitis.
Kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

Berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi :

Berikan informasi khusus tentang pencegahan/ penularan penyakit.

Rasional : kebutuhan atau rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis ( agen penyebab ) dan
situasi individu.

Diskusikan efek samping bahaya meminum obat yang dijual bebas.

Rasional : beberapa obat merupakan toksik bagi hati, dan menyebabkan efek kumulatif toksik /
hepatitis kronis.

Berikan informasi tentang perlunya menghindari alkohol selama 6-12 bulan minimal,
atau lebih lama sesuai toleransi.

Rasional : alkohol dapat meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemulihan.

Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan, kemungkinan pilihan obat.

Rasional : mengidentifikasi area kekurangan dan pengetahuan/ salah informasi dan memberikan
kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai keperluan

Anda mungkin juga menyukai