Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
In: ilmu
Struktur dan fungsi sel Biologi sel adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
sel. Sel sendiri adalah kesatuan structural dan fungsional makhluk hidup dimana
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku dari masing
masing makhluk hidup
Teori-teori tentang sel
- Robert Hooke (Inggris, 1665) meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop. Hasil
pengamatannya ditemukan rongga-rongga yang disebut sel (cellula)
- Hanstein (1880) menyatakan bahwa sel tidak hanya berarti cytos (tempat yang berongga),
tetapi juga berarti cella (kantong yang berisi)
- Felix Durjadin (Prancis, 1835) meneliti beberapa jenis sel hidup dan menemukan isi dalam,
rongga sel tersebut yang penyusunnya disebut Sarcode
- Johanes Purkinje (1787-1869) mengadakan perubahan nama Sarcode menjadi Protoplasma
- Matthias Schleiden (ahli botani) dan Theodore Schwann (ahli zoologi) tahun 1838
menemukan adanya kesamaan yang terdapat pada struktur jaringan tumbuhan dan hewan.
Mereka mengajukan konsep bahwa makhluk hidup terdiri atas sel . konsep yang diajukan
tersebut menunjukkan bahwa sel merupakan satuan structural makhluk hidup.
- Robert Brown (Scotlandia, 1831) menemukan benda kecil yang melayang-layang pada
protoplasma yaitu inti (nucleus)
- Max Shultze (1825-1874) ahli anatomi menyatakan sel merupakan kesatuan fungsional
makhluk hidup
- Rudolf Virchow (1858) menyatakan bahwa setiap cel berasal dari cel sebelumnya (omnis
celulla ex celulla)
Macam Sel Berdasarkan Keadaan Inti
a. sel prokarion, sel yang intinya tidak memiliki membran, materi inti tersebar dalam
sitoplasma (sel yang memiliki satu system membran. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah bakteri dan alga biru
b. sel eukarion, sel yang intinya memiliki membran. Materi inti dibatasi oleh satu system
membran terpisah dari sitoplasma. Yang termasuk kelompok ini adalah semua makhluk hidup
kecuali bakteri dan alga biru
Struktur sel prokariotik lebih sederhana dibandingkan struktur sel eukariotik. Akan tetapi, sel
prokariotik mempunyai ribosom (tempat protein dibentuk) yang sangat banyak. Sel
prokariotik dan sel eukariotik memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
Sel Prokariotik
- Tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki membran inti sel yang dinamakan
nucleoid
- Organel-organelnya tidak dibatasi membran
- Membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan
- Diameter sel antara 1-10mm
semipermanen Komponen penyusun membran sel antara lain adalah phosfolipids, protein,
oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua
arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2,
O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti
molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan
mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas
membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif
untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.
Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh
dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau
ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut
selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut
melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat
terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif
air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar
berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah
perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan
bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel
protein dan carrier protein, serta ionophore.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven
pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter
dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah,
sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump
merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan
pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
c. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung.
Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk menghasilkan energi atau
tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan demikian, mitokondria adalah
pembangkit tenaga bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan
memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk
mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan
diameter 0,5 m dan panjang 0,5 1,0 m. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian
utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak
di bagian dalam membran [Cooper, 2000].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta
mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap
molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar
mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga
mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam
proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani ?-oksidasi menghasilkan Asetil KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid
dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan
ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks,
disebut krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran
dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam
mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang
berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur
keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi
oksidasi asam amino, dan reaksi ?-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga
terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP,
fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
d. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi enzim hidrolitik
yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada berbagai keadaan. Lisosom
ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve dan ditemukan pada semua sel eukariotik.
Di dalamnya, organel ini memiliki 40 jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease,
glikosidase, lipase, fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada
pH 5. Fungsi utama lisosom adalah endositosis, fagositosis, dan autofagi.
- Endositosis ialah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel melalui mekanisme
endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan dibawa ke vesikel kecil dan tidak
beraturan, yang disebut endosom awal. Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang
digunakan kembali (dibuang ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di
endosom lanjut, materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam
endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut sehingga terjadi
pematangan dan membentuk lisosom.
- Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel sendiri, seperti
organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari retikulum endoplasma kasar
menyelubungi organel dan membentuk autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi
dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom
lanjut). Proses ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio
manusia.
- Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan mikroorganisme
seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran akan membungkus partikel atau
mikroorganisme dan membentuk fagosom. Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim
hidrolitik dari trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).
e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel
yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak
dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel
hewan memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan
badan Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang
bernama Camillo Golgi.
beberapa fungsi badan golgi antara lain :
1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar
kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran
plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.
3. Membentuk dinding sel tumbuhan
4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk
memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5. Tempat untuk memodifikasi protein
6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7. Untuk membentuk lisosom
f. Retikulum Endoplasma
RETIKULUM ENDOPLASMA (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di seluruh sel
hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung berlapis-lapis. Kantung
ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi, tergantung pada jenisnya.
Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian banyak sehingga
retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik.
(kata endoplasmik berarti di dalam sitoplasma dan retikulum diturunkan dari bahasa latin
yang berarti jaringan).
Ada tiga jenis retikulum endoplasma:
RE kasar Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom. Ribosom
ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat
sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak memiliki bintik-bintik
ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme yaitu
Toksisitas Mitokondria
Mual
Muntah
Asidosis laktik dapat mematikan. Segera hubungi dokter jika mengalami gejala ini.
Toksisitas mitokondria juga dapat mengakibatkan kerusakan saraf (neuropati perifer lihat
Lembaran Informasi (LI) 555). Toksisitas mitokondria dapat dikaitkan dengan kerusakan
ginjal dan kehilangan pendengaran. Beberapa peneliti juga menganggap toksisitas
mitokondria bertanggung jawab untuk pemindahan lemak tubuh (lipodistrofi, lihat LI 553)
pada orang yang memakai obat antiretroviral (ARV).
Bagaimana ARV Menyebabkan Toksisitas Mitokondria?
Mitokondria mempunyai sebuah enzim yang membantunya menggandakan diri. Enzim ini
dikenal sebagai polymerase gamma atau pol gamma. Enzim ini sangat mirip dengan enzim
reverse transcriptase HIV. Sayangnya, hal ini berarti bahwa obat yang kita pakai untuk
menghambat reverse transcriptase juga dapat menghambat pol gamma. Jika ini terjadi, lebih
sedikit mitokondria baru yang dibuat.
Obat analog nukleosida (NRTI: AZT, 3TC, ddI, d4T, dan abacavir) semua menghambat pol
gamma pada tingkat yang berbeda. Semakin lama obat ini dipakai, semakin mungkin
toksisitas mitokondria akan terjadi.
Obat yang berbeda memengaruhi organ tubuh yang tertentu. Mungkin ini menjelaskan
mengapa toksisitas mitokondria yang disebabkan oleh obat berbeda dapat merusak bagian
tubuh yang berbeda.
Diketahui bahwa toksisitas mitokondria dapat menyebabkan kelemahan otot pada orang yang
memakai AZT (LI 411). Kemungkinan ini penyebab hati berlemak (steatosis hepatik, lihat
LI 528) dan tingkat asam laktik yang tinggi terkait dengan penggunaan semua NRTI.
Sayangnya, hanya ada sedikit penelitian mengenai tingkat kerusakan mitokondria yang
disebabkan oleh masing-masing ARV pada bagian tubuh yang lain. Juga belum diketahui
kombinasi obat mana yang menyebabkan paling banyak toksisitas mitokondria.
Para peneliti mengetahui bagaimana mengukur jumlah mitokondria di dalam sel yang
berbeda, untuk dibandingkan dengan jumlah normal. Namun, mereka tidak mengetahui
jumlah mitokondria yang dapat hilang sehingga menimbulkan masalah.
Apa Selanjutnya?
Sayangnya hanya ada sedikit penelitian terhadap toksisitas mitokondria yang disebabkan
NRTI. Percobaan di laboratorium dan terhadap hewan menunjukkan bahwa toksisitas
mitokondria dapat menyebabkan kerusakan saraf. Tetapi belum ada penelitian terhadap
manusia.
Selama beberapa tahun berikut, para peneliti akan meneliti toksisitas mitokondria. Mereka
akan mengembangkan tes untuk mengenalinya. Mereka akan meneliti hubungan antara
toksisitas mitokondria dan berbagai efek sampingnya. Beberapa peneliti menganggap bahwa
vitamin dan zat mineral tertentu dapat melawan dampak toksisitas mitokondria yang
disebabkan oleh ARV.
Sementara itu, Odha harus mengetahui gejala asidosis laktik, sebuah efek samping yang
jarang tetapi dapat mematikan.
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=556
oxidative phosphorylation (ox-phos). Ox-phos merupakan bagian sel yang penting dalam
proses pembentukan energy. Lepasnya ox-phos ini mengakibatkan pembentukan panas tanpa
pembentukan ATP. Kerusakan pada mitokondria sulit didiagnosa saat muncul pertama kali.
Mitokondria memproduksi lebih dari 90% energi sel. Energi tersebut diperoleh dari 2
proses, yaitu siklus tricarboxylic acid (TCA) atau sering disebut siklus kreb yang
berfungsi mengubah karbohidrat dan lemak menjadi energy. Pada proses katabolisme
glukosa di sitosol memproduksi 2 molekul piruvat. Kemudian bereaksi dengan 2 enzym
yaitu pyruvate carboxylase dan pyruvate dehydrogenase (membutuhkan coenzyme A
(CoA) untuk dapat berfungsi). Setiap satu molekul piruvat menghasilkan 6NADH dan
4FADH. Proses pembentukan ATP ini melibatkan proses transpor elektron dengan
bantuan lima kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase),
kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q sitokrom C
reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase) dan komplek V (ATP synthase).
Mitokondria membutuhkan O2 kira-kira 85% dari total O2 yang dibutuhkan oleh sel untuk
menghasilkan ATP. Selama ox-phos normal 0,4-4,0% O2 dikonsumsi dan diubah menjadi
superoksida radical oleh mitokondria. Kemudian diubah menjadi hidrogen peroksida (H2O2)
oleh detoksifikasi enzim superoxide dismutase (MnSOD) atau copper/zinc superoxide
dismutase (Cu/Zn SOD). Kemudian diubah menjadi air oleh glutathione peroxidase (GPX).
Namun, ketika enzim tidak dapat mengubah dengan cepat radical superoxide menjadi H2O
akan mengakibatkan kerusakan oksidatif dan terakumulasi di mitokondria. Glutathione di
GPX adalah salah satu bagian penting antioksidan.
Dalam mitokondria elemen yang paling mudah diserang radikal bebas adalah lipid, protein,
enzim ox-phos, dan mtDNA. Kerusakan langsung pada protein mitokondria yang berfungsi
sebagai koenzim menyebabkan pengurangan fungsi mitokondria. Selain itu kekurangan
asupan dari makro nutrient seperti vitamin, mineral dan metabolis yang lain dapat
mempercepat kerusakan pada mitokondria dan berkontribusi pada degenerasi neuron.
Pada beberapa kasus pengobatan terhadap suatu penyakit justru dapat menyebabkan
kerusakan pada mitokondria. Secara tidak langsung, pengobatan dapat merusak mitokondria
dengan produksi radikal bebas dan dengan pengurangan antioksidan. Barbiturates adalah
obat pertama invitro yang dapat menghalangi respirasi mitokondria. Pengobatan penyakit
Parkinson pada hewan dapat menyita CoA (aspirin, valproic acid), menghalangi enzim boksidasi (tetracyclines, several 2-arylpropionate anti-inflammatory drugs, amineptine, and
tianeptine), atau menghalangi proses b-oksidasi dan oxphos (endogenous bile acids,
amiodarone, perhexiline, dan diethylaminoethoxyhexestrol). Adanya pemburukan produksi
energy dapat berkontribuasi pada kegagalan hati, koma dan kematian.
Beberapa Pengobatan psikotropik juga merusak fungsi mitokondria. Seperti memasukan
antidepressants, antipsychotics, pengobatan dementia, tacrine, pengobatan seizure, mood
stabilizers, pengobatan penyakit Parkinsons seperti tolcapone dan benzodiazepines. Efek
yang merugikan juga terjadi pada pengobatan nucleoside reverse transcriptase inhibitor
2. Sitoplasma
sitoplasma ada dalam dua bentuk yang dipengaruhi kandungan air yaitu fase Sol yang padat
dan Fase Gel (cair).
3. Organel Sel
ada macam macam organel sel, antara lain Mitokondria, kloroplas, retikulum endoplasma,
Golgi komplek, lisosom, vakuola, ribosom, peroksisom, mikrotubulus, mikrofilamen,
nukleus, aparatus golgi, dan sentrosom
a. Mitokondria
Pada beberapa sel, mitokondria dapat bergerak bebas membawa ATP ke daerah-daerah yang
memerlukan energi. mitokondria tersusun atas 2 sistem membran yaitu membran dalam dan
membran luar. Membren dalam membentuk tonjolan-tonjolan ke arah dalam (membran
krista) untuk memperluas bidang penyerapan oksigen. Matrik Mitokondria mengandung
protein, lemak, enzim sitokrom, DNA & ribosom sehingga memungkinkan sintesis enzim-
i. Lisosom
Lisosomdihasilkan oleh aparatus golgi yang penuh dengan protein. Lisosom menghasilkan
enzim-enzim hidrolitik seperti proteolitik, lipase, dan fosfatase. Enzim hidrolitik berfungsi
untuk mencerna makanan yang masuk ke dalam sel secara fagositosis. Lisosom juga
menghasilkan zat kekebalan sehingga banyak dijumpai pada sel-sel darah putih. Lisosom
juga bersifat autolisis, autofagi, dan menghancurkan makanan secara edsositosis.
Ada dua macam lisosom, yaitu lisosom primer dan sekunder. Lisosom primer memproduksi
enzim-enzim yang belum aktif. Fungsinya adalah sebagai vakuola makanan. Lisosom
sekunder adalah lisosom yang terlibat dalam kegiatan mencerna. Ia berfungsi sebagai
autofagosom.
j. Kloroplas
Kloroplas merupakan plastida yang mengandung pigmen hijau yang disebut klorofil.
Kloroplas berasal dari proplastida. Proplastida berukuran lebih kecil dari kloroplas dengan
sedikit atau tanpa membran internal. Kloroplas terbungkus oleh membran ganda. Membran
ganda berperan mengatur keluar masuknya ion atau senyawa ke dandari dalam kloroplas.
Pada membran internal kloroplas terdapat pigmen fotosintesis. Pigmen itu banyak terdapat
pada permukaan luar membran internal disebut thilakoid.
Pigmen utama yang terdapat pada membran thilakoid adalah klorofil a (C55H72O5N4Mg) dan
klorofil b ( C55H70O5N4Mg ), selain itu juga terdapat pigmen karotenoid. Pada membran
pembungkus kloroplas umumnya terdapat violaxanthin.
Fungsi kloroplas adalah sebagai tempat berlangsung fotosintesis.
k. Sentrosom
Sentrosom hanyadapat dijumpai pada sel hewan. Sentrosom pada saat reproduksi sel akan
membelah menjadi sentriol. Sentriol tersusun atas benang-benang tubulin atau dibentuk oleh
mikrotubulus. Sentriol membentuk benang-benang spindel yang dapat menggerakkan
kromosom pada saat pembelahan mitosis.
l. Dinding Sel
Dindingsel tersusun atas selusosa dan derivat-derivatnya. Dinding sel berfungsi sebagai
proteksi sel terhadap faktor-faktor mekanis dan memberi bentuk sel relatif tetap. Dinding sel
hanya terdapat pada sel tumbuhan saja. Pada dinding sel terdapat celah untuk berkomunikasi
antarsel yang disebut plasmodemata.
m. Vakuola
Vakuola berisi garam-garam organik, glikosida, tanin(zat penyamak), minyak eteris, alkaloid,
enzim, dan butir-butir pati. Pada beberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan
vakuola nonkontraktil.
http://imaisfree.wordpress.com/struktur-dan-fungsi-organel-sel/
Organel-organel sel
Suatu sel, baik sel hewan maupun sel tumbuhan, memiliki banyak organel dengan fungsi
tertentu. Ada beberapa perbedaan organel pada sel hewan bila dibandingkan dengan sel
tumbuhan. Untuk lebih jelas perhatikan gambar dan penjelasan berbagai organel sel berikut
ini.
Organel-organel sel
Inti (nukleus)
Inti bertugas
mengendalikan semua
aktivitas sel mulai
metabolisme hingga
pembelahan sel. Pada sel
eukariotik, inti
diselubungi oleh
membran inti (karioteka)
rangkap dua dan berpori,
sedangkan pada sel
prokariotik inti tidak
memiliki membran. Di
dalam inti didapati cairan
yang disebut
nukleoplasma, kromosom
yang umumnya berupa
benang kromatin, dan
anak inti (nukleolus)
Lisosom
Berbentuk kantongkantong kecil dan
umumnya berisi enzim
pencernaan (hidrolisis)
yang berfungsi dalam
peristiwa pencernaan
intra sel. Sehubungan
dengan bahan yang
dikandungnya lisosom
memiliki peran dalam
peristiwa:
pencernaan
intrasel:
mencerna materi
yang diambil
secara fagositosis
eksositosis
:pembebasan
sekrit keluar sel
autofagi :
penghancuran
organel sel yang
sudah rusak
autolisis :
penghancuran diri
sel dengan cara
melepaskan enzim
pencerna dari
dalam lisosom
ke
dalam sel.
Contoh peristiwa
ini adalah proses
kematian sel
secara sistematis
saat pembentukan
jari tangan, atau
hilangnya ekor
berudu yang mulai
beranjak dewasa.
Mitokondria
Mitokondria adalah
organel yang berfungsi
sebagai tempat respirasi
aerob untuk
pembentukan ATP
sebagai sumber energi
sel. Organel yang hanya
dimiliki oleh sel aerob ini
memiliki dua lapis
membran. Membran
bagian dalam berlipatlipat dan disebut krista,
berfungsi memperluas
permukaan sehingga
proses pengikatan
oksigen dalam respirasi
sel berlangsung lebih
efektif. Bagian yang
terletak diantara
membran krista berisi
cairan yang disebut
matriks banyak
mengandung enzim
pernafasan atau
sitokrom.
Mikrotubulus dan
Mikrofilamen
(sitoskeleton)
Mikrotubulus berbentuk
seperti benang silindris,
disusun oleh protein yang
disebut tubulin. Sifat
mikrotubulus kaku
sehingga diperkirakan
berfungsi sebagai
kerangka sel karena
berfungsi melindungi dan
memberi bentuk sel.
Mikrotubulus juga
berperan dalam
pembentukan sentriol,
silia, maupun flagela.
Mikrofilamen mirip
seperti mikrotubulus,
tetapi diameternya lebih
Vakuola
Merupakan rongga yang
terbentuk di dalam sel,
dan dibatasi membran
yang disebut tonoplas.
Pada tumbuhan vakuola
berukuran sangat besar
dan umumnya
termodifikasi sehingga
berisi alkaloid, pigmen
anthosianin, tempat
penimbunan sisa
metabolisme, ataupun
tempat penyimpanan zat
makanan. Pada sel
hewan vakuolanya kecil
atau tidak ada, kecuali
hewan bersel satu. Pada
hewan bersel satu
terdapat dua jenis
vakuola yaitu vakuola
makanan yang berfungsi
dalam pencernaan
intrasel dan vakuola
kontraktil yang berfungsi
sebagai osmoregulator.
Plastida
Merupakan organel yang
umumnya berisi pigmen.
Plastida yang berisi
pigmen klorofil disebut
kloroplas, berfungsi
sebagai organel utama
penyelenggara proses
fotosintesis. Kromoplas
adalah plastida yang
berisi pigmen selain
klorofil, misalkan karoten,
xantofil, fikoerithrin, atau
fikosantin, dan
memberikan warna pada
mahkota bunga atau
warna pada alga. Plastida
yang tidak berwarna
disebut leukoplas,
termodifikasi sedemikian
http://biologimediacentre.com/organel-organel-sel/
Anatomi, Fisiologi Dan Reproduksi Sel
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
112
< Sebelum
Sesudah >
Penelitian menunjukkan bahwa satuan unit terkecil dari kehidupan adalah Sel. Kata "sel"
itu sendiri dikemukakan oleh Robert Hooke yang berarti "kotak-kotak kosong", setelah ia
mengamati sayatan gabus dengan mikroskop.
Selanjutnya disimpulkan bahwa sel terdiri dari kesatuan zat yang dinamakan
Protoplasma. Istilah protoplasma pertama kali dipakai oleh Johannes Purkinje; menurut
Johannes Purkinje protoplasma dibagi menjadi dua bagian yaitu Sitoplasma dan
Nukleoplasma
Robert Brown mengemukakan bahwa Nukleus (inti sel) adalah bagian yang memegang
peranan penting dalam sel,Rudolf Virchow mengemukakan sel itu berasal dari sel (Omnis
Cellula E Cellula).
d. Lisosom
Fungsi dari organel ini adalah sebagai penghasil dan penyimpan enzim pencernaan
seluler. Salah satu enzi nnya itu bernama Lisozym.
e. Badan Golgi (Apparatus Golgi = Diktiosom)
Organel ini dihubungkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa.
Organel ini banyak dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi,
misalnya ginjal.
J. Sentrosom (Sentriol)
Struktur berbentuk bintang yang berfungsi dalam pembelahan sel (Mitosis maupun
Meiosis). Sentrosom bertindak sebagai benda kutub dalam mitosis dan meiosis.
Struktur ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
g. Plastida
Dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Dikenal tiga jenis plastida yaitu :
1. Lekoplas
(plastida berwarna putih berfungsi sebagai penyimpan makanan),
terdiri dari:
Amiloplas (untak menyimpan amilum) dan,
Elaioplas (Lipidoplas) (untukmenyimpan lemak/minyak).
Proteoplas (untuk menyimpan protein).
2. Kloroplas
yaitu plastida berwarna hijau. Plastida ini berfungsi menghasilkan
klorofil dan sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
3. Kromoplas
yaitu plastida yang mengandung pigmen, misalnya :
Karotin (kuning)
Fikodanin (biru)
Fikosantin (kuning)
Fikoeritrin (merah)
h. Vakuola (RonggaSel)
Beberapa ahli tidak memasukkan vakuola sebagai organel sel. Benda ini dapat dilihat
dengan mikroskop cahaya biasa. Selaput pembatas antara vakuola dengan sitoplasma
disebut Tonoplas
Vakuola berisi :
garam-garam organik
glikosida
tanin (zat penyamak)
minyak eteris (misalnya Jasmine pada melati, Roseine pada mawar
Zingiberine pada jahe)
alkaloid (misalnya Kafein, Kinin, Nikotin, Likopersin dan lain-lain)
enzim
butir-butir pati
Pada boberapa spesies dikenal adanya vakuola kontraktil dan vaknola non kontraktil.
i. Mikrotubulus
Berbentuk benang silindris, kaku, berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel dan
sebagai "rangka sel".
Contoh organel ini antara lain benang-benang gelembung pembelahan Selain itu
mikrotubulus berguna dalam pembentakan Sentriol, Flagela dan Silia.
j. Mikrofilamen
Seperti Mikrotubulus, tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu
protein aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan
sel.
k. Peroksisom (Badan Mikro)
Ukurannya sama seperti Lisosom. Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain,
dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel
hati).
3. Inti Sel (Nukleus)
Inti sel terdiri dari bagian-bagian yaitu :
Selapue Inti (Karioteka)
Nukleoplasma (Kariolimfa)
Kromatin / Kromosom
Nukleolus(anak inti).
Berdasarkan ada tidaknya selaput inti kita mengenal 2 penggolongan sel yaitu :
Sel Prokariotik (sel yang tidak memiliki selaput inti), misalnya dijumpai
pada bakteri, ganggang biru.
Sel Eukariotik (sel yang memiliki selaput inti).
Fungsi dari inti sel adalah : mengatur semua aktivitas (kegiatan) sel, karena di dalam
inti sel terdapat kromosom yang berisi ADN yang mengatur sintesis protein.
Reproduksi Sel
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
113
< Sebelum
Sesudah >
Kita mengenal tiga jenis reproduski sel, yaitu Amitosis, Mitosis dan Meiosis (pembelahan
reduksi). Amitosis adalah reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung
tanpa melalui tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada
sel-sel yang bersifat prokariotik, misalnya pada bakteri, ganggang biru.
MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap yang
teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke tahap profase
berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase (tahap ini tidak
termasuk tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase inti sel melakukan sintesis
bahan-bahan inti.
Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai
berikut:
1. Profase :
pada tahap ini yang terpenting adalah benang-benang kromatin
menebal menjadi kromosom dan kromosom mulai berduplikasi menjadi
kromatid.
2. Metafase:
pada tahap ini kromosom/kromatid berjejer teratur dibidang
pembelahan (bidang equator) sehingga pada tahap inilah kromosom
/kromatid mudah diamati dan dipelajari.
3. Anafase:
pada fase ini kromatid akan tertarik oleh benang gelendong menuju
ke kutub-kutub pembelahan sel.
4. Telofase:
pada tahap ini terjadi peristiwa KARIOKINESIS (pembagian inti
menjadi dua bagian) dan SITOKINESIS (pembagian sitoplasma
menjadi dua bagian).
Meiosis terbagi menjadi due tahap besar yaitu Meiosis I dan Meiosis II Baik meiosis I
maupun meiosis II terbagi lagi menjadi tahap-tahap seperti pada mitosis. Secara
lengkap pembagian tahap pada pembelahan reduksi adalah sebagai berikut :
Berbeda dengan pembelahan mitosis, pada pembelahan meiosis antara telofase I dengan
profase II tidak terdapat fase istirahat (interface). Setelah selesai telofase II dan akan
dilanjutkan ke profase I barulah terdapat fase istirahat atau interface.
PERBEDAAN ANTARA MITOSIS DENGAN MEIOSIS
Aspek yang dibedakan
Mitosis
Meiosis
Tujuan
Untuk pertumbuhan
Sifat mempertahan-kan
diploid
Hasil pembelahan
2 sel anak
4 sel anak
diploid (2n)
haploid (n)
Tempat terjadinya
sel somatis
sel gonad
Pada hewan dikenal adanya peristiwa meiosis dalam pembentukan gamet, yaitu
Oogenesis dan Speatogenesis. Sedangkan pada tumbahan dikenal
Makrosporogenesis (Megasporogenesis) dan Mikrosporogenesis.
Metabolisme Sel
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
114
< Sebelum
Sesudah >
Sel merupakan unit kehidupan yang terkecil, oleh karena itu sel dapat menjalankan
aktivitas hidup, di antaranya metabolisme.
Metabolisme adalah proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup/sel.
Metabolisme disebut juga reaksi enzimatis, karena metabolisme terjadi selalu
menggunakan katalisator enzim.
Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis,
yaitu proses pembentakan molekul yang kompleks dengan menggunakan energi tinggi.
Contoh : fotosintesis (asimilasi C)
energi cahaya
glukosa
(energi kimia)
Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya sebagai energi
kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi potensial, berupa ikatan senyawa
organik pada glukosa. Dengan bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat
dan efisien. Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas reaksinya
disebut reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut reaksi endoterm.
2. Katabolisme (Dissimilasi),
yaitu proses penguraian zat untuk membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam
senyawa organik tersebut.
Contoh:
enzim
Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi pelepasan energi sehingga
terbentuk energi panas. Bila pada suatu reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut
reaksi eksergonik. Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm
115
< Sebelum
Sesudah >
1. ENZIM
Enzim merupakan biokatalisator / katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Struktur
enzim terdiri dari:
Apoenzim, yaitu bagian enzim yang tersusun dari protein, yang akan
rusak bila suhu terlampau panas(termolabil).
panas
rantai
Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung di
dalam sel. Walaupun enzim dibuat di dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis
tidak harus berada di dalam sel. Reaksi yang dikendalikan oleh enzim antara lain ialah
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, kontraksi otot, fotosintesis, fiksasi, nitrogen,
dan pencernaan.
Sifat-sifat enzim
Enzim mempunyai sifat-siat sebagai berikut:
1. Biokatalisator, mempercepat jalannya reaksi tanpa ikut bereaksi.
2. Thermolabil; mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 C, karena
enzim tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
8. Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non
protein tambahan yang disebut kofaktor.
Pada reaksis enzimatis terdapat zat yang mempengarahi reaksi, yakni aktivator dan
inhibitor, aktivator dapat mempercepat jalannya reaksi,
2+
2+
contoh aktivator enzim: ion Mg, Ca, zat organik seperti koenzim-A.
Inhibitor akan menghambat jalannya reaksi enzim. Contoh inhibitor : CO, Arsen, Hg,
Sianida.
2. ATP (Adenosin Tri Phosphat)
Molekul ATP adalah molekul berenergi tinggi. Merupakan ikatan tiga molekulfosfat
dengan senyawa Adenosin. Ikatan kimianya labil, mudah melepaskan gugus fosfatnya
meskipun digolongkan sebagai molekul berenergi tinggi.
Perubahan ATP menjadi ADP (Adenosin Tri Phosphat) diikuti dengan pembebasan energi
sebanyak 7,3 kalori/mol ATP. Peristiwa perubahan ATP menjadi ADP merupakan reaksi
yang dapat balik.
Katabolisme
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
116
< Sebelum
Sesudah >
Respirasi
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
117
< Sebelum
Sesudah >
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber
energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan
energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak,
pertumbuhan.
Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H,206 + 6 02 > 6 H2O + 6 CO2 + Energi
(gluLosa)
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi, melalui tiga tahap :
1. Glikolisis.
2. Daur Krebs.
3. Transpor elektron respirasi.
1. Glikolids:
Peristiwa perubahan :
Glukosa Glulosa - 6 - fosfat Fruktosa 1,6 difosfat
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam piravat.
Jadi hasil dari glikolisis :
1.1. 2 molekul asam piravat.
1.2. 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi
tinggi.
1.3. 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.
2. Daur Krebs (daur trikarbekdlat):
Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan pembongkaran asam
piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia
Anabolisme
Biologi Kelas 3 > Biologi Sel
119
< Sebelum
Sesudah >
kloroplast yang mengandung klorofil / pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen
fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari.
Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang melingkupi ruangan
yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut membentak suatu sistem
membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung tilakoid.
Kantung-kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa yang disebut
grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi cahaya menjadi
energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai produk
akhir fotosintetis berlangsung di stroma.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain :
1. Gen :
bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil.
2. Cahaya :
beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya,
tanaman lain tidak memerlukan cahaya.
3. Unsur N. Mg, Fe :
merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil.
4. Air :
bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.
Pada tabun 1937 : Robin Hill mengemukakan bahwa cahaya matahari yang ditangkap
oleh klorofil digunakan untak memecahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Peristiwa
ini disebut fotolisis (reaksi terang).
H2 yang terlepas akan diikat oleh NADP dan terbentuklah NADPH2, sedang O2 tetap
dalam keadaan bebas. Menurut Blackman (1905) akan terjadi penyusutan CO2 oleh H2
yang dibawa oleh NADP tanpa menggunakan cahaya. Peristiwa ini disebut reaksi gelap
NADPH2 akan bereaksi dengan CO2 dalam bentuk H+ menjadi CH20.
CO2 + 2 NADPH2 + O2 > 2 NADP + H2 + CO+ O + H2 + O2
Ringkasnya :
Reaksi terang :
Reaksi gelap :
atau
2 H2O + CO2 > CH2O + O2
atau
12 H2O + 6 CO2 > C6H12O6 + 6 O2
3. Kemosintesis
Tidak semua tumbuhan dapat melakukan asimilasi C menggunakan cahaya sebagai
sumber energi. Beberapa macam bakteri yang tidak mempunyai klorofil dapat
mengadakan asimilasi C dengan menggunakan energi yang berasal dan reaksi-reaksi
kimia, misalnya bakteri sulfur, bakteri nitrat, bakteri nitrit, bakteri besi dan lain-lain.
Bakteri-bakteri tersebut memperoleh energi dari hasil oksidasi senyawa-senyawa
tertentu.
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe2+ (ferro) menjadi Fe3+
(ferri).
1. Sintesis Lemak
Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga
zat tersebut bertemu di dalarn daur Krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung
melalui pintu gerbang utama siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya
ketiga macam senyawa tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat
tersebut. Lemak dapat dibentuk dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk
dari lemak dan protein dan seterusnya.
4.1. Sintesis Lemak dari Karbohidrat :
Glukosa diurai menjadi piruvat > gliserol.
Glukosa diubah > gula fosfat > asetilKo-A > asam lemak.
Gliserol + asam lemak > lemak.
Sebelum terbentuk lemak asam amino mengalami deaminasi lebih dabulu, setelah itu
memasuki daur Krebs. Banyak jenis asam amino yang langsung ke asam piravat >
Asetil Ko-A.
Asam amino Serin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin dapat terurai menjadi Asam pirovat,
selanjutnya asam piruvat > gliserol > fosfogliseroldehid Fosfogliseraldehid dengan
asam lemak akan mengalami esterifkasi membentuk lemak.
Lemak berperan sebagai sumber tenaga (kalori) cadangan. Nilai kalorinya lebih tinggi
daripada karbohidrat. 1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori, sedangkan 1 gram
karbohidrat hanya menghasilkan 4,1 kalori saja.
5. Sintesis Protein
Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan DNA, RNA dan Ribosom.
Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah besar akan membentuk
molekul polipeptida. Pada dasarnya protein adalah suatu polipeptida.
Setiap sel dari organisme mampu untuk mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai
dengan keperluannya. Sintesis protein dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel
terdapat suatu zat (substansi) yang berperan penting sebagai "pengatur sintesis
protein". Substansi-substansi tersebut adalah DNA dan RNA.
http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0119%20Bio%2031h.htm
Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang
menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai potensial
elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih tinggi.[9] Proses
tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme kopling agar asupan
energi dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah
perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan
bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah
channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik yang
menginduksi transpor ion melalui membran sel maupun membran buatan.[10]
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven
pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter
dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah,
sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump
merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan
pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
Hormon tri-iodotironina yang dikenal sebagai aktivator enzim fosfatidil inositol-3 kinase
dengan mekanisme dari dalam sitoplasma dengan bantuan integrin alfavbeta3. Lintasan
enzim fosfatidil inositol-3 kinase, lebih lanjut akan memicu transkripsi genetik dari Na+ ATP
sintase, K+ ATP sintase, dll, beserta penyisipan ATP sintase tersebut pada membran plasma,
berikut regulasi dan modulasi aktivitasnya.[11]
Interaksi fosfolipid
Pembentukan dwilapis lipid adalah proses yang menguras banyak energi ketika
gliserofosfolipid yang dijelaskan di atas berada di dalam lingkungan basah.[12] Di dalam
sistem basah, gugus polar lipid berjejer menuju polar, lingkungan basah, sedangkan ekor
hidrofobik memperkecil hubungannya dengan air dan cenderung menggerombol bersamasama, membentuk vesikel; bergantung pada konsentrasi lipid, interaksi biofisika ini dapat
berujung pada pembentukan misel, liposom, atau dwilapis lipid. Penggerombolan lainnya
juga diamati dan membentuk bagian dari polimorfisma perilaku amfifila (lipid).
Polimorfisme lipid adalah cabang pengkajian di dalam biofisika dan merupakan mata
pelajaran penelitian akademik saat ini.[13][14] Bentuk dwilapis dan misel di dalam medium
polar oleh proses yang dikenal sebagai efek hidrofobik.[15] Ketika memecah zat lipofilik atau
amfifilik di dalam lingkungan polar, molekul polar (yaitu, air di dalam larutan air) menjadi
lebih teratur di sekitar zat lipofilik yang pecah, karena molekul polar tidak dapat membentuk
ikatan hidrogen ke wilayah lipofilik daru amfifila. Jadi, di dalam lingkungan basah, molekul
air membentuk kurungan "senyawa klatrat" tersusun di sekitar molekul lipofilik yang
terpecah.[16]
Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan
molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein
membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan
membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak
dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen komponen muchus
membran sel semipermanen di lapisan membran
Secara alami di alam fosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur menyerupai bola)
atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis maka komponen fosfolipid di
membran dapat melakukan pergerakan dan perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi
antara lain adalah pergerakan secara lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya
pada monolayer membran) dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans bilayer).
Membran mitokondria
Hingga saat ini terdapat tiga teori mengenai membran mitokondria. Teori pertama
mengatakan bahwa mitokondria memiliki satu lapisan membran.[17] Teori kedua mengatakan
bahwa terdapat dua lapisan membran, yaitu membran sisi dalam dan membran sisi luar.[18]
Teori ketiga mengatakan bahwa mitokondria memiliki tiga lapisan, yaitu membran sisi
dalam, membran sisi luar dan membran plasma
http://id.wikipedia.org/wiki/Membran_sel
Membran Plasma
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas
membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif
untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor
aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Sel Prokariotik. Kata prokariota (prokaryote) berasal dari bahasa Yunani, pro yang berarti
sebelum dan karyon yang artinya kernel atau juga disebut nukleus. Sel prokariotik tidak
memiliki nukleus. Materi genetiknya (DNA) terkonsentrasi pada suatu daerah yang disebut
nukleoid, tetapi tidak ada membran yang memisahkan daerah nukleoid ini dengan bagian sel
lainnya.
Sel Prokaryotik
Sedangkan sel eukariotik, eu berarti sebenarnyadan karyon berarti nukleus. Eukariotik
mengandung pengertian memiliki nukleus sesungguhnya yang dibungkus oleh selubung
nukleus.
Sel Eukaryotik
Perbedaan Sel Eukariot dan Prokariot
1. Eukariot mempunyai real nucleus krn materi inti dilingkupi oleh membran inti,
sedang prokariot tidak mempunyai inti yang sebenarnya, materi inti tersebar dlm
sitoplasma krn tdk mempunyai membran inti.
2. Eukariot memiliki DNA yang lebih kompleks, lebih banyak mengandung pasangan
basa nukleotida, sehingga harus digulung pada protein histon (ada histonnya), sedang
Prokariot memiliki DNA yang lebih sederhana, lebih sedikit mengandung pasangan
basa nukleotida, berbentuk sirkuler.
3. Eukariot memiliki kromosom > 1, sedang Prokariot hanya memiliki kromosom
tunggal.
4. Eukariot memiliki intron dan ekson, sedang Prokariot tidak memiliki intron, hanya
ekson.
5. Eukariot tidak memiliki operon, prokariot ada operon.
6. Pada Eukariot transkripsi terjadi di inti dan translasi terjadi di sitoplasma. Keduanya
tidak dapat dilakukan secara bersamaan, sedang pada Prokariot transkripsi dan
translasi dapat terjadi secara simultan.
7. Pada Eukariot transkripsi lebih rumit dikarenakan akses RNA polymerase terhadap
DNA lebih lamah akibat DNA dikemas secara kompak dengan protein histon, sedang
pada Prokariot transkripsi terjadi lebih sederhana.
8. Pada Eukariot regulasi sintesis proteinnya lebih kompleks, sedang pada Prokariot
regulasi sintesis protein lebih sederhana.
Klik Penjelasan mengenai sel
Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.
Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh
dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau
ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut
selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut
melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat
terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam
transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.
Difusi
Adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah
pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah
uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara
Osmosis
Adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke
bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi
tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis
merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan
tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi
yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut
melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor. Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam
biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam
dan ke luar sel.
Transport Lintas Membran
Proses transport melalui membran terjadi melalui 2 mekanisme, yaitu transport aktif dan
transport pasif. Transport pasif terjadi tanpa memerlukan energi sedangkan transport aktif
memerlukan
energi.
Yang
termasuk
transport
pasif
adalah
:
a.
difusi
sederhana,
b.
transport
dengan
fasilitas,
c. transport lewat ion channel.
Difusi_Terfasilitas
Transport dengan cara difusi fasilitas mempunyai perbedaan dengan difusi sederhana yaitu
difusi fasilitas terjadi melalui carrier spesifik dan difusi ini mempunyai kecepatan transport
maksimum (Vmax). Suatu bahan yang akan ditransport lewat cara ini akan terikat lebih
dahulu dengan carrier protein yang spesifik, dan ikatan ini akan membuka channel tertentu
untuk membawa ikatan ini ke dalam sel. Jika konsentrasi bahan ini terus ditingkatkan, maka
jumlah carrier akan habis berikatan dengan bahan tersebut sehingga pada saat itu kecepatan
difusi menjadi maksimal (Vmax). Pada difusi sederhana hal ini tidak terjadi, makin banyak
bahan kecepatan transport bahan maakin meningkat tanpa batas.
Transport_Ion_Channel
Transport lewat ion channel khusus bagi ion-ion yang sulit ditransport secara difusi akibat
muatan listriknya. Ion channel ini mempunyai sifat yang sangat selektif dan terbukanya
channel tersebut akibat potensial listrik sepanjang membran sel dan melalui ikatan channel
dengan hormon atau neurotransmitter.
beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan
carrier protein, serta ionophore
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga
terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange).
Transport aktif primer memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca
pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam
sel. Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah.
Carrier Ionophore
Transport sekunder co-transport
Pada transport sekunder co-transport , glukosa atau asam amino akan ditransport masuk
dalam sel mengikuti masuknya Natrium. Natrium yang masuk akibat perbedaan konsentrasi
mengikutkan glukosa atau asam amino ke dalam sel, meskipun asam amino atau glukosa di
dalam sel konsentrasinya lebih tinggi dari luar sel, tetapi asam amino atau glukosa ini
memakai energi dari Na (akibat perbedaan konsentrasi Na). Sehingga glukosa atau asam
amino ditransport secara transport aktif sekunder co-transport
Transport sekunder counter-transport
Pada proses counter transport/exchange, masuknya ion Na ke dalam sel akan menyebabkan
bahan lain ditransport keluar. Misalnya pada Na-Ca exchange dan Na-H exchange. Pada NaCa exchange, 3 ion Na akan ditransport kedalam sel untuk setiap 1 ion Ca yang ditransport
keluar sel, hal ini untuk menjaga kadar Ca intrasel, khususnya pada otot jantung sehingga
berperan pada kontraktiitas jantung. Na-H exchange terutama berperan mengatur konsentrasi
ion Na dan Hidrogen dalam tubulus proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel.
TUGAS BIOLISTRIK
diposting oleh latifahlistyalina-fst09 pada 27 April 2012
di Umum - 0 komentar
1. A.
SEL
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis.
Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Pada pertemuan yang lalu telah
dijelaskan ciri-ciri sel hidup yaitu sebagai berikut.
1. Adanya interaksi ion dal sel tersebut.
2. Terorganisasi baik secara makro maupun mikro. Artinya mempunyai jalurjalur biokimia masing-masing untuk memberikan energy.
3. Mempunyai struktur dan fungsi yang masing-masing berbeda.
4. Dapat menyerap energi dari lingkungan untuk tumbuh dan melakukan
kerja kimia dan mekanis.
5. Dapat memproduksi diri sendiri secara turun temurun dan berulang kali
yang biasa dikenal sebagai DNA yang berfungsi member informasi
genetik. DNA adalah kumpulan senyawa kimia yang membentuk struktur
tertentu menjadi sel yaitu sel DNA.
Salah satu bagian sel adalah membran sel yang memiliki ketebalan antara 5 sampai 10 nm
(nanometer) berupa selaput tipis dan membatasi isi sel dengan lingkungan di sekelilingnya.
Membran tersusun atas lapisan lipoprotein (gabungan antara lemak dan protein pada
membran sel darah merah, 50%lemak-50% protein).
Membran sel memiliki beberapa fungsi, antara lain yaitu:
1. Sebagai pembungkus isi sel dan membentuk sistem endomembran di
dalam sel.
2. Menyediakan selaput atau penghalang yang bersifat selektif permeabel.
Membran sel berfungsi untuk menyaring masuknya zat-zat ke dalam sel
sehingga tidak semua zat dapat menembus membran sel.
3. Sebagai sarana transpor larutan dari dan ke dalam sel. Membran sel
berfungsi dalam membantu memasukkan dan mengeluarkan senyawa
senyawa tertentu dari dan ke dalam sel.
4.
Merespons terhadap sinyal dari luar. Pada membran sel terdapat protein
integral yang berfungsi sebagai reseptor untuk menerima sinyal dari
lingkungan sel.
Berbagai macam cara membrane sel untuk melewatkan molekul-molekul yang dibutuhkan
oleh sel adalah dengan cara sebagai berikut :
1. Difusi adalah peristiwa penyebaran molekul zat terlarut dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi ke larutan yang konsentrasinya rendah.
2. Osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut (air) dari larutan yang
berkonsentrasi rendah menuju ke larutan yang berkonsentrasi tinggi
melalui membrane semipermiabel.
3. Transpor Aktif terdiri atas 3 cara yaitu symport (membawa dua molekul
kea rah yang searah), antiport (membawa dua molekul kea rah yang
berlawanan), uniport (transport pembawa satu molekul kea rah yang
searah).
4. Endositosis adalah masuknya zat ke dalam sel sebagai akibat melekuknya
membran sel sehingga zat tersebut terjebak di dalam sel atau terbungkus
oleh membrane sel. Bila zat yang masuk adalah zat padat disebut
fagositosis, dan apabila zat yang masuk adalah zat cair maka disebut
pinositosis.
Pada pertemuan terakhir diajarakan bahwa sel dapat mati disebabkan radiasi dan rangsangan
lain. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya aktifitas sel karena listrik mati pada sel.
Aktifitas listrik tersebut mati sebab tidak adanya pertukaran ion-ionnya seperti pada proses
terjadinya potensial listrik.
1. B.
BIOELEKTRIK/BIOLISTRIK
Bioelektrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh. Pada
biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu, kelistrikan dan kemagnetan
yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada permukaan tubuh
manusia.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstra sel lebih banyak
ion Na dan Cl2, sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Bioelektrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik
yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan
negative pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
I=0
-IR=0
Hukum Joule
W
=
0,24I2Rt
I=kuat arus(ampere); W=Energi listrik(Joule); R=hambatan (Ohm); t=waktu(sekon).
Hukum Ohm menggambarkan hubungan antara parameter:
E = RI atau I = GE
potensial membran (E), hambatan (R), arus membran (I), dan konduktans (G).
Potensi kesetimbangan untuk spesies ion tunggal di selaput tipis yang memisahkan dua
kompartemen dengan konsentrasi tidak sama digambarkan oleh potensi Nernst:
E (eq) = [RT / zF] ln {C (eks) / C (int)}
Konstanta Gas (R), Suhu (T), Jumlah Ion (z), Konstanta Faraday (F), Konsentrasi
Ekstraselular (C eks), dan Konsentrasi Intraselular ( C Int).
Persamaan Tegangan Goldman-Hodgkin-Katz (GHK) yang mengkuantifikasi hubungan
antara permeabilitas tegangan keseimbangan, dan konsentrasi Na, K, dan ion Cl
Na (dari) = Cl (dari) & Na (dalam) = Cl (dalam) + ZP (dalam)
Rasio
Na (dari) / Na (dalam) = Cl (dalam) / Cl (dari)
Donnan
Siklus Hodgkin menjelaskan seperti sistem self-referensial dinamis sebagai upstroke saluran
Na tergantung dari potensial aksi. arus Inward dibawa oleh ion natrium menyebabkan
membran depolarize.
t = RC
Semakin kecil resistansi (saluran ion banyak yaitu terbuka) dan semakin kecil kapasitansi
(sirkuit arus lokal) muatan cepat / kinetika pelepasan.
V = V (eq) exp {-t/RC)
1. POTENSIAL ISTIRAHAT
Difusi ion-ion potasium dan sodium menembus membran sel akan mempengaruhi potensial
di sisi dalam dan luar membran sel. Untuk melihat pengaruh kedua jenis ion tersebut pada
potensial membran sel, akan dilihat pengaruh masing-masing jenis ion tersebut secara
sendiri-sendiri terlebih dahulu, setelah itu baru diperhitungkan interaksi keduanya secara
bersamaan. Untuk itu akan dilihat terlebih dahulu pengaruh difusi ion potasium.
Misalkan membran sel hanya permeabel terhadap ion potasium. Karena konsentrasi ion
potasium lebih tinggi di sisi dalam sel maka menurut Hukum Fick untuk difusi, ion potasium
akan bergerak menembus keluar membran sel. Gerakan ion potasium keluar membran sel ini
menimbulkan arus listrik, yang karena terjadinya melalui peristiwa difusi, maka disebut arus
difusi. Densitas (density) arus difusi bergantung pada gradien konsentrasi, yang secara
matematis dinyatakan oleh Persamaan 1.
J = kerapatan arus (A/m2), D = konstanta difusi [(l.A/(mol.m)], [C] = konsentrasi ion (mol/l),
dan X = posisi (m). Tanda + dalam Persamaan 1 berlaku untuk ion negatif, dan tanda
berlaku untuk ion positif.
Keluarnya ion positif potasium dari dalam sel akan meninggalkan muatan negatif (anion)
yang sama besar di dalam sel. Hal ini mengakibatkan terjadinya beda potensial antara sisi
dalam dan sisi luar sel, dengan sisi dalam lebih negatif dibanding sisi luar. Adanya beda
potensial ini akan menimbulkan medan listrik dengan arah dari luar ke dalam sel. Medan
listrik yang mengarah dari luar ke dalam sel menimbulkan gaya elektrostatik yang
mempengaruhi ion-ion yang ada di sekitar membran sel. Ion potasium, karena bermuatan
positif, didorong oleh gaya elektrostatik ke arah dalam membran sel. Aliran ion potasium dari
sisi luar ke sisi dalam membran sel menimbulkan arus listrik yang disebut arus drift (drift
current). Densitas arus drift bergantung pada besarnya gradien potensial (medan listrik) di
antara kedua sisi membran dan konsentrasi ion, yang berdasarkan hukum particle drift, dapat
dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
k = konstansta Boltzmann = 1,38 x 10 -23 J/K, T = suhu absolut (K), dan q = muatan elementer
= 1,602 x 10-19 C.
Dari ketiga persamaan di atas, kalau diselesaikan untuk mendapatkan beda potensial
membran maka akan diperoleh suatu pernyataan matematis yang diberikan dalam Persamaan
4, dan dikenal dengan Persamaan Nernst. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa besarnya
beda potensial bergantung pada besarnya perbandingan konsentrasi ion potasium antara sisi
dalam dan sisi luar membran sel.
Untuk komposisi ion potasium seperti dalam Tabel 1 dan suhu tubuh 310 K (37 oC), maka
diperoleh potensial membran sekitar -94 mV (sisi dalam lebih negatif dibanding sisi luar
membran).
Dalam kenyataannya, yang mempengaruhi nilai potensial membran tidak hanya ion potasium
saja, tetapi juga ion sodium. Pengaruh ion sodium pada potensial membran dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan Nernst. Jika dimisalkan hanya terdapat ion sodium saja,
maka akan diperoleh potensial membran sebesar +61 mV.
Ion potasium dan ion sodium secara serentak mempengaruhi besarnya potensial membran sel.
Meskipun demikian, pengaruh keduanya bukan merupakan penjumlahan secara langsung
kedua potensial membran yang diperoleh secara sendiri-sendiri tersebut. Untuk jenis ion lebih
dari satu, ada parameter lain yang juga berpengaruh pada besarnya potensial membran sel,
yaitu perbedaan permeabilitas membran terhadap masing-masing ion.
Permeabilitas membran sel terhadap ion potasium jauh lebih besar (sekitar 100 kali)
dibandingkan permeabilitas terhadap ion sodium. Hal ini mengakibatkan pengaruh ion
potasium lebih dominan dibandingkan ion sodium. Interaksi kedua jenis ion ini dalam
menghasilkan potensial membran dinyatakan dalam persamaan Goldman sebagai berikut:
dengan subscript i menyatakan sisi dalam membran, o menyatakan sisi luar membran. P K =
permeabilitas membran terhadap ion potassium, PNa = permeabilitas membran terhadap ion
sodium, [K+] = konsentrasi ion potassium, dan [Na+] = konsentrasi ion sodium.
Penerapan Persamaan 5 akan menghasilkan beda potensial membran sel sekitar -86 mV.
Disamping transportasi ion secara difusi, terdapat juga transportasi ion secara aktif yang juga
mempengaruhi besarnya membran potensial sel. Transportasi ion tersebut adalah Pompa Na +K+ ( Na+-K+ Pump), seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 3. Transport ini secara
kontinyu memompa 3Na+ keluar sel dan 2K+ ke dalam sel. Karena lebih banyak ion positif
yang dipompa ke luar sel, maka hal ini akan mengakibatkan tambahan potensial sekitar -4
mV, sehingga potensial akhir membran sel menjadi -90 mV. Potensial membran sel tersebut
terdapat pada sel yang sedang istirahat, karena itu disebut sebagai potensial istirahat sel.
1.2.PERSAMAAN LAINNYA
Pada resting potensial Ic (arus kapasitansi) bernilai tetap atau Ic=0, maka:
ICM= C dVM/dt ; INa=(VM-ENa)GNa = (VM-ENa)/R ; IK=(VM-Ek) Gk ; IL=(VM-EL)GL ;
IM=INa+IK+ICl+Ir dengan Ir=0 (resting potensial)
Jadi Vrest=(Gk.Ek+GCl.ECl+GNaENa)/(Gk+GNa+GCl)
Bila karena sesuatu sebab potensial membran di sisi dalam berubah menjadi kurang negatif,
yaitu manjadi sekitar antara -70 dan -50 mV, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan konformasi dalam gerbang aktivasi, sehingga gerbang tersebut menjadi terbuka.
Keadaan ini disebut keadaan teraktivasi, yang menaikkan permeabilitas membran terhadap
ion sodium manjadi 500 sampai 5000 kali lipat, sehingga ion-ion sodium dapat dengan cepat
masuk ke dalam sel melalui kanal ini. Masuknya ion sodium ke dalam sel melalui kanal
sodium terpicu-tegangan ini menyebabkan kenaikan potensial membran dengan cepat dari
-90 mV menjadi +35 mV.
Kenaikan potensial membran sel tersebut menyebabkan gerbang inaktivasi yang semula
terbuka menjadi tertutup. Penutupan ini terjadi sekitar 0,1 ms setelah terbukanya gerbang
aktivasi. Berbeda dengan gerbang aktivasi yang membuka dengan cepat, gerbang inaktivasi
ini menutup secara lambat. Tertutupnya gerbang inaktivasi mengakibatkan ion sodium tidak
lagi dapat mengalir ke dalam sel melalui kanal ini, sehingga potensial membran berubah
menuju ke keadaan istirahat. Proses ini disebut repolarisasi.
Gerbang inaktivasi yang tertutup tersebut akan tetap tertutup sampai potensial membran
kembali ke atau mendekati level potensial istirahat. Oleh karena itu, biasanya kanal sodium
terpicu-tegangan tidak dapat terbuka kembali sebelum sel kembali ke keadaan repolarisasi
terlebih dahulu.
Dalam otot jantung, disamping kanal sodium terpicu-tegangan terdapat juga kanal kalsiumsodium terpicu-tegangan yang juga ikut berperan dalam proses depolarisasi. Kanal ini
permeabel terhadap ion kalsium maupun sodium. Jika kanal ini terbuka maka ion-ion kalsium
dan sodium dapat mengalir ke dalam sel. Kanal ini teraktivasi dengan lambat, yaitu
memerlukan waktu 10 sampai 20 kali lebih lama dibanding kanal sodium terpicu-tegangan.
Oleh karena itu kanal ini disebut sebagai kanal lambat, sedang kanal sodium disebut kanal
cepat. Terbukanya kanal kalsium-sodium memungkinkan ion kalsium masuk ke dalam sel.
Karena ion kalsium bermuatan positif, maka masuknya ion ini ke dalam sel mengakibatkan
perpanjangan proses depolarisasi, atau dengan kata lain terjadi penundaan proses repolarisasi.
Dalam proses repolarisasi, yang juga ikut berperan adalah kanal kalsium terpicu-tegangan.
Dalam keadaan istirahat, gerbang kanal ini tertutup sehingga ion potasium tidak dapat
mengalir melalui kanal ini. Pada saat potensial membran naik dari -90 mV menuju nol, pada
kanal ini terjadi pembukaan konformasi gerbang sehingga ion potasium dapat mengalir
keluar sel melalui kanal ini. Akan tetapi, karena adanya sedikit penundaan (delay), kanal
potasium ini terbuka pada saat yang bersamaan dengan mulai tertutupnya kanal sodium.
Kombinasi antara berkurangnya ion sodium yang masuk ke dalam sel dan bertambahnya ion
potasium yang keluar sel mengakibatkan peningkatan kecepatan proses repolarisasi menuju
potensial membran istirahat.
Perubahan-perubahan potensial membran mulai keadaan istirahat, depolarisasi, repolarisasi,
dan kembali istrahat diperlihatkan dalam Gambar 5. Perubahan potensial tersebut berupa
impuls yang disebut potensial aksi sel. Ada lima fase dalam potensial aksi tersebut yaitu fase
4, 0, 1, 2, dan 3. Fase 4 adalah fase istirahat sel.
Fase 0 adalah fase pada saat kanal sodium terpicu-tegangan (kanal cepat) terbuka sehingga
ion-ion sodium dengan cepat masuk ke dalam sel. Fase 1 adalah fase pada saat kanal
potasium mulai membuka (dengan lambat). Fase 2 adalah kombinasi fase menutupnya kanal
sodium terpicu-tegangan, membukanya kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan (kanal
lambat), dan membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Fase ini disebut plateau. Fase 3
adalah fase kombinasi menutupnya kanal-kanal sodium dan kalsium-sodium terpicu-tegangan
serta membukanya kanal potasium terpicu-tegangan. Selanjutnya sel kembali ke fase 4, yaitu
fase Pompa Na+-K+.
2.2 PERAMBATAN POTENSIAL AKSI
Perambatan potensial aksi yaitu membran saraf mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang sehingga timbul potensial aksi kemudian
merangsang daerah sekitarnya untuki mencapai nilai ambang dengan
perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi kemudian
membran mengalami repolarisasi.
Potensial aksi terjadi apabila suatu daerah membrane saraf atau otot mendapat rangsangan
mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk merangsang
daerah sekitar sel membrane untuk mencapai aksi kesegala jurusan sel membrane, keadaan
ini disebut perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Terdapat dua cara perambatan potensial aksi: (1) hantaran oleh aliran arus lokal pada serat
tidak bermielin, dalam hal ini potensial aksi menyebar di sepanjang setiap bagian membran;
dan (2) hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin, yaitu impuls melompati
bagian-bagian saraf yang ditutup oleh insulator mielin. Pompa Na+ - K+ secara bertahap
memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan potensial aksi ke lokasi semula
untuk mempertahankan gradien konsentrasi.
Bagian membran yang baru saja dilewati oleh potensial aksi tidak mungkin dirangsang
kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode refrakternya. Periode refrakter memastikan
perambatan satu arah potensial aksi menjauhi tempat pengaktifan semula.
1. POTENSIAL LISTRIK
Di dalam membrane sel, terdapat ion-ion positif dan ion-ion negatif. Jika ion-ion atau
muatan tersebut masing-masing berkumpul menyebabkan adanya perbedaan
konsentrasi pada membrane sel. Perbedaan tersebut menyebabkan pula adanya medan
listrik yang ditandai adanya muatan-muatan listrik dari muatannya, dengan E= -dv/dx.
Hal itulah yang mendasari adanya potensial listrik yang disebabkan adanya muatan
tersebut. Potensial listrik adalah usaha untuk membawa muatan dari tak terhingga ke
titik tertentu. Sehingga menyebabkan adanya arus listrik yang disebabkan adanya
muatan yang bergerak bebas, dengan I= dq/dt.
Besaran yang menyatakan perbedaan potensial listrik adalah beda potensial. Beda potensial
dari sebuah muatan uji q yang dipindahkan ke jarak tak berhingga dengan usaha W adalah
Dari persamaan di atas tampak bahwa potensial listrik dapat dinyatakan dalam bentuk kuat
medan listrik, yaitu
V=Er
Berbeda dengan gaya listrik dan kuat medan listrik, potensial listrik merupakan besaran
skalar yang tidak memiliki arah. Potensial listrik yang ditimbulkan oleh beberapa muatan
sumber dihitung menggunakan penjumlahan aljabar. Untuk n muatan, potensial listriknya
dituliskan sebagai berikut.
Catatan: tanda (+) dan () dari muatan perlu diperhitungkan dalam perhitungan potensial
listrik.
1. MICROSHOCK
5. MACROSHOCK
Makroshock merupakan kejutan dari sebuah arus listrik dari 1 mA atau lebih selama dua
bidang kulit utuh, yang dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel. Arus 1-15 mA menghasilkan
sensasi kesemutan dan beberapa kontraksi otot, mereka 15-100 mA dapat menyebabkan
sengatan yang menyakitkan, mereka dari 100 ke 200 mA dapat menyebabkan fibrilasi jantung
atau pernapasan, dan orang-orang 200 di atas dapat menghasilkan pembakaran mA cepat dan
kerusakan jaringan. Dalam medis makroshock merupakan efek dari eksposisi tubuh untuk
arus listrik, yang dapat menyebabkan listrik dan kematian dan merupakan penyebab medis
yang paling umum dari efek listrik. Hal ini digunakan secara teratur dalam elektrofisiologi
dan bioteknologi. Sumber macroshock adalah sebagai berikut.
Petir
1. DEFIBRILATOR
Defibrilator merupakan suatu alat pemulihan atau pengobatan bagi pasien yang menderita
kelainan pada aritmia jantung, fibrilasi ventrikel, dan melemahnya sinyal tekanantachycardia
pada dinding ventrikel. Proses ini disebut defibrilasi. Defibrilasi adalah suatucara penganan
pasien dengan memberikan dosis terapi energi listrik ke jantung denganperangkat yang
disebut defibrillator.
Defibrilator bekerja dengan cara memancarkan arus listrik sebesar kurang lebih 6 Adengan
frekuensi sekitar 60 Hz untuk dapat menembus dada pasien sehingga dapatmenjangkau otototot jantung yang selanjutnya akan distimulus oleh arus listrik yangdihasilkan defibrillator
tadi. Setelah arus yang dialirkan melalui dada pasien, arus tersebutakan mengkoreksi atrial
fibrilasi dengan kata lain arus dari defibrillator tersebutmenstimulus otot-otot jantung
sehingga jantung akan berkontraksi dan dapat menormalkankembali aritmia
jantung.Defibrilator bekerja dengan menangkap sinyal EKG dari elektroda,
menjalankanalgoritma EKG-analisis untuk mengidentifikasi shockable irama, dan
memberikan masukankepada operator tentang apakah defibrilasi diperlukan. Sebuah
defibrilator dasarmengandung listrik tegangan tinggi, penyimpanan kapasitor, induktor
opsional danelektroda pasien.. Pada Defibrilator, koneksi yang menghubungkan antara device
defibrillator dantubuh manusia nmerupakan sebuah elektroda. Elektroda yang digunakan
sama denganelektroda yang ada pada ECG biasanya, yaitu memakai plat logam yang
dapatmenghantarkan arus listrik. Elektroda tersebut ditempelkan pada dada pasien,
untukselanjutnya dipantau sinyal jantungnya. Setelah ada tanda kelainan pada aritmia
jantung,maka elektroda tadi diberi gel lalu ditempelkan ke dada pasien yang selanjutnya
diinjeksikanarus listrik agar jantung bekerja normal setelah otot-otot jantung distimulus
olehdefibrillator tadi. Agar Listrik dari defibrilator dapat mengalir melalui tubuh,
makaparamedic harus menghilangkan artifak(noise/gangguan pada kulit) menggunakan suatu
gelelektrolit yang berfungsi menyalurkan arus dari alat ke dada pasien.
http://latifahlistyalina-fst09.web.unair.ac.id/artikel_detail-45777-Umum-TUGAS
%20BIOLISTRIK.html
Komunikasi Sel
Dalam perkembangbiakannya, sel harus berkomunikasi dengan sel-sel lain dan lingkungannya.
Bentuk komunikasi ini dinamakan interaksi sel atau komunikasi antar sel.
Menurut Miami.edu dalam How Do Cells Communicate, interaksi yang terjadi mencakup antarsel,
antarsel dan matriks ekstraseluler, dan komunikasi antarsel. Matriks ekstraseluler adalah komponen
paling besar pada lapisan kulit dermis.
Komunikasi antarsel dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Cell Junctions
Cell junctions adalah situs hubungan yang menghubungkan banyak sel dalam jaringan dengan sel
lainnya dan matriks ekstraseluler.
Terdapat 3 kelompok cell junctions, yaitu occluding junctions yang bertugas menempelkan sel
bersama-sama dalam epitel dengan cara mencegah molekul-molekul kecil dari kebocoran satu sisi
sel ke sel lainnya.
Anchoring junctions bertugas melekatkan sel-sel dan sitoskeleton ke sel tetangga atau ke matriks
ekstraseluler.
Communicating junctions bertugas sebagai perantara jalan lintasan sinyal-sinyal kimia atau elektrik
dari satu sel yang sedang berinteraksi ke sel lainnya.
Occluding Junctions
Terdapat dua klasifikasi fungsi occluding junctions, yaitu sebagai berikut.
1. Tight junctions hanya dimiliki oleh vertebrata, yang fungsinya menyegel ruang antar 2 sel
serta mencegah lalu lintas molekul di ruang antarsel.
2. Septate junctions hanya dimiliki invertebrate, terdapat protein discs-large yang terhubung
dengan protein ZO dalam tight junctions.
Anchoring Junctions
Terdapat 4 bentuk yang tidak sama secara fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Adherens junctions dan desmosom. Mereka sama-sama memegang sel dan pembetukannya
oleh membrantrans adhesion protein pada family chaderin.
2. Focal adhesions dan hemidesmosom. Mengikat sel-sel pada matriks ekstraseluler dan
pembentukannya oleh membran trans adhesions protein pada famili integrin.
Communicating Junctions
Terdapat 3 kelompok perantara, yaitu sebagai berikut.
1. Gap junctions, celah sempit di antara 2 membran atau dinding sel ini membolehkan jalan
lintasan ion-ion dan molekul-molekul kecil yang dapat larut dalam air.
2. Chemical synapses, sambungan khusus letak sinyal neuron yang berhubungan satu sama
lain dengan sel-sel nonsaraf seperti pada otot atau kelenjar.
3. Plasmodesmata, hanya terdapat pada tumbuhan. Fungsinya menghubungkan sel yang satu
dengan sel lainnya melalui retikulum endoplasma, memudahkan pergerakan ion-ion dan
molekul-molekul kecil seperti gula, asam amino, dan RNA (ribonucleat acid) antar sel.
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/komunikasi-sel.html
KOMUNIKASI SEL
19 11 2010
KOMUNIKASI SEL
Pada tumbuhan dan hewan dikenal kumunikasi antar sel menggunakan molekul signal
ekstraseluler. Ini merupakan cara organisme untuk mengontrolmetabolisme sel, pertumbuhan,
diferensiasi jaringan, sintesis dan sekresi protein serta mengatur komposisi cairan
ekstraseluler. Molekul sinyl ini disintesis dan di sekresikan oleh adanya sel sinyal dan hanya
menghasilkan respon spesifik pada sel target yang memiliki reseptor untuk molekul sinyal
yang spesifik. Pada organnisme multiseluler, molekul sinyal dapat berupa molekul hidrofilik
atau hidrofobik. Kedua kelompok molekul ini memiliki mekanisme yang berbeda dalam
aktivasi proses-proses dalam sel (gambar 1).
Beberapa molekul signal hidrofibik,misalnya steroid,retinoid dan tiroksin dapat berfungsi ke
dalam sel dan berikatan dengan reseptor intraseluler. Reseptor intraseluler (RC) ada 2 macam,
yaitu reseptor yang terdapat di sitoplasma (Cytoplasmic Receptor) dan di dalam inti sel
(Nuclear Receptor). Perbedaan mekanisme aktivasi transkripsi keduanya dapat dilihat pada
gambar 2. Berbagai molekul kecil hidrofilik seperti (asam amino, lipid, dan asetilkolin),
peptide dan protein digunakan untuk komunikasi antar sel.
Molekul signal berupa hormon steroid (estradiol, progesteron, testosteron), vitamin D3 dan
asam retinoic dapat menembus membran sel dan berikatan dengan reseptor spesific
intraseluler dan membentuk kompleks hormon-reseptor, kemudian translokasi ke dalam inti
sel dan berikatan dengan elemen DNA yang responsif terhadap kompleks hormon-reseptor.
Ini menyebabkan di aktifkannya gen target untuk mensintesis protein tertentu (gambar 3).
Cara komunikasi sel lainnya adalah melalui reseptor yang terdapat dipermukaan membran sel
(reseptor membran). Dalam hal ini molekul ligan bekerja sebagai ligan yang berikatan
dengan molekul komplemen pada permukaan luar membran sel. Ikatan ini menyebabkan
perubahan komponen reseptor di dalam sel atau menginduksi respons seluler yang spesifik
(gambar 4).proses-proses tersebut dikenal dengan signal transduksi.salah satu kelompok
reseptor pada permukaan membran mengaktivasi protein G yang dikenal dengan G proteincoupled receptors (GPCRs),yang di temukan pada semua sel eukariotik,mulai dari yeast
hingga manusia.Genum manusia misalnya mengkode beberapa ribu GCPR. Termasuk di sini
reseptor pada mata,peraba,perasa,beberapa reseptor neurotrasmiter dan reseptor hormon yang
mengontrol metabolisme karbohidrat,asam amino pada umumnya.
Dalam signal tranduksi ikatan dengan ligand (first messenger) pada beberapa reseptor
membran dalam waktu singkat dapat meningkatkan atau menurunkan konsentrasi molekul
kecil yang merupakan second messenger. Beberapa molekul berikut misalnya cAMP ( siklik
AMP), cGMP, DAG (1,2- diasilgliserol) dan inositol trifosfat (IP3) berperan sebagai Second
messenger.
IKATAN RESEPTOR-PROTEIN G (GPCR) YANG MENGAKTIVASI ATAU
MENGHAMBAT ADENIL SIKLASE
Banyak sekiali reseptor membran yang berhubungan dengan signal transduksi protein G.
Semua GPCR terdiri atas tujuh segmen dimana terminal N terdapat diluar membran dan
terminal C terdapat didalam sitosol ( gambar 7). Sejumlah GPCR merupakan reseptor
hormon, neurotransmiter, rodopsin dan ribuan reseptor pembau pada hidung.
. dan G, GSignal transduksi protein G terdiri atas tiga subunit G tetap berikatan sehingga
di kenal dengan sub dan GSelama signaling, G , merupakan protein switch GTPase
dengan. Sub unit Gunit G kemungkinan ON ketika berikatan dengan GTP dan OFF ketika
berikatan dengan GDP (gambar 8).
Ikatan reseptor menyebabkan protein G teraktivasi, sehingga mengantarai aktivitas protein
efektor. Walaupun kebanyakan protein -GTP justru-GTP, pada beberapa kasus Gefektor
diaktivasi oleh G dari padamenghambat tergantung pada sel dan ligand, subunit G
-CTP.G
http://biologynyoman.wordpress.com/2010/11/19/bakteri-kelas-x/
Komunikasi Sel
Posted on March 10, 2011 by efris kartikasari
A. Pendahuluan
Informasi dapat datang dalam berbagai bentuk dan seringkali melalui proses merubah sinyal
informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Ketika kita menelepon teman, sederhananya,
gelombang suara kita dirubah ke dalam bentuk sinyal listrik sehingga dapat melalui kabel
telepon. Poin penting dari proses tersebut adalah ketika pesan dirubah dari satu bentuk ke
bentuk lain. Proses pengubahan ini disebut transduksi sinyal.
Sinya-sinyal antar sel jauh lebih sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang biasanya
dirubah oleh manusia. Pada komunikasi khas antar sel, sel pemberi sinyal menghasilkan tipe
khusus dari molekul sinyal yang dapat dideteksi oleh sel target. Sel target memiliki protein
reseptor yang mampu mengenali dan berespon secara spesifik terhadap molekul sinyal.
Transduksi sinyal dimulai ketika protein reseptor pada sel target menerima sinyal
ekstraselular yang baru masuk dan merubahnya menjadi sinyal intraselular yang memerintah
perilaku sel.
Gambar 1 Transduksi sinyal adalah proses ketika sinyal dirubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. (A) Pesawat telepon merubah sinyal listrik ke sinyal suara. (B) Sel target merubah
sinyal ekstraseluler (molekul A) ke sinyal intraseluer (molekul B).
Komunikasi antar sel berperan penting untuk pengaturan dan pengendalian kegiatan sel,
jaringan, organ tubuh, dan untuk mempertahankan homeostasis. Dalam tubuh manusia
terdapat dua jenis komunikasi antar sel, yaitu: wired system (komunikasi melalui saraf atau
listrik) dan non-wired system (komunikasi kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah
komunikasi yang terjadi di dalam sel. Komunikasi intra sel merupakan proses pengubahan
sinyal di dalam sel itu sendiri.
Komunikasi listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan hitungan milidetik. Informasi
yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial aksi. Penghantaran informasi dari
sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps, yang dikenal sebagai transmisi sinaps.
Sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung lebih lambat namun efeknya lebih lama.
Komunikasi saraf dan komunikasi kimiawi dapat terjadi secara tumpang tindih. Beberapa zat
kimia seperti neurotransmitter, hormon, dan neurohormon tidak dapat menembus sel.
Informasi yang akan dihantarkan harus dirubah dulu oleh protein membran sel ke sinyal
kimia di dalam sel.
Komunikasi sel berperan penting dalam menyelenggarakan homeostasis karena tubuh
harus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter,
lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat
diredam. Untuk itu sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya.
Komunikasi antar sel merupakan media yang menopang pengendalian fungsi sel atau
organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal (intrinsik) yaitu
dengan komunikasi antar sel yang berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih
kompleks dan dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan sisitem saraf (lengkung
refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan umpan balik).
B. Penyampaian Molekul Sinyal
Dalam penyampaian molekul sinyal terdapat empat tipe, yaitu:
1) Endokrin: sel target jauh, mengggunakan mediator hormon. Hormon dibawa
melalui pembuluh darah.
2) Parakrin: mediator lokal. Mempengaruhi sel target tetangga, dirusak oleh suatu
enzim ekstraselular atau diimobilisasi oleh Ekstra Cellular Matriks
3) Autokrin: Sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu sendiri
4) Sinaptik: Penyampaian sinyal dapat dilakukan dengan cara protein dari suatu sel
berikatan langsung dengan protein lain pada sel lain.
Gambar 2 Tipe Penyampaian Molekul Sinyal
C. Metode Komunikasi Antar Sel
Di dalam tubuh terdapat tiga metode komunikasi antar sel, yaitu:
3) Penghantaran sinyal kepada molekul efektor spesifik pada bagian membran sel atau
efektor spesifik dalam sitoplasma. Hantaran sinyal ini kemudian akan menimbulkan respon
spesifik terhadap sinyal tersebut. Respon spesifik yang timbul tergantung pada jenis sinyal
yang diterima. Respon dapat berupa peningkatan atau penurunan aktifitas enzim-enzim
metabolik, rekonfigurasi sitoskeleton, perubahan permeabilitas membran sel, aktifasi sintesa
DNA, perubahan ekspresi genetik atupun program apoptosis.
4) Terputusnya rangkaian sinyal. Terjadi apabila rangsangan dari luar mulai berkurang atau
terputus. Terputusnya sinyal juga terjadi apabila terdapat kerusakan atau tidak aktifnya
sebagian atau seluruh molekul penghantar sinyal. Informasi yang terjadi akan melewati jalur
rangsang (signal transduction pathway) yang terdiri dari berbagai protein berbeda atau
molekul tertentu seperti berbagai ion dan kanalnya, berbagai faktor transkripsi, ataupun
berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein yang terlibat pada jalur ini mampu
menghambat atau mengaktifasi protein yang berada dibawah pengaruhnya (down stream).
Protein utama yang terlibat dalam jalur rangsang pada umumnya adalah kinase dan
2)
Pengikatan sinyal oleh reseptor spesifik yang menyebabkan aktivasi reseptor tersebut.
5)
6)
7)
Gambar 4 Sinyal ekstraseluler merubah aktivitas protein sel sehingga dapat merubah perilaku
sel
Ikatan ligan dengan reseptor spesifik akan memicu pelepasan second messenger yang akan
menimbulkan reaksi berantai dan membawa perubahan didalam sel. Reseptor spesifik, yang
terdapat pada membran sel dapat berupa: GTP binding protein (G-protein)-coupled receptors,
receptor tyrosine kinase, cytokine receptor-link kinase atupun serine kinase. Sinyal yang
terjadi bukan hanya oleh adanya ikatan ligan dengan reseptor spesifik saja, melainkan juga
akibat adanya paparan langsung dengan tekanan mekanik maupun perubahan kimiawi
disekitar sel dengan melibatkan integrin.
Disamping reseptor, terdapat pula berbagai kanal ion yang ikut berperan pada transduksi
sinyal. Aktifitas kanal ion (khususnya ion-Ca) ataupun reseptor kalsium seperti calcium
sensing receptor (CaSR) yang termasuk dalam kelompok C-family of G-protein coupled
receptor dapat mempengaruhi keseimbangan kalsium dengan merubah konsentrasi ion
sitosolik. Ion-Ca dalam sitoplasma akan bekerja sebagai second messenger dan dapat memicu
timbulnya tranduksi sinyal yang berkelanjutan.
Pengubahan sinyal di dalam sel dapat terjadi sebagai berikut:
1) Sinyal molekul ekstrasel berikatan dan mengaktifkan protein atau glikoprotein membran
sel. Molekul protein yang diikat reseptor akan mengaktifkan: a) protein kinase, b) enzim
penguat yang menggiatkan second messengers.
2) Second messengers, berperan:
a)
b)
c)
Fosforilasi protein atau kegiatan ion kalsium mengubah fungsi sel sebagai respon sel.
Sedangkan protein yang dimodifikasi ion kalsium dan proses fosforilasi akan mengontrol:
1)
Enzim-enzim metabolik.
2)
3)
Setiap reseptor pada membrane sel memiliki protein efektor dan jalur sinyal tertentu. Efektor
berperan dalam amplifikasi (peningkatan) suatu signal yang timbul akibat adanya ikatan
suatu ligan dengan reseptor spesifik pada membran sel.
F. Kondisi Patologis
Berdasarkan konsep Singer dan Nicolson bahwa membran sel yang terbentuk oleh dwilapis
lipid dengan berbagai molekul protein yang tersebar di seluruh permukaan (teori mosaik),
maka salah satu fungsi tersebut selain sebagai reseptor terhadap mediator yang membawa
pesan untuk sel bersangkutan, juga bertindak sebagai transduser. Lintasan transduksi sinyal
ini biasanya melibatkan sederetan reaksi sehingga pesan yang disampaikan dapat merubah
perilaku sel. Berbagai molekul yang berasal dari luar, baik obat-obatan maupu komponen
polusi, kadang-kadang mirip dengan molekul asli pembawa pesan sehingga tak jarang sel
menerima pesan atau sinyal palsu. Hal tersebut mengakibatkan perubahan perilaku yang
dapat menyebabkan kelainan jaringan dengan manifestasi suatu keadaan patologis. Dengan
pemahaman proses lintasan transduksi sinyal, maka sejumlah keadaan patologis yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai polutan yang ada di lingkungan manusia pada saat ini, dapat
dilakukan upaya-upaya melalui pendekatan intervensi lintasan komunikasi agar perilaku sel
kembali normal. Hipotesis ini masih perlu diuji kebenarannya melalui penelitian pada tingkat
molekular.
Di lain pihak, hambatan lintasan transduksi sinyal dapat pula menimbulkan perubahan
perilaku sel yang mendorong ke dalam keadaan patologis. Hambatan ini dapat dicapai
melalui berbagai reagen, seperti molekul-molekul kecil, antibodi, RNA antisense, dan lainlain. Contohnya, adanya kelebihan ekspresi reseptor HER-2/neu pada penderita tumor
payudara, ovarium, dan paru mendorong suatu percobaan klinik terhadap penderita-penderita
tersebut dengan memberikan perlakuan antibodi anti-HER-2/neu sebagai suatu usaha
pengobatan.
Hiperproliferasi keratinosit pada penderita psoriasis telah diketahui terutama didorong oleh
adanya EGF-R (Epidermal Growth Factor-Receptor) yang akan berikatan dengan ligannya
seperti Transforming Growth Factor (TGF-). Ternyata dengan pemberian EGFR blocker
dapat menghentikan laju pertumbuhan keratinosit. Dalam hal ini EGFR-blocker akan
mengintervensi lintasan transduksi komunikasi yang seharusnya diterima oleh reseptor.
Contoh selanjutnya adalah sitokin, protein dengan berat molekul rendah (10-30 kDa) yang
memperantarai bermacam-macam fungsi terkait dengan sistem imunitas. Sebagian besar selsel dalam tubuh dapat menghasilkan dan berespon terhadap sitokin sebagai alat
komunikasi. Contohnya: Interleukin (IL)-1,IL-2, IL-3, IL-4, IL-15, dan lain-lain.; tumor
necrosis factor (TNF)-, interferon (IFN)-, dll. Reseptor sitokin terlibat dalam proses atau
penyakit inflamasi/sistem imunitas seperti asma, rematik, psoriasis, dan lain-lain. Sebagai
contoh IL-4 memicu produksi IgE dari B-cells, IL-5 merupakan kemo-atraktan bagi eosinofil,
TNF- dan IL-1 terlibat dalam artritis rematoid, dan IL-10 merupakan Sitokin utama pada
psoriasis.
Dari contoh-contoh diatas tampak bahwa adanya penyimpangan transduksi sinyal setelah
terjadi ikatan antara reseptor dan ligannya. Maka untuk mencegah kondisi patologis,
intervensi yang bertujuan menghindari ikatan reseptor dan ligan perlu dilakukan.
REFERENSI