Anda di halaman 1dari 1

4.

4 Leadership Grid Theory


Blake dan Mouton (1990) menjelaskan bahwa dimensi perilaku dari studi
kepemimpinan awal, menjadi dasar pengembangan kisi-kisi dua dimensi untuk menilai gaya
kepemimpinan. Kisi-kis manajerial itu menggunakan dimensi perilaku memperhatikan
orang dan memperhatikan produksidan mengevaluasi pengguna perilaku tersebut oleh
pemimpn yang bersangkutan, menilai dimensi tersebut berdasarkan skala dari 1 (rendah)
sampai 9 (tinggi) walaupun kisi-kisi tersebut mengelompokan gaya perilaku kedalam gaya 81
potensi kategori, penekanan diberikan pada lima kategori:
-manajemen pemiskinan (1,1)
-manajemen tugas (91)
- manajemen tengah jalan (5,5)
-manajemen country club (1,9)
-manajemen tim (9,9)
Dari kelima gaya itu, para peneliti menyimpulkan bahwa para manajerial berkinerja
sangat baik ketika menggunakan gaya 9,9. Sayangnya, kisi-kisi itu tidak menawarkn jawaban
atas apa yang membuat manajerial bisa jmenjadi pemimpin yang efektif; kisi-kisi itu hanya
memberikan kerangka kerja untuk mengonsepkan gaya kepemimpinan. Kenyataannya, hanya
ada sedikit bukti substansif yang mendukung kesimpulan bahwa gaya 9,9 adalah yag paling
efektif dalam semua situasi.
(Blake and Mouton, 1990; dalam Daft, 1996; dalam Donnelly et. Al, 1998).
Menjadi semakin jelas bahwa memperkirakan keberhasilan kepemimpinan
memerlukan sesuatu yang lebih rumit dari sekedar mengisolasi beberapa ciri pemimpin atau
perilaku yang lebih disukai. Kegagalan untuk memperoleh hasil yang konsisten
menyebabkan fokus baru ke pengaruh situasi. Hubugan antara gaya kepemimpinan dan
keeffektifan menganjfurkan bahwa dalam kondisi a, gaya kepemimpinan x akan sesuai,
sedangkan gaya y akan lebih sesuai untuk kondisi b, dan gaya z untuk kondisi c. Tetapi
apakah kondisi seperti itu? Satu hal yang dapatk dikatakan adalah keefektifan kepemimpinan
tergantung pada situasi dan hal lain yang dapat dikatakan adalah mengisolasi kondisi atatu
kontingensi situasi-situasi itu (Blake and Mouton,1990).

Anda mungkin juga menyukai