Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2301-721X

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
PADA MATERI LAJU REAKSI
Oleh :

Ade Dewi Wulandari , Kurnia , Yayan Sunarya


Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI email de_queen30@yahoo.co.id
2
Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI email : kurnia_sobana@yahoo.com
3
Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI email : yayan_sunarya@upi.edu
1

Abstrak

N
O

PY

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis


siswa pada materi laju reaksi serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi
eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Subjek penelitiannya adalah 36 siswa
kelas XI IPA yang terbagi menjadi 3 kelompok kategori siswa, tinggi, sedang, dan
rendah. Instrumen penelitian berupa tes tertulis, angket, pedoman wawancara, dan
lembar observasi siswa. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dihitung dengan
rumusan N-Gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
keterampilan berpikir kritis siswa meningkat sebesar 59,2% (sedang). Peningkatan
tertinggi terjadi pada sub indikator menerapkan konsep (82,5%) dan terendah pada sub
indikator merancang eksperimen (20,4%). Peningkatan berpikir kritis siswa pada tiap
kategori siswa adalah: Kategori siswa tinggi (72,4%) dan sedang (58,5%), peningkatan
tertinggi dicapai pada sub indikator menerapkan konsep dan terendah pada sub
indikator merancang eksperimen. Kategori siswa rendah (27,7%) peningkatan
tertingginya dicapai pada sub indikator menerapkan konsep dan terendah pada sub
indikator merumuskan pertanyaan. Siswa merespon positif terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan. Pembelajaran praktikum yang dilaksanakan telah menambah minat dan
motivasi belajar siswa karena siswa dapat memahami konsep laju reaksi melalui masalah
yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari sehingga dapat lebih bermakna bagi
siswa.
Kata kunci: Keterampilan berpikir kritis, inkuiri terbimbing, praktikum, N-Gain

TEACHING BY GUIDED INQUIRY PRACTICE


TO INCREASE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT CRITICAL THINKING SKILLS
ON REACTION RATE TOPICS
Abstract

The rersearch objective is to know increasing of student critical thinking skills on


reaction rate topic and the student response toward teaching by guided inquiry practice.
The research methode used was quasi experiment by one group pretest-posttest design. There
were thirty six students at year XI Science which were divided into three levels as low,
midle and high categories. The research instrumnets were writen test, questionaire,
interview guiding, and student observation sheets. Increasing of student critical
thinking skills was analysed by N-Gain score. The result showed that over all of student
skills had increased by 59.2% (moderate). The highest score was obtained at subindicator application of concept by 82.5%, while the lowest score at sub-indicator to set
up of the experiment by 20.4%. Based on student level, increasing skills were achieved
by high level (72,4%) and midle (58,5%). On the low level (27.7%), the highest score

18

ISSN : 2301-721X

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

was achieved at sub-indicator application of concept while the lowest score at subindicator at formulation of questions. Students gave a good renponse into this teaching
models and also have increased their interest and learning motivation. They understood
the reaction rate by dayly life problems comprehensively and meaningful.
Keywords: Critical thinking skills, giuded inquiry, practice, N-Gain.

PY

pembelajaran yang berbasis hafalan, siswa


tidak dituntut untuk bertanya dan berpikir,
sehingga kemampuan berpikir kritis kurang
terpacu.
Wilson (dalam Muhfahroyin, 2009)
mengemukakan beberapa alasan tentang
pentingnya keterampilan berpikir kritis,
dua diantaranya adalah pengetahuan yang
didasarkan
pada
hafalan
telah
didiskreditkan, individu tidak akan dapat
menyimpan ilmu pengetahuan dalam
ingatan mereka untuk penggunaan yang
akan datang dan informasi menyebar luas
begitu pesat sehingga tiap individu
membutuhkan kemampuan untuk dapat
mengenali permasalahan dalam konteks
yang berbeda pada waktu yang berbeda
pula.
Salah
satu
upaya
untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
kritis siswa adalah mengkondisikan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga
mereka
memperoleh
pengalamanpengalaman
dalam
pengembangan
keterampilan berpikir kritis (Lipmen dalam
Science Education Program, 2008). Sebagai
salah satu mata pelajaran sains, kimia
diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir
kritis siswa. Tetapi, proses pembelajaran
kimia di sekolah sebagian membatasi peran
aktif siswa. Padahal, peran aktif siswa
dalam
proses
pembelajaran
akan
meningkatkan
kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa tersebut, salah satunya
adalah kemampuan berpikir kritis.
Rendahnya keterlibatan siswa menutup
kesempatan siswa dalam mengembangkan
keterampilan berpikir kritisnya. Tentu saja
hal ini tidak sesuai dengan fungsi dan

N
O

PENDAHULUAN
Pendidikan berperan penting dalam
kehidupan
manusia.
Seiring
berkembangnya teknologi dan zaman,
pendidikan pun mengalami perkembangan.
Berkembangnya dunia pendidikan tentu
saja mengundang beberapa permasalahan.
Salah satu masalah yang sedang dihadapi
saat ini adalah proses pembelajaran dalam
kelas yang tidak menghasilkan siswa-siswa
pemikir. Artinya, kebanyakan guru hanya
mengejar bagaimana suatu materi tuntas
disampaikan
kepada
siswa
tanpa
memikirkan bagaimana siswa belajar dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan
yang dimilikinya, salah satunya adalah
kemampuan berpikir kritis.
Keterkaitan berpikir kritis dalam
pembelajaran
adalah
perlunya
mempersiapkan siswa agar menjadi
pemecah masalah yang tangguh, pembuat
keputusan yang matang, dan orang yang
tidak pernah berhenti belajar. Penting bagi
siswa untuk menjadi pemikir kritis dan
mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis
pekerjaan di masa yang akan datang yang
membutuhkan para pekerja handal yang
memiliki kemampuan berpikir kritis.
Selama ini, kemampuan berpikir kritis
masih belum terjiwai oleh siswa sehingga
belum dapat berfungsi maksimal. Siswa
hanya dituntut untuk menghafalkan
informasi yang disampaikan oleh guru. Hal
ini tentu saja tidak membantu siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikirnya,
tetapi hanya memindahkan informasi
pengetahuan dari guru ke siswa. Cara
belajar seperti ini bukan merupakan cara
belajar bermakna seperti yang disampaikan
oleh Ausubel (Dahar, 1989). Dalam

19

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

PY

praktikum memang membantu dalam


meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.
Pengembangan
keterampilan
berpikir kritis dengan metode praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada materi
laju reaksi belum pernah diteliti. Padahal
setelah dilakukan analisis materi, laju reaksi
merupakan materi yang cocok disampaikan
melalui
praktikum
dan
untuk
mengembangkan keterampilan berpikir
kritis siswa, terutama dalam sub materi
faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen dengan one group pretest-posttest
design. Subjek penelitian yang dipilih adalah
siswa SMA kelas XI yang sedang
mempelajari materi laju reaksi. Penelitian
dilakukan terhadap 36 siswa yang
dikelompokkan menjadi 3 kategori siswa,
yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Pengkategorian tersebut didasarkan pada
perhitungan standar deviasi () dari ratarata nilai ulangan harian kimia yang telah
dilakukan sebelumnya oleh guru yang
bersangkutan (Arikunto, 2003).
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes tertulis untuk
melihat peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa, angket dan pedoman
wawancara untuk melihat tanggapan siswa
terhadap pembelajaran praktikum yang
dilaksanakan, serta lembar observasi siswa
untuk
melihat
bagaimana
proses
pembelajaran praktikum berlangsung. Hasil
skor tes keterampilan berpikir kritis siswa
dianalisis dengan menggunakan rumusan
N-Gain. Hasil angket dianalisis dengan
rumus skala Likert. Sedangkan hasil
wawancara ditranskripkan dan hasil lembar
observasi siswa dideskriptifkan secara
naratif.
Alur penelititan yang digunakan
adalah sebagai berikut:

N
O

tujuan pelajaran kimia sebagai wadah


untuk
mengembangkan
kemampuan
berpikir kritis.
Salah
satu
kegiatan
yang
menekankan keterlibatan siswa secara aktif
dan berusaha menemukan konsep sendiri
dalam proses pembelajaran adalah kegiatan
praktikum. Hal ini sesuai dengan pelajaran
kimia yang sarat dengan kegiatan
praktikum.
Akan
tetapi,
kegiatan
praktikum tidak selalu berhasil. Kegiatan
praktikum akan berhasil jika di dalamnya
terdapat proses berpikir dan tujuan yang
jelas. Oleh karena itu, sebaiknya praktikum
dirancang
agar
siswa
mempunyai
kesempatan
untuk
membangun
pengetahuannya.
Inkuiri dipandang sebagai salah satu
bentuk
pembelajaran
yang
cocok.
Pembelajaran inkuiri lebih menekankan
siswa untuk menemukan suatu konsep.
Kegiatan praktikum yang berbasis inkuiri
adalah pusat dari pembelajaran sains di
mana siswa dilibatkan dalam perumusan
masalah, pembuatan hipotesis, merancang
eksperimen,
mengumpulkan
dan
menganalisis
data,
serta
menarik
kesimpulan.
Penelitian tentang pengembangan
keterampilan berpikir kritis telah banyak
dilakukan. Diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Asriyani (2009) yang
menyimpulkan bahwa KBK siswa pada
materi
titrasi
asam
basa
setelah
pembelajaran praktikum berbasis material
lokal mengalami peningkatan yang
signifikan. Siti (2010) menyimpulkan
bahwa
praktikum
berbasis
inkuiri
terbimbing dalam materi hidrolisis garam
dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang
mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kritis siswa, dan Hidayat (2007)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri wheel pada materi laju reaksi dapat
meningkatkan
keterampilan
berpikir
kreatif. Berdasarkan penelitian yang telah
mereka
lakukan,
ternyata
metode

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : 2301-721X

20

ISSN : 2301-721X

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Tahap persiapan
Analisis kurikulum SMA
Studi pustaka
Analisis materi laju reaksi

Pembuatan LKS

Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran

PY

Uji coba prosedur


praktikum

perbaikan

Rancangan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajan

Pembuatan prosedur
praktikum

perbaikan

perbaikan

Analisis indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang dikembangkan

Pembuatan
Instrumen

Validasi instrumen
dan uji coba

Tahap pelaksanaan

Pretes

N
O

Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum


berbasis inkuiri terbimbing

Postes

Pengisian angket dan


wawancara

Tahap akhir
Analisis data

Kesimpulan

Gambar 1. Alur penelitian

21

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

sehari-hari sehingga siswa dapat lebih


memahami konsep laju reaksi.

PY

Peningkatan Keterampilan Berpikir


Kritis Siswa
Secara umum, siswa mengalami
peningkatan keterampilan berpikir kritis
sebesar 59,2% (kategori sedang). Seperti
yang terlihat pada gambar 2, peningkatan
tertinggi terjadi pada keterampilan
menerapkan konsep yang dapat diterima,
dengan nilai N-Gain 82,5% dan
peningkatan terendah sebesar 20,4%
terjadi pada keterampilan merancang
eksperimen.

Pada pembelajaran laju reaksi


dengan menggunakan metoda praktikum
berbasis inkuiri terbimbing dikembangkan
6 sub indikator keterampilan berpikir
kritis siswa. Namun tidak semua sub
indikator keterampilan tersebut dapat
dikembangkan siswa dengan baik. Terlihat
pada gambar 3, terdapat satu keterampilan
yang peningkatannya masih kurang, yaitu
keterampilan merancang eksperimen
(20,4%).

N
O

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembelajaran
Praktikum
Berbasis
Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju
Reaksi
Siswa
mengikuti
proses
pembelajaran dengan baik. Proses
pembelajarannya berjalan sesuai dengan
tahap-tahap inkuiri, yaitu mengajukan
permasalahan, merumuskan hipotesis,
merancang dan melakukan percobaan
(mengumpulkan data), menganalisis data,
dan menarik kesimpulan. Pada setiap
tahap, siswa mendapat bimbingan dari
guru melalui LKS yang disediakan.
Setiap tahap direspon berbeda oleh
keseluruhan
siswa.
Untuk
tahap
mengajukan permasalahan, merumuskan
hipotesis, dan merancang eksperimen
merupakan tahap baru bagi siswa sehingga
sebagian siswa merasa kesulitan dalam
tahap ini, terutama pada tahap merancang
eksperimen.Tahap merancang eksperimen
dianggap sebagai tahap yang paling sulit.
Sedangkan tahap mengumpulkan dan
menganalisis
data
serta
menarik
kesimpulan disambut baik oleh siswa
karena mereka menganggap hal ini bukan
hal baru.
Secara keseluruhan, siswa lebih
termotivasi belajar dengan metode
praktikum yang dilaksanakan karena
masalah yang diungkapkan berkaitan
dengan pengalaman dan kehidupan

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : 2301-721X

22

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

PY

hasil pengamatannya. Antusiasme siswa


relatif baik karena hal ini merupakan
sesuatu yang mereka anggap mudah
dan biasa.
4. Keterampilan merancang eksperimen
Peningkatan keterampilan ini paling
rendah. Peningkatannya hanya sebesar
20,4% berdasarkan perhitungan NGain dari skor rata-rata pretes dan
postesnya. Merancang eksperimen
merupakan suatu hal baru yang
dilakukan siswa. Hal ini yang mungkin
menjadi salah satu penyebab rendahnya
peningkatan
yang
diperoleh
keterampilan ini. Pada prosesnya guru
membimbing siswa dalam merancang
eksperimen
melalui
pertanyaanpertanyaan dalam LKS.
5. Keterampilan menarik kesimpulan dari
hasil penyelidikan
Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa sub indikator keterampilan
menarik
kesimpulan
mengalami
peningkatan pada kategori sedang
dengan nilai N-Gain sebesar 63,2%.
Keterampilan ini menjadi salah satu
keterampilan yang dianggap mudah
oleh siswa karena keterampilan ini
merupakan kegiatan yang biasa
dilakukan.
6. Keterampilan menerapkan konsep yang
dapat diterima
Secara keseluruhan, pada sub indikator
menerapkan
konsep
terjadi
peningkatan yang signifikan. Nilai NGain yang diperoleh mencapai angka
82,5% yang termasuk ke dalam kategori
peningkatan yang tinggi. Peningkatan
keterampilan pada sub indikator
menerapkan
konsep
mempunyai
makna tersendiri. Meskipun tidak
banyak pertanyaan dalam LKS yang
melatih
siswa
untuk
mengembangkannya, namun siswa
mampu memahami beberapa aplikasi
atau penerapan yang disampaikan dan
didiskusikan bersama di dalam kelas.

N
O

1. Keterampilan mengidentifikasi atau


merumuskan pertanyaan.
Peningkatan sebesar 50,3% ini
menunjukkan bahwa siswa sebenarnya
telah memiliki keterampilan untuk
merumuskan pertanyaan. Hanya saja
keterampilan
tersebut
belum
digunakan secara maksimal. Pada
umumnya, siswa lebih banyak diajarkan
untuk terampil dalam menjawab
pertanyaan, bukan untuk mengajukan
pertanyaan (Sanjaya, 2006). Akibatnya,
keterampilan yang sebenarnya dimiliki
oleh masing-masing siswa tidak tergali
dan tidak berkembang dengan baik.
2. Keterampilan
melaporkan
hasil
observasi.
Keterampilan
ini
merupakan
keterampilan yang biasa dilakukan
dalam praktikum. Untuk hal yang
sudah biasa, peningkatan dengan nilai
54,2% dikatakan masih kurang. Hal ini
berarti keterampilan siswa masih
kurang
terlatih.
Keterampilan
melaporkan hasil observasi merupakan
salah satu keterampilan yang penting.
Karena selain mampu melakukan
praktikum atau mengumpulkan data,
siswa juga harus mampu melaporkan
hasil
pengamatannya
dan
menyajikannya dalam bentuk yang
mudah dibaca dan bermakna. Oleh
karena itu, keterampilan ini masih
harus dikembangkan lagi dengan
latihan-latihan untuk mengumpulkan
data
kemudian
menghimpunnya
menjadi suatu laporan pengamatan
berupa tabel pengamatan ataupun
grafik.
3. Keterampilan menyatakan tafsiran
Tingginya angka peningkatan (72,6%)
pada keterampilan ini menunjukkan
minat dan daya tarik siswa dalam
mempelajari keterampilan menyatakan
tafsiran relatif tinggi. Hal ini terlihat
ketika siswa dalam kelompoknya
mencoba menafsirkan tabel dan grafik

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : 2301-721X

23

ISSN : 2301-721X

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

Sama halnya dengan siswa kategori


tinggi, untuk peningkatan terbaik yang
dicapai oleh siswa kategori sedang adalah
keterampilan menerapkan konsep yang
dapat diterima dengan nilai N-Gain sebesar
78,5% dan peningkatan terendah adalah
keterampilan
merancang
eksperimen
dengan nilai N-Gain 13%. Keterampilan
menerapkan
konsep
menunjukkan
peningkatan yang berarti karena dengan
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
menemukan konsep siswa mampu
memahami beberapa penerapan yang
disampaikan dan didiskusikan bersama di
dalam kelas. Sedangkan keterampilan
merancang eksperimen merupakan suatu
hal baru yang dilakukan siswa. Sehingga
kurangnya pengetahuan siswa dalam
merancang suatu percobaan membuat
peningkatannya masih sangat kurang.

N
O

Data tersebut menunjukkan minat


dan motivasi belajar yang berbeda yang
dimiliki oleh masing-masing siswa dalam
kategori tinggi, sedang, dan rendah yang
ditunjang dengan kemampuan kognitif
yang berbeda pula. Dalam hal ini, siswa
kategori tinggi lebih mudah memahami
konsep atau praktikum yang diberikan
dibanding kategori siswa sedang dan
rendah.
Analisis lebih jauh menyebutkan
bahwa masing-masing kategori siswa
menunjukkan peningkatan yang berbeda
pada tiap sub indikator keterampilan
berpikir kritis yang dikembangkan.
Perbedaan peningkatannya dapat dilihat
pada gambar 5. Pada siswa kategori tinggi,
peningkatan
terbaik
dicapai
pada
keterampilan menerapkan konsep yang
dapat diterima dengan nilai N-Gain sebesar
100%. Artinya, semua siswa mengalami
peningkatan
maksimal.
Sedangkan
peningkatan terendah
terjadi pada
keterampilan
merancang
eksperimen
dengan nilai N-Gain sebesar 13,9%.

PY

Lebih jauh lagi terlihat peningkatan


keterampilan berpikir kritis siswa pada
masing-masing kategori siswa. Seperti
terlihat pada gambar 4., secara berurutan
peningkatan tertinggi dicapai oleh kategori
siswa tinggi (72,4%), sedang (58,5%), dan
rendah (27,7%). Artinya, pembelajaran
praktikum berbasis inkuiri memberikan
dampak yang berbeda pada masing-masing
kategori siswa, sehingga peningkatannya
pun berbeda pula.

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Untuk siswa kategori rendah,


peningkatan
terbaik
dicapai
pada
keterampilan menerapkan konsep yang
dapat diterima dengan nilai N-Gain sebesar
74,4%, sedangkan peningkatan terendah
terjadi pada keterampilan mengidentifikasi
atau merumuskan pertanyaan dengan NGain sebesar 16,8%. Sebagian besar siswa
berkategori rendah tidak merespon dengan
baik ketika diminta untuk merumuskan
pertanyaan dari fenomena yang diberikan.
Kurangnya minat dan motivasi tersebutlah
yang membuat peningkatannya rendah.

24

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

PY

laju reaksi telah sesuai dengan tahapan


inkuiri dengan bimbingan guru.
Pembelajaran yang dilaksanakan dapat
menarik minat serta motivasi belajar
siswa. Siswa dapat lebih memahami
konsep laju reaksi melalui masalah yang
berkaitan dengan pengalaman dan
kehidupan sehari-hari sehingga dapat
lebih bermakna bagi siswa.
2. Secara umum, siswa mengalami
peningkatan keterampilan berpikir kritis
sebesar 59,2% (kategori sedang).
Peningkatan tertinggi terjadi pada sub
indikator menerapkan konsep (82,5%)
dan terendah pada sub indikator
merancang eksperimen (20,4%).
Pada kategori siswa tinggi (72,4%) dan
sedang (58,5%), peningkatan tertinggi
dicapai pada sub indikator menerapkan
konsep dan peningkatan terendah
dicapai pada sub indikator merancang
eksperimen. Untuk kategori rendah
(27,7%), peningkatan tertinggi dicapai
pada sub indikator menerapkan konsep
dan peningkatan terendah pada sub
indikator merancang eksperimen
3. Secara umum, siswa merespon positif
pelaksanaan pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri yang telah dilakukan.
Partisipasi
aktif
siswa
dalam
pembelajaran menambah minat dan
motivasi
belajar
siswa
dalam
menemukan konsep sendiri, sehingga
melalui pembelajaran praktikum dan
LKS yang digunakan, siswa lebih
memahami konsep-konsep laju reaksi.

N
O

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran


praktikum berbasis inkuiri terbimbing
Respon siswa terhadap beberapa
pernyataan dalam angket dan wawancara
sangat bervariasi. Siswa memberikan
respon positif pada bahan ajar laju reaksi.
Siswa berpendapat bahwa materi laju reaksi
adalah materi yang menarik dan mudah
dipelajari karena laju reaksi berkaitan
langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Secara umum, siswa pun memberikan
respon positif terhadap pelaksanaan
praktikum berbasis inkuiri terbimbing.
Pelaksanaan praktikum berbasis inkuiri
terbimbing telah membantu siswa dalam
memahami konsep laju reaksi, siswa pun
lebih memiliki minat dan motivasi dalam
mempelajari laju reaksi melalui praktikum.
Melalui praktikum siswa dapat menemukan
sendiri konsep-konsep laju reaksi.
Selain kedua hal di atas, penelitian
ini juga memberikan sesuatu yang berbeda
dalam hal Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS
yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan LKS yang berbasis inkuiri.
Penggunaan LKS tersebut direspon positif
oleh siswa. LKS yang digunakan telah
membantu mengarahkan siswa untuk
melakukan percobaan dan memahami
konsep laju reaksi.

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

ISSN : 2301-721X

KESIMPULAN
Setelah dilakukan pembelajaran
praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada
materi laju reaksi terhadap siswa SMA kelas
XI, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaaan pembelajaran praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada materi

REFERENSI
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) Cet.2. Jakarta: Bumi Aksara.
--------------. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Revisi VI) Cet.13. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asriyani, R. (2009). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran
Titrasi Asam Basa Melalui Metode Praktikum Berbasis Materal Lokal.Skripsi S1 pada
FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
25

ISSN : 2301-721X

Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia

Vol. 1 No. 1 Mei 2013

N
O

PY

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar.Jakarta : Penerbit Erlangga.


Hidayat, D. (2007). Model Pembelajaran Inquiry Wheel Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Laju Reaksi.Skripsi S1 pada FPMIPA UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Muhfahroyin.(2009). Memberdayakan Keterampilan Berpikir Kritis.Tersedia Online:
http://www.muhfahroyin.blogger.com [30 Desember 2010]
Sanjaya, W. (2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Prenada
Media Group.
Siti, D. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Praktikum Berbasis
Inkuiri Terbimbing Dalam Materi Hidrolisis Garam. Skripsi S1 pada FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.

26

Anda mungkin juga menyukai