Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK ANALISIS EKONOMI

Bagaimana para perencana menganalisis ekonomi wilayah? Dalam dunia perencanaan


pembangunan wilayah dan perkotaan, teknik-teknik yang digunakan untuk menganalisis keadaan
perekonomian suatu daerah dapat bermacam-macam. Namun, berikut adalah beberapa teknik yang
sering digunakan oleh para perencana untuk mendapat gambaran atas perekonomian obyek
perencanaannya.

1. Produk Domestik Regional Bruto


Produk domestik regional bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun), atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di
suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun).
Terdapat dua perhitungan produk domestik regional bruto yakni berdasar harga berlaku (terdapat
pengaruh inflasi) dan atas dasar harga konstan tidak terdapat pengaruh inflasi). PDRB atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas
dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan harga
konstan digunakan untuk mengetahui pertambahan ekonomi dari tahun ke tahun.
Data PDRB tiap daerah di Indonesia dapat diperoleh di dalam buka PDBD di Badan Pusat Statistik
daerah setempat maupun dapat di download melalui website Badan Pusat Statistik sebagai
dataanalisis ekonomi wilayah.

2. Kontribusi Sektoral dan Struktur Perekonomian


Dengan membandingkan kontribusi sektoral selama tahun pengamatan dapat dilihat perubahan
secara struktural komponen (sektor) penyusun PDRB daerah sehingga dapat melihat kondisi
ekonomi wilayah tersebut. Kontribusi sektoral dihitung dengan membagi PDRB per sektor dengan
total PDRB.

Keterangan :
PDRB I = PDRB sektor i
t = tahun t
i = 1,....,9 (sektor lapangan usaha)

3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi, dapat didekati dengan menghitung pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan.

Keterangan :

PDRB t = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun t


PDRB t-1 = PDRB atas dasar harga konstan pada tahun t-1 (tahun sebelumnya)

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita


Salah satu cara untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk adalah dengan melihat nilai PDRB
Per Kapita. PDRB per kapita dihitung dengan cara membagi total PDRB dengan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk yang digunakan untuk membagi adalah jumlah penduduk pada pertengahan
tahun. Berdasarkan PDRB per Kapita dapat diketahui besarnya pendapatan yang dihasilkan oleh
setiap penduduk di suatu daerah.

5. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan dengan menggunakan pendekatan konsep kemiskinan yang dikaitkan kebutuhan hidup
minimal yang layak (basic needs) untuk seseorang/rumah tangga. Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan yang bersifat mendasar
yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya.
Berdasarkan pendekatan dasar kebutuhan. maka dapat dihitung garis kemiskinan konsumsi dan
selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk miskin (head count indeks) yaitu persentase
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan konsumsi. Garis kemiskinan konsumsi dihitung
berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan bukan makanan perkapita pada kelompok
penduduk referensi, yaitu penduduk kelas marjinal yang hidupnya berada sedikit diatas garis
kemiskinan konsumsi (BPS, Pemerataan Pendapatan dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah).
Garis kemiskinan konsumsi terdiri dari garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi
makanan) dan garis kemiskinan non makanan (batas kecukupan konsumsi non makanan).
Batas kecukupan konsumsi makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk
makanan yang memenuhi kebutuhan minimum energy 2100 kalori per kapita per hari.

6. Garis Kemiskinan
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) adalah :

GK = GKM + GKNM
Keterangan:
GK : Garis Kemiskinan
GKM : Garis Kemiskinan Makanan
GKNM : Garis Kemiskinan Non-Makanan
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan
yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita perhari. Garis Kemiskinan Non-Makanan
(GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan (BPS,
Data dan Informasi kemiskinan).

7. Analisis Tipologi Daerah


(Baca : Tipologi Klassen Jawa Tengah)

8. Analisis Shift Share


Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas
kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional
atau nasional). Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu
variabel wilayah, seperti tenaga kerja, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu
tertentu menjadi pengaruh-pengaruh : pertumbuhan nasional (N), industri mix/bauran industri (M),
dan keunggulan kompetitif ( C ).
Bentuk umum persamaan dari analisis shift share dan komponen-komponennya adalah :

D ij = N ij + M ij + C ij
Keterangan :
I = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti
j = Variabel wilayah yang diteliti Provinsi
n = Variabel wilayah Indonesia
D ij = Perubahan sektor i di daerah j (Provinsi)
N ij = Pertumbuhan nasional sektor i di daerah j (Provinsi)
M ij = Bauran industri sektor i di daerah j (Provinsi)
C ij = Keunggulan kompetitif sektor i di daerah j (Provinsi)
Dalam teknik analisis ekonomi wilayah tersebut, variabel yang digunakan adalah Tenaga
kerja dan PDRB yang dinotasikan sebagai (y). maka :

D ij = y* ij y ij
N ij = y ij . r n

M ij = y ij ( r i n r n)
C ij = y ij (r ij r i n)
Keterangan :
y ij = Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j (Provinsi)
y*ij = Tenaga Kerja/PDRB sektor i di daerah j akhir tahun analisis (Provinsi)
r ij = Laju pertumbuhan sektor i di daerah j (Provinsi)
r in = Laju pertumbuhan sektor i di daerah n (indonesia)
r n = Rata-rata Laju pertumbuhan Tenaga Kerja/GNP di daerah n (indonesia)
Untuk suatu daerah, pertumbuhan nasional / regional, bauran industri dan keunggulan kompetitif
dapat dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan daerah, sehingga persamaan shift
share untuk sektor I di wilayah j adalah:

D ij = y ij . r n + y ij (r i n r n ) + y ij (r ij r
in )

9. Metode Location Quotient


Analisis ekonomi wilayah ini digunakan untuk menentukan subsektor unggulan atau ekonomi basis
suatu perekonomian wilayah. Subsektor unggulan yang berkembang dengan baik tentunya
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.

Keterangan:

LQ = Koefisien Location Quotient


Qi = Output sektor i wilayah referensi (Provinsi)
qi = Output sektor i wilayah Studi (Kabupaten)
Qn = Output total wilayah referensi (Provinsi)
qr = Output total wilayah studi (Kabupaten)
dimana :
LQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat kecamatan lebih besar dari sektor
yang sama pada tingkat kabupaten.
LQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat kecamatan lebih kecil dari sektor
yang sama pada tingkat kabupaten.
LQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat kecamatan sama dengan sektor yang
sama pada tingkat kabupaten.

10. Indeks Williamson


Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang perkembangan masing-masing daerah
dari segi pemerataan pembangunan, dapat diamati dengan menggunakan indeks ketimpangan
pembangunan antar daerah yang semula dipergunakan oleh Jeffrey G. Wlliamson. Perhitungan
indeks Wlliamson didasarkan pada data PDRB masing-masing daerah digunakan rumus sebagai
berikut:

Keterangan :
A = Indeks Williamson.
fi = Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota di Propinsi
n = Jumlah penduduk di Propinsi
yi = Pendapatan per kapita masing-masing Kabupaten/Kota
Y = Rata-rata pendapatan per kapita di Propinsi

Hasil pengukuran dari nilai Indeks Williamson ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 < A <
1. Jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan
pembangunan ekomoni dan jika indeks Wlliamson semakin mendekati angka 1 maka semakin
melebar ketimpangan pembangunan ekonomi.

11. Indeks Gini


Indeks Gini mengukur pencapaian tingkat pemerataan pendapatan adalah dengan nilai koefisien
atau rasio gini yang berada dalam selang 0 sampai dengan 1.
Rasio gini sama dengan 0 menunjukkan adanya kemerataan yang sempurna (setiap orang
mendapatkan porsi yang sama). Sedangkan angka 1 menunjukkan adanya ketidakmerataan yang
sempurna dalam pembagian pendapatan.
IG < 0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah
0,4 <IG < 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat
IG > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi
Indeks Gini dapat diketahui melalui formula berikut:

di mana:
IG = Indeks Gini
Yi* = proporsi secara kumulatif dari jumlah pendapatan rumah tangga sampai kelas i
fi = proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
kc = jumlah kelas

12. Model Gravitasi


Teknik analisis ekonomi wilayah ini digunakan untuk mencari wilayah mana di sekitar daerah
perencanaan yang berpotensi kuat dalam pertumbuhannya. Adanya interaksi antara desa-kota

menunjukkan eratnya hubungan antara wilayah 1 dengan wilayah 2 sebagai konsekuensi interaksi
kota-desa dalam teori pusat pertumbuhan.
Adapun rumus untuk menghitung interaksi dalam hubungan desa-kota adalah:

Keterangan :
I1,2 : Interaksi dalam wilayah 1 dan 2
W1 : pendapatan perkapita wilayah 1
W2 : pendapatan perkapita wilayah 2
P1 : Jumlah penduduk wilayah 1
P2 : Jumlah penduduk wilayah 2
J1,2 : jarak antara wilayah 1 dan 2 (dalam meter)
a : konstanta yang nilainya 1
b : konstanta yang nilainya 2.

Anda mungkin juga menyukai