Anda di halaman 1dari 5

Serangan Hama Penggerek Batang Ostrnia furnacalis Guenee

Pada Tiga Varietas Jagung *)


Faisal Lihawa 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3) **)
Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangan hama penggerek batang Ostrinia
furnacalis Guenee pada tiga varietas jagung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2012 sampai Januari 2013, di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo,
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan yaitu V1 (Varietas
Motoro kiki), V2 (Varietas Bisi 2), dan V3 (Varietas Bisi 222), masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 9 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah
jumlah tanaman yang terserang hama penggerek batang, nilai kerusakan daun, dan panjang
liang gerekan pada batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan hama penggerek
batang Ostrinia furnacalis Guenee menunjukkan perbedaan tidak nyata pada ketiga varietas.
Kata Kunci: Serangan, Penggerek Batang, Varietas, Jagung
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi, karena
jagung tergolong tanaman biji-bijian yang mengandung karbohidrat tinggi, sehingga memiliki
potensi besar sebagai pensubtitusi beras. Selain itu, jagung juga memegang peranan penting
sebagai sumber bahan industri dan bahan baku pakan. Kebutuhan akan jagung dari tahun
ketahun terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Untuk
memenuhi kebutuhan akan jagung pemerintah melakukan berbagai terobosan seperti
penggunanan varietas unggul dan hibrida dengan keunggulan memiliki tingkat produksi
tinggi.
Penurunan produksi jagung salah satunya disebabkan oleh serangan hama dan
penyakit yang dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar. Salah satu hama yang sering
ditemukan pada tanaman jagung dan cukup penting adalah hama penggerek batang Ostrinia
furnacalis (Kalshoven, 1981 dalam Lihawa et. al., 2010). Hama penggerek batang di
Gorontalo merupakan hama yang bersifat endemis. Menurut Culi (2001) dalam Abdullah et.
al. (2011) bahwa penggerek batang jagung, larvanya menggerek didalam batang jagung dan
menyebabkan tergangguya transportasi air dan hara tanaman, sehingga mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, matinya titik tumbuh, atau kelayuan seluruh
tanaman, yang mengakibatkan penurunan hasil panen jagung. Serangan penggerek batang
jagung dapat mengakibatkan kehilangan hasil hingga mencapai 80%. (Bato et. al., 1983;
Wiseman et. al., 1984; Nafus and Schreiner, 1987 dalam Pabbage et. al., 2007)
Salah satu taktik dalam pengendalian serangan hama pada tanaman jagung adalah
dengan membudidayakan varietas yang tahan terhadap serangan hama (Oka, 2005).
Penggunaan varietas tahan adalah merupakan cara yang paling aman, mudah dan murah serta
dapat dikombinasikan dengan cara-cara pengendalian lain. Banyak para ahli genetika tanaman
mencoba untuk merekayasa tanaman agar tahan terhadap serangan hama dengan cara
menemukan sifat-sifat tahan yang ada pada sebuah tanaman, kemudian memanfaatkan sifatsifat tahan tadi untuk mengembangkan sebuah varietas yang lebih tahan atau paling tidak
mengurangi kerusakan akibat serangan hama. Klun dan Robinson (1969) dalam Surtikanti et.
al. (2002) menemukan bahwa kandungan DIMBOA yang tinggi pada bibit jagung, dapat
menjadi bukti bahwa tanaman muda tahan terhadap serangan hama penggerek batang Ostrinia
*)
Seminar hasil penelitian, dibawakan pada forum seminar Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas
furnacalis.
Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo, 2013
**) 1. Mahaiswa: Faisal Lihawa, 2. Pembimbing I: Ir. Rida Iswati, M.Si 3. Pembimbing II: Wawan Pembengo, SP, M.Si

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketahanan suatu varietas jagung
dapat mempengaruhi tingkat serangan hama penggerek batang jagung. Semakin tahan suatu
varietas terhadap serangan hama penggerek batang jagung, maka semakin rendah tingkat
serangan hama penggerek batang jagung. Untuk itu perlu adanya pengkajian terhadap tingkat
serangan hama penggerek batang jagung pada beberapa varietas.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Lokasi
penelitian dilaksanakan di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, traktor, toples, pinset, kamera digital, alat
tulis menulis, kertas grid dan cutter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
benih jagung Varietas Motorokiki, Bisi 2, dan Bisi 222, larva penggerek batang, dan label.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
V1 = Varietas Motorokiki
V2 = Varietas Bisi 2
V3 = Varietas Bisi 222
Jadi, secara keseluruhan dibutuhkan 3 x 3 = 9 unit percobaan. Masing-masing unit
percobaan berukuran 5 m x 4 m, dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm.
Penelitian ini dilakukan dengan menginvestasi larva instar 3 sebanyak 2 kali pada
pucuk tanaman jagung, yaitu pada umur tanaman 2 dan 4 MST, dan investasi pada batang
jagung berumur 7 MST, yaitu pada ruas ke-6 untuk varietas Motorokiki dan ruas ke-8 pada
varietas Bisi 2 dan Bisi 222. Investasi pada batang dilakukan dengan cara melubangi batang
terlebih dahulu dengan menggunakan pinset sedalam 1 cm, kemudian larva dimasukkan
kedalam lubang tersebut.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini yaitu : jumlah tanaman terserang hama
penggerek batang, nilai kerusakan daun, dan panjang liang gerekan pada batang. Pengamatan
nilai kerusakan daun dilakukan berdasarkan deskripsi kerusakan daun menurut Fleming et. al
(1985) dalam Sodiq (2009) dihitung sebagai berikut :
Kelas 1 :Tidak ada lubang serangan, tetapi terdapat titik-titik serangan pada daun.
Kelas 2 :Terdapat titik-titik serangan dengan beberapa lubang serangan berukuran sedang.
Kelas 3 : Terdapat lubang serangan yang berukuran sedang dalam jumlah agak banyak.
Kelas 4 : Kerusakan daun yang berat dengan adanya lubang serangan berukuran besar dalam
jumlah banyak.
Untuk menghitung persentase tingkat serangan hama penggerek batang jagung
menggunakan rumus Direktorat Bina Perlindungan Tanaman (1992) :
x 100%
Keterangan : I = Intensitas serangan
a = Banyaknya tanaman yang terserang
b = Banyaknya tanaman yang tidak terserang
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan sidik ragam ANOVA. Bila
berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut BNT pada taraf 5% dengan bantuan aplikasi SAS
9.1 for Windows.
HASIL DAN PEMBEHASAN
Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Jagung
Hasil pengamatan intensitas serangan hama penggerek batang jagung pada varietas
Motorokiki, Bisi 2, dan Bisi 222 saat 2 minggu setelah investasi larva instar 3 pada umur
tanaman 2 dan 4 MST tampak pada tabel berikut :

Tabel 1. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Saat 2 Minggu Setelah
Investasi (MSI)
Intensitas Serangan (%)
Varietas
Investasi Umur 2 MST
Investasi Umur 4 MST
Motorokiki
6.67
76.67
Bisi 2
3.33
70
Bisi 222
10
80
KK (%)
122.47
22.71
Ket : tidak berbeda nyata

Intensitas Serangan (%)

Dari Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa, secara umum intensitas serangan pada
investasi umur 2 MST tergolong serangan ringan dibandingkan pada umur 4 MST tergolong
serangan berat. Hal ini diduga karena kandungan DIMBOA masih sangat tinggi pada umur 2
MST, yang menyebabkan kematian bagi larva penggerek batang. Klun dan Robinson (1969)
dalam Surtikanti et. al. (2002) menemukan bahwa kandungan DIMBOA yang tinggi pada
bibit jagung, dapat menjadi bukti bahwa tanaman muda tahan terhadap serangan hama
penggerek batang Ostrinia furnacalis, karena DIMBOA (2,4dihidroksi7methoxi(2H)
1,4benzoxasine3(4H)one)
merupakan senyawa yang bersifat repelan yang dapat
menyebabkan kematian bagi hama penggerek batang jagung (Reed et al., 1972 dalam Sodiq,
2009).
Respon tanaman bervariasi menurut umur tanaman dan tentunya mempengaruhi
kenampakan sifat ketahanan di lapangan. Kandungan DIMBOA tertinggi pada tanaman
jagung terdapat pada permulaan musim atau pada tanaman masih berumur muda, dan
kandungan DIMBOA akan semakin menurun seiring bertambahnya umur tanaman.
Penurunan kadar DIMBOA lebih cepat terjadi pada varietas yang peka dibandingkan dengan
varietas jagung yang tahan (Untung, 2006)

80
60

Motoro kiki

40

Bisi 2
Bisi 222

20
0
Investasi Umur 2 MST

Investasi Umur 4 MST

Gambar 1. Grafik Rata-rata Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Saat 2 MSI
Intensitas serangan dari ketiga varietas yang diujikan ternyata tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Namun terlihat pada grafik diatas, bahwa varietas Bisi 2 lebih rendah
intensitas serangannya yaitu pada investasi umur 2 MST (3.33%) dibandingkan varietas
Motorokiki (6.67%) dan Bisi 222 (10%). Sama halnya dengan rata-rata intensitas serangan
pada investasi umur 4 MST ternyata juga menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dari
masing-masing varietas, namun varietas Bisi 2 juga menunjukkan intensitas serangan lebih
rendah, yaitu (70%) dibandingkan varietas Motorokiki (76.67%) dan Bisi 222 (80%).
Perbedaan intensitas serangan ini diduga karena varietas Bisi 2 memiliki ketahanan lebih
tinggi dibandingkan varietas Motorokiki dan Bisi 222.
Pada prinsipnya perbedaan ketahanan tanaman terhadap serangga tertentu disebabkan
oleh faktor biofisik dan faktor biokimia. Faktor biofisik seperti morfologi, anatomi dan warna
tumbuhan mempengaruhi ketahanan suatu varietas. Tumbuhan menjadi lebih disenangi atau

sebaliknya oleh serangga, tergantung dari besarnya peranan setiap faktor atau kombinasi dari
ketiga faktor di atas. Menurut Beck (1965) dalam Sodiq (2009), faktor biokimia digolongkan
dalam dua golongan, yaitu (1) yang menghambat proses fisiologi serangga antara lain adalah
alkaloida beracun yang banyak pada tumbuhan dan, (2) kurangnya salah satu unsur pakan
yang diperlukan oleh serangga pada tanaman yang berpengaruh terhadap kehidupan serangga
(Sodiq, 2009).
Nilai Kerusakan Daun
Dari hasil pengamatan (Tabel 2) terlihat bahwa ketiga varietas tidak menunjukkan
perbedaan nilai kerusakan daun yang nyata, baik pada investasi umur 2 MST maupun
investasi pada umur 4 MST. Dilihat dari rata-rata nilai kerusakan daun, ketiga varietas
tergolong memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama penggerek batang.
Tetapi varietas Bisi 2 menunjukkan nilai kerusakan daun yang rendah, yaitu pada umur 2
MST (1.03) dan umur 4 MST (1.7). Hal ini diduga karena varietas Bisi 2 memiliki jaringan
ikatan pembuluh yang lebih banyak dan lebih rapat dari pada varietas Motorokiki dan Bisi
222, sehingga hama mengalami kesulitan dalam memakan daun jagung varietas Bisi 2.
Varietas yang memiliki jaringan ikatan pembuluh yang lebih banyak dan rapat merupakan
pagar terhadap serangan larva penggerek batang jagung (Sunjaya, 1970 dalam Sodiq, 2009)
Tabel 2. Rata-rata Nilai Kerusakan Daun
Nilai Kerusakan Daun
Varietas
Investasi Umur 2 MST
Investasi Umur 4 MST
Motoro kiki
1.07
1.87
Bisi 2
1.03
1.7
Bisi 222
1.1
1.9
KK (%)
7.65
17.45
Ket : tidak berbeda nyata
Dilihat dari warna daun (Lampiran 2), diduga karena Bisi 2 memiliki warna daun hijau
cerah dibandingkan varietas Bisi 222 yang memiliki warna daun hijau tua sehingga tingkat
kesukaan hama lebih tinggi pada varietas Bisi 222 dibandingkan Bisi 2 dan Motorokiki.
Menurut Sodiq (2009) bahwa diantara beberapa warna spektrum cahaya, ada dua yang
menghasilkan respon paling tinggi pada serangga yaitu cahaya mendekati ultraviolet (350 m)
dan hijau kebiruan (500 m). Kandungan klorofil lebih banyak pada tanaman yang berwarna
hijau tua dibandingkan pada tanaman yang berwarna hijau cerah, hal ini yang menyebabkan
hama penggerek batang lebih menyukai varietas Bisi 222, karena klorofil berfungsi untuk
menukarkan cahaya matahari menjadi zat makanan.
Panjang Liang Gerekan Pada Batang
Rata-rata panjang liang gerekan pada batang jagung terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Rata-rata Panjang Liang Gerekan Pada Batang
Varietas
Panjang Liang Gerekan (cm)
Motorokiki
1.8917
Bisi 2
1.8417
Bisi 222
2.3833
KK (%)
33.436
Ket : tidak berbeda nyata
Tampak pada Tabel 3 tersebut bahwa ketiga varietas yang diujikan menunjukkan
panjang liang gerekan yang tidak berbeda nyata. Namun terlihat bahwa varietas Bisi 2, rata-

rata panjang liang gerekannya lebih rendah (1.8417), dibandingkan varietas Motorokiki
(1.8917) dan varietas Bisi 222 (2.3833). Hal ini diduga bahwa varietas Bisi 2 memiliki
jaringan pada batang yang keras, sehingga hama sukar menggerek batang. Umumnya hama
penggerek batang, akan mengalami kesulitan larvanya untuk menggerek batang yang
mempunyai susunan anatomis yang lebih rapat. Kekerasan yang menyeluruh dari suatu
tanaman sangat mempengaruhi toleransi terhadap serangan hama. Dengan demikian tanaman
yang kekar dapat dikatakan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi (Sodiq, 2009).

Gambar 2. Gerekan Pada Batang


KESIMPULAN
Dari hasil penelitian serangan hama penggerek batang pada tiga varietas jagung dapat
disimpulkan bahwa serangan hama penggerek batang Ostrinia furnacalis Guenee
menunjukkan perbedaan tidak nyata pada ketiga varietas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. Dan A. Rauf. 2011. Karakteristik Populasi dan Serangan Penggerek Jagung
Asia, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera:Pyralidae), dan Hubungannya Dengan
Kehilangan Hasil. Jurnal Fitomedika. 7 (3) : 175-181. http://www.peipfikomdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/03/FITOMEDIKA-APRIL-20111.pdf (6
Maret 2012)
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1992. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan
Perlindungan Tanaman Pangan.
Lihawa, M. Witjaksono. Dan N. S. Putra,. 2010. Identifikasi Penggerek Batang Jagung Di
Gorontalo. Jurnal tidak dipublikasikan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Oka, I. N. 2005. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Pabbage, M.S, A.M. Adnan, dan N. Nonci. 2007. Pengelolaan Hama Prapanen. Balai
Penelitian
Tanaman
Serealia.
Maros
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp10202.pdf (6 Maret 2012)
Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman Tehadap Hama. UPN Press. Jawa Timur.
http://eprints.upnjatim.ac.id/47/1/Ketahanan_Tanaman.pdf (6 Maret 2012)
Surtikanti. dan M. Yasin. 2002. Fluktuasi Hama Jagung Dan Pengendaliannya. Prosiding
Semiar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI dan HPTI XV Sulsel. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros. http://www.peipfi-komdasulsel.org/wpcontent/uploads/2012/03/5-SURTIKANTI-5.pdf (6 Maret 2012)
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai