Anda di halaman 1dari 50

A Smiling Face

Genre : Romance || Length : Two Shoot || Rating : PG +16


By Arish Flowy
Quote
ikatan yang bahkan membuat angin cemburu
itulah
~ ikatan persahabatan ~
ikatan yang lebih kuat dari segalanya
lebih kuat dari waktu
tak memiliki warna namun menciptakan warna

Angin lembut menyapu wajah gadis yang kini terduduk kaku di pinggir jalan.
Wajahnya pucat pasi, sangat jelas buliran bening mengalir di sudut mata kecilnya.
Kejadian tadi sungguh tak disangka, kejadian yang akan membuat hidupnya

semakin rumit. Kejadian yang mungkin tak akan berakhir hingga waktu yang
nantinya akan menjawab...
Yoon Hye Min, nama gadis itu. Nama yang indah pemberian orang tuanya yang kini
berada jauh bahkan dari pandanganya. Walau begitu, ia tak hidup sendirian. Ada
dua sahabat yang selalu menemaninya di saat senggang, dan di saat salah satu
diantara mereka merasa saling membutuhkan. Begitu juga saat ini, dengan sisa-sisa
tenaga yang dimilikinya. Hye Min mencoba menelfon Yongie.
Hye Min
suara disebrang telfon memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Yo..Yongie-ahh
sahut Hye Min dengan parau dan sedikit gemetar
Kau kenapa? Apa ada masalah?
bagai mengerti keadaan sahabatnya, Yongie seketika terdengar khawatir
Tolong aku.. tolong. Aku didekat halte tak jauh dari apartemen. Bisakah kau kesini,
aku mohon
kembali derai air mata membasahi pelupuk mata Hye Min yang sudah terlihat
bengkak
O..ok, kau tetap disana. Tunggu aku
Tuutt...
Tak peduli dengan tatapan beberapa orang yang lalu lalang, Hye Min masih
membeku bagai es di atas ubin trotoar itu. Kakinya sama sekali tak sanggup berdiri
sekedar menopang tubuhnya yang kini terasa sangat lemah.
jangan sakiti aku..
lirihnya sambil menangkup wajah dengan kedua tangan.

***

Apa semua akan jadi sesulit ini?


Jujur, aku bukan orang yang cengeng. Hanya saja tadi berbeda, sangat berbeda.
Bahkan aku belum bisa mencernanya dengan baik di pikiranku. Semuanya terjadi
begitu cepat, hanya dalam hitungan detik saja. Tapi...apa yang salah? aku tak
mengerti, aku tak bisa memahami tiap potongan puzzle yang dengan sadis ia
berikan. Aku bodoh? Heii, aku gadis dengan IP terbaik dikelas. Masalah seperti ini
memang tak mudah jika kalian sendiri yang menghadapinya. Apa dia seorang
psikopat? Pertanyaan ini terus perputar-putar di otakku.
Tenangkan dirimu, ini minumlah

Yongie mebuyarkan lamunanku. Ia mengulurkan tangannya kearahku yang


terbaring malas di sofa. Aku sebisa mungkin mengulas senyuman. Isyarat terima
kasih yang jelas ia mengerti, lalu mengambil cangkir porselen dari tangan gadis
bermarga Lee itu. Satu tegukan, air didalam cangkir seketika lenyap mengalir di
kerongkonganku. Sungguh, ini sedikit membuat tenang.
Dia menemuimu lagi?
Tanyanya mengintrogasi. Aku mengangguk gugup, berusaha tak menatap mata
Yongie yang terarah tajam padaku.
Bisakah kita tak membicarakannya sekarang. Aku hanya ingin istirahat Yongie
Ucapku dengan tampang memelas. Kuraih tangan mungilnya, setelah meletakkan
cangkir di meja Please..lirihku lagi, lalu menyenderkan kepala di pundak gadis ini.
Baiklah.. ayo, aku antar ke kamar
Yongie mengedipkan matanya setuju. Dan tentu saja aku merasa lega, setidaknya
sampai pertanyaan itu nantinya kembali dilontarkan. Tak apa, yang terpenting
sekarang aku harus istirahat, menenangkan pikiran, dan mencoba menyusun sisasisa puzzle yang harus dengan cepat terpecahkan.
Kesimpulan sementara yang aku buat, orang itu pasti psikopat.
Sambil membopoh tubuhku hingga kamar, Yongie dengan setia membantu
membaringkan tubuhku di ranjang, lalu menarik selimut hingga pinggangku. Ia
tetap tersenyum walau terkadang aku memang sedikit merepotkan, bukan kah itu
wajar? karena kami berteman, apapun masalah yang kami tanggung, itu artinya
akan jadi masalah bersama.
Tidurlah, aku akan keluar sebentar bersama Chunji. Jika ada apa-apa kau bisa
telfon aku atau Jikyo eonni
Yongie berjalan menutup gorden di samping kananku. Menyibaknya hingga tertutup
rapat tak membiarkan sinar sang raja siang menembus masuk kedalam ruangan ini.
Hmm.. terima kasih. Ingat jangan melakukan hal yang tidak-tidak bersama
Chunjiwajahku mengejek kearahnya yang kini mentapku dengan sinis.
YAAsuaranya naik satu oktaf, hampir saja jantungku lari marathon Aku hanya
akan membeli bukusambungnya tak meninggalkan arah pandangannya itu.
Isss.. iya iya. Aku ngerti kok. Ah ya ampun, sial banget nasib aku hari ini. Gak ada
satupun yang ngerti, kalau aku tu lagi bercandapalingku kearah lain, membuat
wajah masam penuh kesal.
Makanya jangan berkata seperti itu, atau kau akan...aku tak menoleh, tapi
suaranya terpotong hingga kurasakan deru nafasnya mendekat .. .. .. akan aku
gelitikkpekiknya kemudian sontak membuat aku terlonjak kaget.

Yaaa.. hahahhaha.. sudah. Aku mohon.. hahahaha sudah jangan Yongie..


hahahatangannya menjelajah di area perutku, sebuah gerakan kontinu yang
berhasil membuat aku terbahak-bahak.
Gelikan? Gelikan? Hahaha
Tawa kamipun pecah bersama di atas ranjang yang sudah terlihat berantakan.
Alhasil niat istirahatku malah tergantikan dengan candaan tak berunjung. Sampai
Ting Tong
Bunyi bel diluar mengejutkan kami.
Hahaha sudah sudah. Ok baiklah, aku menyerah
baru saja aku hendak melemparkan guling, Yongie dengan sigap menurunkan guling
ditanganku yang telah terangkat tinggi di atas kepala. Dan turun dari ranjang yang
seperti kapal pecah.
Bye.. spertinya itu Chunji. Lanjutkan istirahatmu. Kau ingin memesan sesuatu?Ia
melambaikan tangan, namun saat itu juga tubuhnya terhenti di ambang pintu.
Belikan aku tteobbokki, dan bawa dalam keadaan panassahutku asal. Ya, aku
mengerti. Keinginan ini agak gila, tapi bukan Hye Min namanya jika tak meminta
hal-hal yang gila.
Cihh.. dasar kau. Bye.. sampai nanti
Hingga punggung Yongie tak terlihat lagi, baru aku memulai istirahat. Kurapikan
terlebih dahulu ranjang ini, menarik selimut ke posisi awal, meletakkan bantal di sisi
kepala ranjang. Aku meraih ponsel di nakas samping kiriku. Mencoba mengecek
beberapa akun yang terabaikan seharian ini. wowhatiku bergeming, ketika
mendapati berbagai notifit masuk sacara bertubi-tubi. Karena malas, aku lebih
memilih tak menggubrisnya.

***

Hei.. Kau tau, kau baru saja merangkulku? Apa yang sebenarnya kau
lakukanteriak Hye Min berang. Matanya nyalang menatap seseorang tanpa
ekspresi dihadapannya.
diam..
hening..
Kau tuli? Aku sedang berbicara? Apa kau bisu? Heii... tak bisakah kau
menjawab?kesal Hye Min akhirnya. Ia menarik nafas dalam, lalu membuangnya

dengan paksa. Wajahnya semerah tomat, dan terlihat buku-buku jarinya mengepal
geram.
Ok baiklah.. aku memaafkanmu. Kau boleh pergi.. Eh aku saja yang pergi. Tapi
ingat, jangan ganggu aku lagi, karena aku sama sekali tak mengenalimu
Seseorang bertopi itu malah menatap Hye Min dalam diamnya, tak bersuara
sedikitpun. Tapi matanya mengartikan sesuatu yang tak bisa dipahami Hye Min.
Sesuatu yang gelap terpancar di balik binar mata coklat miliknya.
Hye Min hendak beranjak menjauh. Posisi ini terlalu dekat, bahkan untuk taraf
antara orang yang belum saling mengenal. Namun, cengkaraman seseorang itu
berhasil mencekat nafas Hye Min seketika. Tangan dingin yang melingkar di
pergelangan tangan Hye Min, seolah mengalirkan listrik statis. Darahnya mendesir
tak karuan. Di tatapnya sosok itu lamat tanpa pemberontakan. Entah apa, tapi Hye
Min merasakan ada sesuatu yang menyentuh di relung hatinya.
Senyuman tergurat di bibir pemuda dihadapan Hye Min. Ya, sesorang itu adalah
pemuda yang sama sekali tak di kenal oleh Hye Min. Pemuda bertopi hitam yang
tiba-tiba saja merangkulnya keluar dari dalam bus. Pemuda yang mencengkram
tangan Hye Min kasar, namun tersirat kelembutan.
Masih diam
Keduanya membeku
Hening
Sampai suara angin menyadarkan lamunan Hye Min yang melambung tinggi.
Membuat gadis itu terkesiap, saat tiba-tiba bibir mungilnya merasakan sentuhan
hangat. Sentuhan sekilas, yang entah berarti apa. Dan saat menyadari itu, bola
matanya mebulat besar. Namun, sosok pemuda tadi hilang dengan cepat. Hilang
menjauh dari pandangan Hye Min.
Apa ini?
Apa maksudnya ini?
Hye Min ditinggalkan dengan berbagai pertanyaan yang menghujam pikirannya. Ia
kalut, bahkan tak berucap apa-apa setelah sampai di apartemen. Jikyo dan Yongie
yang menyadari itu pun mencoba bertanya, namun nihill. Hye Min masih tak mau
mengatakan apa-apa. Hingga berlalu lima hari, ia hanya mengurung diri di
apartemen. Mencoba menyelesaikan tiap pertanyaan dengan berbagai teorema
dalam benaknya.

Hye Min juga tak mau keluar walau hanya di perkarangan rumah sewaan itu. Ada
rasa takut dalam batinnya, takut jika saja pemuda psikopat itu datang lagi
menemuinya. Bagaimana jadinya, jika pemuda itu berbuat hal yang lebih nekat. Tak
ada yang tau, bahkan Hye Min tak dapat memperkirakannya.
Hye Min-ah, kau masih tak ingin keluar. Sekedar menghirup udara segar, ini sudah
hari ke lima kau hanya di dalam ruangan sempit ini
celetuk Jikyo menghampiri Hye Min di sofa. Selera makanmu juga buruk
belakangan, kenapa sih?sambungnya lagi dengan tatapan meminta jawaban.
Tak berselang lama, Yongie ikut bergabungHei, kau lupa siapa kami? Tak baik, jika
kau menyimpannya sendiritukas Yongie memecah suasana. Ia marangkul kedua
sahabatnya itu, lalu saling melempar senyuman geli.
Maaf, tapi ini sangat aneh. Bahkan aku sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya
terjadiHye Min menundukkan kepalanya. Ia dapat merasakan, pertanyaanpertanyaan yang berkutat di kepalanya akan segara meledak bagai bom atom jika
tak segera mendapatkan jawaban. Mengesampingkan hal itu, Hye Min juga takut ini
akan menjadi hal memalukan dalam sejarah hidupnya.
Bagaimana bisa, seseorang yang tak dikenal tanpa izin berbuat seenaknya seperti
itu..
Ahh gila, aku rasa aku benar-benar mulai gila batinnya menjerit
Tak apa, ceritalah jika itu perlu diceritakanJikyo membuyarkan lamunan sesaat
Hye Min. Hye Min pun mulai menarik nafas konsisten perlahan membuangnya. Ia
mencoba rileks dan mulai menceritakan kejadian sebenarnya dari awal hingga ia
harus mengurung diri beberapa hari tanpa keluar rumah sedetikpun.
Tak ayal, Jikyo dan Yongie yang mendengar penjelasan itu ternganga lebar.
Sungguh, hal yang sulit di tafsirkan secara ilmiah.

***

Jauh dari keramaian kota. Sebuah rumah dengan aksen eropa tampak suram
terlihat dari sisi depan di pinggir kota yang masih belum terjamah tangan kotor para
kontaktor. Pagarnya yang menjulang tinggi pun telah di tumbuhi dengan rumput liar
yang menjalar. Tak hanya itu, tiang besar penyangga rumah menambah kesan
mewah namun lebih menyeramkan karena cat yang melapisinya terkelupas apa
ada orang yang tinggal disana?

Tentu saja.. Fakta yang di tunjukkan rumah ini dari luar tidaklah sama dengan apa
yang ada di dalamnya. Bagai langit dan bumi apa itu berlebihan?? . Suasana
mencekam di luar sama sekali tak tergambar jika masuk menginjak bagian dalam.
Yang ada hanya kehangatan. Indah. Sangat berbeda.
Cantik
Sangat cantik
Suara lembut terdengar dari salah satu ruangan. Pintu masuknya di pahat apik
dengan ukiran khas ala eropa.Cat yang melapisinya pun menambah kesan hangat.
Jangan takut padaku
Aku sedih jika kau tak mau melihatku
Jangan takut padaku
Aku tak akan menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu
Sosok itu menatap potret di tangannya. Berbicara seolah-olah potret itu nyata di
depan mata. Matanya berbinar, wajahnya terlukis senyuman. Sungguh karya tuhan
yang tak kalah indah dengan alam semesta ini. Ia beranjak dari duduknya, berjalan
mendekati dinding yang penuh dengan potongan-potongan gambar seorang gadis.
Ia berniat menempelkan satu lagi gambar di tangannya itu, namun tak ada tempat
yang kosong..
Anehnya, wajahmu menjadi candu tersendiri untukku Hye Min-ahbisiknya pada
angin, lalu memutuskan untuk meletakkan sekeping foto itu didalam saku
dompetnya.
Sosok itu meninggalkan ruangan, berlari senang menuju lantai atas. Saat sampai di
ruangan lainnya, ia masuk untuk mengambil cardigan berwarna krem di gantungan.
Dan kembali turun menuju ke arah garasi.
Kau akan menemui gadis itu lagi?
tanya Pemuda bertubuh bidang yang sejak tadi menyiapkan motor sport dengan
senyum tipis.
Tentu saja hyung. Aku tak akan menyerah
sahutnya percaya diri.. Lantas menyambar helm dari tangan pemuda yang di
panggilnya hyung itu. Dan melajukan motor secepat kilat.
Ia menembus jalanan kota, mengganggu ketenangan angin dengan aksinya.
Cardigan krem yang membalut di tubuh bidangnya itu pun ikut melayang-layang
bagai mendapat balasan dari angin yang terusik. Matanya fokus di dalam helm
pelindung, tak perduli dengan kendaraan di sisi-sisinya ia tetap menambah
kecepatan. Setibanya di sebuah toko, ia menenggerkan motor sport itu apik di

dalam garasi. Sang pemilik toko yang melihat, membalas dengan senyuman singkat
menilik dari kaca toko lalu berbalik melakukan aktivitasnya.
Tampak ia merapikan bajunya yang berantakan, lalu memasang topi dan masker
hitam andalannya. ini sudah cukupgeming pemuda ini, lalu berjalan entah
kemana. Kakinya ia layangkan mengikuti trotoar di sepanjang jalan utama. Sampai
sebuah halte di depan sana terlihat. Matanya memicing seketika, mencoba mencaricari dimana kiranya sang gadis pujaan Yoon Hye Min.
pushhh..
krekkkkkk..
Pintu bus terbuka. Namun ia tak melihat gadis itu. Baik yang keluar ataupun yang
akan masuk, matanya lagi-lagi berputar mengedarkan pandangan ke setiap
penumpang.
Kemana dia? Tumben sekali..
Pikirnya merasa aneh. Ia langsung mengambil ponsel di saku celana kanan,
memeriksa sesuatu dan Sial, aku lupa ini hari sabtu.. Akhherangnya kesal
meremas benda berbentuk kotak itu. Karena cukup frustasi, ia lantas menjauh dari
halte. Mungkin, jika wajahnya terpampang tanpa penutup akan terlihat jelas
kerutan-kerutan masam terbentuk.
Semenjak kejadian siang itu, dua minggu lalu. Ia sadar jikalau Hye Min mengurung
diri di rumah. Tapi pemuda berkulit seputih salju ini tetap tak menyerah. Setiap hari,
di jam-jam tertentu ia akan keluar dan mengawasi gadisnya itu dari kejauahan.
Sadar akan perbuatannya yang membuat gadisnya takut, ia memilih menjauh
sementara. Dan mulai menutup diri dengan masker agar Hye Min tak
mengenalinya. Seminggu berlalu, aksinya sama sekali tak berguna. Hye Min masih
belum muncul, hingga ada rasa menusuk perih di hati pemuda ini. Namun setelah
itu, ia dapat tersenyum lega. Ketika melihat Hye Min kembali melakukan aktivitas ke
kampus. Ia tetap mengawasi, namun kali ini ia berusaha tak tertangkap basah.
Walau telah menunjukkan diri secara langsung tanpa masker tentunya. Ia yakin,
Hye Min pasti telah mengenalinya.
Kau tak akan bisa menjauh dari pandanganku Hye Minahbisikknya kala itu
sembari menggenggam tangan rapuh Hye Min yang sudah lemas. Ia melihat mata
Hye Min menyiratkan ketakutan, kecemasan, dan mungkin akan menjadi trauma
tersendiri.

***

Eonni.. aku akan minimarket sebentar membeli beberapa barang untuk mengisi
kulkasaku berteriak cukup keras agar ucapanku di dengar Jikyo eonni di ruang tv.
Sambil memasang sepatu, aku hendak bergegas pergi, tapi orang di dalam sana
belum juga menyahutku.
Eonni-aaahhh
teriakku sekali lagi, namun tetap tak mendapat balasan. Baiklah, aku putuskan
untuk pergi saja. Lagi pula hanya sebentar. Mereka tak akan mencemaskan aku.
Aku menekan tombol 1 pada dinding lift. Dan lift berdenting beberapa menit
kemudian. Ting. Pintupun terbuka. Aku berjalan santai sambil menyimpan kedua
tanganku didalam saku jaket. Udara malam ini cukup dingin. Ah, rugi sekali rasanya
tak memakai topi. Rambutku jadi terbang kemana-mana diterpa angin.
Akan memakan waktu 10 menit perjalanan ke minimarket di luar kompleks ini. Jadi
aku mempercepat langkahku, sambil beberapa kali celingak celinguk ke pohon
sakura yang sedang hangat-hangatnya berbunga. Beberapa kelopak juga
menemani langkahku di trotoar, tanpa sadar sepertinya aku sedari tadi terus
tersenyum. Kenapa? Entah lah aku merasa bebas saja. Ini sudah dua minggu
berlalu, dan aku rasa aku membaik. Aku tak memikirkan perkara di halte, sudah
cukup itu membuatku sangat amat frustasi. Oh Tuhan, permulus langkahku.. tolong
jangan beri penghalang.
Jujur, setelah kejadian itu aku sempat mengurung diri selama seminggu. Ya, sekedar
menenangkan diri dan tentu saja aku tak berhasil memecahkan puzzle aneh itu.
Sial. Pada akhirnya aku memutuskan untuk tak menghiraukan pemuda yang
sumpah anehnya tingkat dewa Yunani. Sorot matanya memang indah, tapi sangat
tak bisa di tebak. Apa yang dia inginkan dariku? Tiba-tiba menciumku tanpa izin,
lalu mengucapkan .. ah sudahlah lupakan.
Akkkhhh...
Memikirkannya saja membuatku naik darah. Aku menghempas kakiku beberapa
kali, mencoba meluapkan amarah seperti orang gila. Bukannya tidak tahu, tapi saat
itu sebelum aku mengetahui mata coklat pemuda yang entah dengan maksud apa
membisikkan kata Kau tak akan bisa menjauh dari pandanganku Hye
Minahpadaku. Aku pernah melihatnya beberapa kali di bus yang sama, dengan
topi yang sama, dan lagak aneh yang sama. Hanya saja aku bukan tipe orang yang
kepo, ingin tahu tentang orang lain. Its not me, OK. Jadi aku tak ambil pusing.

Hingga tiba-tiba saja ia muncul didepanku, dan melakukan hal yang seharusnya
tak ia lakukan, menyeretku ke dalam ketakutan yang teramat sangat.

Kejadian itu membuat aku merasa shock? Tentu saja, bahkan tubuhku bagai
kehilangan rohnya. Tak ada kata yang terucap dari bibirku, hanya tangisan bodoh
yang terus-menerus keluar.

Awalnya mata pemuda itu memang menghipnotisku. Mata cerah yang sangat
menenangkan. Tapi, aku bisa merasakan kesedihan dibaliknya. Jangan tanya
kenapa, karena aku sendiri pun tak mengerti. Dia tampan, tapi sayang sifat kepsikopatannya itu membuat aku harus menghapus cepat-cepat pikiranku. Demi
menghindari teror-teror selanjutnya. Saat pergi kuliah aku tak menggunakan bus
lagi. Hanya beberapa kali dalam seminggu ini, itu pun karena terdesak tak ada taxi
yang lewat. Sempat takut, tapi aku sadar sepertinya pemuda itu tak lagi
menampakkan dirinya. Atau aku saja yang tak bisa melihatnya, di saat dia
sebenarnya mengawasiku.
Dasar psikopat.. Enyahlah kau
Aku rasakan wajahku memanas. Mulutku berkomat-kamit tak jelas, menjadi
pemandangan aneh untuk orang-orang di sekitarku. Masa bodoh dengan itu, jika
bertemu dengannya akan aku jadikan dia sambal lado.
Selamat datang
sang kasir menyambut ramah. Aku masuk tanpa menoleh kearahnya. Langsung
menuju ke rak dimana barang-barang yang aku butuhkan berada. Tak berapa lama,
aku mendapatkan semuanya. Segera aku ke kasir untuk membayar.
Terimakasih, datang kembali
Lagi-lagi kasir itu tersenyum ramah. Tapi dimataku itu terlihat di paksakan. Jelas
sekali aku mengacuhkannya. Dan pasti dia kesal. Hahaha batinku mengejek.
Kembali ke rumah adalah prioritasku saat ini, dan harus ada embel-embel dengan
selamat di belakangnya. Walau yakin tak akan ada yang menganggu gadis
sepertiku yang berjalan sendirian malam-malam begini, tapi tetap saja ada sedikit..
se-di-kit rasa kekhawatiran. Pffftt.. sekarang aku malah menjadi badmood karena
memikirkan pemuda itu. Ingin sekali rasanya mengalahkan rasa penasaran. Tapi
bagaimana caranya?
Ekhhmmm
Dari arah belakang aku mendengar deheman seseorang. Aisshh baru saja aku
memikirkan aku akan selamat. Tapi kenapa tiba-tiba ada perasaan takut yang

menyelimutiku saat ini. Sumpah, aku tak ingin berbalik untuk melihat atau sekedar
memastikan pikiran kriminalku. Aku hanya ingin pulang, pulang dan pulang.
Tunggu, dimana handphoneku. Aku memeriksa semua saku, tapi tak menemukan
benda itu. Double sial. Aku meninggalkannya dalam keadaan di charge.
Waw.. malam-malam begini apa yang harus kita lakukan ya?
Mereka mulai mengobrol. Sepertinya tak hanya satu orang. Ada dua, tiga atau lebih.
Yang lainnya seperti menyahut, dan aku hanya terus berjalan tanpa menghiraukan.
Sampai sebuah tangan tiba-tiba mencengkram pergelanganku.
Haii cantik.. mau kemana? Mari aku antar?
Bau alkohol menyeruak di indera penciumanku. Astaga orang ini mabuk. Apa yang
akan terjadi padaku setelah ini. Tolong aku..
Kenapa sendirian? Mau di temenin
Yang lain mulai bergabung menjahiliku dengan kata-kata yang terkesan sok manis
dan akrab. Aku mebalas kesal Maaf, tapi aku harus pulangku tarik tanganku kasar,
tapi dibandingkan dengan kekuatan mereka aku tak ada apa-apanya heii..
lepaskan. Aku ingin pulang.. lepaskansekuat tenaga aku meronta, sekuat itu pula
mereka mencengkramku.
Ayolah.. sangat sayang jika kita tak bermain-main sebentar
Ku rasakan tangannya membelai rambut belakangku. Aku menghindar, dan merutuk
dalam hati. Nappeun jassik. Kantung yang semula berada ditangan, kini
berhamburan di jalan. Salah satu dari mereka merebut dan mengeluarkan barangbarang didalamnya YAAAaku berteriak keras, pikiranku saat ini hanya dipenuhi
rasa takut.
Tolongg.. YAA lepaskan aku.. Tolong
Hampir turun buliran di sudut mataku, kini aku berada di tengah-tengah mereka
yang saat ini mengelilingiku. Aku takut.. Siapa saja tolong aku. Aku mohon. Jangan
sakiti aku.. Aku hanya ingin pulangpintaku parau. Suaraku seolah-olah hilang.
Eiits.. tak semudah itu cantikia memegang daguku hingga kepalaku menghadap
ke wajah mereka yang menatapku lapar Gadis secantik kau, tak akan aku
lepaskanlanjutnya tak menggubris ekspresi memelas yang aku pasang.
Shit.. matilah kalian di neraka. Aku bilang lepaskan aku bajingan
Amarahku benar-benar tak tertahankan lagi. Aku sekuat tenaga berdiri dan mencari
celah untuk kabur. Kulihat ke arah orang yang sepertinya berlari mendekat. Sedetik
kemudian, aku merasakan tubuhku terhempas kasar ketanah dengan posisi kepala
membentur pohon.

Akkkkhhhh
Apa aku akan selamat? Apa aku baik-baik saja? Buka matamu Hye Min, kau gadis
yang kuat. Jangan pingsan, jangan. Kau harus bangun..
Hye Minnnnnnnn
Teriakan siapa itu? sepertinya aku pernah mendengar suara itu. Suara yang sangat
tak asing? Tapi siapa? Oh siapapun kau, aku harap kau adalah malaikat
pelindungku.
Brugg bruggg
Bajingan kau..
Brugg
Bruug..
Enyah dari pandanganku atau kalian semua akan mati
Babaa-baik..
Mataku tak sanggup membuka lebar dengan pandangan yang memburam dan
pendengaranku semakin menghilang. Apa yang terjadi? Hye Minn.. sadarlah.
sadarlahhsuaranya mengalun lembut di sisa-sisa pendengaranku, tubuhku terasa
terguncang dengan kedua tangan kuat yang memegang pundakku.

Astaga.. darah. Hye Min aku mohon, kuatlah

gelap

gelap

A Smiling Face

Part 2

***

Aku Yoo Chang Hyun, pemuda berumur 22 tahun yang hidup bersama dengan
seseorang yang aku sebut dengan hyung Bang Min Soo. Hanya dia teman,
sahabat, kakak, mungkin juga yang menggantikan posisi ayah dan ibuku yang
selama ini selalu berada di dekatku. Yang setia menemaniku di situasi apapun,
sekalipun itu situasi terburuk. Aku mengagumi ketegasannya, kewibawaannya, dan
keseriusannya saat mengelola perusahaan peninggalan ayah yang kini hanya
tinggal nama.
Ayah dan Ibuku sudah meninggal sejak aku berumur 3 tahun dalam kecelakaan
pesawat. Informasi yang aku dapatkan dari beberapa informan perusahaan.
Pesawat yang digunakan ayah dan ibu saat akan melintasi benua Asia menuju ke

Amerika itu telah di sabotase oleh musuh balik layar. Dan tentu saja, musuh itu
belum tercium keberadaannya hingga detik ini. Aku menyesal, karena aku adalah
ahli waris satu-satunya tapi tak dapat berbuat apa-apa selama 22 tahun ini. Bahkan
aku melupakan bagaimana nyatanya wajah ayah dan ibuku. Hanya ada foto yang
terpajang di kamar mereka dan beberapa foto masa kecilku yang akan selalu
mengingatkanku betapa hangatnya pelukan dan kasih sayang mereka. Aku
memutuskan untuk memberikan wewenang kepada Minsu hyung, hanya sementara
saja sampai aku benar-benar siap untuk memegang jabatan itu.
Aku ahli dalam hal melacak dan membuat strategi, oleh sebab itulah aku tak
pernah mau bila di perintah langsung ke perusahaan. Aku hanya ingin bersembunyi
dan akan lebih baik bila aku tak dikenali oleh siapapun. Hingga suatu hari, dimana
salah satu informan kepercayaanku memberikan informasi bahwa musuh balik
layar berada di Seoul. Aku segera melacaknya dan menemukan posisi keberadaan
pembunuh keji tak berhati itu.
Goldens Hotel, tempat yang harus aku tuju agar tak kehilangan jejaknya lagi. Hotel
berbintang lima ini, menguatkan satu bukti bahwa sang pembunuh memang bukan
dari kalangan biasa. Dia pasti orang yang sangat cerdik dan tentu saja kaya. Tapi
takdir berkata lain, saat mengecek dengan rasa kecewa yang mendarah daging
hingga saat ini aku kehilangan pembunuh itu. Padahal hanya satu langkah lagi aku
bisa mendapatkannya dan menyeretnya langsung ke neraka.
Mencarinya adalah salah satu obsesiku dan menyeretnya kedalam nereka adalah
prioritasku, aku sungguh berubah menjadi orang yang dingin dan anti sosial
semenjak rasa dendam terpatri di hati. Ya, aku harus menangkapnya dengan
tanganku sendiri. Jika dia mati, itu juga harus ditanganku.
Tapi, lagi-lagi takdir membelokkan rencana yang telah aku susun lurus. Tuhan
memang selalu punya jalan tersendiri, dan aku dipertemukan dengan malaikat
tanpa sayap yang mungkin adalah sosok yang sengaja dikirimkan Tuhan untukku.
Yoon Hye Min. Sangat mudah melacaknya, apalagi dia seorang mahasiswi
berprestasi di univeritas ternama Seoul. Hanya beberapa menit memandang
senyumannya, itu membuat hatiku runtuh dan tersentuh hingga ke dasar. Cantik
dan baik hati. Kesimpulan yang aku ambil kala itu. Tepat di saat aku mengerang
menahan amarah, Hye Min melintasi pandangan ku yang telah kacau dan
memperbaikinya hanya dalan seperkian menit saja.
Hingga obsesi balas dendam berubah menjadi sebuah kekaguman terhadap gadis
yang jelas aku tau, ia menyebutku seorang psikopat. Tak apa, selagi ia tak lepas
dari pandanganku aku rasa panggilan itu sangat cocok di sandangkan padaku. 1,2,3
hingga 4 bulan lamanya aku mencari tau semua tentang gadisku itu. Yaa, gadisku.
Ia tak boleh dekat dengan pemuda manapun, hanya aku dan harus aku. Sangat
sakit rasanya melihat ia berbicara dengan teman pria, apa ini yang dianamakan

dengan cinta? Bahkan aku tak tau bagaimana caranya mengartikan makna cinta itu
sendiri.
Apa sebuah kesalahan menunjukkan diriku padanya?
Aku sadar, hal yang aku lakukan untuk mendapatkan pembuktian tentang
keberadaaanku adalah hal terbodoh. Bukannya membuat gadis itu menyukaiku,
tapi fakta yang terjadi malah sebaliknya. Selama berbulan-bulan aku seperti
penguntit, benar-benar penguntit. Memerhatikan setiap gerak-geriknya,
mengikutinya kemanapun ia pergi dan mengambil beberapa gambar yang tanpa
sadar membuat aku semakin jatuh hati pada gadis berambut panjang itu. Alih-alih
disebut psikopat, aku lebih mirip seorang culprit.
Dan pada siang yang sangat cerah, di mana bus berhenti dihalte dekat kompleks
Hye Min tinggal. Aku meyakinkan diri, untuk mencoba bertatap muka langsung.
Tapi apalah aku, aku tak punya cukup keberanian dan tentu saja aku tak tau
bagaimana cara berkenalan yang baik. Kesibukkan yang mengharuskan aku tak
bercengkrama dengan orang lain adalah alasannya. Hingga refleks, tanpa diminta
tanganku merangkul pundak Hye Min saat akan turun bus. Ia pun langsung
menatapku penuh tanda tanya. Tapi jelas wajahnya merona. Dan itu membuatnya
terlihat menggemaskan. Aku hanya terpaku menatap gadis di depan mataku saat
itu, gadis yang terus saja berbicara panjang lebar yang mengisyaratkan bahwa ia
sedang marah padaku. Aku tak bergeming, membiarkan suaranya yang bagai
melodi cinta itu mengalun di indera pendengaranku. Tapi suasana menjadi hening,
ia ikut terdiam saat aku tak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya.
Chup ~
Sebuah kilas sapuan bibirku di bibir manisnya, berhasil membuyarkan lamunan
berarti di mata besar gadis itu. Secepat kedipan matanya, aku berlalu pergi
menghilang secepat mungkin dari pandangannya. Jantungku berdegup sangat
kencang, darahku serasa mendidih 100 derajat celcius. Bukan karena marah, tapi
karena aku sangat ketakutan sekaligus bahagia. Ciuman itu harusnya menjadi
ikatan untuk gadisku, agar ia tau. Sekarang ia adalah milikku.
Ini memang yang pertama aku lakukan, kontak langsung dengan seorang gadis
yang bahkan tak mengenaliku. Aku psikopat katanya? Hell.. julukan apapun itu asal
bisa membuat dia berada di lingkar mataku aku sanggup menerimanya. Ya walau
aku sangat yakin, jika gadis lain mendapat perlakuan seperti itu dia juga akan
menyebutku psikopat atau setidaknya pemuda cabul. Tapi sungguh, aku bukan di
antara keduanya. Mungkin julukan pemuda cabul, aku bisa memikirkannya lagi.
Mari aku jelaskan sedikit, psikopat itu orang yang sakit jiwa tapi tak sama dengan
gila. Dalam artian mereka orang yang antisosial dan cendrung melakukan hal-hal

merugikan bagi orang-orang disekitarnya dengan keasadaran penuh atas


perbuatannya itu. Tunggu, aku memang antisosial, tapi aku tak merugikan
siapapun. Lagi, psikopat itu selalu berkamuflase, memutar balik fakta, menebar
fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan serta keuntungan dirinya
sendiri. Di dalam kasus kriminal pun seorang psikopat dapat dikenali sebagai
pembunuh, pemerkosa atau koruptor. Jadi semua penjelasan ini sama sekali bukan
aku. Ok, aku suka berkamuflase hanya karena aku tak ingin dikenali bukan berarti
aku melakukan hal-hal yang menurutku bodoh itu.
Jadi jangan salah paham mengenai aku. Aku hanya pemuda berumur 22 tahun yang
bisa dibilang kurang kasih sayang. Apa aku harus menyanyikan lagu Meriang??.
Tolong jangan paksa aku. Aku sepenuhnya sadar, dan tak akan mau melakukannya.
Ok.
Kali kedua, aku memperlihatkan lagi diriku di hadapan Hye Min. Tak ada ide di
otakku, bagaimana cara untuk sekedar bertegur sapa. Semua hilang karena
kegugupan melandaku. Gadis itu selalu bisa membuat aku lupa diri. Wajahnya,
binar matanya, senyum manisnya seakan-akan memformat seluruh pikiranku
tentang dunia dan mengalihkannya hanya pada gadis itu. Sungguh mantra apa
yang ia berikan hingga aku tak bisa bernafas tanpa ada dia sekitarku. Aku marah
pada diriku sendiri, karena tak mampu menunjukkan sisi baik yang harusnya bisa
membuat Hye Min setidaknya melihat kearahku. Tapi semua sudah sejauh ini, aku
tak mungkin bisa membalikkan waktu. Cukup aku saja yang menyukainya, cukup
jika perasaan ini di kubur di dasar hatiku. Aku tak mau egois, berharap lebih pada
gadis yang nyatanya membenciku. Itu menyakitkan.
Kau tak akan bisa menjauh dari pandanganku Hye Minah
Kalimat ini terlontar begitu saja, saat aku menarik tangannya turun dari bus.
Membisikkannya cepat hingga angin pun mungkin tak mendengar. Selang beberapa
detik ketika ia menyadari keberadaanku, selang itu pula aku tak lagi di
hadapannya. Lagi-lagi dengan cepat aku berlari meninggalkan gadis yang sudah
diam membeku. Ia pasti ketakutan, sangat ketakutan. Aku melihatnya dari
kejauhan, tempat dimana matanya tak bisa memandangku. Ia menangis, dan itu
sangat mengiris hatiku. Aku semakin takut akan kehilangan gadis ini. Gadis yang
telah mengisi kekosongan hatiku. Gadis yang sepenuhnya mengalihkan
duniaku.Hingga kenyataan itu datang, Hye Min tak menampakkan dirinya selama
seminggu. Aku terus memantau, namun Hye Min tetap kukuh bersembunyi di
dalam apartemen bertingkat itu.
Jangan menjauh
Tetaplah di sana
Walau dari tempat yang tak bisa kau lihat, aku akan selalu di MELIHATMU

Kesabaranku berbuah manis. Aku sempat putus asa dan jalan terburuk siap aku
ambil yaitu dengan mengunjungi langsung rumah Hye Min. Tapi tak ada keberanian
dalam diriku, jadi aku memutuskan untuk menunggu saja. Hari demi hari hingga
satu minggu lamanya. Aku sangat senang saat mengetahui Hye Min kembali
beraktivitas. Tali yang mengikat kuat tubuhku terasa mengendur. Satu beban
rasanya menghilang. Aku bisa tersenyum lega, walau ia tak lagi menggunakan bus
umum. Setidaknya aku tetap bisa melihat kedaannya yang tercermin baik-baik saja
setelah kejadian itu. Mungkin tampak luar, entahlah dengan tampak dalamnya.
Sabtu siang, dengan cuaca berangin dan suhu sedang melingkupi kota elit ini. Aku
melajukan motorku menjauhi hunian yang terlihat mencekam rumahku. Aku
hendak melakukan kegiatan yang menjadi rutinitasku memantau gadisku setiap
kali ada kesempatan. Aku tak mau menyia-nyiakan satu detikpun walau sekedar
memandangnya. Karena itu menjadi penawar rasa sakit yang selama ini aku
rasakan. Kebencian yang menggebu-gebu sekarang sirna tergantikan dengan
kebahagiaan duaniawi. Bagaimana bisa beberapa menit memadang gadis itu
membuat aku menjadi melupakan tujuan utamaku? Aku pun bingung. Mungkin
memang benar kata salah satu artikel yang pernah aku baca kalaupria hanya
membutuhkan waktu 8 detik saja untuk jatuh cinta. Bukti nyatanya adalah aku
Yoo Chang Hyun.
Beberapa menit meghabiskan waktu menembus jalanan kota, aku tiba di sebuah
toko bergaya italia milik salah satu informanku. Inilah tempat yang selalu aku
jadikan sebagai persembunyian andalan. Dari dalam toko itu, aku dapat melihat
sang Kakek informanku yang memang sudah berkepala 5 tersenyum menyadari
kedatanganku. Sesegera mungkin aku merapikan baju, memakai topi dan masker
berwarna senada. Lalu berjalan menuju tujuanku. Halte..
Setibanya di halte, beberapa gadis menatapku aneh dan kagum bersamaan. Apa
dengan keadaan ini ketampananku tetap terlihat? Aku rasa tidak. Tapi kenapa
mereka bersikap seolah-olah aku adalah idol yang baru saja keluar dari grupnya.
Oh tuhan. Aku harap Hye Min tak seperti mereka saat mengetahui siapa aku
sebenarnya. Satu jam aku berdiri bersender pada pohon sakura berjarak lima meter
dari pemeberhentian bus itu. Tak ada tanda-tanda Hye Min. Dan sialnya aku baru
ingat ketika mengecek ponselku. Ini hari sabtu, dan yang aku tau Hye Min tak
memiliki kelas di hari itu.
Why Im so stupid. Just thinking bout her and now I feels like someone who didnt
step in this earth
Barangkali roh ku melayang-layang di udara. Hingga aku melupakan hari dimana
seharusnya aku tak keluar rumah. Ada sesuatu yang janggal dalam benda rapuh
disebut hati. Aku mengkhawatirkan Hye Min tak seperti biasanya. Jadi aku
memutuskan untuk pergi menilik ke apartemen gadis itu. Aku menunggu berjamjam tanpa lelah, dan siang berganti malam. Aku haus, jadi aku pergi ke salah satu

caf tak jauh dari aprtemen Hye Min yang kebetulan adalah caf milik informanku
yang lain. Aku duduk di tempat khusus tanpa tatapan orang-orang yang akan
mengusik ketenanganku.
Driiinggggg drinnggggg..
Ponselku berdering. Menunjukkan bahwa alat pelacak yang terpasang di benda ini
berfungsi ketika orang yang dimaksudkan berada tak jauh. Aku segera beranjak
dan meninggalkan lembaran uang di atas meja. Berjalan cepat sambil beberapa kali
melirik ke arah ponsel.
Saat dentingan semakin kencang, aku tau itu artinya Hye Min memang berada di
suatu tempat tak jauh dari posisiku sekarang. Tapi dimana dia?
Langkahku memelan seraya memastikan jika alat ini memang sedang berkerja. Tak
jauh dari kakiku manapak saat ini, aku melihat segerombolan preman sedang
menganggu seorang gadis dengan barang belanjaan yang telah berhamburan di
tanah. Detik pertama, aku tak berniat menggubrisnya. Sampai detik kedua datang,
dimana gadis itu meronta-ronta mencari jalan keluar pikirku. Aku melihat di balik
remang cahaya lampu jalan, dan gadis itu berteriak minta tolong. Suaranya? Hye
Min.. Matanya terlihat di antara celah tubuh preman ini.
Itu gadisku
Itu Hye Min
Mataku membulat marah. Ponsel ditangan ku remas kuat dan terbanting begitu
saja. Aku berlari menuju Hye Min.. Hyeee Miiinnndengan sekuat tenaga aku
berteriak, namun terlambat mereka telah lebih dulu mendorong tubuh Hye Min
kasar hingga terjatuh dan membentur kuat pohon. Aku kalut dalam amarah.
Bruuggg
bruuggg
Satu persatu bajingan ini aku hantam dan tendangan kuat tak henti-hentinya aku
layangkan. Amarah yang menyelimutiku tak dapat ditahan. Jika terjadi apa-apa
pada gadisku maka kalian semua akan mati. Mereka ketakutan dan pergi dari
pandanganku dengan tertatih-tatih. Aku langsung mendekap Hye Min, memegang
pundakknya, berharap ia tak kenapa-kenapa.
Hye Minn.. sadarlah. sadarlahh
Aku berucap dengan takut. Sejenak aku melupakan siapa aku sebenarnya. Mata
gadis ini perlahan menutup. Tidak.. jangan.. tidak Hye Minahh. Tanganku
mengguncang tubuhnya, ia merespon dengan kembali membuka mata beratnya.

Namun saat sesuatu yang hangat dan tercium amis mengalir menyentuh kulit
tanganku yang menahan kepalanya, aku semakin panik dan khawatir. Astaga..
darah. Hye Min aku mohon, kuatlah.
Tanpa pikir panjang lagi. Aku mengendong tubuhnya, membawanya ke caf tadi.
Sementara waktu, biarlah ia terbaring sebentar disana menunggu sekitar 5 menit
sampai mobil suruhanku datang dan membawa kami menuju rumah.

***

Jam menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh menit. Tak ada tanda-tanda
Hye Min akan pulang. Sedang di apartemen kecil itu, Jikyo dan Yongie telah rusuh
menunggu kepulangan Hye Min yang kabarnya tak terdengar di telinga mereka
berdua.
Eonni.. Apa kau yakin tak tau Hye Min dimana?Yongie bertanya gusar sambil terus
mondar-mandir di depan Jikyo yang masih asyik dengan ponselnya.
Harus berapa kali aku katakan Yongie, aku benar-benar tak tau dimana dia. Hmm
tunggu, aku akan coba hubungi dia duluJikyo pun menselancarkan jari-jarinya di
keypad screen ponsel bermerk itu. Lalu menggerakkan tangan menunjukkan layar
benda persegi itu pada wajah Yongie. Tuuut tuuuutt..
Suara deringan terdengar dari dalam kamar.
Oh tuhan. Dia pasti lupa membawa ponselnyaucap Yongie berlari kecil ke kamar
untuk mengecek kebenaran ucapannya. Detik selanjutnya ia kembali ke ruang TV
dan ikut mendudukan dirinya di samping Jikyo sambil menyeruput jus jeruk milik si
empunya yang masih sibuk memainkan jarinya di screen touch Jika dalam 1 jam
lagi, Hye Min belum kembali. Apa yang harus kita lakukan eonni?Yongie melirik
Jikyo dari sudut matanya.
Aku akan telfon Niel, dan minta bantuannya untuk mencari Hye Min. Dan lakukan
hal yang sama pada Chunjisahutnya tanpa menoleh..
Eonniiiii.. Aku sedang serius
Yongie.. Tenanglah. Tak akan terjadi apa-apa pada Hye Min. Kau hanya terlalu
khawatir

Iya.. aku tau. Tapi bagaimana bila psikopat yang ia ceritakan itu menculiknya
Itu tidak mungkin terjadi, jadi berhentilah berfikir berlebihan. Lebih baik sekarang
kau hubungi Chunji dan minta dia datang kamari. Aku sudah kabari Niel. Dalam 15
menit ia akan datang. Aku tau kau sangat khawatir, tapi ingatlah Yongie. Ucapan
adalah doa. Dan jika kau selalu berfikir buruk dan mengucapkannya, apa kau mau
itu benar-benar terjadi?
Tentu saja tidak eonni. Maafkan aku
Sudah, sana ambil ponselmu dan telfon Chunji. Tak hanya kau saja yang khawatir
pada Hye Min. Aku sebagai kakak kalian pun sama. Hanya saja, disini aku harus
bisa bersikap lebih tenang. Agar kau juga bisa tenang. Mengertikan..
Iya eonni, aku menyayangimuYongie mengulas senyuman dan memeluk
kakaknya itu singkat, lalu kembali kekamar untuk mengambil ponselnya.
Sudah berlalu satu jam, ini sudah tengah malam. Tapi Hye Min belum juga pulang.
Niel dan Chunji telah sampai di apartemen tiga puluh menit yang lalu, sambil
membawa beberapa cemilan kesukaan para kekasihnya itu.
Niel merapat ke Jikyo yang duduk di sisi sofa panjang. Matanya menggoda gadis
yang sama sekali tak menggubris sikapnya itu Kau belum mengantuk? Tidurlah ini
sudah tengah malam.. Atau kau mau aku temani tidur jika kau takutkalimat terusmenerus meluncur dari bibir Niel. Sambil sesekali menyenggol pundak Jikyo yang
tetap tak merespon.
Brakkk..
Niel tersungkur tanpa persiapan. Kepalanya duluan menyentuh lantai. Sedang
disana masih dengan kaki yang terlihat diluruskan, Jikyo tersenyum puas menatap
kekasih gombalnya itu meringis kesakitan. Jangan bercanda Niel. Situasi sedang
tak baik..ucap gadis itu selanjutnya membantu Niel untuk berdiri.
Aduhh.. aaakk.. sakitNiel membuat-buat wajahnya semelas mungkin agar di
kasihani oleh Jikyo. Walau Jikyo mengerti itu hanya akal-akalan Niel saja. Tetapi ia
bukan gadis tega, yang membiarkan kekasihnya kesakitan setelah fakta
mengatakan bahwa gadis itulah yang membuatnya sakit. Jikyo memapah tubuh Niel
kembali ke sofa. Lalu beranjak mengambil minuman di dalam kulkas.
Chunji dan Yongie terkikik melihat tingkah dua orang itu. Dan saling menatap satu
sama lain dengan pandangan geli. Yongie duduk disebarang Niel. Jadi jelas
peristiwa naas tadi langsung tertangkap oleh matanya. Tawa Yongie sejak tadi
ditahan hingga pecahlah semuanya saat Jikyo berlalu ke dapur.

Sungguh.. Hahahahah.. kalian pasangan ter-so-sweet abad ini.. Hahahahajarinya


menunjuk kearah Niel yang sedang melempar tatapan sinis padanya sedang tangan
lainnya memegang perut yang mulai terasa sakit Jangan begitu Niel.. Aku hanya
bercandasambung gadis bermarga Lee itu, takut jika nanti Niel akan menelannya
hidup-hidup.
Yongie hentikan. Kau terlalu banyak tertawa. Kalau tenggorokanmu sakit
bagaimana? Kau akan merengek seperti bayi dan minta ini itu ini itu.. Jadi aku
mohon sekarang hetikan tawamuChunji menyela di antara gelak Yongie. Gadis itu
diam seketika mendapat hantaman benda tumpul pada jiwanya yaitu kata-kata
chunji yang seperti judul film layar lebar Skak Mat.
CHUNJIIII.. AAA KAU TEGA.. KAU TEGA MENGATAKAN ITUsekarang yang terjadi
malah sebaliknya. Yogie meringis seperti bayi. Ia melangkah mendekati Chunji
dengan smirk tak tertinggal dari mata sipitnya itu. Ia duduk dengan kasarnya, lalu
memukul-mukul Chunji gemas Apa kau bilang tadi? Aku akan merengek seperti
bayi? Huh? Oke rasakan sifat kebayianku dan rasakan bagaimana rasanya
mengahadapi bayi besar sepertikuuuuuuuteriaknya lagi membuat Jikyo yang baru
saja tiba membawa nampan dengan jejeran gelas berisi jus jeruk itu tersenyum
sambil menggeleng-gelelngkan kepalanya.
Sudah, ini sudah malam. Tak enak jika tetangga mendengar. Entar di sangka ada
apa-apa lagiseraya meletakkan nampan itu di atas meja. Jikyo berucap. Yongie
yang menyadari teguran dari sang kakak langsung menghentikan aksi bayinya
itu.
Maafkan aku eonni..celetuk Yongie menyesal. Wajahnya berubah khawatir tak
kalah dengan Jikyo yang juga merasakan kecemasan dalam hatinya Bagaimana
ini? Hye Min belum juga pulang.. Tindakan apa yang harus kita ambil. Kita
mencarinya atau melapor ke polisi saja?ada nada sedih terselip di setiap kata yang
di ucapkannya.
Lebih baik kita mencarinya saja dulu. Barangkali dia masih di luar bersama
temannyaChunji menyahut dengan ide yang seharusnya dikeluarkan sejak tadi.
Jika bertemu dengan teman, biasanya dia akan mengatakan itu pada kamibalas
Yongie
Mungkin dia sudah mengatakannya, tapi kalian saja yang lupa. Sudahlah.. jangan
membuang-buang waktu lagi. Ini sudah lewat tengah malamNiel menyahut. Ia
menumpuk tangan di dada, mencoba bersikap setenang mungkin. Walau jelas
wajahnya tampak berkerut menunjukkan kekhawatiran.

Niel benar, semakin cepat kita mencarinya maka semakin cepat pula kita
menemukannya. Jadi ayo, aku akan ambil jeket duluJikyo membenarkan.

Udara malam terasa menusuk hingga ke kulit. Namun bagi ke empat orang ini
Niel, Chunji, Jikyo dan Yongie. Tak ada kata menyerah sebelum mereka
mendapatkan sedikit saja informasi tentang keberadaan Hye Min. Mereka tak
menggunakan kendaraan, tentu saja. Karena mereka masih mencari Hye Min di
sekitaran kompleks. Di tengah-tengah pencarian mereka, Jikyo sempat teringat
akan keadaan kulkas yang stock barang-barang di dalamnya menipis. Jadi ia
berfikir, barangkali Hye Min keluar untuk membeli barang-barang tersebut di
minimarket yang memang buka dua puluh empat jam tempat biasa mereka
mendapatkannya. Tanpa meminta persetujuan dari yang lain, Jikyo langsung berlari
ke arah minimarket yang berjarak dua puluh meter didepan sana. Sedang teman
lainnya, buru-buru mengikuti langkah Jikyo di belakang. Dengan napas setengah
hilang, ia sebisa mungkin merangkai kata menjadi kalimat. Ditanyakannya pada
pegawai minimarket itu apakah salah satu dari mereka melihat Hye Min.
Dideskripsikannya rupa Hye Min dengan terbatah, namun dengan cepat dari balik
punggung Jikyo, Yongie menunjukkan foto Hye Min di ponsel ke arah pemuda yang
berdiri di sebarang meja kasir.
Maaf saya tidak melihatnya. Saya baru saja berganti shift. Mungkin teman saya
yang sebelum ini berjaga. Tapi jika kalian ingin bertemu dengannya, kalian bisa
pergi ke rumah di belakang minimarket ini. Dia tinggal di sana
Ucapan kasir itu di cerna cepat oleh ke empat orang ini. Setelah mengatakan
terima kasih, langkah mereka beralih mencari rumah yang di maksudkan. Tak
berapa lama, mereka menemukan rumah itu dan dengan sangat sopan mengusik
ketenangan orang di dalam sana. Beberapa kali panggilan dan gedoran pintu pagar,
akhirnya seorang gadis dengan tinggi semampai keluar menemui mereka. Tak ada
basa-basi, pertanyaan tentang Hye Min di lontarkan begitu saja oleh Yongie sesaat
setelah gadis itu membuka pintu. Chunji memperingatkan tindakan Yongie yang
memang sedikit kurang sopan itu dengan menyela dan berbicara baik-baik. Ada
titik terang di jawabannya, namun tetap tak memberikan petunjuk apa-apa tentang
keberadaan Hye Min. Gadis itu memang bertemu dengan Hye Min, sama halnya
bertemu dengan pembeli-pembeli yang lain. Hanya selintas dan tak terlalu
mengingat hal-hal mendetail. Tetapi setidaknya ini membuktikan jikalau Hye Min
keluar rumah memang untuk ke minimarket.
Rasa kecewa mulai menyelimuti diri Jikyo dan Yongie sebagai sahabat mereka.
Untunglah di sana ada Niel dan Chunji yang notabenenya adalah kekasih dua gadis
ini. Jadi mereka bisa membantu mengurangi kekhawatiran berlebih Jikyo dan
Yongie.

Ini sudah dini hari, jalanan sepi tanpa penghuni. Hanya ada tiupan angin malam
yang dingin dan rancau binatang kecil di sudut-sudut jalan. Jalan yang mereka lalui
saat pergi berbeda dengan jalan pulang. Posisinya melingkar, jadi jika mengitari
jalan itu tetap akan menemukan tempat semula. Artinya walau dari arah manapun
mereka memulai perjalanan, tempat semula, rumah-rumah, jalanan, trotoar yang
mereka lewati sama. Lain halnya apabila telah sampai di ujung kompleks. Maka
akan menemukan jalan lurus dan di sambut sebuah halte.
Kau kedinginan?Niel melirik Jikyo yang sedang mengusap-usap kedua telapak
tangannya. Dengan penuh perhatian, ia melapisi tubuh Jikyo dengan jaket yang
semula menempel di tubuhnya.
Jangan lepaskan jaketmu Niel, aku baik-baik saja. Lagipula aku juga menggenakan
jaketJikyo menolak aktivitas Niel, dan berusaha memakaikan kembali jaket itu ke
pemiliknya. Namun Niel sangat tau, gadisnya ini keras kepala. Bagaimana mungkin
ia hanya menggunakan jaket tipis di tengah udara malam yang terasa seperti
guyuran es.
Jangan membantah, lihat kau sudah terlihat pucatPada akhirnya Jikyo menerima
perlakuan Niel, jelas senyuman tipis tergurat manis di pipi mereka berdua.
eekkhhmmmdeheman kesal keluar dari tenggorokan Yongie. Gadis ini pasti
cemburu melihat ke so-sweet-an yang selalu saja di umbar-umbar oleh pasangan
ini. Bagaimana tidak, Niel dan Jikyo sangat searasi. Yang satu keras kepala dan
yang satu lagi kepala batu. Eh tunggu? Apa itu sama saja. Ralat.. Niel orang yang
perhatian dan romantis sedang Jikyo lebih ke manja. Jadi wajar jika mereka sangat
cocok. Tapi Chunji.. pemuda ini memang tampan bahkan mengalahkan ketampanan
dewa Yunani. Hanya saja sifat dingin dan tak memberi perhatian lebih, membuat
Yongie enggan berlama-lama menyaksikan kemesraan Niel dan Jikyo yang hanya
akan menimbulkan keirian.
Kau masuk angin?sontak pertanyaan ini membuat Yongie mendengus kasar.
Kenapa pemuda di sampingnya ini mempunyai otak sekecil udang. Apa dia tak
mengerti apa itu hard code?? Dengan wajah masam, Yongie memutar bola
matanya ke arah jalan. Ia tak menggubris pertanyaan Chunji yang seperkian detik
tadi menanti jawaban.
Tunggu!!
Langkah gadis ini tiba-tiba saja terhenti. Membuat ketiga orang lainnya menatap
bingung. Ia lalu melangkah ke salah satu pohon sakura di pinggir jalan. Matanya
melebar saat melihat barang-barang belanjaan susu sehat, telur, keju, roti, dan

penyedap rasa berhamburan di jalan. Ia menutup mulutnya dengan tangan tanpa


sadar. Rasa kekhawatiran kembali menyeruak di benakknya.
Apa yang terjadi pada Hye Min?
Dari belakang teman-temannya hanya melihat, sampai detik di mana Yongie
ambruk terduduk di jalan. Chunji orang pertama yang berlari menghampirinya.
Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi Yongie?Chunji mendekap tubuh Yongie.
Dapat dirasakannya gadis itu ketakutan.
Sambil terisak, masih menutup mulut dengan rasa tak percaya akan pikiran buruk
yang melayang-layang di benakknya, Yongie menjawab dengan terbatahHye..
Hye .. Min.. se.sesuatu yang buruk pasti terjadi padanyanya Chunji-ya
Bagaimana kau bisa berfikiran seperti itu. Percayalah Hye Min pasti baik-baik saja
sekarangChunji mencoba menenangkan.
Dibelakang mereka, Jikyo melihat-lihat keadaan sekitar. Dan saat akan mengerti
apa yang membuat Yongie menjadi seperti ini, Jikyo pun mulai merasa tubuhnya
juga melemah. Tapi tidak, dia harus kuat. Dia tak boleh terhanyut dalam rasa takut,
setidaknya ada satu orang yang bisa membuat teman-temannya yang lain tak
merasa khawatir sehingga mereka tak berfikiran yang buruk tentang keadaan Hye
Min.
Darah
Alangkah terkejutnya Jikyo, saat melihat darah kering di bagian bawah pohon
sakura. Keadaan yang hanya remang-remang akibat letak lampu jalan berada
beberapa meter di depan mereka membuat penglihatan sedikit terganggu. Tetapi
tidak dengan Jikyo, ia memastikan kalau yang ia lihat tidak salah. Ia mendekati
pohon itu. Lalu bau amis segera menyerang indera penciumannya. Tidak salah lagi,
bercak di pohon ini adalah darah.
Apa? Eonni..Eonni.. eonnii apa yang terjadi pada Hye Min?Yongie semakin histeris,
tangisan terus keluar dari balik mata sipitnya itu. Chunji pun mengeratkan
pelukannya, mendekap Yongie dengan hangat.
Tenanglah.. aku mohon.. tenanglahbisiknya lembut mengalahkan hemusan angin.
Jikyo hampir limbung, kalau saja Niel tak dengan cepat menahan bahunya. Wajah
pucat Jikyo semakin terlihat, walau ia berusaha keras untuk tak
memperlihatkannya. Jangan di paksakan. Kau itu gadis lemah. Jika ingin menangis,
menangislahNiel berbisik. Seketika itu juga, buliran bening meluncur di sudut mata
Jikyo. Untungnya posisi mereka membelakangi Chunji dan Yongie. Jadi bisa
dipastikan mereka tak bisa melihat tangisan itu Kau sudah merasa tenang?Salah
satu tangannya ia arahkan mengusap air mata Jikyo. Sedang tangan lainnya masih

melingkar di bahu gadis itu. Jikyo hanya mengangguk tanpa suara, ia tak mau suara
isakannya sampai terdengar oleh Yongie.
Ini sudah jama tiga pagiNiel melirik ke arah jam di tangannya lebih baik kita
pulang saja, kita lanjutkan mencari Hye Min besoksambungnya lagi dan mendapat
persetujuan dari yang lain.

***

Selasa, 01.20 KST

Mataku yang terasa berat terbuka. Beberapa kali aku mengerjap berusaha
menghilangkan pandanganku yang buram. Sampai semua kembali seperti semula,
mataku langsung menyelidik. Memperhatikan setiap sudut ruangan ini. Tunggu!!
Ruangan? Kamar? Ini kamar.. Aku tersadar dan tiba-tiba saja kejadian malam itu
terputar kembali bagai kaset di kepalaku.
Akkhhh
Sakit. Kepalaku terasa seperti di hujami jarum. Nyeri yang teramat sangat seketika
meraup di sekitaran kepalaku. Ada perban di sana. Perban putih yang dibalut
melingkar tepat di titik rasa sakit itu berasal. Astaga. Sudah berapa hari aku tak
sadarkan diri. Tetapi kenapa kejadian itu seperti baru saja aku alami beberapa jam
atau bahkan menit yang lalu. Aku kembali melirik ruangan yang jelas aku tau ini
bukan kamarku. Ruangan yang di dominasi warna putih gading. Terkesan mewah
memang, tapi ini kamar siapa? dan dimana aku sebenarnya?.. Aku berniat bangun,
sekedar mendudukkan diri di atas kasur berukuran king yang terletak di tengahtengah ruangan ah maksudku kamar ini. Tanganku terinfus dengan selang panjang
di samping kiriku. Aku bingung, sampai sebuah suara baritone menyadarkanku akan
kehadiran sosok yang entah sejak kapan berdiri di sana.

Kau sudah pingsan selama tiga hari. Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau sudah
merasa baikan?Sosok itu berjalan mendekat. Sosok yang sama sekali tak aku
kenali Ini rumahku.. Dan sekarang kau berada di salah satu kamar di rumah
inilanjutnya seakan-akan mengerti setiap pertanyaan yang menyerang otakku. Ia
menumpuk tangan di dadanya santai. Seakan-akan menenangkan suasana di
antara kami.

Aku menatap sosok itu lamat. Mataku tak berkedip sama sekali, karena berusaha
melihat wajah pemilik suara baritone ini. Kebingunganku semakin bertambah, aku
yakin sekarang keningku sedang membuat lipatan yang disebut dengan kerutan.
Anehnya kenapa di dalam rumah sosok ini menggunakan topi? Hingga ia berada
satu meter dari kasur ini, langkahnya berhenti. Ia menatapku tanpa aku bisa
melihat bentuk tatapan seperti apa yang ia ditujukan.
Topi.. Topi hitam.. topi?? Astaga. Dia psikopat itu. Bagaimana mungkin sekarang
aku berada di rumahnya. Berfikir Hye Min, berfikirlah. Jangan keluarkan rasa
takutmu sekarang, atau kemungkinan terburuk akan terjadi.

Sepertinya kau sudah menyadari siapa aku?ucapnya datar membuyarkan


pikiranku yang berkecamuk. Aku tak mengalihkan penglihatanku dari sosok yang
aku yakin adalah psikopat yang beberapa minggu lalu selalu menghantuiku.
Tangannya bergerak membuka penutup kepala berwarna hitam polos itu. Aku tak
habis pikir, wajahnya, mata coklatnya yang indah, kulitnya yang seputih salju,
rambut coklat yang bersinar dan tubuh yang emm tidak terlalu tinggi untuk
kalangan pria di Korea segera merasukiku. Aku membeku melihat jenis Dewa
Yunani macam apa sosok di depanku saat ini. Sempurna adalah kata yang tepat
untuk menggambarkan pemikiranku.
Jangan melihatku seperti itu, apa aku membuatmu takut.. Hye Min-ah?Ia bertanya
dengan suara yang lembut dan mengalun bagai melodi di telingaku. Stop!! Sadar
Hye Min sadar. Dia bertanya dan sekarang kau harus segera menjawabnya.
Dewi batinku sungguh dilemma. Di satu sisi aku ketakukan dan ingin sekali rasanya
lari membawa tubuh lemah ini. Tetapi di sisi lain aku takjub akan karya Tuhan di
depan mataku, tak bisa aku pungkiri ia menghipnotisku. Matanya yang menatapku
intens seakan-akan membawaku ke alam surgawi. Tak ada pemberontakan yang
ingin aku lakukan, malah sebaliknya. Aku hanya terdiam tak tau harus berbuat apa.
Apa kau yang menyelamatkanku dari preman-preman itu? Sebelumnya terima
kasihaku mengimbangi suaraku yang terasa bergetar karena takut. Bukannya
menjawab, aku malah melempar pertanyaan lain kepadanya. Karena teringat akan
seseorang yang berlari kerahku malam dimana preman-preman sialan itu
menggangguku. Dan di sinilah aku berada, menatap kearah pemuda yang sedang
tersenyum, senyuman yang membuat jantungku berdetak sangat cepat. Kenapa
sekarang aku tak bisa mengendalikan diriku. Bodoh, bodoh, bodoh rutukku dalam
hati.
Aku hanya ingin melindungimu, jangan salah paham tentang aku atau diriku yang
psikopat iniDarrr.. ia menembakku dengan pistol bertubi-tubi. Kata-katanya
membuatku membisu. Darimana ia tau semua itu? Oh sungguh, dia bukan hanya
psikopat tetapi juga penguntit. PE-NGUN-TIT. Aku memutar bola mataku jengah.

Rasa kesal tiba-tiba saja menyelimutiku. Dan kejadian-kejadian di halte kembali


menyeruak di pikiranku. Jadi dia orangnya? Orang yang selama ini membuat
hidupku terasa sangat tidak nyaman.
Muncul secara tiba-tiba, menakutiku, mengawasiku, mengatakan hal aneh,
menciumku aku rasa wajahku memerah memikirkan ini dan sekarang ia
mengatakan hanya ingin melindungiku. Demi Tuhan, ia tak berhak melakukan itu
secara diam-diam jika saja aku tau pemuda ini ternyata sangat tampan. Bukannya
aku rela ia melakukan semua itu jikalau aku mengenalnya, tetapi setidaknya ia tak
membuatku takut hingga harus mengurung diri tak jelas di rumah.
Maaf.. kau bilang apa? Kau hanya ingin melindungiku?aku tersulut emosi. Mataku
menatapnya tak senang dan ia balik menatap tak senang ke arahku. Bukankah
yang seharusnya marah disini adalah aku, tetapi kenapa ia ikut-ikut bermasam
muka.
Detik selanjutnya wajah pemuda ini merileks, mungkin ia tak mau membuatku
takut. Ia mendekat lagi kearahku, aku dapat merasakan kasur ini bergerak. Ia duduk
tepat di samping kiriku, dan tanpa izin memisahkan jarak di antara kami Jangan
marah padaku Hye Min. Maafkan aku jika aku membuatmu takutucapnya tepat di
telingaku. Jika kalian berfikir saat ini ia memelukku, maka kalian benar.

Suasana ruangan bergaya eropa itu perlahan menenang. Chang Hyun tau, gadisnya
pasti sangat marah atas apa yang ia lakukan selama ini. Tapi, ia tak punya cara lain
selain mengamati dari kejauhan dan melakukan hal yang well hanya itu yang bisa ia
lakukan. Tanpa menunggu otaknya merespon, Chang Hyun mendekap tubuh Hye
Min ke dalam pelukannya, menyatukan jarak di antara mereka. Untunglah, Hye Min
tak memberontak. Lagi-lagi aliran listrik terasa menjalar di tubuh Hye Min dan
begitu pula yang terjadi pada Chang Hyun. Hingga berlalu beberapa menit, pelukan
itu melonggar. Hye Min mendorong tubuh Chang Hyun menjauh.
Jangan sakiti akulirihnya dengan air mata yang mulai mengalir disudut-sudut
mata lemah itu. Hye Min tertunduk tak berani melihat pemuda di depannya.
Ketakutan yang ia rasakan saat ini adalah ketakutan yang sama seperti kejadian di
halte. Memang benar, berada di pelukan pemuda ini terasa sangat hangat dan
menenangkan seperti pelukan orang terkasih. Tetapi, semua ini salah. Hye Min tak
mengenal pemuda ini dan Hye Min bukan tipe gadis yang dengan rela menerima
perlakuan sepasang kekasih dari pemuda manapun yang belum resmi menjadi
kekasihnya.

Chang Hyun mengacak rambutnya gusar. Ia sungguh tak tau apa yang harus
dilakukannya untuk membuat Hye Min mau mengerti bahawa ia bukanlah orang
jahat. Ia beranjak meniggalkan kasur, berlalu keluar dan membanting pintu cukup
keras. Suara dentingan pintu terkuci sangat jelas tertangkap indera pendengaran
Hye Min. Gadis ini terkesiap, merasa bingung sekaligus takut dengan sikap pemuda
itu. Ia manangkup wajahnya frustasi. Ia harus mencari jalan untuk keluar dari rumah
ini. Tapi bagaimana?

Sedang di luar pintu. Chang Hyun terduduk tanpa kekuatan. Ia juga merasa takut,
karena gadisnya itu masih menganggapnya sebagai orang jahat. Tak berselang
lama, ia sadar akan emosi yang tak pernah bisa ia kontrol jika meluap. Pasti
sekarang Hye Min semakin takut padanya. Jadi ia memutuskan kembali ke kamar itu
setelah merasa amarah yang menyelimutinya meredam.
Maafkan aku Hye Min. Percayalah.. aku bukan orang jahat
Chang Hyun berdiri di depan kasur menatap Hye Min yang menyembunyikan
kepalanya di lutut. Gadis itu tak merespon. Tetap setia pada posisinya.
Punggungnya bergerak naik turun, pertanda isakan yang tak kunjung reda.
Sebentar lagi dokterku akan datang untuk memeriksamu. Jika kau butuh sesuatu,
kau bisa tekan tombol di meja itu
Hye Min mengangkat kepalanya mendengarkan ucapan pemuda yang masih belum
diketahui namanya itu. Lalu melirik ke arah tombol yang memang bertengger di
nakas samping kirirnya. Tak lama setelah itu, perut Hye Min terasa berkerut dan
nyanyian dari cacing-cacing sialan yang tak tau situasi saat ini seperti apa pun
tetap bebunyi. Dari sebrang sana Chang Hyun dapat mendengar dengan jelas,
bahwa gadisnya itu sedang kelaparan. Bagaimana bisa ia lupa. Selama tiga hari
pingsan, gadisnya hanya memakan nutrisi dari cairan infuse. Dan sekarang
perutnya pasti sangat kosong, hingga bunyi yang di timbulkan tak kalah lantang
dengan suara dentuman drum.
Aku akan suruh suster-mu membawakan makanan. Tunggulah sebentarMu? itu
kepemilikanku. Apa dia sengaja menyewa suster untuk merawatku selama sakit
benak Hye Min berfikir.
Chang Hyun hendak beranjak pergi. Namun, panggilan Hye Min mencekat jalannya
Maaf.. Apa aku boleh ke toiletdengan polosnya ucapan itu keluar. Chang Hyun
tersenyum menyadari gadisnya itu mulai mau berinteraksi lebih.
Tentu saja
Tidak usah.. Aku bisa sendiri

Hye Min dengan cepat menolak pemuda yang akan membantunya turun dari kasur.
Ia memang sakit, tapi Hye Min bukanlah bayi yang ke toilet saja harus di temani.
Dan lagi, pemuda itu pasti tau alasannya tanpa dijelaskan. Hye Min berusaha
menggerakkan tubuh kakunya. Tidur selama tiga hari membuat persendiannya sulit
untuk diajak kompromi. Alhasil pemuda yang masih berdiri di samping tempat tidur
itu menggendong Hye Min dengan paksa dan refleks tangan gadis itu melingkar di
leher Chang Hyun. Membawa Hye Min hingga di ambang pintu lemari.
Lemari?tanya gadis itu bingung. Tubuhnya di turunkan dari gendongan Chang
Hyun. Dan Chang Hyun pun melempar pandangan geli. Apa di jaman seperti ini
masih ada yang tidak tau walk in closet? pikirnya ragu. Hye Min hanya berdiri
memandangi lemari besar didepannya. Sekarang yang ia butuhkan hanya toilet.
Tetapi pemuda ini malah menunjukkan lemari yang wah dan pasti berharga mahal.
Buka pintunya.. di dalam sanalah tempat yang kau butuhkan sekarangChang
Hyun mendorong tubuh Hye Min setelah pintu terbuka. Dalam hati Hye Min
bergeming takjub. Lagi-lagi barang mewah lainnya. Kamar mandi saja di buat
sangat indah dengan batu alam. Siapapun yang berada di dalam sini pasti betah
berlama-lama.

A Smiling Face

Part 2

***

Aku Yoo Chang Hyun, pemuda berumur 22 tahun yang hidup bersama dengan
seseorang yang aku sebut dengan hyung Bang Min Soo. Hanya dia teman,
sahabat, kakak, mungkin juga yang menggantikan posisi ayah dan ibuku yang
selama ini selalu berada di dekatku. Yang setia menemaniku di situasi apapun,
sekalipun itu situasi terburuk. Aku mengagumi ketegasannya, kewibawaannya, dan
keseriusannya saat mengelola perusahaan peninggalan ayah yang kini hanya
tinggal nama.
Ayah dan Ibuku sudah meninggal sejak aku berumur 3 tahun dalam kecelakaan
pesawat. Informasi yang aku dapatkan dari beberapa informan perusahaan.
Pesawat yang digunakan ayah dan ibu saat akan melintasi benua Asia menuju ke
Amerika itu telah di sabotase oleh musuh balik layar. Dan tentu saja, musuh itu
belum tercium keberadaannya hingga detik ini. Aku menyesal, karena aku adalah
ahli waris satu-satunya tapi tak dapat berbuat apa-apa selama 22 tahun ini. Bahkan

aku melupakan bagaimana nyatanya wajah ayah dan ibuku. Hanya ada foto yang
terpajang di kamar mereka dan beberapa foto masa kecilku yang akan selalu
mengingatkanku betapa hangatnya pelukan dan kasih sayang mereka. Aku
memutuskan untuk memberikan wewenang kepada Minsu hyung, hanya sementara
saja sampai aku benar-benar siap untuk memegang jabatan itu.
Aku cukup ahli dalam hal melacak, oleh sebab itulah aku tak pernah mau bila di
perintah langsung ke perusahaan. Aku hanya ingin bersembunyi dan akan lebih
baik bila aku tak dikenali oleh siapapun. Hingga suatu hari, dimana salah satu
informan kepercayaanku memberikan informasi bahwa musuh balik layar berada
di Seoul. Aku segera melacaknya dan menemukan posisi keberadaan pembunuh
keji tak berhati itu.
Goldens Hotel, tempat yang harus aku tuju agar tak kehilangan jejaknya lagi. Hotel
berbintang lima ini, menguatkan satu bukti bahwa sang pembunuh memang bukan
dari kalangan biasa. Dia pasti orang yang sangat cerdik dan tentu saja kaya. Tapi
takdir berkata lain, saat mengecek dengan rasa kecewa yang mendarah daging
hingga saat ini aku kehilangan pembunuh itu. Padahal hanya satu langkah lagi aku
bisa mendapatkannya dan menyeretnya langsung ke neraka.
Mencarinya adalah salah satu obsesiku dan menyeretnya kedalam nereka adalah
prioritasku, aku sungguh berubah menjadi orang yang dingin dan anti sosial
semenjak rasa dendam terpatri di hati. Ya, aku harus menangkapnya dengan
tanganku sendiri. Jika dia mati, itu juga harus ditanganku.
Tapi, lagi-lagi takdir membelokkan rencana yang telah aku susun lurus. Tuhan
memang selalu punya jalan tersendiri, dan aku dipertemukan dengan malaikat
tanpa sayap yang mungkin adalah sosok yang sengaja dikirimkan Tuhan untukku.
Yoon Hye Min. Sangat mudah melacaknya, apalagi dia seorang mahasiswi
berprestasi di univeritas ternama Seoul. Hanya beberapa menit memandang
senyumannya, itu membuat hatiku runtuh dan tersentuh hingga ke dasar. Cantik
dan baik hati. Kesimpulan yang aku ambil kala itu. Tepat di saat aku mengerang
menahan amarah, Hye Min melintasi pandangan ku yang telah kacau dan
memperbaikinya hanya dalan seperkian menit saja.
Hingga obsesi balas dendam berubah menjadi sebuah kekaguman terhadap gadis
yang jelas aku tau, ia menyebutku seorang psikopat. Tak apa, selagi ia tak lepas
dari pandanganku aku rasa panggilan itu sangat cocok di sandangkan padaku. 1,2,3
hingga 4 bulan lamanya aku mencari tau semua tentang gadisku itu. Yaa, gadisku.
Ia tak boleh dekat dengan pemuda manapun, hanya aku dan harus aku. Sangat
sakit rasanya melihat ia berbicara dengan teman pria, apa ini yang dianamakan
dengan cinta? Bahkan aku tak tau bagaimana caranya mengartikan makna cinta itu
sendiri.

Apa sebuah kesalahan menunjukkan diriku padanya?


Aku sadar, hal yang aku lakukan untuk mendapatkan pembuktian tentang
keberadaaanku adalah hal terbodoh. Bukannya membuat gadis itu menyukaiku,
tapi fakta yang terjadi malah sebaliknya. Selama berbulan-bulan aku seperti
penguntit, benar-benar penguntit. Memerhatikan setiap gerak-geriknya,
mengikutinya kemanapun ia pergi dan mengambil beberapa gambar yang tanpa
sadar membuat aku semakin jatuh hati pada gadis berambut panjang itu. Alih-alih
disebut psikopat, aku lebih mirip seorang culprit.
Dan pada siang yang sangat cerah, di mana bus berhenti dihalte dekat kompleks
Hye Min tinggal. Aku meyakinkan diri, untuk mencoba bertatap muka langsung.
Tapi apalah aku, aku tak punya cukup keberanian dan tentu saja aku tak tau
bagaimana cara berkenalan yang baik. Kesibukkan yang mengharuskan aku tak
bercengkrama dengan orang lain adalah alasannya. Hingga refleks, tanpa diminta
tanganku merangkul pundak Hye Min saat akan turun bus. Ia pun langsung
menatapku penuh tanda tanya. Tapi jelas wajahnya merona. Dan itu membuatnya
terlihat menggemaskan. Aku hanya terpaku menatap gadis di depan mataku saat
itu, gadis yang terus saja berbicara panjang lebar yang mengisyaratkan bahwa ia
sedang marah padaku. Aku bergeming, membiarkan suaranya yang bagai melodi
cinta itu mengalun di indera pendengaranku. Tapi suasana menjadi hening, ia ikut
terdiam saat aku tak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya.
Chup ~
Sebuah kilas sapuan bibirku di bibir manisnya, berhasil membuyarkan lamunan
berarti di mata besar gadis itu. Secepat kedipan matanya, aku berlalu pergi
menghilang secepat mungkin dari pandangannya. Jantungku berdegup sangat
kencang, darahku serasa mendidih 100 derajat celcius. Bukan karena marah, tapi
karena aku sangat ketakutan sekaligus bahagia. Ciuman itu harusnya menjadi
ikatan untuk gadisku, agar ia tau. Sekarang ia adalah milikku.
Ini memang yang pertama aku lakukan, kontak langsung dengan seorang gadis
yang bahkan tak mengenaliku. Aku psikopat katanya? Hell.. julukan apapun itu asal
bisa membuat dia berada di lingkar mataku aku sanggup menerimanya. Ya walau
aku sangat yakin, jika gadis lain mendapat perlakuan seperti itu dia juga akan
menyebutku psikopat atau setidaknya pemuda cabul. Tapi sungguh, aku bukan di
antara keduanya. Mungkin julukan pemuda cabul, aku bisa memikirkannya lagi.
Mari aku jelaskan sedikit, psikopat itu orang yang sakit jiwa tapi tak sama dengan
gila. Dalam artian mereka orang yang antisosial dan cendrung melakukan hal-hal
merugikan bagi orang-orang disekitarnya dengan keasadaran penuh atas
perbuatannya itu. Tunggu, aku memang antisosial, tapi aku tak merugikan
siapapun. Lagi, psikopat itu selalu berkamuflase, memutar balik fakta, menebar

fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan serta keuntungan dirinya


sendiri. Di dalam kasus kriminal pun seorang psikopat dapat dikenali sebagai
pembunuh, pemerkosa atau koruptor. Jadi semua penjelasan ini sama sekali bukan
aku. Ok, aku suka berkamuflase hanya karena aku tak ingin dikenali bukan berarti
aku melakukan hal-hal yang menurutku bodoh itu.
Jadi jangan salah paham mengenai aku. Aku hanya pemuda berumur 22 tahun yang
bisa dibilang kurang kasih sayang. Apa aku harus menyanyikan lagu Meriang??.
Tolong jangan paksa aku. Aku sepenuhnya sadar, dan tak akan mau melakukannya.
Kali kedua, aku memperlihatkan lagi diriku di hadapan Hye Min. Tak ada ide di
otakku, bagaimana cara untuk sekedar bertegur sapa. Semua hilang karena
kegugupan melandaku. Gadis itu selalu bisa membuat aku lupa diri. Wajahnya,
binar matanya, senyum manisnya seakan-akan memformat seluruh pikiranku
tentang dunia dan mengalihkannya hanya pada gadis itu. Sungguh mantra apa
yang ia berikan hingga aku tak bisa bernafas tanpa ada dia sekitarku. Aku marah
pada diriku sendiri, karena tak mampu menunjukkan sisi baik yang harusnya bisa
membuat Hye Min setidaknya melihat kearahku. Tapi semua sudah sejauh ini, aku
tak mungkin bisa membalikkan waktu. Cukup aku saja yang menyukainya, cukup
jika perasaan ini di kubur di dasar hatiku. Aku tak mau egois, berharap lebih pada
gadis yang nyatanya membenciku. Itu menyakitkan.
Kau tak akan bisa menjauh dari pandanganku Hye Minah
Kalimat ini terlontar begitu saja, saat aku menarik tangannya turun dari bus.
Membisikkannya cepat hingga angin pun mungkin tak mendengar. Selang beberapa
detik ketika ia menyadari keberadaanku, selang itu pula aku tak lagi di
hadapannya. Lagi-lagi dengan cepat aku berlari meninggalkan gadis yang sudah
diam membeku. Ia pasti ketakutan, sangat ketakutan. Aku melihatnya dari
kejauhan, tempat dimana matanya tak bisa memandangku. Ia menangis, dan itu
sangat mengiris hatiku. Aku semakin takut akan kehilangan gadis ini. Gadis yang
telah mengisi kekosongan hatiku. Gadis yang sepenuhnya mengalihkan
duniaku.Hingga kenyataan itu datang, Hye Min tak menampakkan dirinya selama
seminggu. Aku terus memantau, namun Hye Min tetap kukuh bersembunyi di
dalam apartemen bertingkat itu.
Jangan menjauh
Tetaplah di sana
Walau dari tempat yang tak bisa kau lihat, aku akan selalu MELIHATMU
Kesabaranku berbuah manis. Aku sempat putus asa dan jalan terburuk siap aku
ambil yaitu dengan mengunjungi langsung rumah Hye Min. Tapi tak ada keberanian
dalam diriku, jadi aku memutuskan untuk menunggu saja. Hari demi hari hingga
satu minggu lamanya. Aku sangat senang saat mengetahui Hye Min kembali
beraktivitas. Tali yang mengikat kuat tubuhku terasa mengendur. Satu beban

rasanya menghilang. Aku bisa tersenyum lega, walau ia tak lagi menggunakan bus
umum. Setidaknya aku tetap bisa melihat kedaannya yang tercermin baik-baik saja
setelah kejadian itu. Mungkin tampak luar, entahlah dengan tampak dalamnya.
Sabtu siang, dengan cuaca berangin dan suhu sedang melingkupi kota elit ini. Aku
melajukan motorku menjauhi hunian yang terlihat mencekam rumahku. Aku
hendak melakukan kegiatan yang menjadi rutinitasku memantau gadisku setiap
kali ada kesempatan. Aku tak mau menyia-nyiakan satu detikpun walau sekedar
memandangnya. Karena itu menjadi penawar rasa sakit yang selama ini aku
rasakan. Kebencian yang menggebu-gebu sekarang sirna tergantikan dengan
kebahagiaan duaniawi. Bagaimana bisa beberapa menit memadang gadis itu
membuat aku menjadi melupakan tujuan utamaku? Aku pun bingung. Mungkin
memang benar kata salah satu artikel yang pernah aku baca kalaupria hanya
membutuhkan waktu 8 detik saja untuk jatuh cinta. Bukti nyatanya adalah aku
Yoo Chang Hyun.
Beberapa menit meghabiskan waktu menembus jalanan kota, aku tiba di sebuah
toko bergaya italia milik salah satu informanku. Inilah tempat yang selalu aku
jadikan sebagai persembunyian. Dari dalam toko itu, aku dapat melihat sang Kakek
informanku yang memang sudah berkepala 5 tersenyum menyadari
kedatanganku. Sesegera mungkin aku merapikan baju, memakai topi dan masker
berwarna senada. Lalu berjalan menuju tujuanku. Halte..
Setibanya di halte, beberapa gadis menatapku aneh dan kagum bersamaan. Apa
dengan keadaan ini ketampananku tetap terlihat? Aku rasa tidak. Tapi kenapa
mereka bersikap seolah-olah aku adalah idol yang baru saja keluar dari grupnya
atau malah terlihat seperti stranger. Oh tuhan. Aku harap Hye Min tak seperti
mereka saat mengetahui siapa aku sebenarnya. Satu jam aku berdiri bersender
pada pohon sakura berjarak lima meter dari pemeberhentian bus itu. Tak ada
tanda-tanda Hye Min. Dan sialnya aku baru ingat ketika mengecek ponselku. Ini
hari sabtu, dan yang aku tau Hye Min tak memiliki kelas di hari itu.
Why Im so stupid. Just thinking bout her and now I feels like someone who didnt
step in this earth
Barangkali roh ku melayang-layang di udara. Hingga aku melupakan hari dimana
seharusnya aku tak keluar rumah. Ada sesuatu yang janggal dalam benda rapuh
disebut hati. Aku mengkhawatirkan Hye Min tak seperti biasanya. Jadi aku
memutuskan untuk pergi menilik ke apartemen gadis itu. Aku menunggu berjamjam tanpa lelah, dan siang berganti malam. Aku haus, jadi aku pergi ke salah satu
caf tak jauh dari aprtemen Hye Min yang kebetulan adalah caf milik informanku
yang lain. Aku duduk di tempat khusus tanpa tatapan orang-orang yang akan
mengusik ketenanganku.
Drtttt drrtttt..

Ponselku bergetar disusul dengan suara dentingan. Menunjukkan bahwa alat


pelacak yang terpasang di benda ini berfungsi ketika orang yang dimaksudkan
berada tak jauh. Aku segera beranjak dan meninggalkan lembaran uang di atas
meja. Berjalan cepat sambil beberapa kali melirik ke arah ponsel.
Saat dentingan semakin kencang, aku tau itu artinya Hye Min memang berada di
suatu tempat tak jauh dari posisiku sekarang. Tapi dimana dia?
Langkahku memelan seraya memastikan jika alat ini memang sedang berkerja. Tak
jauh dari kakiku manapak saat ini, aku melihat segerombolan preman sedang
menganggu seorang gadis dengan barang belanjaan yang telah berhamburan di
tanah. Detik pertama, aku tak berniat menggubrisnya. Sampai detik kedua datang,
dimana gadis itu meronta-ronta mencari jalan keluar pikirku. Aku melihat di balik
remang cahaya lampu jalan, dan gadis itu berteriak minta tolong. Suaranya? Hye
Min.. Matanya terlihat di antara celah tubuh preman ini.
Itu gadisku
Itu Hye Min
Mataku membulat marah. Ponsel ditangan ku remas kuat dan terbanting begitu
saja. Aku berlari menuju Hye Min.. Hyeee Miiinnndengan sekuat tenaga aku
berteriak, namun terlambat mereka telah lebih dulu mendorong tubuh Hye Min
kasar hingga terjatuh dan membentur kuat pohon. Aku kalut dalam amarah.
Bruuggg
bruuggg
Satu persatu bajingan ini aku hantam dan tendangan kuat tak henti-hentinya aku
layangkan. Amarah yang menyelimutiku tak dapat ditahan. Jika terjadi apa-apa
pada gadisku maka kalian semua akan mati. Mereka ketakutan dan pergi dari
pandanganku dengan tertatih-tatih. Aku langsung mendekap Hye Min, memegang
pundakknya, berharap ia tak kenapa-kenapa.
Hye Minn.. sadarlah. sadarlahh
Aku berucap dengan takut. Sejenak aku melupakan siapa aku sebenarnya. Mata
gadis ini perlahan menutup. Tidak.. jangan.. tidak Hye Minahh. Tanganku
mengguncang tubuhnya, ia merespon dengan kembali membuka mata beratnya.
Namun saat sesuatu yang hangat dan tercium amis mengalir menyentuh kulit
tanganku yang menahan kepalanya, aku semakin panik dan khawatir. Astaga..
darah. Hye Min aku mohon, kuatlah.

Tanpa pikir panjang lagi. Aku mengendong tubuhnya, membawanya ke caf tadi.
Sementara waktu, biarlah ia terbaring sebentar disana menunggu sekitar 5 menit
sampai mobil suruhanku datang dan membawa kami menuju rumah.

***

Jam menunjukkan pukul sebelas malam lewat sepuluh menit. Tak ada tanda-tanda
Hye Min akan pulang. Sedang di apartemen kecil itu, Jikyo dan Yongie telah rusuh
menunggu kepulangan Hye Min yang kabarnya tak terdengar di telinga mereka
berdua.
Eonni.. Apa kau yakin tak tau Hye Min dimana?Yongie bertanya gusar sambil terus
mondar-mandir di depan Jikyo yang masih asyik dengan ponselnya.
Harus berapa kali aku katakan Yongie, aku benar-benar tak tau dimana dia. Hmm
tunggu, aku akan coba hubungi dia duluJikyo pun menselancarkan jari-jarinya di
keypad screen ponsel bermerk itu. Lalu menggerakkan tangan menunjukkan layar
benda persegi itu pada wajah Yongie. Tuuut tuuuutt..
Suara deringan terdengar dari dalam kamar.
Oh tuhan. Dia pasti lupa membawa ponselnyaucap Yongie berlari kecil ke kamar
untuk mengecek kebenaran ucapannya. Detik selanjutnya ia kembali ke ruang TV
dan ikut mendudukan dirinya di samping Jikyo sambil menyeruput jus jeruk milik si
empunya yang masih sibuk memainkan jarinya di screen touch Jika dalam 1 jam
lagi, Hye Min belum kembali. Apa yang harus kita lakukan eonni?Yongie melirik
Jikyo dari sudut matanya.
Aku akan telfon Niel, dan minta bantuannya untuk mencari Hye Min. Dan lakukan
hal yang sama pada Chunjisahutnya tanpa menoleh..
Eonniiiii.. Aku sedang serius
Yongie.. Tenanglah. Tak akan terjadi apa-apa pada Hye Min. Kau hanya terlalu
khawatir
Iya.. aku tau. Tapi bagaimana bila psikopat yang ia ceritakan itu menculiknya
Itu tidak mungkin terjadi, jadi berhentilah berfikir berlebihan. Lebih baik sekarang
kau hubungi Chunji dan minta dia datang kamari. Aku sudah kabari Niel. Dalam 15

menit ia akan datang. Aku tau kau sangat khawatir, tapi ingatlah Yongie. Ucapan
adalah doa. Dan jika kau selalu berfikir buruk dan mengucapkannya, apa kau mau
itu benar-benar terjadi?
Tentu saja tidak eonni. Maafkan aku
Sudah, sana ambil ponselmu dan telfon Chunji. Tak hanya kau saja yang khawatir
pada Hye Min. Aku sebagai kakak kalian pun sama. Hanya saja, disini aku harus
bisa bersikap lebih tenang. Agar kau juga bisa tenang. Mengertikan..
Iya eonni, aku menyayangimuYongie mengulas senyuman dan memeluk
kakaknya itu singkat, lalu kembali kekamar untuk mengambil ponselnya.
Sudah berlalu satu jam, ini sudah tengah malam. Tapi Hye Min belum juga pulang.
Niel dan Chunji telah sampai di apartemen tiga puluh menit yang lalu, sambil
membawa beberapa cemilan kesukaan para kekasihnya itu.
Niel merapat ke Jikyo yang duduk di sisi sofa panjang. Matanya menggoda gadis
yang sama sekali tak menggubris sikapnya itu Kau belum mengantuk? Tidurlah ini
sudah tengah malam.. Atau kau mau aku temani tidur jika kau takutkalimat terusmenerus meluncur dari bibir Niel. Sambil sesekali menyenggol pundak Jikyo yang
tetap tak merespon.
Brakkk..
Niel tersungkur tanpa persiapan. Kepalanya duluan menyentuh lantai. Sedang
disana masih dengan kaki yang terlihat diluruskan, Jikyo tersenyum puas menatap
kekasih gombalnya itu meringis kesakitan. Jangan bercanda Niel. Situasi sedang
tak baik..ucap gadis itu selanjutnya membantu Niel untuk berdiri.
Aduhh.. aaakk.. sakitNiel mendramtisir wajahnya semelas mungkin agar di
kasihani oleh Jikyo. Walau Jikyo mengerti itu hanya akal-akalan Niel saja. Tetapi ia
bukan gadis tega, yang membiarkan kekasihnya kesakitan setelah fakta
mengatakan bahwa gadis itulah yang membuatnya sakit. Jikyo memapah tubuh Niel
kembali ke sofa. Lalu beranjak mengambil minuman di dalam kulkas.
Chunji dan Yongie terkikik melihat tingkah dua orang itu. Dan saling menatap satu
sama lain dengan pandangan geli. Yongie duduk disebarang Niel. Jadi jelas
peristiwa naas tadi langsung tertangkap oleh matanya. Tawa Yongie sejak tadi
ditahan hingga pecahlah semuanya saat Jikyo berlalu ke dapur.
Sungguh.. Hahahahah.. kalian pasangan ter-so-sweet abad ini.. Hahahahajarinya
menunjuk kearah Niel yang sedang melempar tatapan sinis padanya sedang tangan
lainnya memegang perut yang mulai terasa sakit Jangan begitu Niel.. Aku hanya

bercandasambung gadis bermarga Lee itu, takut jika nanti Niel akan menelannya
hidup-hidup.
Yongie hentikan. Kau terlalu banyak tertawa. Kalau tenggorokanmu sakit
bagaimana? Kau akan merengek seperti bayi dan minta ini itu ini itu.. Jadi aku
mohon sekarang hetikan tawamuChunji menyela di antara gelak Yongie. Gadis itu
diam seketika mendapat hantaman benda tumpul pada jiwanya yaitu kata-kata
chunji yang seperti judul film layar lebar Skak Mat.
CHUNJIIII.. AAA KAU TEGA.. KAU TEGA MENGATAKAN ITUsekarang yang terjadi
malah sebaliknya. Yogie meringis seperti bayi. Ia melangkah mendekati Chunji
dengan smirk tak tertinggal dari mata sipitnya itu. Ia duduk dengan kasarnya, lalu
memukul-mukul Chunji gemas Apa kau bilang tadi? Aku akan merengek seperti
bayi? Huh? Oke rasakan sifat kebayianku dan rasakan bagaimana rasanya
mengahadapi bayi besar sepertikuuuuuuuteriaknya lagi membuat Jikyo yang baru
saja tiba membawa nampan dengan jejeran gelas berisi jus jeruk itu tersenyum
sambil menggeleng-gelelngkan kepalanya.
Sudah, ini sudah malam. Tak enak jika tetangga mendengar. Entar di sangka ada
apa-apa lagiseraya meletakkan nampan itu di atas meja. Jikyo berucap. Yongie
yang menyadari teguran dari sang kakak langsung menghentikan aksi bayinya
itu.
Maafkan aku eonni..celetuk Yongie menyesal. Wajahnya berubah khawatir tak
kalah dengan Jikyo yang juga merasakan kecemasan dalam hatinya Bagaimana
ini? Hye Min belum juga pulang.. Tindakan apa yang harus kita ambil. Kita
mencarinya atau melapor ke polisi saja?ada nada sedih terselip di setiap kata yang
di ucapkannya.
Lebih baik kita mencarinya saja dulu. Barangkali dia masih di luar bersama
temannyaChunji menyahut dengan ide yang seharusnya dikeluarkan sejak tadi.
Jika bertemu dengan teman, biasanya dia akan mengatakan itu pada kamibalas
Yongie
Mungkin dia sudah mengatakannya, tapi kalian saja yang lupa. Sudahlah.. jangan
membuang-buang waktu lagi. Ini sudah lewat tengah malamNiel menyahut. Ia
menumpuk tangan di dada, mencoba bersikap setenang mungkin. Walau jelas
wajahnya tampak berkerut menunjukkan kekhawatiran.
Niel benar, semakin cepat kita mencarinya maka semakin cepat pula kita
menemukannya. Jadi ayo, aku akan ambil jeket duluJikyo membenarkan.

Udara malam terasa menusuk hingga ke kulit. Namun bagi ke empat orang ini
Niel, Chunji, Jikyo dan Yongie. Tak ada kata menyerah sebelum mereka
mendapatkan sedikit saja informasi tentang keberadaan Hye Min. Mereka tak
menggunakan kendaraan, tentu saja. Karena mereka masih mencari Hye Min di
sekitaran kompleks. Di tengah-tengah pencarian mereka, Jikyo sempat teringat
akan keadaan kulkas yang stock barang-barang di dalamnya menipis. Jadi ia
berfikir, barangkali Hye Min keluar untuk membeli barang-barang tersebut di
minimarket yang memang buka dua puluh empat jam tempat biasa mereka
mendapatkannya. Tanpa meminta persetujuan dari yang lain, Jikyo langsung berlari
ke arah minimarket yang berjarak dua puluh meter didepan sana. Sedang teman
lainnya, buru-buru mengikuti langkah Jikyo di belakang. Dengan napas setengah
hilang, ia sebisa mungkin merangkai kata menjadi kalimat. Ditanyakannya pada
pegawai minimarket itu apakah salah satu dari mereka melihat Hye Min.
Dideskripsikannya rupa Hye Min dengan terbatah, namun dengan cepat dari balik
punggung Jikyo, Yongie menunjukkan foto Hye Min di ponsel ke arah pemuda yang
berdiri di sebarang meja kasir.
Maaf saya tidak melihatnya. Saya baru saja berganti shift. Mungkin teman saya
yang sebelum ini berjaga. Tapi jika kalian ingin bertemu dengannya, kalian bisa
pergi ke rumah di belakang minimarket ini. Dia tinggal di sana
Ucapan kasir itu di cerna cepat oleh ke empat orang ini. Setelah mengatakan
terima kasih, langkah mereka beralih mencari rumah yang di maksudkan. Tak
berapa lama, mereka menemukan rumah itu dan dengan sangat sopan mengusik
ketenangan orang di dalam sana. Beberapa kali panggilan dan gedoran pintu pagar,
akhirnya seorang gadis dengan tinggi semampai keluar menemui mereka. Tak ada
basa-basi, pertanyaan tentang Hye Min di lontarkan begitu saja oleh Yongie sesaat
setelah gadis itu membuka pintu. Chunji memperingatkan tindakan Yongie yang
memang sedikit kurang sopan itu dengan menyela dan berbicara baik-baik. Ada
titik terang di jawabannya, namun tetap tak memberikan petunjuk apa-apa tentang
keberadaan Hye Min. Gadis itu memang bertemu dengan Hye Min, sama halnya
bertemu dengan pembeli-pembeli yang lain. Hanya selintas dan tak terlalu
mengingat hal-hal mendetail. Tetapi setidaknya ini membuktikan jikalau Hye Min
keluar rumah memang untuk ke minimarket.
Rasa kecewa mulai menyelimuti diri Jikyo dan Yongie sebagai sahabat mereka.
Untunglah di sana ada Niel dan Chunji yang notabenenya adalah kekasih dua gadis
ini. Jadi mereka bisa membantu mengurangi kekhawatiran berlebih Jikyo dan
Yongie.
Ini sudah dini hari, jalanan sepi tanpa penghuni. Hanya ada tiupan angin malam
yang dingin dan rancau binatang kecil di sudut-sudut jalan. Jalan yang mereka lalui
saat pergi berbeda dengan jalan pulang. Posisinya melingkar, jadi jika mengitari

jalan itu tetap akan menemukan tempat semula. Artinya walau dari arah manapun
mereka memulai perjalanan, tempat semula, rumah-rumah, jalanan, trotoar yang
mereka lewati sama. Lain halnya apabila telah sampai di ujung kompleks. Maka
akan menemukan jalan lurus dan di sambut sebuah halte.
Kau kedinginan?Niel melirik Jikyo yang sedang mengusap-usap kedua telapak
tangannya. Dengan penuh perhatian, ia melapisi tubuh Jikyo dengan jaket yang
semula menempel di tubuhnya.
Jangan lepaskan jaketmu Niel, aku baik-baik saja. Lagipula aku juga menggenakan
jaketJikyo menolak aktivitas Niel, dan berusaha memakaikan kembali jaket itu ke
pemiliknya. Namun Niel sangat tau, gadisnya ini keras kepala. Bagaimana mungkin
ia hanya menggunakan jaket tipis di tengah udara malam yang terasa seperti
guyuran es.
Jangan membantah, lihat kau sudah terlihat pucatPada akhirnya Jikyo menerima
perlakuan Niel, jelas senyuman tipis tergurat manis di pipi mereka berdua.
eekkhhmmmdeheman kesal keluar dari tenggorokan Yongie. Gadis ini pasti
cemburu melihat ke so-sweet-an yang selalu saja di umbar-umbar oleh pasangan
ini. Bagaimana tidak, Niel dan Jikyo sangat searasi. Yang satu keras kepala dan
yang satu lagi kepala batu. Eh tunggu? Apa itu sama saja. Ralat.. Niel orang yang
perhatian dan romantis sedang Jikyo lebih ke manja. Jadi wajar jika mereka sangat
cocok. Tapi Chunji.. pemuda ini memang tampan bahkan mengalahkan ketampanan
dewa Yunani. Hanya saja sifat dingin dan tak memberi perhatian lebih, membuat
Yongie enggan berlama-lama menyaksikan kemesraan Niel dan Jikyo yang hanya
akan menimbulkan iri dengki.
Kau masuk angin?sontak pertanyaan ini membuat Yongie mendengus kasar.
Kenapa pemuda di sampingnya ini mempunyai otak sekecil udang. Apa dia tak
mengerti apa itu hard code?? Dengan wajah masam, Yongie memutar bola
matanya ke arah jalan. Ia tak menggubris pertanyaan Chunji yang seperkian detik
tadi menanti jawaban.
Tunggu!!
Langkah gadis ini tiba-tiba saja terhenti. Membuat ketiga orang lainnya menatap
bingung. Ia lalu melangkah ke salah satu pohon sakura di pinggir jalan. Matanya
melebar saat melihat barang-barang belanjaan susu sehat, telur, keju, roti, dan
penyedap rasa berhamburan di jalan. Ia menutup mulutnya dengan tangan tanpa
sadar. Rasa kekhawatiran kembali menyeruak di benakknya.
Apa yang terjadi pada Hye Min?
Dari belakang teman-temannya hanya melihat, sampai detik di mana Yongie
ambruk terduduk di jalan. Chunji orang pertama yang berlari menghampirinya.

Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi Yongie?Chunji mendekap tubuh Yongie.
Dapat dirasakannya gadis itu ketakutan.
Sambil terisak, masih menutup mulut dengan rasa tak percaya akan pikiran buruk
yang melayang-layang di benakknya, Yongie menjawab dengan terbatahHye..
Hye .. Min.. se.sesuatu yang buruk pasti terjadi padanyanya Chunji-ya
Bagaimana kau bisa berfikiran seperti itu. Percayalah Hye Min pasti baik-baik saja
sekarangChunji mencoba menenangkan.
Dibelakang mereka, Jikyo melihat-lihat keadaan sekitar. Dan saat akan mengerti
apa yang membuat Yongie menjadi seperti ini, Jikyo pun mulai merasa tubuhnya
juga melemah. Tapi tidak, dia harus kuat. Dia tak boleh terhanyut dalam rasa takut,
setidaknya ada satu orang yang bisa membuat teman-temannya yang lain tak
merasa khawatir sehingga mereka tak berfikiran yang buruk tentang keadaan Hye
Min.
Darah
Keterkejutan Jikyo belum usai saat melihat darah kering di bagian bawah pohon
sakura. Keadaan yang hanya remang-remang akibat letak lampu jalan berada
beberapa meter di depan mereka membuat penglihatannya sedikit terganggu. Jikyo
mendekati pohon itu. Lalu bau amis segera menyerang indera penciumannya. Tidak
salah lagi, bercak di pohon ini adalah darah.
Apa? Eonni..Eonni.. eonnii apa yang terjadi pada Hye Min?Yongie semakin histeris,
tangisan terus keluar dari balik mata sipitnya itu. Chunji pun mengeratkan
pelukannya, mendekap Yongie dengan hangat.
Tenanglah.. aku mohon.. tenanglahbisiknya lembut mengalahkan hembusan
angin.
Jikyo hampir limbung, kalau saja Niel tak dengan cepat menahan bahunya. Wajah
pucat Jikyo semakin terlihat, walau ia berusaha keras untuk tak
memperlihatkannya. Jangan di paksakan. Kau itu gadis lemah. Jika ingin menangis,
menangislahNiel berbisik. Seketika itu juga, buliran bening meluncur di sudut mata
Jikyo. Untungnya posisi mereka membelakangi Chunji dan Yongie. Jadi bisa
dipastikan mereka tak bisa melihat tangisan itu Kau sudah merasa tenang?Salah
satu tangannya ia arahkan mengusap air mata Jikyo. Sedang tangan lainnya masih
melingkar di bahu gadis itu. Jikyo hanya mengangguk tanpa suara, ia tak mau suara
isakannya sampai terdengar oleh Yongie.

Ini sudah jama tiga pagiNiel melirik ke arah arloji di tangannya lebih baik kita
pulang saja, kita lanjutkan mencari Hye Min besoksambungnya lagi dan mendapat
persetujuan dari yang lain.

***

Selasa, 01.20 KST

Mataku yang terasa berat terbuka. Beberapa kali aku mengerjap berusaha
menghilangkan pandanganku yang buram. Sampai semua kembali seperti semula,
mataku langsung menyelidik. Memperhatikan setiap sudut ruangan ini. Tunggu!!
Ruangan? Kamar? Ini kamar.. Aku tersadar dan tiba-tiba saja kejadian malam itu
terputar kembali bagai kaset di kepalaku.
Akkhhh
Sakit. Kepalaku terasa seperti di hujami jarum. Nyeri yang teramat seketika meraup
di sekitaran kepalaku. Ada perban di sana. Perban putih yang dibalut melingkar
tepat di titik rasa sakit itu berasal. Astaga. Sudah berapa hari aku tak sadarkan diri.
Tetapi kenapa kejadian itu seperti baru saja aku alami beberapa jam atau bahkan
menit yang lalu. Aku kembali melirik ruangan yang jelas aku tau ini bukan kamarku.
Ruangan yang di dominasi warna putih gading. Terkesan mewah memang, tapi ini
kamar siapa? dan dimana aku sebenarnya?.. Aku berniat bangun, sekedar
mendudukkan diri di atas kasur berukuran king size yang terletak di tengah-tengah
ruangan ah maksudku kamar ini. Tanganku terinfus dengan selang panjang di
samping kiriku. Aku bingung, sampai sebuah suara baritone menyadarkanku akan
kehadiran sosok yang entah sejak kapan berdiri di sana.

Kau sudah pingsan selama tiga hari. Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau sudah
merasa baikan?Sosok itu berjalan mendekat. Sosok yang sama sekali tak aku
kenali Ini rumahku.. Dan sekarang kau berada di salah satu kamar di rumah
inilanjutnya seakan-akan mengerti setiap pertanyaan yang menyerang otakku. Ia
menumpuk tangan di dadanya santai. Seakan-akan menenangkan suasana di
antara kami.

Aku menatap sosok itu lamat. Mataku tak berkedip sama sekali, karena berusaha
melihat wajah si pemilik. Kebingunganku semakin bertambah, aku yakin sekarang
keningku sedang membuat lipatan. Anehnya kenapa di dalam rumah sosok ini

menggunakan topi? Hingga ia berada satu meter dari kasur, langkahnya berhenti. Ia
menatapku tanpa aku bisa melihat bentuk tatapan seperti apa yang ia ditujukan.
Topi.. Topi hitam.. topi?? Astaga. Dia psikopat itu. Bagaimana mungkin sekarang
aku berada di rumahnya. Berfikir Hye Min, berfikirlah. Jangan keluarkan rasa
takutmu sekarang, atau kemungkinan terburuk akan terjadi.
Malaikat pelindung..
Malaikat pelindung..
Diakah?

Sepertinya kau sudah menyadari siapa aku?ucapnya datar membuyarkan


pikiranku yang berkecamuk. Aku tak mengalihkan penglihatanku dari sosok yang
aku yakin adalah psikopat yang beberapa minggu lalu selalu menghantuiku dan bisa
jadi dialah malaikat pelindungku saat itu. Tangannya bergerak membuka penutup
kepala berwarna hitam polos. Aku tak habis pikir, wajah sosok ini, mata coklatnya
yang indah, kulitnya yang seputih salju, rambut coklat yang bersinar dan tubuh
yang emm tidak terlalu tinggi untuk kalangan pria di Korea segera merasukiku.
Aku membeku melihat jenis Dewa Yunani macam apa sosok di depanku saat ini.
Sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkan pemikiranku.
Jangan melihatku seperti itu, apa aku membuatmu takut.. Hye Min-ah?Ia bertanya
dengan suara yang lembut dan mengalun bagai melodi di telingaku. Stop!! Sadar
Hye Min sadar. Dia bertanya dan sekarang kau harus segera menjawabnya.
Dewi batinku sungguh dilemma. Di satu sisi aku ketakukan dan ingin sekali rasanya
lari membawa tubuh lemah ini. Tetapi di sisi lain aku takjub akan karya Tuhan di
depan mataku, tak bisa aku pungkiri ia menghipnotisku. Matanya yang menatapku
intens seolah-olah membawaku ke alam lain. Tak ada pemberontakan yang ingin
aku lakukan, malah sebaliknya. Aku hanya terdiam tak tau harus berbuat apa.
Apa kau yang menyelamatkanku dari preman-preman itu? Sebelumnya terima
kasih... jika memang kau malaikat pelindungkuaku mengimbangi suaraku yang
terasa bergetar karena takut dan kata-kata di ujung kalimat sengaja aku
sembunyikan dalam hati. Aku mengerti bukannya menjawab, aku malah melempar
pertanyaan lain kepadanya. Ya, karena aku langsung teringat akan seseorang yang
berlari kerahku malam dimana preman-preman sialan itu menggangguku. Dan di
sinilah aku berada, menatap kearah pemuda yang sedang tersenyum, senyuman
yang membuat jantungku berdetak sangat cepat. Kenapa sekarang aku tak bisa
mengendalikan diriku. Bodoh, bodoh, bodoh rutukku dalam hati.
Aku hanya ingin melindungimu, jangan salah paham tentang aku atau diriku yang
psikopat iniDarrr.. ia menembakku dengan pistol bertubi-tubi. Kata-katanya

membuatku membisu. Darimana ia tau semua itu? Oh sungguh, malaikat


pelindungku bukan hanya psikopat tetapi juga penguntit. PE-NGUN-TIT. Aku
memutar bola mataku jengah. Rasa kesal tiba-tiba saja menyelimutiku. Dan
kejadian-kejadian di halte kembali menyeruak di pikiranku. Jadi dia orangnya?
Orang yang selama ini membuat hidupku terasa sangat tidak nyaman.
Muncul secara tiba-tiba, menakutiku, mengawasiku, mengatakan hal aneh,
menciumku aku rasa wajahku memerah memikirkan ini dan sekarang ia
mengatakan hanya ingin melindungiku. Ok, untuk aksi tolong-menolong itu aku
bisa pikirkan kembali. Tapi Demi Tuhan, ia tak berhak melakukan itu secara diamdiam jika saja aku tau pemuda ini ternyata sangat tampan. Bukannya aku rela ia
melakukan semua itu jika aku mengenalnya, tetapi setidaknya ia tak membuat aku
takut hingga harus mengurung diri tak jelas di rumah.
Maaf.. kau bilang apa? Kau hanya ingin melindungiku?aku tersulut emosi memberi
penekanan pada tiap kata. Mataku menatapnya tak senang dan ia balik menatap
tak senang ke arahku. Bukankah yang seharusnya marah disini adalah aku, tetapi
kenapa ia ikut-ikut bermasam muka.
Detik selanjutnya wajah pemuda ini merileks, mungkin ia tak mau membuatku
takut. Ia mendekat lagi kearahku, aku dapat merasakan kasur ini bergerak. Ia duduk
tepat di samping kiriku, mataku mengikuti pergerakannya dan tanpa izin
memisahkan jarak di antara kami Jangan marah padaku Hye Min. Maafkan aku jika
aku membuatmu takutucapnya tepat di telingaku.

Jika kalian berfikir saat ini ia memelukku, maka kalian benar.

Suasana ruangan bernuansa eropa itu perlahan menenang. Chang Hyun tau,
gadisnya pasti sangat marah atas apa yang ia lakukan selama ini. Tapi, ia tak punya
cara lain selain mengamati dari kejauhan dan melakukan hal yang well hanya itu
yang bisa ia lakukan. Tanpa menunggu otaknya merespon, Chang Hyun mendekap
tubuh Hye Min ke dalam pelukannya, menyatukan jarak di antara mereka.
Untunglah, Hye Min tak memberontak. Lagi-lagi aliran listrik terasa menjalar di
tubuh Hye Min dan begitu pula yang terjadi pada Chang Hyun. Hingga berlalu
beberapa menit, pelukan itu melonggar. Hye Min mendorong tubuh Chang Hyun
menjauh.
Jangan sakiti akulirihnya dengan air mata yang mulai mengalir disudut mata
lemah itu. Hye Min tertunduk tak berani melihat pemuda di depannya. Ketakutan

yang ia rasakan saat ini adalah ketakutan yang sama seperti kejadian di halte.
Memang benar, berada di pelukan pemuda ini terasa sangat hangat dan
menenangkan seperti pelukan orang terkasih. Tetapi, semua ini salah. Hye Min tak
mengenal pemuda ini dan Hye Min bukan tipe gadis yang dengan rela menerima
perlakuan sepasang kekasih dari pemuda manapun yang belum resmi menjadi
kekasihnya. Apa itu harapannya?

Chang Hyun mengacak rambutnya gusar. Ia sungguh tak tau apa yang harus
dilakukannya untuk membuat Hye Min mau mengerti bahwa ia bukanlah orang
jahat. Ia beranjak meninggalkan kasur, berlalu keluar dan membanting pintu cukup
keras. Suara dentingan pintu dan kunci yang terputar kasar sangat jelas tertangkap
indera pendengaran Hye Min. Gadis ini terkesiap, merasa bingung sekaligus takut
dengan sikap pemuda itu. Ia manangkup wajahnya frustasi. Ia harus mencari jalan
untuk keluar dari rumah ini. Tapi bagaimana?

Sedang di luar pintu. Chang Hyun terduduk tanpa kekuatan. Ia juga merasa takut,
karena gadisnya itu masih menganggapnya sebagai orang jahat. Tak berselang
lama, ia sadar akan emosi yang tak pernah bisa ia kontrol jika meluap. Pasti
sekarang Hye Min semakin takut padanya. Jadi ia memutuskan kembali ke kamar itu
setelah merasa amarah yang menyelimutinya meredam.
Maafkan aku Hye Min. Percayalah.. aku bukan orang jahat
Chang Hyun berdiri di depan kasur menatap Hye Min yang menyembunyikan
kepalanya di lutut. Gadis itu tak merespon. Tetap setia pada posisinya.
Punggungnya bergerak naik turun, pertanda isakan yang tak kunjung reda.
Sebentar lagi dokterku akan datang untuk memeriksamu. Jika kau butuh sesuatu,
kau bisa tekan tombol di meja itu
Hye Min mengangkat kepalanya mendengarkan ucapan pemuda yang masih belum
diketahui namanya itu. Lalu melirik ke arah tombol yang memang bertengger di
nakas samping kirinya. Tak lama setelah itu, perut Hye Min terasa berkerut dan
nyanyian dari cacing-cacing sialan yang tak tau situasi saat ini seperti apa pun
tetap berbunyi. Dari sebrang sana Chang Hyun dapat mendengar dengan jelas,
bahwa gadisnya itu sedang kelaparan. Bagaimana bisa ia lupa. Selama tiga hari
pingsan, gadisnya hanya memakan nutrisi dari cairan infuse. Dan sekarang
perutnya pasti sangat kosong, hingga bunyi yang di timbulkan tak kalah lantang
dengan suara dentuman drum.
Aku akan suruh suster-mu membawakan makanan. Tunggulah sebentarMu? itu
kepemilikanku. Apa dia sengaja menyewa suster untuk merawatku selama sakit.
Chang Hyun hendak beranjak pergi. Namun, panggilan Hye Min mencekat jalannya

Maaf.. Apa aku boleh ke toiletdengan polosnya ucapan itu keluar. Chang Hyun
tersenyum menyadari gadisnya itu mulai mau berinteraksi.
Tentu saja
Tidak usah.. Aku bisa sendiri
Hye Min dengan cepat menolak pemuda yang akan membantunya turun dari kasur.
Ia memang sakit, tapi Hye Min bukanlah bayi yang ke toilet saja harus di temani.
Dan lagi, pemuda itu pasti tau alasannya tanpa dijelaskan. Hye Min berusaha
menggerakkan tubuh kakunya. Tidur selama tiga hari membuat persendiannya sulit
untuk diajak kompromi. Alhasil pemuda yang masih berdiri di samping tempat tidur
itu menggendong Hye Min dengan paksa dan refleks tangan gadis itu melingkar di
leher jenjangnya membawa Hye Min hingga di ambang pintu lemari.
Lemari?tanya gadis itu bingung. Tubuhnya di turunkan dari gendongan Chang
Hyun. Dan Chang Hyun pun melempar pandangan geli. Apa di jaman seperti ini
masih ada yang tidak tau walkin closet? pikirnya ragu. Hye Min hanya berdiri
memandangi lemari besar didepannya. Sekarang yang ia butuhkan hanya toilet.
Tetapi pemuda ini malah menunjukkan lemari yang wah dan pasti berharga mahal.
Buka pintunya.. di dalam sanalah tempat yang kau butuhkan sekarangChang
Hyun mendorong tubuh Hye Min setelah pintu terbuka. Dalam hati Hye Min
bergeming takjub. Lagi-lagi barang mewah lainnya. Kamar mandi saja di buat
sangat indah dengan batu alam. Siapapun yang berada di dalam sini pasti betah
berlama-lama.

***

Dari balik gorden kemilau oranye menebus masuk dan mengenai kulitku. Aku
berjalan dengan tenaga seadanya. Menarik besi penyangga botol infuse ikut
bersama langkahku. Greekkk greeekkk. Suara geretannya membuat telingaku sakit.
Jadi aku memutuskan untuk mengangkatnya dengan kedua tangan. Aku terpaku,
ketika menarik tirai gorden berwarna gading dengan motif bunga. Dibaliknya
tersuguh pemandangan cantik yang sama sekali tak aku kira sebelumnya. Sebuah
taman terawat dengan berbagai macam bunga. Aku ingin sekali berlari kesana, dan
berguling-guling di atas rerumputan hijau yang terhampar bagai permadani.
Sepertinya disana sangat nyaman dan udaranya pasti segar.
Pikiranku kembali ke pemuda itu malaikat pelindungku, saat melihat sosok
dibangku taman sedang membaca buku dengan damai. Wajahnya bersinar terkena

cahaya jingga di sore hari. Dan itu menambah kadar ketampanannya. Tapi, dia
terlihat sangat dingin. Ada aura gelap yang tertangkap dimataku, siapa sebenarnya
dia? Aku benar-benar penasaran sekaligus takut. Well. Sampai detik ini aku masih
belum mengenal siapa pemuda itu. Pemuda pemuda dan pemuda. Hanya itu yang
terus aku ucapkan selain dari kata psikopat. Sebelumnya aku pernah membaca
beberapa artikel di internet. Tentunya tentang psikopat. Aku masih terlalu awal
menganggap pemuda di bawah sana seorang psikopat. Padahal ada sekitar dua
puluh ciri-ciri yang harus dipahami sebelum menentukan seseorang itu benar-benar
seorang psikopat.
Mengenyampingkan hal itu, aku kan hanya orang awam dan yang aku tau selama
ini psikopat adalah orang yang selalu mengawasi gerak-gerik targetnya, tau apa
saja tentang targetnya, dan dapat melakukan apa saja sesuka hati tanpa berfikir itu
baik atau buruk. Semua ini sangat terlihat pada pemuda di bawah sana. Jadi aku
bisa apa selain menganggapnya seorang psikopat. Apalagi ada salah satu artikel
yang mengatakan ...psikopat memiliki pribadi yang bepenampilan sempurna,
pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan
menyenangkan.... Oh matilah aku jika sampai terjerat disini.
Aku masih dapat merasakan kilasan rasa hangat dalam pelukan pemuda itu
membuat sudut bibirku terangkat. Sangat nyaman berada di dalam dekapannya.
Dan lagi-lagi aku merasakan aliran listrik aneh disekujur tubuhku saat itu. Aku
tersentuh dengan perlakuannya, aku tersentuh dengan tiap ucapan maafnya. Itu
sudah cukup membuat aku percaya bahwa pemuda itu orang baik-baik. Tetapi aku
masih pantas mencurigainya, karena bahkan sekarang saja aku tidak tau berada
dimana. Bagaimana kabar para sahabatku? Apa mereka mencariku.. ah tentu saja
mereka akan mencariku dan mereka pasti dihantui rasa panik serta khawatir
berlebih. Karena terakhir aku meninggalkan rumah, tak seorang pun tau kemana
aku pergi. Hingga disinilah aku, di sebuah rumah besar mewah. Ya, aku
menyimpulkan seperti itu. Dari kamar ini saja sudah terlihat betapa kayanya pemilik
rumah.
Ehmm
Aku larut dengan segala pemikiran, lalu berbalik sedikit terkejut dengan deheman
seseorang dibelakangku. Mungkin karena terakhir suara deheman membuat mimpi
buruk, jadi sekarang ada semacam alarm waspada yang dibuat oleh otakku untuk
mengantisipasi kemungkinan terburuk. Wajahku berubah takut, sampai aku tau
ternyata orang itu adalah pemuda yang tadi sedang duduk di bawah sana
membaca buku. Tapi bagaimana bisa sekarang dia berada dibelakangku?
Apa aku mengejutkanmu?
Tanyanya datar melihat ekspresi yang aku pasang. Aku belum sempat menjawab,
tapi pemuda ini telah lebih dulu membungkamku dengan ciuman. Mataku melebar,

menyentuh tubuh bidangnya agar menjauh dari posisiku. Aku sangat benci ini
terjadi, aku tak pernah suka di sentuh seseorang apalagi itu seorang pria.
Aku Yoo Chang Hyun. Kau bisa panggil aku Chang Hyun
Bisiknya kembali mendekatkan diri padaku. Baru saja aku berniat akan marah habishabisan, meluapkan rasa kekesalan sejak siang tadi. Tapi, kenapa pemuda ini bisa
membuat aku diam seribu bahasa. Hye Min, come on..sadar. Pemuda itu bukan
orang yang kau kenal. Dan ia tak berhak menciummu tanpa persetujuan darimu
Hye Min. Otakku brspekulasi sendiri, sedang tubuhku seakan-akan menerima tiap
perlakuan pemuda ini. Oh ya, Chang Hyun maksudku.
Jika tak ada keperluan, aku minta kau keluar. Aku butuh istirahatucapku asal.
Karena yang aku tau ini adalah rumahnya. Aku memang tak berhak mengusirnya
seperti ini. Tetapi sungguh, aku tak bisa berlama-lama didekat pemuda ini. Yang ada
aku akan semakin hilang kontrol. Dan bisa saja hal yang sangat amat buruk akan
terjadi diantara kami. Pleaselirihku.
Aku mundur selangkah, menjauhkan tubuhku darinya. Ia menatapku dingin dengan
mata coklatnya, dan kurasakan darahku mendesir hebat. Cepat keluar.. aku mohon.
Tidak.. jangan.. jangan keluar. Temani aku lebih lama. Dewi batinku sedang beradu
argument. Tapi aku gadis yang tau diri, dan tau menempatkan diri. Jadi sekali lagi
aku ulangi ucapanku Maaf.. tapi aku benar-benar butuh istirahataku merunduk tak
mau menatapnya lebih lama.
Baiklah..
Ucap Chang Hyun akhirnya. Dalam hatiku ada perasaan senang juga sedih. Aku
bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada diriku semenjak berada disini.
Aku menjadi orang yang sangat labil, tak bisa memutuskan sesuatu, tak seperti Hye
Min yang terkenal akan sikap telitinya.

--------------------------------------

Bersambung..
The most long part ever that I made xD 7000++ words, ayippiiiiiii ~~

P.S
Aku harap kalian gak kzl sama Ricky ya.. Lah kok malah jadi melenceng dari dugaan
gitu soal psikopatnya. Dan gak ada greget-gregetnya banget. Harusnya Ricky di

psikopatin benaran dong, masa malah dibuat balik lagi jadi orang yang romance
gitu. Halah gak asik ah ceritanya.
Aduh duh.. maapin yaa. Mungkin lain kali aja yang begituan. Yang ini kayak gini
ajalah ceritanya.. Idenya masih kesini dulu. Belum mikirin yang lain-lain. maklumin
amatiran xD
Soal Ricky yang agak misterius gimana? dapat gak feel-nya??

Katanya fast update, tapi kok lama banget sih nungguin sampe part selanjutnya
muncul ke permukaan??
Sebelumnya buat kalian yang baik hati banget udah mau baca part sebelumnya
yang dengan sengaja aku tag-tagin gitu, apalagi komentar-komentar yang
ditinggalin juga pada cetar-cetar buat makin semangat nulisnya. Aku mau ngucapin
terima kasih yang sangat amat besar ^^
Untuk kritikan dan juga saran kalian aku terima dengan lapang dada loh, karena itu
jadi motivasi buat aku memperbagus tulisan-tulisan absurdku >//<
nah untuk ngejawab soalan di atas aku harap kalian gak kecewa sama aku *cielah*
hihhii jangan dilemparin batu pliss xD Niatnya emang mau fast update berhubung
ngeliat respon reader pada bilang next.. Tapi karena ada kendala my bebi leppi ke
format, alhasil semua data beserta isi-isinya lenyap tak tersisa. *aku sampe nangis
berjam-jam loh* tapi untunglah ada Recovery Data Get Data Back yang yaaa
ampyuunn ampuh BGT sumpah deh, semua data jadi balik lagi walau gak 100%
Alhamdulillah. Itupun baru aku dapetin karena si abg baru pulang ke rumah dan
bantu benerin. Ah segitu aja penjelasannya :v
Satu lagi, awalnya aku Cuma mau nuntasin semua cerita di part 2. Tapi kok ide
membludak yah, Malah gak selseai dan ada sambungannya lagi. kkkkk.. Insyallah
lah Cuma sampe part 3 aja. Udah mau selesai juga. Tapi aku potong aja karena
kepanjangan.. takut alurnya ngebosenin *itu fakta* huhu..
Minta maaf ya, kalau banyak typo dan lagi alurnya absurd juga kata-kata yang
terlalu hiperbola atau bertele-tele. Silahkan tinggalin komen di bawah sonoh ^^
Banyak-banyak terima kasih.. Luvyaa ~~ *tebar cinta*

PSS : Ya ampuuuunnnnn.. ini udah berapa bulan yang lalu ya, sama sekali gak aku
rubah xD tolong maafkan. Jujur dehhh, baca ini jadi kangen orang yang request.
kkk.. ternyata aku bisa nulis. kyaaaa.. apaan sih gak nyambung x.x Yawlahh alainya

____ ehh gapapaps ya aku tag-tag-in gini. Kangen sekali sama kalian, kalo semisal
menganggu tolong dengan segenap jiwa dan raga HAPUS aja, aku kuat kok ^^

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen17 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • RANCOB
    RANCOB
    Dokumen23 halaman
    RANCOB
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pengajuan Judul
    Formulir Pengajuan Judul
    Dokumen2 halaman
    Formulir Pengajuan Judul
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • SURAT_NIKAH
    SURAT_NIKAH
    Dokumen2 halaman
    SURAT_NIKAH
    Delicious Poppin
    100% (4)
  • Ahaaaa Aku DPT Ide
    Ahaaaa Aku DPT Ide
    Dokumen1 halaman
    Ahaaaa Aku DPT Ide
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Sistem Saraf
    Sistem Saraf
    Dokumen23 halaman
    Sistem Saraf
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Dokumen4 halaman
    Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • 1 Aku Ni Napolaaa
    1 Aku Ni Napolaaa
    Dokumen1 halaman
    1 Aku Ni Napolaaa
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Genetika
    PR Genetika
    Dokumen2 halaman
    PR Genetika
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Fistum
    PR Fistum
    Dokumen4 halaman
    PR Fistum
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Fishew
    PR Fishew
    Dokumen2 halaman
    PR Fishew
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Jawab
    Jawab
    Dokumen2 halaman
    Jawab
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mikrobiologi 2
    Tugas Mikrobiologi 2
    Dokumen1 halaman
    Tugas Mikrobiologi 2
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mikrobiologi
    Makalah Mikrobiologi
    Dokumen38 halaman
    Makalah Mikrobiologi
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Jawab
    Jawab
    Dokumen2 halaman
    Jawab
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • First Kiss
    First Kiss
    Dokumen13 halaman
    First Kiss
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Bahan Kuliah Mikro
    Bahan Kuliah Mikro
    Dokumen91 halaman
    Bahan Kuliah Mikro
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Piket Kelas I 2016
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Dokumen5 halaman
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen5 halaman
    TUGAS
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Piket Kelas I 2016
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Dokumen5 halaman
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Mikrobiologi
    Tugas 1 Mikrobiologi
    Dokumen16 halaman
    Tugas 1 Mikrobiologi
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Penelitian
    Rancangan Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Rancangan Penelitian
    Usman Afandi
    Belum ada peringkat
  • Flower Boy
    Flower Boy
    Dokumen3 halaman
    Flower Boy
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PERCOBAAN
    PERCOBAAN
    Dokumen1 halaman
    PERCOBAAN
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Teen Top Puasa Eps.5
    Teen Top Puasa Eps.5
    Dokumen13 halaman
    Teen Top Puasa Eps.5
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen3 halaman
    JUDUL
    bunga
    Belum ada peringkat
  • Cinta Sebatas Patok Tenda
    Cinta Sebatas Patok Tenda
    Dokumen22 halaman
    Cinta Sebatas Patok Tenda
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Teen Top Puasa
    Teen Top Puasa
    Dokumen11 halaman
    Teen Top Puasa
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Hurt Locker
    Hurt Locker
    Dokumen25 halaman
    Hurt Locker
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat