KELOMPOK 4
MUTHIA KHAIRUNNISA HAPSARI
NUR IMAN AFFANDI
SABILA SITI SALIFIDA
1306461895
1306461983
1306398005
Nama
NPM
: 1306461895
Tanda Tangan
Nama
NPM
: 1306461983
Tanda Tangan
Nama
NPM
: 1306398005
Tanda Tangan
DAFTAR ISI
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................5
Kebijakan Publik.......................................................................................6
2.2
2.2.1.
Kebijakan Pajak.................................................................................8
2.2.2.
Insentif Pajak....................................................................................10
2.3
Cost of Taxation.......................................................................................12
2.3.1.
2.3.2.
3.2
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................20
4.1
4.2
4.2.1
4.2.2
Simpulan..................................................................................................28
5.2
Saran........................................................................................................29
LAMPIRAN......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan
terkait
pertumbuhan
ekonomi
telah
menjadi
Namun
pada
kekuatan
konsumsi
rumah
tangga.
Situasi
1
UNIVERSITAS INDONESIA
19.85
68.34
20.4
68.5
68.35
20.43
68.24
21.42
19.62
Konsumsi (%)
67.31
66.29
22.48
21.82
65.4
22.41
Investasi (%)
Rasio investasi
tahun 2014 yang mencapai 32,58%. Sementara itu, rasio konsumsi rumah
tangga relatif tidak berubah; dari 55,97% pada tahun 2014 menjadi
55,91% di tahun 2015 (Republika Online, 2016).
Meskipun tingkat dependensi terhadap konsumsi masih tinggi,
pemerintah hingga kini terus berupaya untuk mendorong investasi.
Melemahnya investasi dalam mesin dan alat transportasi sebagaimana
yang telah disebutkan mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian
lebih kepada industri yang berkaitan dengan sektor alat transportasi.
Dengan
pertimbangan
kondisi
geografis,
peningkatan
investasi
ekonomi
di
Indonesia.
Ketersediaan
infrastruktur
dan
Kemakmuran
Bangsa",
Indonesia
harus
segera
Hal tersebut
dikarenakan lokasi strategis Batam di free trade zone yang telah lama dan
terlebih dahulu menikmati berbagai fasilitas, termasuk fasilitas perpajakan.
Sementara industri galangan kapal di daerah lain selama ini belum
menikmati berbagai kemudahan termasuk insentif fiskal yang tersedia bagi
industri galangan kapal seperti di Batam. Akibatnya, industri galangan
kapal di daerah lain sulit bersaing dengan produksi kapal luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan transportasi laut dan logistik dalam negeri.
Target untuk memperkuat dan melindungi maritim Indonesia yang
tertuang pada Nawa Cita kemudian dioperasionalisasikan dalam paket
kebijakan kabinet kerja tahun 2015 lalu.
5
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II
KERANGKA TEORI
Sementara Laswell
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Stage
1:
Stage
6:
Stage
Stage
2:
5:
Stage
3:
4:
Policy
T
ermination
Stage
Agenda
Setting
Policy
Termination
Policy
Change
Policy
Formulation
Policy
Evaluation
Policy
Implementation
Policy Implementation
1. Agenda Setting
Agenda setting adalah daftar subjek atau permasalahan bagi pejabat
pemerintahan yang diberi perhatian khusus dalam waktu tertentu.
Misalnya, daftar yang sangat serius di pertimbangkan dalam
pertemuan pejabat pemerintah atau legislatif merupakan agenda
publik. Beberapa permasalahan tidak pernah sampai ke agenda
publik, sementara beberapa masalah lainnya dapat dengan segera
dipertimbangkan sebagai agenda publik.
2. Policy Formulation
Tahap formulasi kebijakan dimana dari permasalahan yang ada,
dibentuk beberapa peraturan atau perundang-undangan yang dinilai
dapat menjadi penyelesaian masalah. Dari sekian alternatif
kebijakan yang ada, dipilih kebijakan yang dinilai paling baik
dalam penyelesaian masalah.
3. Policy Implementation
Tahap ini sering dikatakan sebagai what happens after a bill
becomes a law, yang dapat didefinisikan sebagai serangkaian
keputusan dan tindakan pemerintah yang diarahkan menempati
mandat yang berlaku. Dari kebijakan yang sudah terpilih,
seterusnya kebijakan tersebut diimplementasikan ke permasalahan
yang ada.
4. Policy Evaluation
7
UNIVERSITAS INDONESIA
Dalam tahap ini memperhatikan apa yang terjadi sebagai hasil dari
kebijakan publik yang telah dipilih atau setelah kebijakan tersebut
diimplementasikan. Tahap ini juga fokus terhadap dampak aktual
dari legislasi atau sejauh mana kebijakan benar-benar mencapai
hasil yang diharapkan.
5. Policy Change
Tahap ini mengacu kepada titik dimana kebijakan telah dievaluasi
dan di desain kembali sehingga seluruh proses kebijakan dimulai
dengan yang baru.
6. Policy Termination
Tahap ini adalah dimana berakhirnya kebijakan yang usang atau
kebijakan tersebut sudah tidak memadai lagi.
(2008)
menyatakan
bahwa
kebijakan
perpajakan
8
UNIVERSITAS INDONESIA
Menurut
AICPA (American
Institute
of
Certified
Public
pajak
mengenai
bagaimana
untuk
menghalangi
atau
mengurangi
produktivitas
perekonomian.
8. Transparency and Visibility. Wajib pajak harus memahami
bahwa pajak berlaku serta bagaimana dan kapan pajak
dikenakan ke wajib pajak.
9. Minimum Tax Gap.
meminimalisir ketidakpatuhan.
9
UNIVERSITAS INDONESIA
10
UNIVERSITAS INDONESIA
pajak
mengacu
pada
pengurangan,
(tax
incentives)
dikembangkan
dalam
pertumbuhan
ekonomi.
dan
insentif
konteks
fiskal
untuk
Berdasarkan
lainnya
menstimulasi
pemahaman
untuk
mendorong
perkembangan
dan
insentif
pajak
kini
secara
luas
sedang
Akan tetapi,
costs).
Insentif
pajak
harus
menghasilkan
11
UNIVERSITAS INDONESIA
penghitungan
pajak
global
di
negara
asal
pada
investasi
baru
yang
dibuat.
perusahaan.
Sedangkan
tax
credit
secara
insentif
perusahaan
tipe
ini
adalah
memperoleh
untuk
membantu
pengembalian
modalnya
dari
sumber
tertentu
atau
kepada
waktu
menerapkan
tertentu.
insentif
Persoalan
tipe
ini
utama
adalah
dalam
dalam
Seringkali dalam
yang
menimbulkan
berhak
peluang
untuk
mendapatkan
dimanipulasi.
insentif
Untuk
13
UNIVERSITAS INDONESIA
memusatkan
mengesampingkan
perpajakan.
fokusnya
fokus
pada
terhadap
keadilan
kemudahan
dan
sistem
efisiensi;
perpajakan
informasi
yang
dibutuhkan
bervariasi.
Biaya
untuk
(tax
complexity)
dapat
mengakibatkan
kesalahan
terhadap
15
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum Industri Transportasi Galangan Kapal di
Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, transportasi air
memunyai peran yang vital dalam menghubungkan pulau-pulau di
Indonesia
(Ministry of
Industry Republic
of
Indonesia,
2012).
(baik
domestik
maupun
internasional)
serta
struktur
permodalan
perusahaan
melalui
dan
meningkatkan
kapasitas
output
Good
Corporate
reparasi kapal baru mencapai 65.000 per tahun. Potensi pasar galangan
kapal dalam negeri sangat besar, dilihat dari tingginya kebutuhan angkutan
perdagangan internasional dan antarpulau yang mencapai volume 400 juta
ton per tahun.
Indonesia
dan
Kepolisian
Negara
Republik
suku
Kementerian
cadangnya
yang
Pertahanan,
diimpor
Tentara
oleh
Nasional
oleh pihak
lain
yang
ditunjuk
oleh
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Kementerian
Indonesia,
Pertahanan,
Tentara
Nasional
Kepolisian
Negara
Republik
dan
danau
dan
kapal
angkutan
serta
alat keselamatan
alat keselamatan
manusia
pelayaran
yang
diimpor
dan
Perusahaan
Angkutan
Sungai,
Danau
Penyelenggara Jasa
dan
Penyeberangan
peralatan untuk
perbaikan
dan
cadangnya,
perbaikan
yang
serta
peralatan
dan pemeliharaan
diimpor
Perusahaan
oleh
pihak
Angkutan
untuk
pesawat
udara
yang ditunjuk
Udara
Niaga
oleh
Nasional
api
peralatan
dan
suku
cadangnya
serta
digunakan
Penyelenggara
oleh
Badan
Sarana Perkeretaapian
diimpor
Usaha
Umum
19
UNIVERSITAS INDONESIA
Usaha
ditunjuk
Penyelenggara
oleh
Sarana
cadang,
pemeliharaan,
yang
akan
peralatan
serta
prasarana
digunakan
Penyelenggara Sarana
oleh
perkeretaapian
Badan
Usaha
Perkeretaapian
Umum
20
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB IV
PEMBAHASAN
muncul sebagai ketentuan khusus atas pelaksanaan Pasal 16B Undangundang Nomor 42 Tahun 2009 dan revisi atas Peraturan Pemerintah
Nomor 146 Tahun 2000 (PP-146) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003 (selanjutnya disebut PP-38) untuk
mengatur fasilitas PPN yang semula dibebaskan pada industri galangan
kapal. Munculnya PP-69 dapat dijelaskan melalui siklus kebijakan sebagai
berikut:
Agenda Setting
Pemerintah kini lebih menyadari potensi maritim Indonesia.
Namun untuk dapat mengembangkan potensi tersebut hingga
mencapai visi kedaulatan maritim sebagaimana yang terdapat
dalam Nawacita, pemerintah perlu menyelesaikan berbagai
masalah terkait maritim Indonesia, tak terkecuali permasalahan
pada industri galangan kapal. Pemerintah bersama dengan pihakpihak terkait yang mewakili industri galangan kapal di Indonesia
memiliki daftar masalah pada industri galangan kapal di luar
wilayah Batam seperti banyaknya industri perkapalan yang tidak
aktif, sumber daya manusia yang belum memadai, masih dijumpai
proses kerja ulang, munculnya barang sisa yang berlebihan, dan
waktu pembangunan kapal yang cukup lama, hingga pembiayaan
industri mulai dirumuskan untuk dibuatkan kebijakan pada tahap
pertama.
Policy Formulation
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Policy Implementation
Kebijakan ini mulai diterapkan 30 hari setelah PP-69
diundangkan pada 17 September 2015, yakni 16 Oktober 2015.
Respon positif bermunculan dari industri galangan kapal di
Indonesia, namun dampak kebijakan ini belum terlalu dapat terlihat
sebab penerapan kebijakan ini terhitung masih baru sehingga
belum terdapat data yang dapat dikaji terkait implementasi PP-69.
22
UNIVERSITAS INDONESIA
yang
membedakan
dengan
PP-69
adalah
dalam
ketentuan
pada
PP-69,
ketentuan
mengenai
perlakuan
Transaksi
Pembelian 3 set alat
jaring ukuran 250m
x 30m @
Rp5.000.000.
Pembelian 3 unit
kompas @
Rp5.600.000
Pembelian 15 unit
tempat tidur single
@ Rp3.000.000.
15.000.000
1.500.000
16.800.000
1.680.000
1.680.000
1.680.000
45.000.000
4.500.000
4.500.000
4.500.000
Dasar
Pengenaan
Pajak
PPN Dibebaskan
(PP 38/2003)
PPN
PPN
Keluaran
Masukan
PM yang
dapat
Dikreditkan
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Pembelian 30 buah
lampu penerangan
40 watt @
Rp100.000.
Pembelian 3 set
roda kemudi @
Rp6.500.000
Penyerahan 3 unit
kapal ikan fiber @
Rp1.115.000.000
Total PM
Total PK
Total PM yang
dapat dikreditkan
PPN Kurang/Lebih
Bayar
3.000.000
300.000
300.000
300.000
19.500.000
1.950.000
1.950.000
1.950.000
3.345.000.000
334.500.000
334.500.000
9.930.000
9.930.000
334.500.000
334.500.000
(9.930.000)
334.500.000
324.570.000
perolehan faktor produksi beserta jasa kena pajak yang berkaitan, PPN
masukannya dapat dikreditkan bersama PPN keluaran sehingga berbagai
entitas memperlakukan PPN masukan tersebut sebagai kredit atau
pengurang pajak (tax credit). Sementara untuk PPN yang penyerahannya
mendapat fasilitas, bisa terdapat dua pilihan. Jika PPN masukan dari
penyerahan tersebut mendapat fasilitas pembebasan PPN sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 4 PP-146, maka atas PPN masukan tersebut tidak
dapat dikreditkan dengan PPN keluaran. Sedangkan pada fasilitas PPN
tidak dipungut pada Pasal 4 PP-69, PPN masukannya tetap terhutang
namun tidak dipungut sehingga terhadap PPN masukan tersebut masih
dapat dikreditkan (sebagai tax credit) dengan PPN keluarannya, atau
dibebankan sebagai biaya tergantung pada kebijakan perusahaan.
Sehingga PPN masukan dalam PP-69 atas impor dan perolehan komponen
kapal dapat menjadi pengurang bagi beban pajak yang seharusnya
25
UNIVERSITAS INDONESIA
Indonesia yang memiliki sistem self-assessment, maka dalam hal ini biaya
compliance cost atau biaya kepatuhan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak
cukup tinggi dan menyulitkan Wajib Pajak industri galangan kapal.
Pada operasionalisasi PP-69 melalui PMK No. 193/PMK.03/2015
tentang Tata Cara Pemberian Fasilitas Tidak Dipungut Pajak Pertambahan
Nilai atas Impor dan/atau Penyerahan Alat Angkutan Tertentu dan
Penyerahan Jasa Kena Pajak terkait Alat Angkutan Tertentu, terdapat
aturan untuk membuat Rencana Kebutuhan Impor dan Perolehan (RKIP)
dan Surat Keterangan Tidak Dipungut (SKTD).
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Mengutip
28
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Meski teori menyatakan bahwa setiap pemberian fasilitas sulit
untuk tidak menyimpang dari prinsip keadilan dan netralitas PPN, namun
dalam pengambilan keputusan yang akan dijadikan kebijakan maka harus
dipilih alternatif second best policy-nya.
Selama ini industri galangan kapal termasuk pihak yang mendapat
fasilitas pembebasan PPN atas impor maupun penggunaan jasa kena pajak
yang terkait sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2003. Akan tetapi dampak dari fasilitas pembebasan PPN tersebut
adalah komponen harga kapal dan jasa yang diproduksi menjadi lebih
tinggi dan sulit bersaing.
Sebagai salah satu bentuk keseriusan pemerintah mewujudkan
kedaulatan maritim dan memperkuat daya saing nasional maupun
internasional, maka pemerintah berupaya untuk mengurangi berbagai
biaya yang berhubungan dengan pembangunan kapal di industri galangan
kapal. Pemerintah menyadari pentingnya industri galangan kapal dalam
pertumbuhan ekonomi.
selama
ini
dikesampingkan
sehingga
dapat
meningkatkan
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, tingginya biaya kepatuhan
terkait pembuatan Surat Keterangan Tidak Dipungut (SKTD) dan Rencana
Kebutuhan Impor dan Perencanaan (RKIP) yang harus dikeluarkan oleh
Wajib Pajak menjadi salah satu pertimbangan pelaku industri galangan
kapal dalam mengambil langkah menyikapi kebijakan ini.
Kami
30
UNIVERSITAS INDONESIA
LAMPIRAN
NOTULENSI DISKUSI PENGANTAR KEBIJAKAN PAJAK
Hari, tanggal
Tempat
Waktu
Penyaji
Dosen
Topik Presentasi
dan Diskusi
: Murwendah
: Kebijakan Pajak untuk Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia: Insentif Pajak Pertambahan
Nilai pada Industri Galangan Kapal
: Kelompok 10
1. Adya Cintya Daniswara
2. Pongsilurang Merdin Elisa
3. Prima Afiari
Tim Pembahas
Tim Floor
: Kelompok 2
1. Chaterine Hana Maria
2. Diodi Aulia Fajri
3. Tjut Naridha Selsa
Kelompok 3
1. Ajen Yoga Pradana
2. Gupto Andreantoro
3. Tiara Risma Ayudianty
Kelompok 4
1. Muthia Khairunnisa Hapsari
2. Nur Iman Affandi
3. Sabila Siti Salifida
Kelompok 5
1. Amanda Solihah
2. Hanna Marliana Donda P
3. Thalia Medina Lopung
Kelompok 6
1. Hana Athiyyah M.N
31
UNIVERSITAS INDONESIA
2. Nathasia I Tobing
3. Raissha Adyanara
Kelompok 7
1. Ardesty Bachdani
2. Muhammad Dicky
3. Safira Rahma Ningrum
Kelompok 8
1. Muhammad Arief Erdi P
2. Muhammad Efril M
3. Sheylla Azka Saffanah
Kelompok 9
1. Alvin Heryana
2. Ilham Muhammad
3. Janice Zerlinda August T
Kelompok 11
1. Fitri Intan Permatasari
2. Ria Rizki Zulfah
3. Shabrina Adzhani Dewi
Susunan Acara
: 1. Pembukaan
2. Presentasi oleh kelompok penyaji
3. Tanggapan dan pertanyaan dari kelompok pembahas
4. Tanggapan dan pertanyaan dari tim floor
5. Saran dari Dosen Pengajar sebagai bahan revisi
6. Penutup
Kelompok 1
Diah Ambarsari
Insentif kebijakan ini merupakan
Mengapa insentif kebijakan ini kurang insentif kebijakan yang ditujukan
terdengar? Apakah sosialisasinya kurang? khusus kepada pengusaha yang
bergerak di bidang transportasi,
salah satunya adalah perkapalan.
Tidak seperti kebijakan yang
33
UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok 5
Amanda Solihah
Apakah langkah yang dilakukan apabila
PP tersebut gagal?
Kelompok 6
Nathasia Imanuella Tobing
Kelompok 7
Muhammad Dicky
Kenapa targetnya untuk investor asing
padahal untuk kapal dalam negeri?
Kelompok 8
Sheylla Azka Saffanah
Bagaimanakah realitas biaya yang
dikeluarkan?
Kelompok 9
Ilham Muhammad
Mengapa cenderung untuk menggunakan
tenaga ahli luar negeri, padahal akan
meningkatkan biaya produksi?
Bagaimana dengan SDM dalam negeri?
35
UNIVERSITAS INDONESIA
36
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
REGULASI
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 sebagaimana terakhir diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003 tentang Impor dan
atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa
Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan
Nilai.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Impor dan Penyerahan Alat
Angkutan Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak terkait Alat Angkutan
Tertentu yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Irianto, E. S., & Rosdiana, H. (2012). Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Juddoo, K. (2014). The Compliance Costs of Value Added Tax (VAT): The Case
of the Republic of Mauritius. eJournal of Tax Research, 499-521.
KPP BUMN. (t.thn.). Industrial Profile: Kegiatan Usaha Industri Perkapalan.
Diambil kembali dari KPP BUMN Departemen Keuangan:
http://www.kppbumn.depkeu.go.id/Industrial_Profile/Industrial%20Profile
%20JEFRI/Industrial%20Profile%20Perkapalan_files/page0001.htm
Ministry of Industry Republic of Indonesia. (2012). Industry: Facts & Figures.
Ministry of Industry Republic of Indonesia.
Munyanyi, W., & Chiromba, C. (2015). Tax Incentives and Investment Expansion:
Evidence from Zimbabwes Tourism Industry. Ad-minister, 27-51.
OECD. (2015). Survei Ekonomi OECD: Indonesia. Survei Ekonomi OECD.
Parker, J. (2012). 5 Theories of Endogenous Growth. Dalam Economics 314
Coursebook.
Pulungan, A. M. (2015, September 2). Mengukur Kekuatan Sektor Konsumsi.
Bisnis Indonesia.
Rahayu, A. S. (2010). Pengantar Kebijakan Fiskal. Jakarta: Bumi Aksara.
Republika Online. (2016, Februari 15). Membaca Arah Perekonomian ke Depan.
Salani, B. (2011). Ch. II Optimal Taxation. Dalam B. Salani, Economics of
Taxation (2nd Edition) (hal. 63). MIT Press.
Sandford, C., Godwin, M., & Hardwick, P. (1989). Administrative and
Compliance Costs of Taxation. U.K.: Fiscal Publications.
Sawitri, H. (2006). Dampak Defisit Anggaran terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Jurnal Organisasi dan Manajemen 2(1), 1-10.
Stewart, J., Hedge, D., & Lester, J. (1996). Public Policy: An Evolutionary
Approach. USA: West Publishing Company.
Suandy, E. (2008). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sukirno, S. (2003). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suwasono, B., Widjaja, S., Zubaydi, A., & Yuliadi, M. (2010). Strategi
Produktivitas Tenaga Kerja dan Daya Saing: Studi Kasus Galangan Kapal
Kawasan Pulau Batam dan Jawa. Jurnal Manajemen Bisnis, 203-222.
38
UNIVERSITAS INDONESIA
Thuronyi, V. (1996). Tax Law Design and Drafting. International Monetary Fund.
Working Paper Bank Indonesia. (2008, Juni). Peran Investasi dalam Mendorong
Economic Growth. Working Paper Bank Indonesia.
Yitzhaki, S. (1979). A Note on Optimal Taxation and Administrative Costs. The
American Economic Review, Vol. 69, 475-480.
39
UNIVERSITAS INDONESIA