Tugas TekTon
Tugas TekTon
Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya,penulisan laporanini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu komponen penilaian dan dapat
dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar mata kuliah Teknologi
Beton ,serta dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu memahami segala
pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Laporan ini, penulis sajikan untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mempelajari proses
pembelajaran,karena
konsep-konsep
pembelajaran
ini
akan
sangat
membantu
dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan cara belajar atau aspek-aspek pembelajaran.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah Teknokogi Beton atas segala bimbingannya,sehingga
penulis bisa menyelesaikan laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Akhir kata,penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi kami semua dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
COVER..i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI..iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang...5
Rumusan Masalah..5
Tujuan Penelitian...6
Manfaat Penelitian.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Drainase7
2.2 Jenis Jenis Drainase................................................................................7
2.3 Tingkat Sistem Drainase.................................9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Drainase Lapangan Sepak Bola...12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan18
4.2 Saran...18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam
pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun
selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti
tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif.
Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara
lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan
tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh
keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya
beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin
keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai
seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang
disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab
diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan
terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan akan
menjadi lebih optimal. Hal ini disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa kuat tekan
beton terhadap persyaratan yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28 hari dan memutuskan
melakukan kegiatan selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi kerja dari suatu kontraktor dengan signifikan yang tentu saja berimbas terhadap
peningkatan keuntungan yang didapatkan. Selain itu, karena output yang dihasilkan lebih
akurat maka quality control dan quality assurance terhadap pekerjaan beton menjadi
semakin meningkat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang Pengolahan Beton adalah untuk memenuhi tugas
dalam mata kuliah Teknologi Beton I, untuk mengetahui tentang sifat-sifat dari beton,
untuk mengetahui cara pembuatan beton yang baik, cara perawatan beton yang benar, agar
kita mengetahui mutu beton yang baik dalam struktur bangunan, serta penggunaan dalam
bidang teknik sipil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Beton
Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan
membuat suatu campuran yaitu semen, pasir, kerikil dan air untuk membuat campuran tersebut
menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan.
Kumpulan material tersebut terdiri dari agregat yang halus dan kasar. Semen dan air
berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel-partikel agregat tersebut menjadi suatu
massa padat.
Pada umumnya beton terdiri dari 15 % semen, 8 % air, 3 % udara,
selebihnya pasir dan kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat
yang berbeda-beda, tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara
pencampuran, cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya akan
mempengaruhi sifat-sifat beton.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton. Ada empat bagian utama
yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton :
Proporsi bahan-bahan penyusunnya.
Metode perancangan.
Perawatan.
Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi oleh
lingkungan setempat.
Kekuatan tekan f 'c ditentukan dengan silinder standar (berukuran 6 inci x 12 inci) yang
dirawat di bawah kondisi standar laboratorium pada kecepatan pembebasan tertentu, pada umur
28 hari. Spesifikasi standar yang dipakai di Amerika Serikat biasanya diambil dari ASTM C-39.
Perlu di pahami bahwa kekuatan beton struktur aktual dapat saja tidak sama dengan kekuatan
silinder karena perbedaan pemadatan dan kondisi perawatan.
Pengujian
kuat
tekan
Kompres(CompressorMechine)
dengan rumus :
beton
dilakukan
menggunakan
alatMesin
fc=F/a
dengan:
fc = Kuat tekan (N/cm2)
F = Gaya Tekan (N)
A = Luas bidang permukaan (cm2)
Dalam pengujian ini juga ada luas permukaan cetakan yang berbentuk silinder dengan
rumus:
Luas permukaan (A) = r2
dengan ;
A = Luas Permukaan Cetakan (cm2)
r = Tinggi cetakan silinder (cm)
2.6 Penyerapan Air (Water Absorbtion)
Penyerapan air (water absorbtion) merupakan salah satu parameter yang sangat penting
untuk memprediksi dan mengetahui kekuatan dan kualitas beton polimer yang dihasilkan.
Beton polimer yang berkualitas baik memiliki daya serap air yang kecil dimana jumlah
pori-pori pada permukaan sedikit dan rapat. Pengukuran penyerapan air (water absorbtion)
menggunakan rumus:
Water Absorbtion (%) = x100%mm mkb k
dengan:
WA = Penyerapan air (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
2.7 Porositas
Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubanglubang
kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat
yang di tempati oleh zat padat.
Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari
suaturongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi
mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua
jenis porositas yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas tertutup pada umunya
sulit untuk ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta
tidak ada akses ke permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses ke
permukaan luar, walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas suatu
bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus :
Porositas= 100% x 1 xVm mb airb k
dengan:
P = Porositas (%)
mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
Vb = Volume benda uji (cm3)
air = Massa jenis air (gr/cm3)
Dalam pengujian ini juga di dapat kan volume benda uji berbentuk silinder dengan rumus:
Volume benda uji = d 2L4
2.8 Jenis Agregat
Agregat menempati 65-80% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat
mempengaruhi kualitas beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Masa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok.
Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan
induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat batuan induk. Sifatsifat
tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi petrografik, berat jenis,
(hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain.
Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan
bentuk partikel, tekstur dan absorbsi permukaan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat
buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya,
yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan agregat halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat
diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British
Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirannya
lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 40 mm
disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari
40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil
lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau
bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan
kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya.
2.8.1 Agregat Kasar
Jenis agregat kasar yang umum adalah :
1. Batu Pecah Alami : Bahan ini di dapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.batu ini dapat berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau jenis metamorf.
Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah kurang
memberikan kemudahan pengerjaan dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat
kasar lainnya.
2. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan
kekuatan yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan
pengerjaan yang lebih tinggi.
3. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk
beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti blast-furnace
dan lain-lain.
4. Agregat untuk Perlindungan Nuklir dan Berbobot Berat : Dengan adanya tuntutan yang
spesifik pada zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir
sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom dan stasium tenaga nuklir,
maka perlu adanya beton yang dapat melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan neutron.
2.8.2 Agregat Halus
Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu
saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari ukuran ini
digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral.
Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika. Agregat
halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari saringan No.100,
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan
dari ASTM ( American Society of Testing and Materials ).
10
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen
hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan
tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTMSemen Portland dapat dibedakan menjadi
lima tipe :
a. Tipe I ( Semen penggunaan umum )
Sifat dari semen portland tipe I yaitu MgO dan SO3 hilang pada saat
pembakaran. Kehalusan dan kekuatannya secara berturut-turut juga ditentukan. Secara umum
mempunyai sifat-sifat umum dari semen. Digunakan secara luas sebagai semen untuk teknik
sipil dan konstruksi arsitektur misalnya pembangunan jalan, bangunan beton bertulang, jembatan
dan lain-lain
.
b. Tipe II ( Semen pengeras pada panas sedang )
Semen Portland tipe II mempunyai C3S kurang dari 50% dan C3A kurang dari 8%.
Kalor hidrasi 70 kal atau kurang (7 hari) dan 80 kal atau kurang (28 hari) pada kondisi
sedang. Peningkatan dari kekuatan jangka panjang diinginkan. Seca-ra umum dipakai untuk
mencegah serangan sulfat dan lingkungan sistem drainase dengan kadar konsentrat tinggi
didalam tanah.
11
Semen portland tipe I adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen
hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,
yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland dibuat dari serbuk halus kristalin yang komposisi utamanya adalah
kalsium dan aluminium silkat. Bahan baku utama dalam pemnuatan semen Portland adalah
sebagai berikut :
Kapur (CaO) dari batu kapur (60 65 %)
Silika (SiO2) dari lempung (17 25 %)
Alumina (Al2O3) dari lempung (3 8 %)
Untuk Penelitian ini digunakan semen Portland Tipe I yang diproduksi oleh
PT.Semen Padang, Sumatera Barat. Semen ini dibuat dengan standart ASTM C-150 untuk
semen portland.
2.9.3 Semen Portland Pozzolan
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi FAS, semakin rendah mutu
kekuatan beton. Namum demikian, nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu brarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Ada batas-batas dalam hal ini. Nilai FAS yang rendah akan
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan
pemadatan yang pada akhirnya menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS
minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Rata-rata ketebalan lapisan yang
memisahkan antar partikel dalam beton sangat tergantung pada faktor air semen yang
digunakan dan kehalusan butir semennya.
Air
Air sebagai bahan pencampur smen berperan sebagai bahan perekat, sehinnga
penambahan air dalam pembuatan spesi beton merupakan unsur yang sangat penting. Peranan
air sebagai bahan perekat terjadi melalui reaksi hidrasi, yaitu semen dan air akan membentuk pasta
semen dan mengikat fragmen-fragmen agregat.
Secara umum, air yang dapat diminum cocok digunakan sebagai air pencampur, sebab
telah memenuhi persyaratan teknis sebagai air pencampur. Air yang digunakan dalam
pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam alumunium (termasuk air
bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan. Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang
terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan
campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh
melampaui nilai
:
Tabel Batas Maksimum Ion Klorida
Jenis beton Batas(%)
13
Karakteristik dan sipat beton sangat tergantung dari design campuran dan kwalitas
bahan-bahan penyusunnya, setiap tahapan dalam prosen produksi beton dilapangan memegang
peranan penting dalam menghasilkan beton yang berkwalitas.
1. Penempatan dan penyimpanan materialPasir & Split
Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan
menurunnya kwalitas beton. Penempatan pasir dan split (koral) harus sedemikian rupa
jangan sampai tercampur oleh bahan-bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material
sangat dianjurkan agar dapat mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang.Semen
Dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan
dibawahnya di beri landasan agar uap lantai tidak langsung mengenai semen, karna apabila
uap mengenai semen, mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan
mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar.
2. Persiapan dan Proses Pencampuran.
Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan- bahan
penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karna akan mempengaruhi
homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis,
pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan
skop, disarankan untuk pekerjaan volume beton yang besar sebaiknya dilakukan dengan
cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk
mendapatkancampuran yang baik diperlukan minimal 50 kali putaran mixer atau tidak kurang
dari 1menit untuk volume pengecoran 1 m3.
Kekentalan adukan beton , harus disesuiakan dengan cara transportasi, cara
pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan
tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah dan jenis semen, nilai factor air semen, jenis
dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain.
Untuk mencegah penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump
minimum 5 cm dan maksimum 15 cm.
3. Pemadatan
Dilakukan sesaat setelah beton dituangkan, dengan tujuan untuk meminimalkan
jumlah rongga yang terbentuk didalam beton sehingga beton mempunyai kekuatan yang
tinggi. Dan menambah kekedapan air.
4. Perawatan beton
Sipat-sipat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan bertambah dengan
perkembangan umur beton, perkembangan ini akan sangat cepat pada umur awal dan
berlangsung terus namun dalam kecepatan yang makin melambat. Hilangnya air yang
terlalu cepat akan mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu beton, dan juga volume
beton menyusut mengakibatkan timbulnya tegangan tarik pada permukaan yang
mongering, jika tegangan tarik ini terjadi sebelum beton mencapai kekuatan yang memadai
maka akan timbul retak pada beton, disarankan sebelum beton mencapai umur dari setelah
beton agak mongering sebaiknya di tutupi dengan karung/zak yang basah,digenangi air
selama 2 minggu. Beton akan mencapai kekuatan maksimal yaitu pada umur 21 hari. Bila
dikehendaki umur beton lebih cepat dapat menggunakan bahan campuran yang dikususkan
14
Beton memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki kekuatan yang baik dibanding
dengan material yang lain. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang teknik sipil manfaat dari
beton antara lain:
1. Sebagai penopang jalan di flyover
2. Sebagai struktur bangunan gedung bertingkat
3. Sebagai struktur penopang jembatan
Berikutadalah
penjelasan
mengenai
pengolahan
beton
dengan
singkat
dan
15
Agregat Kasar
16
Semen
Gamping / Mild
17
Adukan beton harus segera diangkut ke tempat penuangan sebelum semen berhidrasi
(bereaksi dengan air)
2.
3.
Alat pengangkut adukan misalnya : ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban
berjalan, pompa
4.
Bila jarak cukup jauh dilakukan dengan truk aduk beton (truk molen)
5.
6.
1.
Setelah penuangan beton harus segera dipadatkan sebelum semen dan air bereaksi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
19
Pengecoran Kolom
Pemadatan adukan beton
Pemadatan dilakukan supaya rongga / pori dalam beton sesedikit mungkin
1. Pemadatan manual dilakukan dengan tongkat baja/kayu
2. Sebaiknya tebal pemadatan tidak lebih dari 15 cm
3. Pemadatan dilakukan sampai tampak lapisan pasta dipermukaan beton
20
Vibrator internal
Vibrator external
21
22
Perawatan Kolom
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan
jenis-jenis mutu beton untuk tujuan pengunaan tertentu. Diharapkan dengan memahami sifatsifat
beton dan jenis-jenis mutu beton, cara pembuatan, pemeliharaan, standar dalam struktur
bangunan untuk penggunaan tertentu khususnya dalam bidang teknik sipil akan semakin
membantu dalam pembangunan dibidang teknik sipil
3.2 Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur beton, seperti keruntuhan yang diakibatkan oleh
gempa yang akhir ini sering terjadi. Maka kualitas beton perlu direncanakan mengikuti standart,
agar bisa diperoleh suatu struktur kolom sesuai dengan yang disyaratkan, maka perlu
mempergunakan mutu beton yang lebih tinggi. Mutu beton yang lebih tidak hanya memperoleh
suatu struktur kolom beton bertulang yang kuat, tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom
yang sangat efisien.
24
DAFTAR PUSTAKA
www.docslide.com
www.ilmutekniksipil.com
25