Anda di halaman 1dari 4

Fisiologi DEFEKASI

Gerakan Mencampur Haustrasi.


Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, 2.5 cm otot
sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang
sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi
menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap
haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60
detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga
sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut secara progresif
diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.
Gerakan Mendorong Pergerakan Massa.
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang lambat
tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari sekum
sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa
menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan mucus
(sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang
diatur oleh rangsangan taktil , langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat
terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang
membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal kolon.
Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi, tapi selain itu
menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses. Lebih lanjut,
mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion
bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion
bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai ekskresi cairan, sedikit
cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai
beberapa liter sehari pada pasien diare berat

PENANGANAN KONSTIPASI PADA ANAK

Ada 3 hal yang harus diperhatikan bila menghadapi anak dengan konstipasi yaitu:
1. Pada tahap awal kita harus mengevakuasi tinja yang sudah menumpuk berharihari di dalam usus besarnya. Evakuasi biasanya dilakukan dengan cara klisma
atau enema dengan gliserin yang dilakukan di rumah sakit. Bila tinja yang
menumpuk tidak terlalu banyak, evakuasi juga bisa dilakukan dirumah dengan
cara pemberian obat supositoria (obat yang dimasukkan lewat anus).
2. Tahap kedua adalah pengobatan rumatan yang harus diberikan paling sedikit 2
minggu, bahkan kadang - kadang sampai 1 sampai 3 bulan. Pengobatan rumatan
ini bertujuan mencegah tinja supaya tidak keras dan memutuskan lingkaran setan
yang membuat anak menahan tinjanya. Pengobatan rumatan dilakukan dengan
cara memberikan cairan yang cukup paling tidak 1 liter sehari, pemberian serat
yang cukup, pijatan di perut searah dengan jarum jam untuk merangsang gerakan
usus besar, toilet training serta obat pencahar yang aman diberikan jangka
panjang. Berikanlah buah buahan selain pisang dan apel, berikanlah susu dengan
takaran yang sesuai, sambil dilakukan massage diperut dengan minyak telon atau
baby oil dari arah kanan bawah ke kanan atas dilanjutkan ke kiri atas lalu kiri
bawah, secara rutin 15 kali sehari. Toilet training akan mengembangkan refleks
gastrokolik dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi. Sebagian besar
anak telah siap memulai toilet training pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Toilet
training dilakukan dengan cara anak diminta duduk sebentar sekitar 3- 5 menit di
toilet atau mainan yang berbentuk tolit, 15 menit setelah makan pagi atau siang.
Pada awalnya anak tidak ditargetkan untuk berhajat saat toilet training, karena hal
itu malah akan membuat stres si anak, yang penting adalah anak bisa duduk dulu
sebentar, dan dilakukan secara teratur setiap hari. Salah satu cara untuk tetap
mejaga kepatuhan terapi adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam
kegiatan ini dengan pemberian hadiah
3. Tahap ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah mencari penyebab dari
konstipasi tersebut.

PENANGANAN KONSTIPASI PADA IBU HAMIL

Konsumsi Serat yang Cukup


Serat memang sangat diperlukan oleh tubuh demi kelancaran pencernaan. Konstipasi
yang terjadi pada ibu hamil dapat diatasi jika ibu hamil mengkonsumsi serat sebanyak
20-35 gram dalam perhari. Ketika mengkonsumsi serat maka anda harus
mengimbanginya dengan minum air yang cukup atau sekitar 2 liter dalam setiap harinya.

Anda juga harus menghindari minuman yang bersifat diuretik seperti kopi, softdrink, teh,
atau minuman yang mengandung alkohol.
Makanan yang banyak mengandung serat di antaranya yaitu sayur-sayuran, buah-buahan
dan gandum utuh.

Cukupi Kebutuhan Cairan Tubuh


Makanan yang kita konsumi dan masuk ke dalam tubuh akan dapat dicerna dengan baik
jika ada asupan cairan. Ketika ibu hamil kekurangan cairan, usus besar dan usus halus
tetap akan bekerja sebagaimana mestinya. Namun, cairan yang terdapat dalam tinja atau
feses akan diserap, yang bertujuan untuk menjaga keadaan tubuh dalam keadaan cukup
cairan atau terhidrasi. Karena cairan pada feses berkurang, maka dari itu feses pun akan
menjadi lebih keras serta sulit untuk dikeluarkan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi
keadaan ini akan lebih baiknya jika anda mencukupi kebutuhan cairan.

Rutin Berolahraga
Konstipasi dapat dicegah diatasi dengan rutin berolahraga. Wanita hamil biasanya
mengabaikan berolahraga. Perlu diketahui juga, kurang berolahraga dapat menjadi salah
satu penyebab wanita hamil mengalami konstipasi.
Olahraga yang dilakukan secara rutin dapat membuat sitem pencernaan menjadi lebih
baik, serta dapat membuat tubuh menjadi lebih sehat. Anda bisa memilih olahraga ringan
dan cocok untuk wanita hamil. Atau anda bisa mengambil kelas khusus untuk ibu hamil.
Diketahui, beberapa posisi yoga juga dapat dan mampu mencegah konstipasi yang
dialami oleh ibu hamil.

Batasi Konsumsi Zat Besi


Dalam masa kehamilan, zat besi memang diperlukan. Namun, konsumsi zat besi
sebaiknya jangan berlebihan. Bagi anda yang merasa bahwa zat besi sudah tercukupi,
maka lebih baik jika anda membatasi asupannya. Anda juga bisa melakukan konsultasi
dengan dokter dalam pemilihan zat besi yang tepat untuk ibu hamil.

Konsultasi
Jika cara-cara di atas sudah anda tempuh, namun konstipasi tidak kunjung hilang, maka
anda bisa mengkonsultasikannya ke dokter kandungan anda agar masalah pencernaan
tersebut bisa diatasi dengan sedini mungkin sehingga tidak akan mempengaruhi
kesehatan janin yang dikandung.
Itulah beberapa penyebab, gejala dan cara mengatasi konstipasi pada ibu hamil. Semoga
dengan bekal pengetahuan yang lebih, anda bisa menjaga kondisi kandungan anda tetap
sehat. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai