Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang pada
dasarnya memiliki keunikan, berbeda antara yang satu dengan lainnya.
Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masingmasing,

ingin

mengembangkan

merealisasikan

diri

potensi-potensinya

atau

ingin

dan

masing-masing.

mampu
Hal

ini

merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk


menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada manusia yang ingin
menjadi

orang

lain

sehingga

dia

akan

selalu

sadar

akan

keindividualitasannya.
Adapun hubungannya dengan manusia sebagai mahluk sosial
adalah bahwa dalam mengembangkan potensi-potesinya ini tidak akan
terjadi secara alamiah dengan sendirinya, tetapi membutuhkan
bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang
lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan
dan saling membutuhkan antara yang satu dengan lainnya.
Akan tetapi, pada masa moderen yang dilengkapi dengan kemajuan
ilmu pengetahuan kmunikasi dan informasi semakin memudahkan
kehidupan manusia. Kemudahan-kemudahan ini, seringkali disalah
gunakan oleh manusia itu sendiri sehingga peranan manusia sebagai
mahluk individu dan sosial menjadi tidak sesuai pada tempatnya.
Seperti yang sering kita lihat bahwa, dalam bermasyarakat perlu
adanya gotong royong dalam mewujudkan tujuan bersama. Namun,
beberapa orang seringkali lebih mementingkan tujuan pribadinya dari
pada tujuan bersama. Kami menilai bahwa, beberapa masyarakat
kurang bisa menempatkan posisinya sebagai mahluk individu ataupun
mahluk sosial. Padahal manusia pada dasarnya tidak dapat hidup

sendiri atau dengan kata lain, setiap manusia perlu adanya interaksi
sosial dengan manusia lain.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat kami rumuskan beberapa
rumusan masaah diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan fungsi manusia sebagai mahluk
individu dan sosial?
2. Apasaja contoh sikap manusia yang tidak sesuai dalam
menjalankan fungsi dan peranannya sebagai mahluk individu dan
sosial?
3. Apa penyebab dari ketidaksesuaian sikap manusia dalam
menjalankan fungsi dan peranannya tersebut?
4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dalam mengatasi
permasalahan tersebut?

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Sosial


Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya.
Lalu dengan semakin banyaknya keinginan dan tujuannya,manusia berpikir
mengenai konsep untuk mengubah gagasan-gagasan mereka. Proses berpikir
tersebut menghasilkan suatu hal, yang disebut organisasi. Organisasi adalah
kesatuan

sosial

yang

terkoordinasi

secara

sadar

dengan memiliki

batasan tertentu serta berfungsi secara terus menerus untuk mencapai


tujuan bersama.
Manusia menciptakan pola pikir yang berorientasi kepada rganisasi
dalam menyalurkan gagasan-gagasan mereka, dimana organisasi tersebut
dapat dikelompokkan dengan menggunakan beberapa kriteria. Pertama,
berdasarkan jumlah orang yang memegang suatu pimpinan, kedua,
berdasarkan kekuasaan. Selanjutnya berdasarkan sifat hubungan personal.
Keempat, berdasarkan tujuan, profit atau non profit. Kelima, berdasarkan
kehidupan dalam masyarakat. Lalu berdasarkan fungsi dan tujuan yang
dilayani. Terakhir, berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Pada penelitian
ini, konteks organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang bertujuan profit
dan bergerak dalam dunia usaha atau kata lain sebuah perusahaan. Tetapi
semua itu

tidak

lepas dari hakikat manusia yang sebenarnya. Dalam

kehidupan manusia membutuhkan sebuah ketenangan jiwa dalam hidupnya


oleh karena itu manusia meyakinkan bahwa Tuhan itu ada dan akan membantu
setiap manusia dimuka bumi ini. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki
akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya.
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan
manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti
manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya.
Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia
senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi
antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam
sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang
timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial. Secara sosial

sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang mempunyai


kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masarakat.
Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan ang
sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan,
bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, poltik
dan bahkan beragama.
2.2 Contoh dari Fungsi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk
Sosial Digunakan Secara Tidak Tepat
Dengan munculnya sikap individualis ditengah-tengah kehidupan sosial
maka muncullah bentuk-bentuk permasalahan sosial, antara lain:
1. Prasangka Sosial yang bersifat negative
Prasangka ini timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan
ini menimbulkan perasaan Superior antara satu individu dengan
individu yang lain. Individu atau kelompok yang meliputi
prasangka negatif memiliki sikap serta pandangan yang tidak
obyektif dan wajar, hal ini tentu saja merupakan perkembangan
kepribadian.
2. Jarak Sosial (social distance)
Jika antara individu yang satu dengan yang lain semakin
bertentangan bahkan saling membenci maka akan menimbulkan
semakin jauhnya jarak sosial diantara mereka.
3. Egoistis
Individu akan menjadi lebih egois apabila sikap individualisnya
masih sangat kental atau masih melekat pada diri seseorang.
2.3 Penyebab Munculnya Masalah Sosial
2.3.1 Ciri-ciri dari sikap individualis
Untuk mengetahu penyebab munculnya suatu masalh sosial, kita
harus mengetahui ciri-ciri dari sikap yang dapat memunculkan
masalah tersebut, diantaranya yaitu:
1. Aggressor (berbuat macam-macam), merendahkan status yang
lain, menolak nilai, atau perasaan yang lain. Menyerang
kelompok atau masalah yang diatasinya, iri hati pada
kontribusi yang lain dan berupaya mengakui kontribusi itu
untuk dirinya.

2. Blocker (penghambat), cenderung bersifat negative dan secara


kepala batu selalu menolak, membantah, dan menentang tanpa
alasan yang kuat dan berusaha untuk mempertahankan atau
membuka kembali persoalan yang sudah di tolak oleh
kelompok.
3. Recognition Seeker (pencari muka), berusaha berbagai cara
untuk menarik perhatian orang, sering dengan cara membual,
bertindak dengan cara yang tidak biasa, berjuang untuk tidak
di tempatkan pada posisi rendah.
4. Help Seeker, berusaha untuk menarik simpati dari anggota
kelompok yang lain atau dari seluruh kelompok dengan
mengungkapkan rasa tidak aman dan ketidaktahuan.
5. Dominator,
berusaha
menegaskan
otoritas
superotoritasnya

ketika

mengendalikan

kelompok

atau
atau

anggota-anggota tertentu. Dominasi ini dapat berupa kata-kata


2.3.2

2.3.3

menjilat.
Penyebab Umum
Adapun penyebab munculnya masalah sosial antara lain:
1. Perbedaan Fisik atau Ras.
2. Perbedaan lingkungan.
3. Perbedaan kekayaan.
4. Perbedaan Status sosial.
5. Perbedaan Norma sosial.
Penyebab Fungsi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan
Makhluk Sosial Digunakan Secara Tidak Tepat
Teori individualisme dari Spencer : Hubungan individu dan
masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif
masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu
kepentingan individu ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat
mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif.
Konsep individualisme memiliki pengertian (terms) ganda.
(1) Sebagai doktrin yang berkaitan dengan liberalisme yang
menekankan

pada

kemandirian

(autonomy),

kepentingan

(importance), dan kebebasan (freedom) individu dalam hubungan


dengan masyarakat dan negara. (2) individualisme juga dipahami
sebagai budaya dalam masyarakat modern yang berkaitan dengan

kepemilikan

pribadi

(private

property),

konsumsi,

dan

subjektivitas.
Gagasan

individualisme

merupakan

suatu

hubungan

interconnected dengan suatu rentang (range) istilah yang mendasar


dalam teori politik dan sosial. Oleh karena itu, ia perlu dibedakan
dalam beberapa penekanan berikut ini:
1. The individual sebagai seorang agen mandiri (autonomous
agent) dengan suatu identitas tersendiri;
2. Individualisme sebagai suatu ideologi sosial dan politik dengan
berbagai tradisi nasional;
3. Individualitas sebagai suatu tinjauan romantik dari keunikan
seseorang memperoleh pendidikan dan perkembangan; dan
4. Individualis sebagai suatu proses dengan jalan mana orang
distandardisasikan oleh suatu proses birokratis.
Hubungan di antara individualisme dan egoisme telah
menghasilkan satu perdebatan yang hebat. Walaupun sesetengah
individualis adalah juga egois, mereka tidak menyatakan bahwa
sifat mementingkan diri sendiri adalah sesuatu sifat yang terpuji
dengan sendirinya. Disebaliknya, mereka percaya yang seseorang
individualis tidak terikat kepada taat moral yang diguna pakai oleh
masyarakat dan individualis adalah bebas untuk mementingkan diri
sendiri, hidup dengan altruisme atau apa-apapun cara hidup yang
mereka gemar. Yang lain pula mengatakan bahwa individualisme
tidak mementingkan diri sendiri jika mereka tidak mengancam
orang lain. Ada pula seperti Ayn Rand yang menekankan
relatifisme moral dan yang sifat mementingkan diri sendiri adalah
satu sifat terpuji.
2.3.4

Penyebab seseorang mengabaikan sifat manusia sebagai


makhluk sosial di tengah pekerjaan.
a. Masa Lalu
Lahirnya industrialisasi di Utara, revolusi transportasi
dan revolusi pasar dalam paruh pertama abad kesembilan belas
membawa

banyak

perubahan

sosial

dalam

kehidupan

masyarakat Amerika pada waktu itu. Selain ketiga fenomena

tersebut di atas, pergerakan ke wilayah Barat (Westward


movement) juga merupakan sebuah fenomena yang turut
mengubah kondisi kehidupan sosial. Industrialisasi di Utara
mulai mengubah pola kehidupan masyarakat di kota-kota
industri dari agraris menjadi industri. Terlepas dari faktorfaktor positif yang disebabkan oleh perubahan sosial ini, seperti
pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, berbagai persoalan
sosial muncul sebagai dampaknya. Ideologi individualisme
diterapkan secara kasar (rugged) oleh para industrialis
menimbulkan praktek "perbudakan" terhadap para buruh
pabrik. Demi efisiensi dan peningkatan keuntungan para
industrialis bekerja sama dengan pemerintah untuk menetapkan
jam kerja hingga dua belas jam perhari. Upah buruh sangat
rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kaum buruh secara hukum dilarang melakukan pemogokan.
Tempat kerja jauh dari memadai sehingga tidak menjamin
kesehatan

bagi

menciptakan

para

buruh.

kemakmuran

Singkatnya,

bagi

para

industrialisasi

industrialis

dan,

sebaliknya, membawa petaka bagi para buruh. Kebijakan


pemerintah federal dalam menjual tanah di wilayah Barat
dengan harga murah serta peluang kerja yang diciptakan oleh
munculnya industri-industri di Utara mengundang banyak
orang Eropa berimigrasi ke Amerika. Persaingan dalam
lapangan kerja pun terjadi antara orang-orang Amerika dan
kaum imigran asing. Persaingan ini akhirnya menimbulkan
berbagai bentrokan fisik dan prasangka buruk. Ketidakteraturan
sosial pun muncul. Kehidupan para penghuni wilayah garis
depan di Barat sangat diwarnai oleh semangat yang agresif,
ekspansif, bebas, mandiri, kreatif, dan inovatif. Kesemuanya ini
tidak akan bermasalah kalau dalam Batas wajar. Namun
demikian, pergerakan ke arah Barat melahirkan berbagai
masalah sosial. Kehidupan mereka cenderung mementingkan

diri sendiri, tidak mentaati aturan-aturan atau hukum yang


berlaku. Banyak dari mereka terlibat dalam tindakan-tindakan
kekerasan fisik, minum mabuk, hiburan-hiburan yang tidak
sehat seperti pelacuran, dan yang sejenisnya. Semua gejolak
sosial yang terjadi di kota-kota industri di Utara dan di kawasan
garis depan niscaya menimbulkan ketidakteraturan sosial dalam
masyarakat. Semua masalah sosial ini dapat direduksi menjadi
satu persoalan dasar, yaitu degradasi kehidupan moral. Hal ini
terjadi karena konsep individualisme yang diterapkan pada
waktu itu, setiap individu mementingkan dirinya dan
mengabaikan kepentingan individu-individu yang lain.
b. Masa Kini
Masyarakat perkotaan memiliki jiwa kebersamaannya
yang masih minim. Selain itu, kurang dapat bersosialisasi
karena masing-masing individunya sudah sibuk dengan
pekerjaannya. Tidak jarang ditemui masyarakat kota tidak
saling bertegur sapa apabila bertemu dengan tetangganya. Hal
ini dikarenakan antar tetangga tidak terjalin komunikasi
sehingga tidak saling mengenal. Bahkan tetangga yang berjarak
satu rumah pun mereka tidak saling kenal. Sehingga, nilai-nilai
kebersamaan seperti saling menolong antar warga dan tenggang
rasa mulai memudar. Kegiatan gotong-royong dan kerja bakti
akan sangat sulit ditemui di kehidupan masyarakat kota. Pola
interaksi yang di miliki oleh masyarakat perkotaan lebih
kepada individual dan condong kepada ekonomi, politik dan
pendidikan. Biasanya

masyarakat

perkotaan

mempunyai

pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan masyarakat


pedesaan. Karena masyarakat perkotaan biasanya bekerja
diperkantoran yang cukup untuk kebutuhan sehari-seharinya.
Gaya hidup masyarakat perkotaan lebih kepada kemewahan
yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.

Adanya pengaruh globalisasi juga membuat seseorang


cenderung memiliki dunia nya sendiri, sebagaimana yang kita
tahu bahwa zaman modern di abad ini, teknologi telah maju
pesat, dunia seolah dalam genggaman, dengan berbagai
teknologi yang ada manusia tidak perlu bersusah susah
membuang tenaga, efisien dan menghemat waktu, namun di
balik itu tanpa disadari perkembangan teknologi itu justru dapat
membuat seseorang menjadi tidak memerlukan orang lain.
Ada beberapa alasan diantaranya:
1. Orang yang cenderung individualis tidak terbiasa dengan
hal-hal yang ramai atau melibatkan banyak orang
( bergaul) perlu adanya pendekatan yang lebih intensif.
2. Orang yang individualis dan kaku sering merasa bahwa
dirinya tidak dibutuhkan oleh orang lain dan selalu
mendapat respon yang berbeda dari lingkungannya
sehingga ia lebih nyaman untuk mengasingkan diri.
3. Orang individualis terkadang muncul akibat krisis
kepercayaan kepada oranglain, sehingga selalu merasa
apa yang dia lakukan selalu benar dan apa yang dilakukan
oranglain dianggap salah.
4. Kebanyakkan orang individualis masih belum sadar
tentang tidak pentingnya sikap individual dan juga belum
sadar bahwa mereka hidup ditengah-tengah komunitas
sosial dan tidak lain mereka adalah sebagai makhluk
sosial (sosial animal) yang selalu membutuhkan orang
lain kapanpun dan dimanapun mereka berada.
Seseorang yang individualis tidak dapat melihat dan menilai
segala apa yang ada disekitarnya, yang ada hanya bagaimana
dia melakukan segala aktivitasnya dengan baik dan selalu
menjadi yang terbaik tanpa orang lain. Pasa dasarnya, sikap
individualis ini bisa muncul akibat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Faktor lingkungan, lingkungan yang individu
tempati menjadi salah satu konstribusi munculnya sikap ini,

10

lingkungan yang saling tertutup dan sedikitnya reaksi sosial


yang terjalin memberikan dampak buruk pada perkembangan
seorang anak. Ketika anak yang seharusnya diajarkan untuk
saling berinteraksi kepada orang lain namun pada keadaannya
lingkungan tersebutu tidak mendukung adanya interaksi, maka
anak merasa baik-baik saja dan dapat melakukan segala sesuatu
tanpa adanya orang lain.
Menjadi orang yang bersifat individualis terkadang adalah
suatu aib di dalam organisasi yang menuntut kerja sama tim.
Para individualis ini cenderung tertutup dan mengerjakan
sesuatunya seperti apa yang mereka inginkan. Tak jarang
mereka ini menerobos anggota tim lainnya dan/atau segala
prosedur standar organisasi apabila hal tersebut dirasa
menganggu kinerja mereka. Alhasil, mereka cenderung dijauhi
dan dicela oleh anggota tim lainnya. Namun demikian, perlu
diketahui semua bahwa Tidak semua orang terlahir dengan
kemampuan sosial yang sama. Mau tidak mau, kita harus
mengakui

bahwa

semua

orang

tidak

terlahir

dengan

kemampuan sosial yang sama. Fakta lainnya adalah setiap


orang memiliki apa yang disebut sebagai private room (ruang
pribadi) masing-masing. Ruang pribadi ini adalah waktu bagi
seorang individu untuk melakukan segala sesuatunya bagi diri
mereka sendiri tanpa mengindahkan lainnya. Hanya saja,
beberapa orang memiliki ruang pribadi yang lebih besar
dibanding

lainnya

sehingga

mereka

sering

tampak

'individualis'. Ketika kita berbicara dengan para individualis


ini, sebaiknya kita menempatkan posisi kita di sepatu mereka.
Para individualis telah mengalami sejumlah peperangan selama
hidup mereka, cukup untuk menyadari bahwa mereka 'berbeda'
dan tidak semua orang mau menerima cara pandang mereka
apa adanya jadi umumnya mereka ini memiliki pembawaan
curiga, dingin, dan tidak bersahabat. Apa pun itu, ikuti dulu apa

11

yang mereka bicarakan. Baru utarakan pendapat anda secara


baik-baik dan sopan kepada mereka.
SHERIF mengemukakan bahwa sikap individual itu dapat di
ubah atau di bentuk apabila:
1. Terdapat hubungan timbal-balik yang antara individu.
2. Adanya komunikasi (yaitu hubungan langsung) dari satu
pihak.
2.4 Solusi Mengatasi Masalah Ketidaksesuaian Sikap Manusia Sebagai
Mahluk Individu dan Sosial
Salah satu faktor yang utama dalam mengatasi masalah individualis
ini adalah diri sendiri atau pribadi suatu individu. Individualitas tanyalah
diri sendiri secara teratur, apakah Anda menjadi diri sendiri. Ingatlah bahwa
orang-orang yang banyak memberi kontribusi adalah orang yang
individualis.

Terimalah

konflik

sebagai

cara

untuk

menemukan

individualitas diri Anda dan orang lain. Sinyal tindakan ini adalah gejala
yang Anda rasakan bahwa Anda harus melakukan tindakan dengan segera.
Sedangkan faktor lingkungan dan masyarakat adalah hanya
merupakan faktor pendukung, jika pribadi individu sadar akan pentingnya
orang lain dan sadar akan hakekatnya sebagai makhluk sosial maka dengan
mudah sikap individualis ini akan hilang dari individu tersebut.
Penanganan terhadap masalah individualis salah satunya dapat
menggunakan teori Psikologi Individual yang diungkapakan oleh Alfred
Adler. Menurut Adler, Psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya
keberanian perasaan Inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang
berkembang. Jadi tujuan utama psikoterapinya adalah meningkatkan
keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya
minat sosial. Tugas ini tidak mudah karena klien berjuang untuk
mempertahankan keadaannya sekarang, yang dipandangnya menyenangkan.

12

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk individu yang membutuhkan bantuan
sosial untuk melengkapi kehidupannya. Dalam era globalisasi ini, sikap
individualistik mulai menutupi fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Hal
ini kemudian menimbulkan berbagai permasalahan seperti munculnya
prasangka-prasangka negative terhadap individu lainnya, munculnya sikap
egoistik, dan menimbulkan jarak sosial. Hal ini disebabkan oleh berbagai
factor diantaranya, perbedaan fisik atau ras, perbedaan lingkungan,
perbedaan kekayaan, perbedaan status sosial, dan perbedaan norma sosial.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul, dari hasil diskusi
kami dapat memberikan solusi diantaranya, dari individu itu sendiri, sikap
individualis dapat hilang dengan memperbanyak introspeksi diri, memahami
jika manusia tidak akan bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Kemudian
dari factor lingkungan, jika pribadi individu sadar akan pentingnya orang
lain dan sadar akan hakekatnya sebagai makhluk sosial maka dengan mudah
sikap individualis ini akan hilang dari individu tersebut. Intinya dibutuhkan
kesadaran diri akan pentingnya sosialitas untuk menekan sikap individualis.

13

DAFTAR PUSTAKA
Merdeka, Suara. 2015. Perlu Revitalisasi Nilai Kesetiakawanan Soaial. Situs:
http://berita.suaramerdeka.com/perlu-revitalisasi-nilaikesetiakawanan-sosial/. Diakses: 25 Oktober 2016
Datunsolang, Inal. 2016. Pendidikan Kita Dalam Dekapan Globalisasi. Situs:
https://totabuanews.com/2016/08/pendidikan-kita-dalamdekapan-globalisasi. Diakses: 25 Oktober 2016
Rostanti, Qommarria . 2016. Ini Penyebab Orang Kota Sering Dicap
Individualis.

Situs:

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/08/30/oc
pa9m382-ini-penyebab-orang-kota-sering-dicap-individualis.
Diakses: 25 Oktober 2016
Pembaruan, Suara. 2015. Awas Bahaya Individualisme Dari Gadget. Situs:
http://sp.beritasatu.com/home/awas-bahaya-individualisme-darigadget/105212. Diakses: 25 Oktober 2016
Malihah, Elly. 2015. Manusia Sebagai Mahkluk Individu dan Mahkluk Soaial.
Situs:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/19660425199203
2-

14

ELLY_MALIHAH/Bahan_Kuliah_PLSBT,_Elly_Malihah/Bab_2
_PLSBT.baru.pdf. Diakses : 25 oktober 2016
Pdm. Dr. Soetjipto, SpKJ. 2016. Pendorong Sifat Individualis. Situs:
http://www.bethany.or.id/?p=2705. Diakses: 25 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai