Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, dan
dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jaringan mukosa yang
licin, halus, fleksibel, dan berkeratin atau tidak berkeratin. Jaringan lunak mulut berfungsi
melindungi jaringan keras di bawahnya; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap,
dan alat pengunyah.
Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel
mati yang berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terusmenerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium.
2. Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan
lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastis.
3. Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu
dan cita rasa.
Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan
elemen-elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah
yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan
mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar. Disamping itu lamina propria ini
sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin dan sel-sel fibroblast serta sel-sel
daerah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa ini menghasilkan sekret,
bersifat protektif dan sensitif.
Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsanganrangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan
merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam
rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada flora
mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan
mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan
menimbulkan gangguan atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut
dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik,
defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi), dsb.
Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor
psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut
stomatitis.

STOMATITIS (SARIAWAN)
A. Definisi
Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membrane mukosa mulut
(Nursalam dkk, 2005). Stomatitis merupakan gangguan di rongga mulut, berupa bercak
putih kekuningan dengan permukaan agak cekung (Rita Juniriani Primisasiki, 2007).
Stomatitis merupakan luka membulat dan berwarna putih yang dikelilingi oleh keadaan
selaput lender yang memerah (Agus Susanto, 2007). Stomatitis adalah radang rongga
mulut (Ahmad Ramali, 2000).
B. Etiologi
Beberapa referensi menyatakan bahwa beberapa penyebab terjadinya stomatitis, yaitu :
1. Higiene dari mulut yang buruk
2. Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misalnya tergigit, atau ada gigi yang
posisinya tidak sesuai oklusi gigi normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu
tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah
3. Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.
4. Kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan
vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung
antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan
5. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam
tubuh.
6. Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa menstruasi di
mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi. Terbentuknya
stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita
7. Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita memiliki
respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.
8. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang
mengiritasi jaringan lunak
9.

Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis
makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita
mengkonsumsi makanan tersebut

10. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan
tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal.
C. Patogenesis

Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri.


Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat
pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri
mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu
enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam
mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang
merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan
seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia, seperti perasa,
pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama.
Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga
dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan
atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem
pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi
juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga
dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat
mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak. Seperti telah diterangkan
bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsanganrangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari
masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang
bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh
tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya
tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis.
Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk
mengurangi atau meniadakan peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan
amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang
tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri.
Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan
immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek
kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada
jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing
oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri
disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel
plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin.
3

D. Tipe Stomatitis
Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis menurut waktunya, yaitu :
1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada
sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa
hari.
2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa.
Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut
kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan
berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis
(stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan
tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

E. Gejala
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di daerah
yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga
mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang
terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut
pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan. Bila
berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini
akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.
Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, dapat digolongkan :
1. Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter kurang
dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat, berbatas
jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi biasanya
hilang setelah 7-10 hari.
2. Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm, bulat dan juga berbatas jelas.
Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh, dan dapat
menimbulkan jaringan parut setelah sembuh.
3. Ulser herpetiform adalah yang paling jarang terjadi Gejala yang muncul adalah
gejala prodromal diikuti timbulnya vesikel-vesikel kecil berdiameter 1-3 mm yang
4

berkelompok sebesar 1-2 cm pada bibir, lesi pada intra oral sama dengan lesi yang
muncul pada bibir, tapi sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi. Lesi akan
bertambah besar dan menyebar ke mukosa disekitarnya, pada daerah yang
mengandung sedikit keratin, seperti mukosa rongga mulut, mukosa bibir, dan dasar
rongga mulut, penyakit ini akan sembuh dalam 1-2 minggu. Biasanya stomatitis ini
sering di sertai demam.
F. Pemeriksaan
Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien
yang diatas usia 25 tahun dengan tipe mayor yang selalu hilang timbul, atau bila
sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan
dengan faktor pemicu. Lesi SAR bisa sangat mirip dengan manifestasi penyakit lain dan
sulit dibedakan dengan beberapa penyakit tertentu. Untuk membedakannya, ada
beberapa hal yang perlu diketahui di antaranya:
1. Jumlah, bentuk, dan ukuran lesi, serta seberapa sering lesi hilang timbul (rekuren)
2. Usia penderita saat pertama kali timbul sariawan
3. Perubahan mukosa atau jaringan kutan
4. Ada/tidaknya keterlibatan sistem organ atau adanya gejala lain
5. Obat-obatan yang sedang dikonsumsi
6. Faktor-faktor pada host/penderita, misalnya:
a. Genetik
b. Defisiensi nutrisi
c. Masalah pada sistem imun
d. Stress, masalah psikologis atau fisik
G. Perawatan
SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah selflimiting. Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan
lesi. Untuk kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topical
coating agent yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan
melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas. Selain
itu ada juga salep yang berisi anestesi topical untuk mengurangi rasa perih. Obat topikal
adalah obat yang diberikan langsung pada daerah yang terkena (bersifat lokal).

Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung
topikal steroid. Dan pada penderita yang tidak berespon terhadap obat-obatan topikal
dapat diberikan obat-obatan sistemik.
Penggunaan obat kumur chlorhexidine

dapat

membantu

mempercepat

penyembuhan SAR. Namun penggunaan obat ini secara jangka panjang dapat
menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kecoklatan. Obat-obatan tersebut didapat
dengan resep dokter. Meskipun penyakit ini terbilang ringan, ada baiknya bila ditangani
oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut.
H. Pengobatan
Sebagian besar sariawan sembuh sendiri, karenanya pengobatan hanya untuk mengurangi
keluhan, kecuali jika ada infeksi sekunder ke jaringan sekitarnya. Obat-obat yang lazim
digunakan, antara lain:
1. Analgesik lokal (tablet hisap atau obat kumur), misalnya Benzydamine (Tanflex,
Tantum). Tablet hisap dapat digunakan setiap 3-4 jam (maksimum 12 tablet perhari)
hingga sembuh (maksimum 7 hari). Sedangkan obat kumur digunakan berkumur
selama 1 menit, setiap 3 jam hingga sembuh (maksimum 7 hari)
2. Anestesi lokal (cairan atau gel oles), misalnya Lidokain, benzokain, dioleskan pada
sariawan (sering dioleskan karena efek anestesi berlangsung singkat).
3. Antiseptik (obat kumur), misalnya iodin povidon (bethadin, septadine, molexdine),
klorheksidin (minosep), heksetidin (bactidol, hexadol), policresulen (abothyl)

Albothyl@ concentrate tergolong obat luar yang bekerja sebagai antiseptik


(membunuh kuman & mencegah infeksi), hemostatik (menghentikan perdarahan),
astringent (menciutkan luka serta merangsang pertumbuhan kulit baru).
Albothyl@concentrate dapat mengkoagulasi protein secara spesifik pada jaringan
yang luka.
Albothyl concentrate merupakan lisensi dari nycomed germany dan masuk ke
indonesia sejak juni 1977.

Kemasan : albothyl concentrate berisi netto 5 ml, 10 ml dan 30 ml

Komposisi :albothyl@ concentrate adalah produk polimerasi dan kondensasi dari


asam
metacresolsulfonat
dan
metanal.
Tiap
1
(satu)
@
gram albothyl concentratemengandung 360 mg.
6

Indikasi : sariawan, obat kumur, bau mulut, sakit gigi, luka di kulit (luka jatuh/ luka
bedah/ luka terpotong/ luka bakar), antiseptik organ intim wanita (pembersih vagina,
infeksi vagina & keputihan) dan antiseptik organ intim pria.

Efek samping : kecuali pada orang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau


alergi, belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Selama pengobatan dengan
albothyl concentrate tidak diperlukan pengobatan topikal lainnya.

Mekanisme kerja : mengkoagulasi protein secara spesifik dalam jaringan yang


terluka tanpa memberikan pengaruh buruk terhadap jaringan di sekitarnya yang
masih sehat.

Dosis & cara pemakaian

Mengatasi sariawan
Supaya sariawan sembuh total dan tidak mudah balik lagi, perlu dibersihkan kumankuman di rongga mulut, caranya awali dengan berkumur menggunakan 10
tetesalbothyl@ concentrate yang diencerkan ke dalam segelas air, setelah itu bilas
dengan berkumur dengan air bersih.
Lanjutkan dengan pengolesan sariawan sebagai berikut :
Untuk dewasa : teteskan albothyl@ concentrate ke cotton bud, lalu oleskan dan
tekan selama 1/2 menit pada sariawan sampai meresap dan memutih.
Untuk anak-anak : isi 1/2 tutup botol albothyl@ concentrate dengan air, kemudian
tambahkan 1-2 tetes albothyl@ concentrate (1:5), aduk menggunakan cotton bud dan
oleskan pada sariawan hingga meresap.

Mengatasi luka pada kulit (luka jatuh/luka bedah/luka terpotong/luka bakar)

Untuk pengobatan luka berdarah, cara pakai : dengan atau tanpa pengenceran 1:5 ( 1
tetes albothyl@ concentrate + 5 tetes air ) pada kapas, lalu usapkan pada luka &
tekan pelan selama - 1 menit.
Untuk pencucian luka, cara pakai : encerkan 10 tetes albothyl@ concentrate dalam
segelas (200 ml) larutan infus nacl 0.9 % (normal saline).

Pembersih organ intim wanita


Encerkan 10 15 tetes albothyl@ concentrate dalam segelas air atau 1/4 gayung,
basuhkan larutan atau gunakan handuk kecil yang sudah dibasahi larutan tsb untuk
membersihkan organ intim wanita, kemudian bilas dengan sisa cairan.

Pembersih organ intim pria


Encerkan 10 15 tetes albothyl@ concentrate dalam segelas air atau 1/4 gayung,
basuhkan larutan atau gunakan handuk kecil yang sudah dibasahi larutan tsb untuk
membersihkan organ intim pria, kemudian bilas dengan sisa cairan. Jika terdapat
luka,cara
pakai
:
dengan
atau
tanpa
pengenceran
1:5
(
1
tetes albothyl@ concentrate + 5 tetes air ) pada kapas, lalu usapkan pada luka &
tekan pelan selama - 1 menit.

Mengatasi ruam popok


Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi dibagian-bagian tertentu misal daerah
pantat dan sekitar. Penyebabnya adalah penggantian popok basah yang telat, popok
terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri bahkan eksem.
Cara pakai : siapkan air bersih sebanyak tutup botol susu (30 ml),
tetesi albothyl@concentrate sebanyak 5 tetes, aduk lalu basahi kapas dengan larutan
tersebut. Kemudian usapkan pada daerah kulit yang teriritasi. (lakukan sesering
mungkin).

4. Kortikosteroid, misalnya: triamsinolon (ketricin, kenalog in orabase), dioleskan 2-3


kali sehari sesudah makan (maksimal 5 hari).

I. Pencegahan
Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya
stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya
1. Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam sehari.
Tidur yang berkualitas bukan hanya dilihat dari lamanya waktu tidur. Tidur dalam
kondisi banyak beban pikiran atau stress dapat menurunkan kualitas tidur.
2. Perbaiki pola makan. Pola makan dan diet yang sehat tidak hanya akan mencegah
sariawan namun juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perbanyak
sayuran hijau dan buah yang kaya akan asam folat, vitamin B-12 dan zat besi. Bila
sedang menderita SAR, hindari makanan yang pedas dan asam.
3. Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.
4. Berhati-hati saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan
5. Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
6. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi
alergi pada rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.fkuii.org
2. Casiglia, Jeffrey M. 2010. Aphthous Stomatitis. http://emedicine.medscape.com.
Diakses tanggal 29 oktober 2013
3. Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : EGC
4. Susanto, Agus. 2007. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka
5. Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika

STATUS PASIEN
I. ANAMNESA
a. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat

: Nn. G
: 23 tahun
: Perempuan
: Islam
: Mahasiswa
: Jebres, Surakarta

b. Keluhan Utama : sakit pada bibir sebelah atas


c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh sakit pada bibir sebelah atas sejak 2 hari yang lalu. Rasa
sakit yang terasa perih dan terasa terus menerus. Keluhan dirasakan semakin
memberat. Pasien merasa kesulitan saat memakan sesuatu, pada bibir atas terasa
sangat perih sekali. Sebelumnya pasien mengaku bibir atas pernah tegigit saat makan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat sakit jantung

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat mondok

: disangkal

e. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok

: disangkal

Riwayat minum jamu

: disangkal

Riwayat minum obat pegal linu

: disangkal

Riwayat minum minuman keras

: disangkal

Riwayat olah raga teratur

: disangkal

10

f. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit gula

: disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK


A Keadaan Umum

Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

.
Tanda Vital

Tensi : 110/80 mmHg


Nadi : 72 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Heart rate : 72 x/ menit, irama reguler
Frekuensi RespirSuhu Suhu : 36.8 0C
BB = 49 kg
TB = 155 cm
C Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
.

kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),

D Kepala

ekimosis (-), pucat (-)


Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(-), mudah rontok (-), luka (-)

.
E

Mata

Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik


(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

Telinga

palpebra (-/-), strabismus (-/-)


Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

.
G Hidung

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)


Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

.
H Mulut

penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal

kering (+), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),

I.

Leher

(+), bibir

stomatitis (+), luka pada sudut bibir (-)


JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi

J. Thorax

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)


Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal

(-), spider nevi (-), pernafasan

torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB


axilla (-/-)
Jantung :
11

Inspeksi
Palpasi

Perkusi

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea

Auskultasi

medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
konfigurasi jantung kesan tidak melebar
HR : 72 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop

(-). Bunyi

jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea


medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo :
Inspeksi

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar


(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

Palpasi

retraksi intercostal (-)


Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,

Perkusi
Auskultasi

fremitus raba kanan = kiri


Sonor / Sonor
Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus

K Punggung

basal paru (-/-), krepitasi (-/-)


kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-),

Abdomen :

.
Inspeksi
Auscultasi
Perkusi
Palpasi
M Genitourinaria
N Ekstremitas

Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),


venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Peristaltik (+) normal
Timpani, pekak alih (-)
Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba.
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
Kuku pucat (+), spoon nail (-)
Akral dingin
Odem
12

_ _
_ _

_ _
_ _

III.DIAGNOSIS
Stomatitis

VI. PENGOBATAN
1.

Nonmedikamentosa
-

Hindari stress yang berlebihan, dan tingkatkan kualitas tidur minimal 8 jam
sehari

Perbaiki pola makan. Perbanyak sayuran hijau dan buah, hindari makanan yang
pedas dan asam.

Jaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut.

Berhati-hati saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan

Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi
alergi pada rongga mulut.

13

2.

Medikamentosa
R/ Albothyl concentrate fl No. I
S uc
Pro : Nn. G (23 tahun)

14

Anda mungkin juga menyukai