Disusun Oleh :
Martinus N.D
G99122115
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. C
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Alamat
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
: disangkal
E. Kesimpulan Anamnesis
OD
OS
Proses
suspek peradangan
normal
Lokalisasi
Sebab
belum diketahui
Perjalanan
akut
Komplikasi
belum ada
S = 36,30C
N = 88x/1menit Rr = 20x/1menit
B. Pemeriksaan subyektif
OD
OS
1/10
6/6
Pinhole
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Koreksi
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Refraksi
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Visus Perifer
Konfrontasi test
Proyeksi sinar
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Persepsi warna
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang
tidak ada
Luka
tidak ada
tidak ada
Parut
tidak ada
tidak ada
Kelainan warna
hiperemi
tidak ada
Kelainan bentuk
tidak ada
tidak ada
Warna
hitam
hitam
Tumbuhnya
normal
normal
Kulit
sawo matang
sawo matang
2. Supercilium
Geraknya
tidak ada
4
tidak ada
Strabismus
tidak ada
tidak ada
Pseudostrabismus
tidak ada
tidak ada
Exophtalmus
tidak ada
tidak ada
Enophtalmus
tidak ada
tidak ada
Anopthalmus
tidak ada
tidak ada
Mikrophtalmus
tidak ada
tidak ada
Makrophtalmus
tidak ada
tidak ada
Ptosis bulbi
tidak ada
tidak ada
Atrofi bulbi
tidak ada
tidak ada
Bufthalmus
tidak ada
tidak ada
Megalokornea
tidak ada
tidak ada
Temporal superior
normal
normal
Temporal inferior
normal
normal
Temporal
normal
normal
Nasal
normal
normal
Nasal superior
normal
normal
Nasal inferior
normal
normal
6. Kelopak Mata
Gerakannya
Oedem
tidak ada
Hiperemi
tidak ada
Lebar rima
8 mm
8 mm
tidak ada
Hiperemi
tidak ada
Entropion
tidak ada
tidak ada
Ekstropion
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Odem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Palpasi
meningkat
normal
Tonometer Schiotz
tidak dilakukan
10. Konjunctiva
Konjunctiva palpebra
Oedem
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Oedem
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Benjolan
tidak ada
tidak ada
Sikatrik
Konjunctiva Fornix
Konjunctiva Bulbi
Pterigium
tidak ada
tidak ada
Oedem
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Nodul
tidak ada
tidak ada
Hiperemis
tidak ada
tidak ada
Sikatrik
tidak ada
tidak ada
putih
putih
11. Sklera
Warna
Penonjolan
tidak ada
ada
6
tidak
Hiperemi
tidak ada
tidak ada
Ukuran
10 mm
10 mm
Limbus
keruh
keruh
12. Cornea
Permukaan
rata
rata
Sensibilitas
normal
normal
Keratoskop (Placido)
reguler
ireguler
Fluoresin Test
tidak dilakukan
(+)
Arcus senilis
(+)
(+)
Isi
jernih
jernih
Kedalaman
dangkal
dalam
Warna
coklat
coklat
Bentuk
bulat
bulat
Sinekia Anterior
tidak ada
tidak ada
Sinekia Posterior
tidak ada
tidak ada
Ukuran
3 mm
3 mm
Bentuk
bulat
bulat
Letak
sentral
sentral
14. Iris
15. Pupil
Reaksi terhadap
- cahaya langsung
(+)
(+)
(+)
(+)
Reflek konvergensi
(+)
(+)
Tepi
rata
rata
Ada/tidak
ada
ada
Kejernihan
jernih
jernih
Letak
sentral
sentral
tidak dilakukan
tidak dilakukan
16. Lensa
Shadow test
tidak dilakukan
tidak dilakukan
OD Glaukoma
OD Keratitis Pungtata
OD Keratitis Filamentosa
V. DIAGNOSIS
- OD Glaukoma
VI. TERAPI
Medikamentosa
Menurunkan produksi akuos humor :
Topikal beta bloker : Timolol maleate 0,25 0,5%, 1-2 kali tetes
sehari.
Asetazolamid tab 250 mg, 2 tablet sekaligus, dilanjutkan 1 tablet
tiap 4 jam sampai 24 jam
Meningkatkan pengeluaran (outflow) akuos humor :
Non Medikamentosa
Laser Iridotomi
8
Iridektomi Perifer
VII. PROGNOSIS
OD
Ad vitam
OS
dubia
baik
Ad sanam
dubia
baik
Ad fungsionam
dubia
baik
Ad kosmetikum
baik
baik
VIII. RESEP
R/ Timolol maleate guttae oculi 0,25% No.I
1-2 dd guttae 1-2
R/ Asetazolamid tab 250 mg No. VIII
uc
R/ asam mefenamat tab mg 500 No.IX
3 dd tab I
Pro: Ny. C (50th)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Istilah klinik
ini lebih cocok dengan keadaan yang sebenarnya terlihat oleh dokter; yaitu
terkadang dapat terjadi serangan nyeri yang mendadak (akut), mata merah sekali
dan palpebra membengkak (kongestif), tekanan bola mata meningkat (glaukoma).
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor predisposisi yang
memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
B. Faktor Predisposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block). Hambatan ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik mata depan yang tadinya memang sudah sempit,
dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya
akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat
disalurkan keluar. Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk diingat dan dipahami karena
mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini
ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik
terus membesar karena usia, iris yang tebal pun dianggap merupakan faktor untuk
mempersempit sudut bilik depan.
C. Faktor Pencetus
10
11
Ini semua berlangsung tidak lama, tetapi kalau ditemukan, harus mendapat
pengobatan. Kalau tidak diobati dengan tepat, keadaan ini dapat menjadi normal
sendiri atau menjadi serangan glaukoma akut.
Acapkali keadaan ini dianggap seperti flu. Setelah menelan pil influensa
misalnya mereka merasa sembuh. Tidak jarang mereka mengatakan baha setelah
tidur sejenak, mereka merasa enak. Keadaan ini dapat dijelaskan karena waktu
tidur terjadi miosis hingga sudut bilik mata depan terbuka kembali.
Prodroma akan kembali lagi dan tiap kali akan berlangsung lebih lama dan
datangnya makin sering hiongga pada suatu saat keadaan tidak pulih lagi tetapi
menjadi serangan akut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa anamnesis penting sekali
untuk mendeteksi seorang calon glaukoma akut.
G. Glaukoma Kongestif Akut
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain
atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang
pangkai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dianggap
penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian
hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
dirasakan di dalam dan di sekitar mata. Penglihatannya kabur sekali dan melihat
pelangi di sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram.
Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata
depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau
midriasis yang hampir total.
Refleks pupoil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai
hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang
teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
12
Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Apabila tidak ada tonometer Schiotz, terpaksa harus
dipakai cara digital. Mereka yang tidak biasa menafsir tekanan bola mata dengan
jari dan merasa ragu-ragu, dianjurkan untuk membandingkannya dengan mata
orang lain atau mata sendiri.
H. Pengobatan
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Terapi medikamentosa harus dilaksanakan sebagai pertolongan
darurat. Terapi medikamentosa antara lain:
Miotik: yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4% tetes mata yang
diteteskan tiap 1 menit selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai
6 jam.
Carbonic anhidrase inhibitor: yang biasa dipakai adalah tablet asetazolamid 250
mg 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam.
Obat hiperosmotik: yang paling mudah adalah larutan gliserin 50% yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kg BB (0,7-1,5 cc/ kg BB). Untuk praktisnya
dapat dipakai 1 cc/kg BB. Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak banyak
gunanya apabila diminum sedikit demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis
hingga dapat menyebabkan rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis
agar terasa seperti air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah
didapatkan di daerah pedesaan adalah mannitol 20% yang diberikan per infus + 60
tetes per menit.
Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil. Hasil
pilokarpin adalah miosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum.
Sudut bilik mata depan akan terbuka. Daya kerja asetazolamid adalah mengurangi
pembentukan akuos humor. Gliserin dan mannitol mempertinggi daya osmosis
plasma.
Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya
merupakan pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan harus tetap
direncanakan. Dalam hal ini seringkali penderita menolak suatu operasi
13
14