Anda di halaman 1dari 14

Diskusi kasus

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

Disusun Oleh :
Martinus N.D

G99122115

KEPANITERAAN KLINIK FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama

: Ny. C

Umur

: 50 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Malangjiwan RT 04/RW 02 Colomadu Karanganyar

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama

: mata kanan terasa nyeri

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 1 hari yang lalu, penderita mengeluhkan mata kanan terasa sangat
nyeri yang timbul mendadak, dan dirasakan terus-menerus, serta terasa berdenyut.
Penderita juga mengeluh mata kanan merah, ncrocos terus-menerus, dan terasa
perih. Penglihatan mata kanan menjadi kabur. Penderita melihat lingkaranlingkaran berwarna seperti pelangi di sekitar bola lampu dan merasa silau jika
berada di ruangan yang terang. Blobokan (-), gatal (-), panas badan (-). Penderita
juga merasa pusing, mual, dan muntah-muntah bersamaan dengan munculnya
nyeri pada mata kanan. Penderita minum obat sakit kepala dan beristirahat, tetapi
keluhan tidak berkurang.
Nyeri yang dirasakan penderita muncul pada bagian dalam bola mata
kanan dan menjalar ke sekitar mata kanan sampai belakang kepala. Mata merah
terlihat pada seluruh bagian putih mata kanan. Kelopak mata kanan bengkak dan
sulit dibuka.
Penderita tidak mengetahui penyebab munculnya keluhan-keluhan
tersebut. Sebagai ibu rumah tangga, penderita jarang beraktivitas di luar rumah
sehingga mata jarang terkena benda asing seperti debu atau pasir. Penderita juga
belum pernah memakai obat tetes mata maupun salep mata.
2

Keluhan-keluhan tersebut dirasakan sejak 1 hari yang lalu dan timbul


secara tiba-tiba. Sebelumnya, penderita belum pernah merasakan keluhan serupa.
Mata kanan dirasakan sangat nyeri sampai penderita tidak bisa tidur. Penglihatan
mata kanan juga mendadak menjadi kabur.
Mata kanan penderita hanya bisa melihat dalam jarak yang sangat dekat.
Penderita tidak mengeluh mata kiri nyeri, merah, nrocos, dan penglihatan mata
kiri dirasakan tidak berkurang
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat trauma mata

: disangkal

Riwayat operasi mata

: disangkal

Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal

Riwayat memakai obat tetes mata jangka lama : disangkal

Riwayat sakit serupa

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


-

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat sakit serupa

: disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis
OD

OS

Proses

suspek peradangan

normal

Lokalisasi

bola mata dan sekitarnya

Sebab

belum diketahui

Perjalanan

akut

Komplikasi

belum ada

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan umum
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi kesan cukup
T = 100/60 mmHg

S = 36,30C

N = 88x/1menit Rr = 20x/1menit

B. Pemeriksaan subyektif

OD

OS

Visus sentralis jauh

1/10

6/6

Pinhole

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Koreksi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Refraksi

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Visus Perifer
Konfrontasi test

lapang pandang menyempit normal

Proyeksi sinar

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Persepsi warna

tidak dilakukan

tidak dilakukan

Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
Tanda radang

tidak ada

Luka

tidak ada

tidak ada

Parut

tidak ada

tidak ada

Kelainan warna

hiperemi

tidak ada

Kelainan bentuk

tidak ada

tidak ada

Warna

hitam

hitam

Tumbuhnya

normal

normal

Kulit

sawo matang

sawo matang

2. Supercilium

Geraknya

dalam batas normal

dalam batas normal

3. Pasangan Bola Mata dalam Orbita


Heteroforia

tidak ada
4

tidak ada

Strabismus

tidak ada

tidak ada

Pseudostrabismus

tidak ada

tidak ada

Exophtalmus

tidak ada

tidak ada

Enophtalmus

tidak ada

tidak ada

Anopthalmus

tidak ada

tidak ada

Mikrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Makrophtalmus

tidak ada

tidak ada

Ptosis bulbi

tidak ada

tidak ada

Atrofi bulbi

tidak ada

tidak ada

Bufthalmus

tidak ada

tidak ada

Megalokornea

tidak ada

tidak ada

Temporal superior

normal

normal

Temporal inferior

normal

normal

Temporal

normal

normal

Nasal

normal

normal

Nasal superior

normal

normal

Nasal inferior

normal

normal

dalam batas normal

dalam batas normal

4. Ukuran bola mata

5. Gerakan Bola Mata

6. Kelopak Mata
Gerakannya
Oedem

tidak ada

Hiperemi

tidak ada

Lebar rima

8 mm

8 mm

Tepi kelopak mata


Oedem

tidak ada

Hiperemi

tidak ada

Entropion

tidak ada

tidak ada

Ekstropion

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

7. Sekitar saccus lakrimalis


Oedem
5

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Odem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Palpasi

meningkat

normal

Tonometer Schiotz

tidak dilakukan

8. Sekitar Glandula lakrimalis

9. Tekanan Intra Okuler


tidak dilakukan

10. Konjunctiva
Konjunctiva palpebra
Oedem

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Benjolan

tidak ada

tidak ada

Sikatrik
Konjunctiva Fornix

Konjunctiva Bulbi
Pterigium

tidak ada

tidak ada

Oedem

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

tidak ada

Nodul

Caruncula dan Plika Semilunaris


Oedem

tidak ada

tidak ada

Hiperemis

tidak ada

tidak ada

Sikatrik

tidak ada

tidak ada

putih

putih

11. Sklera
Warna
Penonjolan

tidak ada

ada
6

tidak

Hiperemi

tidak ada

tidak ada

Ukuran

10 mm

10 mm

Limbus

keruh

keruh

12. Cornea

Permukaan

rata

rata

Sensibilitas

normal

normal

Keratoskop (Placido)

reguler

ireguler

Fluoresin Test

tidak dilakukan

(+)

Arcus senilis

(+)

(+)

Isi

jernih

jernih

Kedalaman

dangkal

dalam

Warna

coklat

coklat

Bentuk

bulat

bulat

Sinekia Anterior

tidak ada

tidak ada

Sinekia Posterior

tidak ada

tidak ada

Ukuran

3 mm

3 mm

Bentuk

bulat

bulat

Letak

sentral

sentral

13. Kamera Okuli Anterior

14. Iris

15. Pupil

Reaksi terhadap
- cahaya langsung

(+)

(+)

- cahaya tidak langsung

(+)

(+)

Reflek konvergensi

(+)

(+)

Tepi

rata

rata

Ada/tidak

ada

ada

Kejernihan

jernih

jernih

Letak

sentral

sentral

tidak dilakukan

tidak dilakukan

16. Lensa

Shadow test

17. Corpus vitreum


Kejernihan

tidak dilakukan

tidak dilakukan

IV. DIAGNOSIS BANDING


-

OD Glaukoma

OD Keratitis Pungtata

OD Keratitis Filamentosa

V. DIAGNOSIS
- OD Glaukoma
VI. TERAPI
Medikamentosa
Menurunkan produksi akuos humor :
Topikal beta bloker : Timolol maleate 0,25 0,5%, 1-2 kali tetes
sehari.
Asetazolamid tab 250 mg, 2 tablet sekaligus, dilanjutkan 1 tablet
tiap 4 jam sampai 24 jam
Meningkatkan pengeluaran (outflow) akuos humor :

Pilokarpin 2 % tetes mata, 1 tetes tiap menit selama 5 menit,


dilanjutkan 1 tetes tiap jam sampai 6 jam.

Gliserin 50 % (1cc/kg BB) diminum sekaligus atau infus Manitol


20% 60 tetes per menit

Mengurangi rasa nyeri (analgesik)

Asam mefenamat 500 mg 3x1

Non Medikamentosa

Edukasi penderita untuk mematuhi program terapi dan berobat


teratur.

Laser Iridotomi
8

Iridektomi Perifer

VII. PROGNOSIS
OD
Ad vitam

OS
dubia

baik

Ad sanam

dubia

baik

Ad fungsionam

dubia

baik

Ad kosmetikum

baik

baik

VIII. RESEP
R/ Timolol maleate guttae oculi 0,25% No.I
1-2 dd guttae 1-2
R/ Asetazolamid tab 250 mg No. VIII
uc
R/ asam mefenamat tab mg 500 No.IX
3 dd tab I
Pro: Ny. C (50th)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah glaukoma sudut tertutup didasarkan atas gonioskopi. Istilah klinik
ini lebih cocok dengan keadaan yang sebenarnya terlihat oleh dokter; yaitu
terkadang dapat terjadi serangan nyeri yang mendadak (akut), mata merah sekali
dan palpebra membengkak (kongestif), tekanan bola mata meningkat (glaukoma).
Glaukoma akut hanya terjadi pada mata yang sudut bilik mata depannya
memang sudah sempit dari pembawaannya. Jadi ada faktor predisposisi yang
memungkinkan terjadinya penutupan sudut bilik mata depan.
B. Faktor Predisposisi
Pada bilik mata depan yang dangkal akibat lensa dekat pada iris maka
akan terjadi hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
depan, yang dinamakan hambatan pupil (pupillary block). Hambatan ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik mata depan yang tadinya memang sudah sempit,
dorongan ini akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekulum. Akibatnya
akuos humor tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat
disalurkan keluar. Terjadilah glaukoma akut sudut tertutup.
Istilah pupillary block penting untuk diingat dan dipahami karena
mendasari alasan pengobatan dan pembedahan pada glaukoma sudut tertutup.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya hambatan pupil ini
ditemukan pada mata yang bersumbu pendek dan lensa yang secara fisiologik
terus membesar karena usia, iris yang tebal pun dianggap merupakan faktor untuk
mempersempit sudut bilik depan.
C. Faktor Pencetus

10

Peningkatan jumlah akuos humor yang mendadak di bilik mata belakang


akan mendorong iris ke depan, hingga sudut bilik mata depan yang memang
sudah sempit akan mendadak tertutup. Tidak diketahui dengan jelas apa yang
menyebabkan hal tersebut.
D. Dilatasi Pupil
Apabila pupil melebar, iris bagian tepi akan menebal; sudut bilik mata
depan yang asalnya sudah sempit akan mudah tertutup. Glaukoma akut akibat
midriatik sudah lama dikenal, bahkan ada yang mengusulkan istilah mydriatic
glaucoma. Penggunaan tetes mata homatropin, atropin, dan skopolamin dapat
mengakibatkan glaukoma akut. Bahkan suntika atropin untuk kasus muntah berak
atau untuk persiapan pembiusan dapat mengakibatkan glaukoma akut karena
dilatasi pupil.
E. Gejala Klinik
Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami tanda dini
(prodorma) walau ini tidak selalu terjadi.
F. Prodroma
Ada yang menamakan fase ini bukan kongestif. Jarang seorang penderita
datang pada dokter spesialis mata dengan keluhan prodromal, karena gejala hanya
sebentar dan hilang sendiri.
Mereka mengeluh mata kabur sebentar pada satu mata; mungkin mereka
melihat warna pelangi di sekitar lampu atau lilin. Kepalanya sakit sedikit di
sebelah mata yang bersangkutan. Bola mata juga terasa agak nyeri. Keluhan ni
berlangsung setengah sampai dua-tiga jam kemudian hilang. Jarang mereka
datang ke dokter dengan keluhan demikian karena cepat berlalu.
Apabila dalam fase ni kita dapat memeriksanya, akan didapatkan hiperemi
perikorneal yang ringan; kornea agak suram karena edema; bilik mata depan agak
dangkal; pupil sedikit melebar dan tekanan bola mata meningkat.

11

Ini semua berlangsung tidak lama, tetapi kalau ditemukan, harus mendapat
pengobatan. Kalau tidak diobati dengan tepat, keadaan ini dapat menjadi normal
sendiri atau menjadi serangan glaukoma akut.
Acapkali keadaan ini dianggap seperti flu. Setelah menelan pil influensa
misalnya mereka merasa sembuh. Tidak jarang mereka mengatakan baha setelah
tidur sejenak, mereka merasa enak. Keadaan ini dapat dijelaskan karena waktu
tidur terjadi miosis hingga sudut bilik mata depan terbuka kembali.
Prodroma akan kembali lagi dan tiap kali akan berlangsung lebih lama dan
datangnya makin sering hiongga pada suatu saat keadaan tidak pulih lagi tetapi
menjadi serangan akut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa anamnesis penting sekali
untuk mendeteksi seorang calon glaukoma akut.
G. Glaukoma Kongestif Akut
Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain
atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang
pangkai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dianggap
penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian
hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri
dirasakan di dalam dan di sekitar mata. Penglihatannya kabur sekali dan melihat
pelangi di sekitar lampu.
Apabila mata diperiksa, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva
bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram.
Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata
depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau
midriasis yang hampir total.
Refleks pupoil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai
hitung jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang
teliti sudah cukup untuk membuat suatu diagnosis persangkaan yang baik.
12

Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Apabila tidak ada tonometer Schiotz, terpaksa harus
dipakai cara digital. Mereka yang tidak biasa menafsir tekanan bola mata dengan
jari dan merasa ragu-ragu, dianjurkan untuk membandingkannya dengan mata
orang lain atau mata sendiri.
H. Pengobatan
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma akut merupakan masalah
pembedahan. Terapi medikamentosa harus dilaksanakan sebagai pertolongan
darurat. Terapi medikamentosa antara lain:
Miotik: yang paling mudah didapatkan adalah pilokarpin 2-4% tetes mata yang
diteteskan tiap 1 menit selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai
6 jam.
Carbonic anhidrase inhibitor: yang biasa dipakai adalah tablet asetazolamid 250
mg 2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam.
Obat hiperosmotik: yang paling mudah adalah larutan gliserin 50% yang
diberikan oral. Dosis 1-1,5 gram/kg BB (0,7-1,5 cc/ kg BB). Untuk praktisnya
dapat dipakai 1 cc/kg BB. Gliserin ini harus diminum sekaligus. Tidak banyak
gunanya apabila diminum sedikit demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis
hingga dapat menyebabkan rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis
agar terasa seperti air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah
didapatkan di daerah pedesaan adalah mannitol 20% yang diberikan per infus + 60
tetes per menit.
Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi rasa sakit dan mengecilkan pupil. Hasil
pilokarpin adalah miosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum.
Sudut bilik mata depan akan terbuka. Daya kerja asetazolamid adalah mengurangi
pembentukan akuos humor. Gliserin dan mannitol mempertinggi daya osmosis
plasma.
Obat-obatan di atas dapat diberikan bersama-sama, tetapi hanya
merupakan pengobatan darurat dan jangka pendek. Pembedahan harus tetap
direncanakan. Dalam hal ini seringkali penderita menolak suatu operasi
13

berhubung matanya sudah dirasakan lebih nyaman setelah mendapat obat-obatan.


Karenanya sejak semula penderita dan keluarganya harus diberitahu akan
perlunya pembedahan.
Pengobatan dengan sinar laser pada glaukoma dapat dilakukan untuk
tindakan non-bedah iridektomi.

14

Anda mungkin juga menyukai