Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Faring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang menghubungkan
bagian belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu masuk laring dan
introitus-esofagus. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,
dan hipofaring. Bagian bawah faring berfungsi sebagai saluran udara dan
makanan. Faring memegang peranan penting dalam proses menelan makanan
Berbagai jenis gangguan bisa saja terjadi pada tenggorokan/faring.
Gangguan yang terjadi pada tenggorokan pada umumnya berupa peradangan
tenggorokan (faringitis).
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Virus dan bakteri
melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi
bakteri grup A Streptococcus hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah
dan orang dewasa. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang
yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang
dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi,
konsumsi alkohol yang berlebihan.
Setiap tahunnya 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
karena faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi
virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Insidensi puncak faringitis
adalah pada usia sekolah antara umur 4-7 tahun

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit
peradangan yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok. Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur
mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain
orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.1
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman. Paling sering
disebabkan oleh infeksi virus (misal EBV) atau bakteri Streptococcus beta
hemolitikus, Mycoplasma pneumoniae. Biasanya dipermudah dengan daya
tahan yang lemah. Selain itu, faringitis juga dapat terjadi karena menghirup
bahan-bahan kimia yang secara langsung menyebabkan iritasi pada
tenggorokan. Radang tenggorokan/faringitis banyak dialami oleh orang yang
tinggal atau bekerja di tempat yang berdebu, atau lingkungan yang sangat
kering, penggunaan suara yang berlebihan, makanan yang dapat mengiritasi
tenggorokan misal mengonsumsi alkohol, atau batuk yang menetap, atau
alergi.2
B. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat
secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi
lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi
lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat
dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak2

bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi
meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus
dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.3,4
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal
dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A
streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard
dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung.
Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi
glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.3,5
C. GAMBARAN KLINIS
Penderita faringitis biasanya menunjukan gejala-gajala sebagai berikut 4:

Sakit pada tenggorokan

Tenggorokan terasa tersumbat secara konstan

Sakit dan terasa sukar saat menelan, menelan ludah biasanya lebih sakit
daripada menelan makanan.

Suara menjadi serak dan menjadi batuk

Mulut berbau kurang sedap

Demam, sakit kepala, sakit pada otot dan sendi, dan keluar ingus.
Sebagai akibat dari faringitis dapat pula muncul gejala-gejala seperti

pembengkakan kelenjar getah bening di leher, panas demam, muntah-muntah,


dan lain-lain. radang tenggorokan/fringitis biasanya berlangsung sekitar 3-10
hari 5.
Pada pemeriksaan, akan terlihat faring berwarna kemerahan dan
meradang. Faringitis yang disebabkan bakteri biasanya menyebabkan
pengeluaran cairan yang berlebihan.5

D. DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam
menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis
karena bakteri atau virus1.
Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan
tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran
bernafas, pembengkakan limfonodi; paparan infeksi, dan adanya penyakit
sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah
terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa,
petechie dan adenopati. Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami
pasien seperti demam, timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan
coryza. Jika dicurigai faringitis yang disebabkan oleh Sterptococcus, seorang
dokter harus mendengar adanya suara murmur pada jantung dan mengevaliasi
apakah pada pasien terdapat pembesaran lien dan hepar.6
Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak
disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 380 C maka dicurigai adanya
faringitis karena infeksi GABHS. 4
Pemeriksaan Laboratorium
Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri
GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada
daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar
darah dan ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis
infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur
tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari. 4
GABHS rapid antigen detection test

Merupakan suatu metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi


GABHS. Tes ini akan menjadi indikasi jika pasien memiliki resiko sedang,
4

atau jika seorang dokter tidak nyaman memberikan terapi antibiotik


dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang diperoleh adalah positif
maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika hasilnya negatif maka
pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan follow-up

Hasil kultur tenggorok negatif


Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan
G atau jenis bakteri patogen lainnya 3.

F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media,
epiglositis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal.
Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis,
glomerulonefritis,

demam

rematik

akut.

Hal

ini

terjadi

secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.


Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses
peritonsiler. Abses peritonsiler terjadi :

Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak


tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru.

Demam rematik akut (3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal


glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses.

Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain


Barr syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell
lymphoma, dan karsinoma nasofaring.3

G. PENGOBATAN
Apabila penyebabnya diduga infeksi virus, pasien cukup diberikan
analgetik dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang
disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan
air hangat. Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena
penisilin lebih kemanjurannya telah terbukti, spektrum sempit,aman dan murah
harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 250 mg, 2 atau 3 kali
5

sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500 mg 2 kali sehari
selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan
eritromisin4.
E. PROGNOSIS
Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun
sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis 3.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. ANAMNESA
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
No. RM
Masuk RS
Pemeriksaan

:
:
:
:
:
:
:
:
:

An. X
10 tahun
Perempuan
Islam
Pelajar
Mojosongo
01 42 67 90
10 Oktober 2013
10 Oktober 2013

2. Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang bersama orang tua dengan keluhan nyeri tenggorok
sejak 3 hari terakhir. Nyeri dirasakan terus menerus terutama saat menelan
makanannya. Tenggorokan pasien terasa gatal dan kering sehingga pasien
mengeluh susah menelan makanannya. Pasien juga mengeluhkan badan
terasa demam dan lemas sejak 2 hari terakhir serta adanya nyeri kepala.
Batuk (-), pilek (-), hidung tersumbat (-), terasa lendir mengalir di
tenggorokan (-), mual (-), muntah (-).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
R. Sesak Nafas : disangkal
R. Asma
: disangkal
R. Alergi
: disangkal
R. Mondok
: disangkal
R. Sakit Serupa : disangkal
5. Riwayat Penyakit keluarga
R. Sakit jantung
: disangkal
R. Penyakit Paru
: disangkal
R. Asma
: disangkal
R. DM, Hipertensi : disangkal
6. Riwayat Status Gizi

Penderita biasa makan tiga sampai empat kali dalam sehari dengan
nasi, lauk pauk, tahu, tempe dan daging ayam.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah pelajar.
B. ANAMNESIS SISTEM
Keluhan utama
: Tenggorokan terasa nyeri
Kepala
: nyeri kepala (+)
Mata
: pandangan kabur (-),

mata

kuning

(-),

Hidung
Telinga

pandangan dobel (-), berkunang-kunang (-)


: pilek (-), mimisan (-), hidung tersumbat (-)
: pendengaran berkurang (-), keluar cairan (-),

Mulut

berdenging ( - )
: mulut terasa kering (+), bibir biru (-),

Tenggorokan
Respirasi

sariawan (-), gusi berdarah (-), gigi berlubang


(-), bibir pecah-pecah (-)
: sakit telan (+), serak (-), gatal (+)
: sesak (-) waktu serangan, batuk (-), dahak (-),

Cardiovaskuler

batuk darah (-), mengi (-), stridor (-)


: nyeri dada (-), pingsan (-), keringat dingin (-),

Gastrointestinal

berdebar-debar (-), lemas (-) saat serangan


: mual (-) saat serangan, muntah (-), perut terasa
panas (-), kembung (-), sebah (-), mbeseseg (-),
nafsu makan menurun (+), perut membesar(-),
muntah darah (-), BAB warna hitam (-), BAB

Genitourinaria

darah lendir (-), BAB sulit (-), ambeien (-)


: BAK warna seperti teh (-), BAK warna merah
(-), nyeri saat BAK (-), sering kencing (-),

Muskuloskeletal
Extremitas

Kulit

kencing sedikit (-)


: nyeri otot (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-),
kesemutan (-)
: atas : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-)
bawah : pucat (-/-), kebiruan (-/-), bengkak
(-/-), luka (-/-), terasa dingin (-/-)
: kering (-), gatal (-), luka (-), pucat (-), kuning
(-), kebiruan (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : apatis , sakit sedang, gizi kesan cukup
Tanda vital:
a. Tekanan darah
: 100/60 mmHg
b. Nadi
: 80 x / menit, reguler, isi cukup, elastisitas cukup.
c. Heart rate
: 80 x / menit, reguler
d. Respirasi
: 34 x / menit
e. Suhu
: 38,3 0 C (per axiller)
f. Berat badan
: 40 kg
g. Tinggi badan
: 130 cm
Kulit

: warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-),

Kepala

venectasi (-), spider nevi (-), turgor baik (+)


: bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam dan tidak

Mata

mudah dicabut
: cekung (-/-), conjungtica pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem

Telinga:

palpebra (-/-)
sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), MT intak, LT

Hidung

lapang
: napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), chonca

Mulut

inferior DS eutrofi, septum deviasi (-),


: bibir kering (-), sianosis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-),
gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah

tremor (-), papil lidah atrofi (-)


Tenggorokan : tonsil hipertrofi (-) T1-T1, faring hiperemis (+), uvula
Leher

ditengah
: simetris, trachea di tengah , JVP tidak meningkat (R+2),
KGB servikal

Thorax
Jantung

membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri

tekan (-)
: normochest, simetris, retraksi supraternal (-), spider nevi (-),
pernapasan tipe thoraco-abdominal
: Inspeksi
: Ictus cordis tak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tak kuat angkat,
Ictus cordis teraba di SIC V linea
midclavicula sinistra.
Perkusi
: Batas jantung
Batas jantung kanan atas
: SIC II linea parasternalis
dextra
9

Batas jantung kanan bawah

: SIC IV linea parasternalis

Batas jantung kiri atas

dextra
: SIC II linea parasternalis

Batas jantung kiri bawah

sinistra
: SIC V

lateral

linea

midclavicula sinistra
: Batas jantung normal

Kesan
Auskultasi
:
HR : 80 kali/menit, reguler
BJ I tunggal, BJ II tunggal, intensitas normal, reguler,

Paru

Abdomen

Extremitas

bising (-), gallop (-)


Ekstrasistole (-)
: Depan : Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
RBK(-/-), Wheezing (-/-)
Belakang:Inspeksi : simetris statis dan dinamis
Palpasi
: fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
: sonor / sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ST (-/-)
: Inspeksi
: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : peristaltik usus (+) normal
Perkusi
: timpani, acites (-), pekak alih (-)
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien
: Atas
Bawah

tidak teraba.
: pitting edem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-)
: pitting oedem (-/-), akral dingin (-/-), luka
(-/-), clubbing finger (-/-), spoon nail (-/-)

D. RESUME
Penderita datang bersama orang tua dengan keluhan nyeri tenggorok
sejak 3 hari terakhir. Nyeri dirasakan terus menerus terutama saat menelan
makanannya. Tenggorokan pasien terasa gatal dan kering sehingga pasien
mengeluh susah menelan makanannya. Pasien juga mengeluhkan badan terasa
demam dan lemas sejak 2 hari terakhir serta adanya nyeri kepala. Batuk (-),

10

pilek (-), hidung tersumbat (-), terasa lendir mengalir di tenggorokan (-), mual
(-), muntah (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah= 100/60 mmHg,
nadi= 80x/ menit, RR= 34 x/ menit, suhu= 38,3 0 C dan dinding posterior
faring hiperemis.
E. DIAGNOSIS
Faringitis
F. PENATALAKSANAAN
RESEP
R/ Amoxicilin
Paracetamol

tab mg 250
tab mg 250

m.f.l.a Pulv dtd No. XV


3 dd Pulv 1
Pro : An. X (10 Tahun)
G. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam : bonam

BAB 1V
PEMBAHASAN OBAT
A. TUJUAN PENGGUNAAN OBAT
1. Untuk menghilangkan penyebab utama
2. Untuk menghilangkan gejala simptomatis yang dirasa mengganggu

11

B. KERANGKA BERPIKIR PENGGUNAAN OBAT


PENULARAN SECARA DROPLET

Kuman menginfiltrasi jar. epitel


faring dan terjadi pengikisan

Bakteri + MF +
Monosit
IL 1
B
IL 6

IFN
TNF


IFN
PARACETAMO

ANTIBIOTI
K

Endogen
pirogen

Prostagland
in

L
Hipothalam
us

RADAN
G
NYERI

DEMAM

MERA
H
PANAS
BENJOLAN
FUNCTIO
LESA

C. PENGOBATAN
1. Antibiotik
Dalam kasus diatas kita dapat menggunakan antibiotik untuk
membunuh kuman. Penegakan diagnosis infeksi kuman dapat dilihat dari
adanya demam dan tidak ada nyeri sendi. Bakteri tersering yang
menyebabkan infeksi faring ialah streptococcus B hemolitikus , yaitu
bakteri gram positif. Kita dapat menggunakan antibiotik amoxicilin.
12

a.

Amoxycillin (Antibiotik beta laktam)


Indikasi :
Infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas atas, bronkitis;
pneumonia; otitis media; abses gigi dan infeksi rongga mulut
lainnya; osteomielitis; penyakit lyme; profilaksis endokarditis;
profilaksis paska splenektomi; infeksi ginekologis; gonorrhea;
eradikasi Helicobacter pylori; antrax
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap penisilin
Perhatian :
Riwayat alergi; gangguan ginjal; bercak kemerahan pada demam
kelenjar (glandular fever); infeksi cytomegalovirus; leukimis
limfositik kronik, dan kemungkinan infeksi HIV; pertahankan
hidrasi yang cukup pada dosis tinggi (risiko kristaluria); kehamilan
dan menyusui.
Sediaan:
Kapsul atau tablet : 250 mg; 500 mg.
Sirup kering : 125 mg/5ml
Penggunaan:
Pemberian antibitotik ini diberikan tiap 8 jam.
Mekanisme kerja:
Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan dalam
sintesa dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif,
golongan penisilin akan menghasilkan efek bakterisid pada
mikroba yang aktif membelah. Mikroba yang tidak dalam keadaan
membelah praktis tidak terpengaruh oleh penisilin, sehingga efek
penisilin hanya bakteriostatik.

Selain itu keadaan inipun akan

menyebabkan terjadinya aktivasi proteolitik.


Farmakokinetik:

13

Absorpsi amoksisilin di saluran cerna lebih baik dari ampisilin.


Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam
darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang
dicapai oleh ampisilin. Sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini
hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya
makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak.
Efek samping:
Pada hipersensitifitas terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, pruritus,
angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual,
muntah, glositis, stomatitis.
2. Antipiretik dan Analgesik
a.

Paracetamol (Acetaminophen)
Nama paten :
Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan:
Oral dropp, sirup 120mg/5ml, tablet 500 mg, rectal tube
Indikasi:
Menurunkan panas, mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan

demam

setelah

imunisasi,

mengatasi

nyeri.

Parasetamol juga mempunyai efek anti inflamasi meskipun


rendah.
Kontraindikasi:
Penderita sakit ginjal dan hati, hipersensitivitas.
Penggunaan:
Sirup : 3-4x/hari
<1 th
: 2,5 ml
2-6 th : 5 ml
7-12 th :10 ml
Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab
Dosis maksimal yang bisa diberikan per hari ialah 1,2 gram.
Dosis yang digunakan ialah 250 mg untuk anak dengan waktu
paruh 1-3 jam.
Mekanisme kerja:
Menghambat prostaglandin (mediator nyeri di otak) yang
merupakan inisial peningkatan temperature set body, tetapi sedikit
14

aktivitasnya

sebagai

penghambat

prostaglandin

perifer.

Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam


arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol, hambatan
biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah
kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya
mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit,
sehingga efek anti inflamasi paracetamol tidak ada.
Farmakokinetik:
1) Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
2) Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam
3) Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami
hidroksilasi
4) Diekskresi melalui

ginjal,

sebagian

kecil

sebagai

paracetamol, dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi


Efek samping:
Hipersensitivitas dan kelainan dara Reaksi hematologis, reaksi
kulit, dan reaksi alergi. Penggunaan kronis dapat terjadi
kerusakan hati (dosis 3-4 g/hari).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hilger

PA.

Penyakit-Penyakit

Nasofaring

dan

Orofaring. Dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT ed.6. Jakarta: EGC.1994.
2.

Rusmarjono, Soepardi, E.A. Dalam: Supardi, E.A.,


Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. Ed ke-5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indinesia. 2001.

3.

Kazzi,A.,Antoine,
http://www.emedicine.com/med/topic735
Oktober 2013.

15

Wills,J.
htm.2006.

Pharyngitis.
diakses

pada

24

4.

Alan,L.,Bisno.

Acute

Pharyngitis.

http://www.nejm.org.vol 344;3;205-210
5.

Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela.


Pharyngitis.

http://www.a.f.p.org.2004;69:1469-

70www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006. diakses pada 24 Oktober


2013.
6.

www.emedicine.com/med/topic735
diakses pada 24 Oktober 2013.

FARINGITIS

16

htm.2006.

OLEH :
ALDILA DESY K.
G99122012

KEPANITERAAN KLINIK SMF FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA
2013

17

Anda mungkin juga menyukai