Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini dapat
mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur pada anak,
remaja,dewasa, ataupun umur lanjut.1
Penyakit infeksi ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika yang sudah
tersedialuas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir
25-35%dari semua pria dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.2
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi urutan kedua paling sering setelah
infeksi saluran napas. Mikroorganisme paling sering menyebabkan ISK adalah
jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba
lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun demikian
uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang
jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.1,3
Secara epidemiologi, ISK dibagi menjadi infeksi yang berkaitan dengan
kateter (nosocomial) dan infeksi yang tidak berkaitan dengan kateter (communityacquired). Di Amerika dan Eropa ISK nosokomial menempati urutan pertama dan
95% disebabkan karena penggunaan kateter.4
Pada neonatus, 1-2%, laki-laki lebih dibanding perempuan. Pada anak dan
remaja usia 5-18 tahun didapatkan prevalensi ISK 1-2% pada perempuan dan
0,03% pada laki-laki. Prevalensi meningkat pada perempuan sejalan dengan
bertambahnya usia dan mencapai 10% pada usia lanjut. Aktivitas seks dan
kehamilan meningkatkan risiko ISK pada perempuan. Diatas usia 60 tahun
dijumpai lebih banyak pada laki-laki, terutama jika disertai kelainan struktur
maupun fungsi.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Infeksi Saluran kemih (ISK) adalah keradangan bakterial saluran
kemih mulai dari korteks renalis sampai meatus uretra disertai adanya
kolonisasi mikroba di urin.5
Bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme
murni lebih dari 105colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin yang
diambil dari urin midstream. Pada pengambilan sampel melalui aspirasi
suprapubik atau melalui kateter, bakteri sebanyak 10 2-104 cfu/ml sudah
menandakan adanya ISK. Jika jumlah koloni bakteri > 10 5 cfu/ml pada urin
midstream perlu dicurigai adanya kontaminasi pada spesimen.4 Bakteriuria
bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
asimtomatik (covert bacteriuria).Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai
presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik.Pada
beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria
bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu pada pasien
dengan presentasi klinis ISK, yaitu:2
1. Pasien telah mendapat terapi antimikroba
2. Terapi diuretika
3. Minum banyak
4. Waktu pengambilan sampel tidak tepat
5. Peranan bakteriofag
Infeksi saluran kemih akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum
berdasarkan lokasi anatomi: infeksi saluran bagian bawah (uretritis, sistitis,
dan prostatitis) dan infeksi bagian saluran atas (pielonefritis akut, abses
intrarenal, dan abses perinefrik). Infeksi pada berbagai lokasi ini dapat terjadi
bersama atau sendiri dan dapat asimtomatik atau dengan gejala klinis. Infeksi
uretra dan kandung kemih sering dianggap infeksi superfisial (atau mukosa),
sedangkan prostatitis, pielonefritis, dan supurasi ginjal menandakan adanya
invasi ke dalam jaringan.4
Presentasi klinis ISK tergantung gender:2
1. Perempuan
a. Sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakana.
2

b. Sindroma uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan


mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
2. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis, dan uretritis.
ISK atas:
1. Pielonefritis akut (PNA): proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
2. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
Faktor predisposisi ISK: 2,4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Obstruksi saluran kemih (lithiasis, tumor, striktur , BPH)


Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
Diabetes mellitus
Nefropati analgesik
Aktivitas senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
Disfungsi buli neurogenik

B. ETIOLOGI
Banyak macam organisme yang dapat menginfeksi saluran kemih,
tetapi sejauh ini agen yang paling umum adalah basil gram negatif Escherchia
coli menyebabkan kira-kira 80% infeksi akut pada pasien tanpa kateter,
kelainan saluran kemih, atau batu. Kokus gram positif memainkan peranan
yang lebih kecil pada infeksi saluran kemih.4
Pada perempuan dengan kegiatan seksual aktif serng dijumpai kuman
jenis Staphylococcus saprophyticus. Pasien dengan ISK berulang atau rawat
inap, frekuensi E. Coli berkurang menjadi 45% dan infeksi campuran
meningkat. Infeksi di rumah sakit atau pada pasien yang imunokompromis
lebih sering ditemukan kuman gram negatif.5
C. PATOGENESIS5
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kencing dapat melalui:
1. Penyebaran endogen
2. Hematogen
3. Limfogen

4. Eksogen
Terjadinya ISK dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. Kemampuan koloni kuman membentuk adhesi dengan sel saluran kemih
2. Afinitas tinggi saluran kemih
3. Translokasi koloni kuman dalam saluran kemih
D. PRESENTASI KLINIS ISK2
1. PNA: demam tinggi (39.5oC-40.5oC) disertai menggigil dan sakit
pinggang. Presentasi klinis PNA ini sering didahului gejala ISK bawah.
2. ISK bawah (sistitis): nyeri suprapubik, polakisuria, nokturia, dan
stranguria.
3. SUA: sulit dibedakan dengan sistitis, sering dijumpai pada perempuan usia
20-50 tahun.
1.

E. DIAGNOSIS
Anamnesis: 6
a. ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik.
b. ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah,
hematuria.
2. Pemeriksaan fisis: febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut
kostovertebra
3. Laboratorium: lekositosis, lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria >105/ml
urin.
Analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa putar,
kultur urin, dan jumlah kuman/ml urin merupakan protokol standar untuk
pendekatan diagnosis ISK.2
F. TERAPI
Tujuan dari pengobatan ISK adalah: 5
1. Menghilangkan kuman dan koloni kuman (membuat urin steril)
2. Menghilangkan gejala
3. Mencegah dan mengobati sepsis
4. Mencegah gejala sisa
Terapi nonfarmakologis:6
1. Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik
2. Menjaga higiene genitalia eksterna
Terapi farmakologis:
1. Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada. Bila hasil tes resistensi
kuman sudah ada, pemberian antimikroba disesuaikan.
2. Simtomatik

Antibiotik pada ISK bawah tak berkomplikasi: 5


Jenis Obat
Trimetoprim-

Dosis dan Interval


2x160/800 mg q 12 jam

Lama Pengobatan
3 hari

sulfametoksazole
Trimetoprim
Siprofloksasin
Levofloksasin
Sefiksim
Sefpodoksim proksetil
Nitrofurantoin-makrokristal
Nitrofurantoin monohidrat

2x100 mg q 12 jam
2x100-250 mg q 12 jam
2x250 mg q 12 jam
1x400 mg q 24 jam
2x100 mg q 12 jam
4x50 mg q 6 jam
2x100 mg q 12 jam

3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
7 hari
7 hari

makrokristal
Amoksisilin/klavulanat
2x500 mg q 12 jam
Obat Antibiotik pada ISK Atas Akut Berkomplikasi5
Antibiotik, Dosis
Sefepim, 1 gram
Sprofloksasin, 500 mg
Levofloksasin, 500 mg
Ofloksasin, 400 mg
Gentamisin, 3-5 mg/kgBb (+Ampisilin)
Gentamisin, 1 mg/kgBb (+Ampisilin)
Ampisilin, 1-2 gram (+gentamisin)
Tikarsilin-klavulanat, 3.2 gram
Piperasilin-tazobaktam, 3.375 gram
Imipenem-silastatin, 250-500 mg
Cefotaksim, 1 gram

7 hari
Interval
q 12 jam
q 12 jam
q 24 jam
q 12 jam
q 24 jam
q 8 jam
q 6 jam
q 8 jam
q 2-8 jam
q 6-8 jam
Q 8 jam

Pengobatan ISK yang disebabkan oleh jamur diberikan flukonazol 200-400


mg/hari.
Pengobatan ISK pada wanita hamil diberikan golongan nitrofurantoin,
ampisilin, dan sefalosporin.

BAB III
ILUSTRASI KASUS
A. ANAMNESIS
Identitas Penderita
Nama

: Ny. X

Umur

: 27 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Alamat

: Jebres, Surakarta

No. CM

: 01 45 87 56

Keluhan Utama:
Nyeri saat buang air kecil (BAK)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh BAK
terasa nyeri. Nyeri disertai rasa panas saat BAK. Rasa penuh pada
bagian bawah perut (+). Pasien juga mengeluh sering anyanganyangan (tidak lampias) sehingga pasien sering ke kamar mandi
untuk BAK lagi. Sering menahan kencing (+), rasa pegal di pinggang
(-), rasa gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin
(-). Air kencing berwarna kuning jernih, pasir (-), darah (-), nanah (-).
Sebelumnya pasien belum pernah meminum obat apapun untuk
mengatasi keluhannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat serupa

: disangkal

b. Riwayat keputihan

: disangkal

c. Riwayat asma

: disangkal
6

d. Riwayat hipertensi

: disangkal

e. Riwayat sakit maag

: disangkal

f. Riwayat alergi

: disangkal

g. Riwayat mondok

: disangkal

h. Riwayat diabetes melitus

: disangkal

Riwayat Kebiasaan
a.Riwayat merokok

: disangkal

b.Riwayat minum jamu

: disangkal

c.Riwayat minum obat pegal linu

: disangkal

d.Riwayat minum minuman keras

: disangkal

e.Riwayat menahan kencing

: (+) saat di kantor

Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga


a.
b.
c.
d.
e.

Riwayat serupa
Riwayat asma
Riwayat hipertensi
Riwayat alergi
Riwayat diabetes melitus

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan di perusahaan
swasta. Pasien makan tiga kali sehari, porsi sedang dengan lauk pauk
tempe, tahu, kadang-kadang telur, daging ayam atau ikan.
B. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : pucat (-), kering (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak kuning
(-), luka (-).
2. Kepala : pusing (-), nyeri kepala (-), kepala terasa berat (-), perasaan
berputar putar (-), rambut mudah rontok (-).
3. Mata : mata berkunang-kunang (-), pandangan kabur (-), kelopak
bengkak (-), gatal (-).

4. Hidung : tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air berlebihan
(-), gatal (-).
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-),
mendengar bunyi mengiang (-),
6. Mulut : bibir kering (-), sariawan (-), gigi mudah goyah (-).
7. Tenggorokan : rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit
tenggorokan (-), kemerahan pada tenggorokan (-), suara serak (-)
8. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), darah (-), nyeri
dada (-), mengi (-).
9. Sistem kardiovaskuler : nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-),
sering pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu hati terasa
panas (-), denyut jantung meningkat (-), bangun malam karena sesak
nafas (-).
10. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), sebah (-), panas (-), cepat
kenyang (-), rasa perut penuh (-), nafsu makan berkurang (-) sejak 6
bulan yang lalu, sulit menelan (-), nyeri perut (-) seluruh lapang perut,
perut mbeseseg (-) terutama setelah makan, diare (-).
11. Sistem musculoskeletal : lemas (-), seluruh badan terasa keju-kemeng
(-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku
otot (-).
12. Sistem genitouterina : nyeri saat BAK (+), panas saat BAK (+), air
kencing warna kemerahan (-), nanah (-), BAK berkali-kali karena
tidak lampias/ anyang-anyangan (+), sering menahan kencing (+),
rasa pegal di pinggang (-), rasa gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal
pada alat kelamin (-).
13. Ekstremitas : bengkak (-),luka (-), lemah (-), kaku (-), gemetar (-),
terasa dingin (-), nyeri (-), kemerahan (-), bercak merah kebiruan di
bawah kulit seperti bekas memar (-).
14. Sistem neuropsikiatri : kesemutan (-), kejang (-), gelisah (-), menggigil
(-) .

C. PEMERIKSAAN FISIK
1.

Keadaan Umum

Sakit ringan, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital

Tensi

: 120/80mmHg

Nadi

: 80 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi Respirasi: 24 x/menit


Status Gizi

Suhu

: 35,50C

BB = 50 kg
TB = 160 cm
2.

Kulit

IMT = 19,53 kg/m2


Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi
(-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),

3.

Kepala

ekimosis (-), pucat (-)


Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban(+), mudah

4.

Mata

rontok (-), luka (-)


Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

Telinga

palpebra (-/-), strabismus (-/-)


Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

6.

Hidung

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)


Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

7.

Mulut

penghidu baik
Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal

5.

(+), bibir

kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
8.

Leher

stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)


JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi

9.

Thorax

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)


Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)

Jantung :
Inspeksi

Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea


medioclavicularis

Perkusi

Iktus kordis tidak kuat angkat


Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

Auskultasi

konfigurasi jantung kesan tidak melebar


HR : 80 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea
medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.

Pulmo :
Inspeksi

Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar


(-), pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

Palpasi

retraksi intercostal (-)


Simetris,pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,

Perkusi
Auskultasi

fremitus raba kanan = kiri


Sonor / Sonor
Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus

10

Punggung

.
11

Abdomen :

basal paru (-/-), krepitasi (-/-)


kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),

.
Inspeksi

Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),

Auscultasi
Perkusi

venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)


Peristaltik (+) normal
Timpani, pekak alih (-)

10

Palpasi

Supel, nyeri tekan (+) di supra pubik, hepar tidak teraba,

12

Genitourinaria

lien tidak teraba.


Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

13

Ekstremitas

Kuku pucat (-), spoon nail (-)

Akral dingin
_ _
_ _

Odem
_ _
_ _

D. RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAK nyeri kurang lebih sejak 5 hari
yang lalu. Nyeri disertai rasa panas saat BAK. Rasa penuh pada bagian bawah
perut (+). Pasien juga mengeluh sering anyang-anyangan (tidak lampias)
sehingga pasien sering ke kamar mandi untuk BAK lagi. Sering menahan
kencing (+), rasa pegal di pinggang (-), rasa gatal pada saluran kencing (-),
rasa gatal pada alat kelamin (-). Air kencing berwarna kuning jernih, pasir (-),
darah (-), nanah (-). Sebelumnya pasien belum pernah meminum obat apapun
untuk mengatasi keluhannya tersebut.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan: IMT= 19,53; RR= 24x /menit,
TD= 120/80, N = 80 x/menit, dan nyeri tekan pada suprapubik.
E. DIAGNOSIS
Klinis Infeksi Saluran Kemih
F. PENATALAKSANAAN
RESEP
R/ Bactrim tab No.XX
S 2 dd tab II
R/ Paracetamol tab mg 500 no X
S prn (1-3) dd tab I
Pro: Ny. X (27 tahun)

11

G. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam : bonam

12

BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
A. TUJUAN PENGOBATAN
1.
2.
3.
4.
5.

Menghilangkan kuman dan koloni kuman (membuat urin steril)


Menghilangkan gejala (keluhan)
Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal)
Mencegah dan mengobati sepsis
Mencegah gejala sisa

B. PENGOBATAN
1. Antibiotik
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika
didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta
timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain
termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain.
Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan
terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin,
serta spektrum yang spesifik terhadap mikroba patogen.
Antibiotik oral hanya direkomendasikan untuk ISK tak
berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan
10-14 hari pada laki-laki.
Jika belum tahu jenis bakterinya gunakan Bactrim. Bactrim
adalah nama paten yang merupakan kombinasi sulfametosazol dan
trimetroprim (kotrimoksazol) yang merupakan plihan pertama pada
ISK tanpa komplikasi.
a.

Kotrimoksasol

(Trimetoprim-

Sulfametoksazol)
Kandungan:
Kombinasi sulfametosazole (400mg) dan trimetoprim (80mg).

Nama paten:

13

Bactrim (Roche), Kaftrim (Kimia Farma), Inatrim (Indo


Farma), Primadex (Dexa Medica), Sanprima (Sanbe),
Triminex (Konimex)
Bentuk sediaan :
1) Tablet (80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole)
2) Kaplet

Forte

(160

mg

Trimethoprim

800

mg

40

mg

Sulfamethoxazole )
3) Sirup

suspensi

(Tiap

ml

mengandung

Trimethoprim 200 mg Sulfamethoxazole)


4) Tablet pediatrik yang mengandung 100 mg sulfametoksasol
dan 20 mg trimetoprim
Indikasi :
ISK tanpa komplikasi, efektif untuk gram positif dan negatif,
bronkitis kronis, pneumonia, diare. Untuk mengobati ISK dan
kelamin yang disebabkan oleh E. coli, Klebsiella sp,
Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis,
Proteus vulgaris.
Kontraindikasi:
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, kerusakan
parenkim hati, insufisiensi ginjal, wanita hamil, menyusui, bayi
prematur dan bayi di bawah 2 bulan, hipersensitivitas dan
anemia megaloblastik.
Penggunaan:
Dosis yang digunakan untuk dewasa yaitu 2 tablet biasa
(trimetoprim 80 mg + sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam atau
1 tablet forte (trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg)
tiap 12 jam.
Dosis yang dianjurkan pada anak ialah sulfametoksasol 40 mg/
kgBB/ hari dan trimetoprim 8 mg/ kgBB/ hari yang diberikan
dalam 2 dosis. Pada anak-anak digunakan bentuk sirup 2 x
sehari 6 mg, dan diberikan segera setelah makan.
5 bln
: 2,5 ml
6 bln-5th : 5ml
14

6th-12th : 5-10ml
Mekanisme Kerja:
Menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap berurutan
pada mikroba, sehingga kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim

memberikan

efek

energi.

Sulfonamid

(sulfametoksazol) menghambat masuknya molekul PABA ke


dalam molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya
reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat, yang
penying untuk pemindahan satu atom C seperti pada
pembentukan basa purin (adenin, guanin, timidin) dan beberapa
asam amino (metionin, glisin).
PABA
Sulfonamid berkompetisi dengan PABA
Dihidropteroat sintetase

Asam dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase

Trimetoprim

Asam tetrahidrofolat
Farmakokinetik
:
1) Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap
2) Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk
Purin

trimetoprim dan 4 jam untuk sulfametoksazol.


3) Waktu paruh 11jam untuk trimetoprim dan 10 jam untuk
DNA

sulfametoksazol
4) Distribusi cepat ke seluruh jaringan, termasuk SSP, saliva,
dan empedu yang kadarnya cukup tinggi
5) Ekskresi terutama melalui urin, dan perlu perhatian
kerusakan ginjal.
Efek samping:

15

Gangguan pencernaan (mual, muntah, anoreksia), sakit kepala,


reaksi dermatologi (rash atau urtikaria), sindroma Steven
Johnson, leukemia, trombositopeni.
2. Anti piretik dan Analgesik
a. Paracetamol (Acetaminophen)
Nama paten :
Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium
Bentuk sediaan:
Oral dropp, sirup 120mg/5ml, tablet 500 mg, rectal tube
Indikasi:
Menurunkan panas, mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan

demam

setelah

imunisasi,

mengatasi

nyeri.

Parasetamol juga mempunyai efek anti inflamasi meskipun


rendah.
Kontraindikasi:
Penderita sakit ginjal dan hati, hipersensitivitas.
Penggunaan:
Sirup : 3-4x/hari
<1 th
: 2,5 ml
2-6 th : 5 ml
7-12 th :10 ml
Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab
Dosis maksimal yang bisa diberikan per hari ialah 1,2 gram.
Mekanisme kerja:
Menghambat prostaglandin (mediator nyeri di otak) tetapi sedikit
aktivitasnya

sebagai

penghambat

prostaglandin

perifer.

Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam


arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol, hambatan
biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah
kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya
mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit,
sehingga efek anti inflamasi paracetamol tidak ada.
Farmakokinetik:
1) Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna
2) Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam

16

3) Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami


hidroksilasi
4) Diekskresi melalui

ginjal,

sebagian

kecil

sebagai

paracetamol, dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi


Efek samping:
Hipersensitivitas dan kelainan dara Reaksi hematologis, reaksi
kulit, dan reaksi alergi. Penggunaan kronis dapat terjadi
kerusakan hati (dosis 3-4 g/hari).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Tessy A, Ardaya, Suwanto. 2001. Infeksi


Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3.

2.

Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Sukandar E. 2007. Infeksi Saluran
Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi

3.

4. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI. Hal: 553-557.


Gardjito W, Puruhito, Iwan A, dkk. 2005.
Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC.

4.

Fauci AS, Braunwald E, Kasper, Hauser


SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. 2008.Harrisons Principles of

Internal Medicine. Edisi ke-17. USA:McGraw-Hill Companies.


5.
Pranawa, Yogiantoro M, Irwanadi C,
Santoso D, Mardiana N, Thaha M, Widodo, dkk. 2007. Infeksi Saluran Kemih.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University
Press. 230-233.

17

6.

PAPDI.

2008.

Panduan

Pelayanan

Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:


Pusat Penerbit Departemen IPD FK UI. Hal: 171-174.

INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH :
ALDILA DESY K.
G99122012

18

KEPANITERAAN KLINIK SMF FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR.MOEWARDI
SURAKARTA
2013

19

Anda mungkin juga menyukai