Anda di halaman 1dari 2

BRONKIEKTASIS

Permulaannya didahului adanya factor infeksi bacterial; mula-mula karena


adanya infeksi pada bronkus atau paru, kemudian timbu bronkiektasis.
Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
infeksi pada bronkus atau paru, akan diikuti proses destruksi dinding bronkus
daerah infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis.
-Permulaannya didahului adanya obstruksi bronkus; adanya obstruksi bronkus
oleh beberapa penyebab akan diikuti terbentuknya bronkiektasis. Pada bagian
distal obstruksi biasanya akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus, kemudian
terjadi bronkiektasis.
Pada bronkiektasis didapat, pada keadaan yang amat jarang, dapat terjadi atau
timbul sesudah masuknya bahan kimia korosif (biasanya bahan hidrokarbon) ke
dalam saluran nafas, dank arena terjadinya aspirasi berulang bahan/cairan
lambung ke dalam paru.
Pada bronkiektasis, keluhan-keluhan timbul umumnya sebagai akibat adanya hal
berikut : 1) adanya kerusakan dinding bronkus, 2) adanya kerusakan fungsi
bonkus, 3) adanya akibat lanjut bronkiektasis atau komplikasi dan sebagainya.
Kerusakan dinding bronkus berupa dilatasi dan distorsi dinding bronkus,
kerusakan elemen elastic, tulang rawan, otot-otot polos, mukosa dan silia,
kerusakan tersebut akan menimbulkan stasis sputum, gangguan ekspektorasi,
gangguan reflex batuk dan sesak nafas.

PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK)


-

Asap rokok menghasilkan stress oksidan (produksi radkal oksigen toksik)


yang menghambat aktivitas antiprotease normal.
Inflamasi epitel saluran pernapasan, dan disertai aktivitas limfosit T
sitotoksik (CD8), makrofag, dan polimorfonukleosit (PMN), menyebabkan
peningkatan aktivitas protease (elastase) dan kerusakan langsung pada
paru
Ketidakseimbangan antara protease dan antiprotease menyebabkan
kerusakan dinding alveolus dan bronkus dan peningkatan produksi mukus
Produksi sitokin inflamasi seperti faktor nekrosis tumor (TNF )
mengakibatkan gejala sistemik seperti penurunan berat badan dan
kelemahan otot.
Kolaps jalan napas selama ekspirasi dengan terperangkapnya udara
mengakibatkan hiperekspansi paru dan dinding dada menyebabkan otototot pernapasan berada dalam posisi mekanis yang tidak menguntungkan
dan meningkatkan beban kerja pernapasan. Ini mengakibatkan penurunan
volume tidal dan hiperkapnia
Kehilangan area permukaan alveolus dan abnormalitas barier kapiler
alveolus mengakibatkan penurunan pertukaran gas dan menyebabkan
hipoksemia

DAFTAR PUSTAKA
Brashers, L. Valentina, (2003), aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan
manajemen, EGC, Jakarta

Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,
Alih bahasa Yayasan ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK,
Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai