1. Pengertian audit
Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian an tara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.
2. Tujuan audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semuaa hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan
dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam
laporan keuangan.
Jurnal
penutup
Laporan
keuangan
Neraca
saldo
seteleh
disesuaika
n
jurnal
Buku
besar
Nerac
a
saldo
Ayat jurnal
penyesuai
an
Bukti
transak
si/doku
men
4. Standar audit
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh ikatan akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Auditing (PSA) no.01(SA SEKSI 150) standar auditing disajikan
berikut ini :
a. Standar umum
1. Auditing harus dilaksnakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yan
terjadi dalam dunia usaha dan profesinya.
b. Independensi auditor
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain, selain itu juga adanya kejujuran dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
c. Penggunaan kemahiran profesional auditor dengan cermat dan seksama.
Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama berarti penggunaan
pertimbangan sehat dalam penetapan lingkup, dalam pemilihan metodelogi, dan
dalam pemilihan pengujian dan prosedur untuk mengaudit.
6. Tipe Auditor
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang ibuat
oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor,
dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak).
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesinal yang bekerja di intansi pemerintah
yang tugas pokoknya melakukan audit atas prtanggunngjawaban keuangan yang
disajikan
oleh
unit-unit
organisasi
atau
entitas
pemerintahan
atau
a. Audit Laporan Keuangan, adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Audit Kepatuhan, adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
c. Audit Operasional, merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau
bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit ini
adalah untuk: mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan,
dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang
memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga.
8. Opini audit
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian ( unqualified opinion )
Diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak
terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip
akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi
penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai
dalam laporan keuangan
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ( unqualified opinion
report with explanatory language)
Diberikan oleh auditor jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuagan dan hasil
usaha perusahaan klien,auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah
dengan bahasa penjelas
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Diberikan oleh auditor jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut :
Laporan audit dibatasi oleh klien
Auditor tidak dapat menjelaskan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting, karena kondisi-kondisi yang berada diluar
kekuasaan klien maupun auditor
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
Prisnip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika dalam auditnya,
auditor menemukan salah satu dari kondisi 1-4 seperti tersebut diatas
d. Pendapat tidak wajar ( adverse opinion)
Diberikan oleh auditor jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarakan
prinsip akuntansi berterima umum sehingga tiak menayampaikan secara wajar,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien
e. Pernyataan tidak memberikan pendaapat ( disclaimer of opinion)
kemahiran
auditor
harus
kemungkinan
kesalahan
moneter
yang
secara
langsung
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi
auditor.
12. Tipe bukti audit
1. tipe data akuntansi
pengendalian internal
catatan akuntansi
2. tipe informasi penguat
bukti fisik
bukti documenter
perhitungan
bukti lisan
perbandingan dan ratio
bukti dari spesialis
13. Materialitas risiko audit
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji itu.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa didasari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
Unsur risiko audit:
a. Risiko bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadan suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terjadi.
b. Risiko pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
c. Risiko deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
1) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas
dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konnstan dan mengurangi
jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit akan meningkat.