Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan
sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya
kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat luas
dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun
petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya
operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan
baru, maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan
bersih setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan
kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan
kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk
suatu alat penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian.
Batas terakhir alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat
harga koefisien perpindahan panas mencapai harga minimum
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses
produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak
dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah

shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam,
dimana temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube
(di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida
didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan
bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut
shell side.
B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud Shell and Tube Heat Exchanger?
Apa saja bagian-bagian dan konstruksi Shell and Tube Heat Exchanger?
Bagaimana cara kerja Shell and Tube Heat Exchanger?
Apa saja hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida

dalam shell side dan tube side untuk Shell and Tube Exchanger?
5. Bagaimana fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
Shell and Tube Heat Exchanger?
6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Shell and Tube Heat
7.
C.
1.
2.

Exchanger?
Apa kelebihan dan kekurangan Shell and Tube Heat Exchanger?
Tujuan Peulisan
Mengetahui pengertian Shell and Tube Heat Exchanger.
Mengetahui bagian-bagian dan konstruksi Shell and Tube Heat

Exchanger.
3. Mengetahui cara kerja Shell and Tube Heat Exchanger.
4. Mengetahui hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran
fluida dalam shell side dan tube side untuk Shell and Tube Exchanger.
5. Mengetahui fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
Shell and Tube Heat Exchanger.
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Shell and Tube
Heat Exchanger.
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Shell and Tube Heat Exchanger.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shell and Tube Heat Eschanger
Shell and tube heat exchanger merupakan penukar kalor yang
biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi, yang terdiri dari

sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan rangkaian


tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida mengalir
di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara
fluida dengan dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch
(Anonim, 2009).
Shell and tube heat exchanger menjadi satu tipe yang paling mudah
dikenal. Tipe ini melibatkan tube sebagai komponen utamanya. Salah satu
fluida mengalir di dalam tube, sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube.
Pipa-pipa tube didesain berada di dalam sebuah ruang berbentuk silinder
yang disebut dengan shell, sedemikian rupa sehingga pipa-pipa tube tersebut
berada sejajar dengan sumbu shell. Selain itu heat exchanger jenis ini
merupakan

jenis

yang

paling

banyak

digunakan

dalam

industri

perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang
relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan
fluida lainnya mengalir dibagian luar pipa tetapi masih di dalam shell.
Alat penukar panas shell and tube terdiri atas suatu bundel pipa
yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan
fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau
bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang
menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas,
biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat(buffle).
Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu
tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar
pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir
fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set
dari tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan
kedua berjalan lebih dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan

sehingga dapat menyediakan panas atau menyerap panas yang dibutuhkan.


Satu set tabung disebut berkas tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis
tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan penukar panas tabung
biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar
dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 C. Hal ini karena shell dan
penukar panas tabung yang kuat karena bentuknya.

Gambar 1 Heat Exchanger Tipe Shell & Tube


(a) satu jalur shell, satu jalur tube

(b) satu jalur shell, dua jalur tube

B. Bagian-bagian dan konstruksi Shell and Tube Heat Exchanger


Secara keseluruhan bagian utama penyusun shell and tube heat
exchanger adalah:
1

Shell
Bagian ini menjadi tempat mengalirnya fluida kerja yang lain
selain yang mengalir di dalam tube. Umumnya shell didesain berbentuk

silinder dengan penampang melingkar. Material untuk membuat shell ini


adalah pipa silindris jika diameter desain dari shell tersebut kurang dari 0,6
meter. Sedangkan jika lebih dari 0,6 meter, maka digunakan bahan plat
metal yang dibentuk silindris dan disambung dengan proses pengelasan.

Gambar 2 Tipe-Tipe Desain Front-End Head, Shell, dan Rear-End Head


Tipe-tipe desain dari shell ditunjukkan pada gambar di atas. Tipe E
adalah yang paling banyak digunakan karena desainnya yang sederhana
serta harga yang relatif murah. Shell tipe F memiliki nilai efisiensi
perpindahan panas yang lbih tinggi dari tipe E, karena shell tipe didesain
untuk memiliki dua aliran (aliran U). Aliran sisi shell yang dipecah seperti
pada tipe G, H, dan J, digunakan pada kondisi-kondisi khusus seperti pada

kondenser dan boiler thermosiphon. Shell tipe K digunakan pada pemanas


kolam air. Sedangkan shell tipe X biasa digunakan untuk proses penurunan
tekanan uap.
2

Front-End dan Rear-End Head.


Bagian ini berfungsi sebagai tempat masuk dan keluar dari fluida
sisi pipa tubing. Selain itu bagian ini juga berfungsi untuk menghadapi

adanya efek pemuaian. Berbagai tipe front-end dan rear-end head


Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar
panas. Pada bagian ini terdapat saluran masuk fluida yang mengalir ke

dalam tube.
Nozzle
Titik masuk fluida ke dalam heat exchanger, entah itu sisi shell
ataupun sisi tube, dibutuhkan sebuah komponen agar fluida kerja dapat
didistribusikan merata di semua titik. Komponen tersebut adalah nozzle.
Nozzle ini berbeda dengan nozzle-nozzle pada umumnya yang digunakan
pada mesin turbin gas atau pada berbagai alat ukur. Nozzle pada inlet heat
exchanger akan membuat aliran fluida yang masuk menjadi lebih merata,

sehingga didapatkan efisiensi perpindahan panas yang tinggi.


Head bagian belakang
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas.

Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari
fluida dalam alat penukar panas. Untuk menentukan sekat diperlukan
pertimbangan teknis dan operasional.
Macam-macam baffle yaitu:
a Horizontal cut baffle
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell.
Baik ada dissolves gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat
b

exchanger maka perlu diberi notches dalam baffle.


Vertical cut baffle

Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy
c

fouling fluida.
Disc and doughtnut baffle
Fluida harus bersih, bila tidak akan terbentuk sediment dibelokkan
doughtnutKurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bisa
dilepaskan melalui top dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak

dapat di drain tanpa large ports pada doughtnut.


Baffle dengan annular orifice
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan

lubang-lubang untuk semua tube.


Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua
atau beberapa bagian untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi

untuk perpindahan panas yang lebih baik.


Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang
berbeda suhunya diantara dua zat yang berada di dalam suatu alat.
Pemilihan tube ini harus sesuai dengan suhu, tekanan, dan sifat korosi
fluida yang mengalir.

Gambar 3 Macam-macam Rangkaian Pipa Tube


8

Channel and pass partition


Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube,
sedangkan pass partition merupakan pembatas antara fluida yang masuk
dan keluar tube.

Shell cover and channel cover


Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada
saat pembersihan.

Konstruksi dari heat exchanger jenis ini sangat banyak, antara lain :
1

Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi fixed tube sheet artinya
pelat pemegang pipa-pipa pada kedua ujung pipa, keduanya memiliki
konstruksi yang tetap (tidak dapat bergeser secara aksial dalam arah sumbu

tabung relative antara satu sisi dengan sisi lainnya).


Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi floating tube sheet
artinya salah satu pelat pemegang pipa-pipa pada kedua ujung pipa dapat
bergerak relatif terhadap satunya karena tidak terjepit oleh flens

3
4

(mengambang).
Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi pipa U (U tube type).
Shell and tube heat exchanger dengan konstruksi dua pipa (double pipe
type). Pada jenis ini setiap tabung berisi berkas pipa masing-masing.
Pergerakan relative ini dimaksudkan sebagai kompensasi akibat

pertambahan panjang bila terjadi perubahan temperatur pada pipa sehingga


tidak memberikan tambahan beban gaya pada baut pengencang flens tabung
di luar pipa. Hal ini selain untuk alasan kekuatan bahan juga dimaksudkan
untuk keamanan dalam hal menghindari kebocoran.
Pada heat exchanger diameter tabung tidak sama sepanjang penukar
kalor. Pebesaran diameter dimaksudkan untuk menampung perubahan fasa
dari fluida yang berada di luar pipa dan di dalam tabung. Alat ini
diaplikasikan untuk proses penguapan atau pendidihan fluida di luar pipa.
Jenis ini sering disebut dengan jenis ketel (kettle).
C. Cara Kerja Shell and Tube Heat Exchager
Untuk 1-1 counterflow exchanger (gambar 4), atau 1 shell pass dan 1
tube pass, fluida dingin masuk dan mengalir di dalam tube-tube. Fluida
dingin masuk pada ujung yang lain dan mengalir secara counterflow di bagian
luar tube tetapi masih di dalam shell. Baffle-baffle digunakan agar fluida
dapat mengalir secara bertahap melewati tube dan tidak mengalir secara
paralel dengan tube.
8

T2

t1

Gambar 4. Shell & tube heat


T1 exchanger

t2

1 shell pass and 1 tube pass (1-1 exchanger)


Dalam suatu shell and tube heat exchanger terdapat tiga tahap
perpindahan panas, yaitu konveksi sisi shell, konduksi pada dinding tube
dan konveksi sisi tube.
Jika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang sama
dan mengalir dengan arah yang sama, alirannya disebut parallel atau
cocurrent flow. Untuk aliran parallel, T2 = T1 t1 dan T1 = T2 t2.

Gambar 5. Kurva temperatur pada aliran cocurrent


Ketika dua fluida memasuki exchanger pada dua ujung yang
berbeda dan melewati exchanger unit dengan arah yang berlawanan, aliran
tipe ini biasa disebut counterflow atau countercurrent flow. Untuk aliran
countercurrent, T2 = T1 t2 dan T1 = T2 t1.

Gambar 6. Kurva temperature pada aliran countercurrent


D. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam
shell side dan tube side untuk Shell and Tube Exchanger.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran
fluida dalam shell side dan Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah:
a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka
pembersihan sisi shell

jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih

biasanya dialirkan di sebelah shell dan fluida yang kotor melalui Tube.
b. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan
dari paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida
dialirkan melalui Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena
kerusakan shell. Jika terjadi kebocoran pada Tube, heat exchanger masih
dapat difungsikan kembali. Hal ini disebabkan karena Tube mempunyai
ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan kekuatan dari small
diameter Tube melebihi shell.
c. Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan
diperlukan dinding yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal.

10

Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi lebih baik
dialirkan melalui Tube.
d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih
tinggi pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah
permukaan luar Tube atau ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya
oleh fluida yang mengalir di shell. Jika fluida dengan temperatur lebih
tinggi dialirkan padashell side, maka transfer panas tidak hanya dilakukan
ke arah Tube, tapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah
luar shell (ke lingkungan).
e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang
menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube
dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment
dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi pada
stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell menjadi
tidak mungkin dilakukan tanpa mencabutTube bundle. f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate
dilewatkan melalui shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien heat
transfer yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan fluida
yang lebih viscous pada shell side sebagai hasil dari peningkatan
turbulensi akibat aliran crossflow (terutama karena pengaruh baffles).
Biasanya fluida dengan viskositas > 2 cSt dialirkan di shell side untuk
mengurangi luas permukaan perpindahan panas yang diminta. Koefisien
perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat pada shell side, karena aliran
turbulen akan terjadi melintang melalui sisi luar Tube dan baffle.
E. Fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang Shell and
Tube Heat Exchanger

11

Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter
membuat penukar panas baik ekonomis dan kompak. Namun,
lebih mungkin untuk heat exchanger untuk mengacau-balaukan
lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik membersihkan
fouling yang sulit. Untuk menang atas masalah fouling dan
pembersihan, diameter tabung yang lebih besar dapat digunakan.
Jadi untuk menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia,
biaya dan sifat fouling dari cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan
untuk memastikan:

Ada ruang yang cukup untuk korosi

Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

Axial kekuatan

Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang


biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan


maksimum di dinding.
c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika
mereka memiliki diameter shell yang lebih kecil dan panjang
tabung panjang. Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk
membuat penukar panas selama mungkin. Namun, ada banyak
keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs
mana akan digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa
ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali panjang yang
dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti). Juga, itu
harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk
mengambil dan mengganti.

12

d. Tabung pitch : ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk


memastikan bahwa tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung
sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar tabung.
Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus
mempunyai thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi yang
panas menuju sisi yang dingin melalui tabung, terdapat perbedaan
temperature sepanjang lebar tabung. Karena ada kecenderungan material
tabung untuk mengembang berbeda-beda secara thermal pada berbagai
temperature thermal stresses muncul selama operasi. Hal ini sesuai terhadap
tegangan dari tekanan tinggi dari fluida itu sendiri.
Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi shell dan
sisi tube yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-kondisi operasi
(temperature, tekanan, pH, dan lain-lain) untuk memperkecil hal yang buruk
seperti korosi. Semua yang dibituhkan yaitu melakukan pemilihan seksama
atas bahan yang kuat, thermalconductive, corrosion resistant, material tabung
bermutu tinggi, yang secara khas berbahan metal. Pilihan material tabung
yang buruk bisa mengakibatkan suatu kebocoran melalui suatu tabung antara
sisi shell dan tube yang menyebabkan fluida yang lewat terkontaminasi dan
kemungkinan hilangnya tekanan.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Shell and Tube
Heat Exchanger
1. Penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas,
hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. Pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. Dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas
berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.

13

4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell


sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak
baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang.
5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas
alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien
perpindahan panas.
6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell,
efektifitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian
berkurang.
7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung
konsentris, efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin
meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara
meningkat.
8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak
baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang.
G. Kelebihan dan kekurangan Shell and Tube Heat Exchanger
a Kelebihan
Menurut Sitompul,1993 Kelebihan dari shell and tube:
1

Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar


dengan bentuk atau volume yang kecil.

Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk


operasi bertekanan.

Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).

Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih


jenis material yang digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan
operasi.

Mudah membersihkannya.

Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).


14

Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.

Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti


(diketahui oleh para operator yang berlatar belakang pendidikan
rendah).

Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan


satu kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang

b Kekurangan
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin
besar jumlah lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi
semakin sulit perawatannya. (Kern, 1983).

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Shell and tube heat exchanger merupakan penukar kalor yang biasanya
digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi, yang terdiri dari sebuah
selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan rangkaian
tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida
mengalir di selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan
panas antara fluida dengan dinding annulus misalnya triangular pitch dan
square pitch.
2. Secara keseluruhan bagian utama penyusun shell and tube heat exchanger
yaitu shell, Front-End dan Rear-End Head, Head stationer, nozzle, head
bagian belakang, baffle, tube, channel and pass partition dan shell cover
and channel cover. Shell and tube heat exchanger ini terdiri dari sebuah
shell (tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle
(berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida
mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya mengalir dibagian
luar pipa tetapi masih di dalam shell. Shell and tube heat exchanger juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
B. Saran
1. Perawatan Shell and Tube Heat Exchanger perlu dilakukan agar
meningkatkan kinerja dan untuk menjaga serta merawat agar peralatan
15

dapat bertahan lebih lama dalam penggunaannya, dimana dengan


melakukan pemeriksaan secara rutin/ berkala maupun dalam jangka
panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Sitompul, T.M, 1993, Alat Penukar Kalor, Citra Niaga Rajawali, Jakarta.
Anonim.

(2012).

Alat

Heat

Exchanger

(online).

Tersedia

di

http://beckfk.blogspot. com/ 2012/05/alat-heat-exchanger.html. (Diunduh


tanggal 16 Desember 2016)

16

17

Anda mungkin juga menyukai