Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, rumah adalah bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,
cerminan

harkat

dan

martabat

penghuninya,

serta

aset

bagi

pemiliknya.

Pemenuhan kebutuhan perumahan di Indonesia masih mengalami backlog sebesar


13, 5 juta unit rumah, sementara pengembang hanya mampu membangun 400.000
unit per tahun (Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, 2015). Pada dasarnya,
peningkatan kebutuhan perumahan harus sebanding dengan penyediaannya.
Namun,

pemerintah

sebagai

tokoh

yang

diharapkan

mampu

mengatasi

permasalahan perumahan yang dihadapi oleh masyarakat ternyata mengalami


banyak keterbatasan. Pemenuhan kebutuhan perumahan di Indonesia dipasok dari
dua sumber utama yaitu pertama, oleh para pengusaha perumahan (pengembang)
dan yang kedua oleh masyarakat sendiri (swadaya). Rumah swadaya adalah rumah
yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat. Penyediaan perumahan
dengan cara swadaya di Indonesia telah banyak dikembangkan melalui programprogram pendampingan dan pelatihan terhadap masyarakat.
Community

Action

Plan

(CAP)

merupakan

salah

satu

alat

dalam

perencanaan partisipatif yang digunakan untuk membangun kapabilitas suatu


komunitas masyarakat dalam mengambil keputusan berdasarkan permasalahan,
kebutuhan, dan potensi yang dimiliki dari dalam komunitas masyarakat itu sendiri
(FAO,

2001).

Dengan

metode

CAP

ini

diharapkan

proses

perencanaan

pembangunan, memposisikan partisipasi masyarakat sebagai pelaku utamanya dan


menjadi aktor penting dalam perencanaan dan pembangunan. Masyarakat tidak lagi
menjadi objek dari perencanaan, akan tetapi posisi mereka saat ini sebagai subjek
perencanaan yang berkedudukan sebagai perencana aktif dan memiliki microproject.
Kelurahan Gedawang termasuk dalam BWK VII yang berfungsi sebagai
kawasan permukiman, perdagangan, dan jasa. Pemenuhan kebutuhanperumahan di
Kelurahan Gedawang telah terjadi secara swadaya. Namun, adanya desakan

pembangunan di Keamatan Tembalang dna Banyumanik memaksa masyarakat


Kelurahan Gedawang untuk dapat beradaptasi dengan modernitas. Beberapa
perumahan komersial telah dibangun di Kelurahan Gedawang, tetapi tidak sedikit
diantaranya yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Dengan kata lain, perumahan
komersial yang dibangun hanya semata-mata untuk kebutuhan investasi. Untuk
itu,masyarakat di Kelurahan Gedawang dengan jajaran kewilayahannya perlu
memiliki

kompetensi

permukiman.

dalam

Disamping

itu,

merencanakan
Kelurahan

pengembangan

Gedawang

merupakan

lingkungan
juara

lomba

pelaksana terbaik gotong royong masyarakat tingkat Kota Semarang tahun 2015.
Oleh karena itu Kelurahan Gedawang dirasa memiliki potensi untuk dijadikan
wilayah studi dalam perumusan Masterplan Dan Rencana Tindak Komunitas Dalam
Pengembangan Lingkungan Permukiman.
1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan permukiman dalam suatu kawasan perkotaan menjadi sebuah
isu yang sering dihadapi yang merupakan akibat dari urbanisasi. Adanya urbanisasi
mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya dan harus diimbangi
dengan peningkatan sarana, prasarana dan utilitas umum guna memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Hunian menjadi salah satu sarana perkotaan yang harus
dipenuhi, apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan menjadikan sebuah
masalah seperti urban sprawl. Permasalahan permukiman ini dapat muncul dari
beberapa faktor seperti kondisi fisik alam, kondisi perekonomian, kondisi saranaprasarana yang ada dan sebagainya. Selain itu, masyarakat sebagai contain dalam
sebuah lingkup wilayah juga mendorong terjadinya permasalahan permukiman
yang

ada.

Semakin

tingginya

kesadaran

masyarakat

dalam

menjaga

dan

mengembangkan lingkungan permukiman, maka semakin baik pula kualitas


permukiman yang ada.
Permasalahan di RW 03 Kelurahan Gedawang terkait dengan buruknya
kualitas permukiman dimana hal tersebut berkaitan dengan beberapa faktor
diantaranya terkait dengan masih adanya rumah tidak sehat dan keterjangkauan
sarana prasarana penunjang yang masih kurang. Berdasarkan obsrvasi yang ada
% rumah masih tergolong tidak sehat, hal ini dikarenakan masih adanya rumah
yang tidak sesuai kriteria komponen suatu rumah. Selain itu, adanya rumah yang
masih berdampingan dengan kandang ternak menimbulkan kuangnya rasa nyaman.

1.3

Tujuan dan Sasaran


Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai dari suatu kegiatan. Sedangkan
sasaran merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam upaya untuk mencapai
tujuan.
1.3.1

Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk membuat konsep


masterplan dan rencana tindak komunitas sektor permukiman di RW 03, Kelurahan
Gedawang serta memfasilitasi masyarakat RW 03 Kelurahan Gedawang untuk
mengembangkan potensi yang ada di lingkungannya terkait sektor permukiman.
1.3.2

Sasaran

Adapun sasaran yang perlu dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan
dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi karakteristik wilayah studi dan analisis stakeholder RW
03 Kelurahan Gedawang
b. Merumuskan strategi, metode dan teknik Community Action Plan
pengembangan sektor permukiman di RW 03 Kelurahan Gedawang
c. Merumuskan masalah dan potensi sektor permukiman di RW 03
Kelurahan Gedawang
d. Merumuskan visi, misi, dan strategi pengembangan sektor permukiman di
RW 03 Kelurahan Gedawang
e. Menyusun masterplan pengembangan
f.

sektor

permukiman

secara

partisipatif oleh masyarakat RW 03 Kelurahan Gedawang


Menyusun rencana tindak secara partisipatif untuk mencapai tujuan dan
menyelesaikan permasalahan pada sektor permukiman di RW 03

Kelurahan Gedawang
g. Merumuskan rencana anggaran dan model kelembagaan kerjasama
h. Menyusun dokumen monitoring dan evaluasi
i. Menyusun proposal program rencana tindak komunitas terkait
pengembangan sektor permukiman berbasis masyarakat
1.4

Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan laporan ini dibagi menjadi 2, yaitu ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
1.4.1

Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dibedakan menjadi ruang lingkup makro dan ruang
lingkup mikro yang dijabarkan sebagai berikut:

a. Ruang Lingkup Makro


Kelurahan Gedawang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Banyumanik yang terletak di bagian selatan Kecamatan Banyumanik. Letaknya
antara 070430LS - 070622LS dan 1102515BT - 1102623BT, dengan jarak
terjauh dari barat ke timur adalah 2 km dan dari utara ke selatan 2,2 km. Kelurahan
Gedawang mempunyai luas wilayah sebesar 299,0942 Ha atau sekitar 10,5% dari
luas keseluruhan Kecamatan Banyumanik. Penggunaan lahan di Kelurhan Gedawang
terdiri atas 83,2294 hektar (28%) lahan terbangun dan 215,8684 hektar (72%)
lahan non terbangun. Adapun batas-batas administratif adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kelurahan Padangsari

Sebelah Selatan

: Kabupaten Semarang

Sebelah Timur

: Kelurahan Jabungan

Sebelah Barat

: Kelurahan Banyumanik dan Kelurahan Pudak

Payung

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

Gambar 1.1
Peta Administrasi Kelurahan Gedawang

b. Ruang Lingkup Makro

RW 03 Kelurahan Gedawang terletak di sebalah timur Kelurahan Gedawang.


Memiliki luas administrasi sebesar 0,828 km2 yang terbagi kedalam 5 Rukun
Tetangga. Di RW 03, terdapat pusat pemerintahan Kelurahan Gedawang serta pusat
aktivitas kegiatan Kelurahan Gedawang seperti balai pertemuan warga dan ruang
serbaguna

serta

kantor

kelurahan.

Sebagai

pusat

pemerintahan

Kelurahan

Gedawang, RW 03 direncanakan sebagai pusat permukiman dan aktvitas Kelurahan


Gedawang. Berikut batas administrasi dari RW 03 Kelurahan Gedawang.
Utara

: RW 1 Kelurahan Gedawang

Timur

: Kelurahan Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur

Barat

: RW 6 Kelurahan Gedawang

Selatan

: RW 2 dan RW 7 Kelurahan Gedawang

Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011

Gambar 1.2
Peta Administrasi RW 03 Kelurahan Gedawang

1.4.2

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi memberikan batasan dalam pembahasan yang ada


dalam penyusunan Rencana Tindak Komunitas dalam Pengembangan Lingkungan

Permukiman sehingga keluaran yang dihasilkan terfokus pada materi yang ada.
Ruang lingkup materi yang ada adalah menganalisis potensi masalah, menganalisis
konsep dan rencana pengembangan sehingga mendapatkan sebuah keluaran
berupa

masterplan

dan

rencana

tindak

komunitas

dalam

pengembangan

lingkungan permukiman.
1.5

Kerangka Kerja
Kerangka pikir merupakan tahapan yang dilakukan dalam penyusunan
masterplan dan rencana tindak sektor pengembangan lingkungan permukiman.
Proses kerangka pikir dimulai dari input dengan melakukan deliniasi wilayah studi
dan kondisi eksisting RW 03, Kelurahan Gedawang dengan beberapa data baik
primer maupun sekunder yang ada. Setelah itu dilanjutkan ke tahapan proses,
dimana terdapat identifikasi potensi dan permasalahan yang merupakan suatu
tahapan pengembangan masyarakat. Analisis potensi dan permasalahan yang ada
juga melibatkan stakeholder sehingga dapat dijadikan sebuah rumusan konsep dan
rencana yang merupakan impelementasi dari tahapan strategi dan alternatif.
Analisis tersebut kemudian menghasilkan output, yaitu yaitu rencana tindak,
rencana anggaran dan rencana kelembagaan dimana pada pelaksanaannya perlu
ada monitoring serta evaluasi. Hasil akhir dalam keluaran ini adalah

masterplan

dan rencana tindak sektor pengembangan lingkungan permukiman berbasis


masyarakat di RW 03 Kelurahan Gedawang. Kerangka pikir tersebut digambarkan
sebagai berikut:
KERPIK MASIH ADA DI SALLY
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Pengembangan Masyarakat, 2016

Gambar 1.3
Kerangka Pikir

1.6

Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, sasaran, raung lingkup
pembahasan

(ruang

lingkup

wilayah

dan

materi),

serta

sistematika

penulisan laporan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Bab ini berisikan kajian literatur mengenai pengembangan masyarakat,
rencana tindak masyarakat (community action planning), pengembangan
lingkungan permukiman, dan best practice.

BAB III TINJAUAN WILAYAH RW 03 KELURAHAN GEDAWANG


Bab ini berisikan konstelasi wilayah, gambaran umum mengenai kondisi fisik
dan non fisik di Kelurahan Gedawang RW 03, potensi dan permasalahan,
dan analisis stakeholder.
BAB IV KONSEP DAN RENCANA
Bab ini berisikan strategi, metode dan teknik fasilitasi community action
plan (CAP) berdasarkan konsep pengembangan sektor permukiman.
BAB V SURVEY BERBASIS KOMUNITAS : PERMASALAHAN DAN POTENSI
WILAYAH
Bab ini berisikan, survei berbasis komunitas: permasalahan dan potensi
wilayah

dengan

konsep

pengembangan

sektor

permukiman

RW

03

Kelurahan Gedawang.
BAB VI VISI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTORAL
Bab ini berisikan, perumusan visi dan strategi pengembangan sektoral
permukiman RW 03 Kelurahan Gedawang.
BAB VII MASTERPLAN PENGEMBANGAN SEKTORAL PERMUKIMAN
Bab

ini

berisikan,

masterplan

pengembangan

sektoral

permukiman

masyarakat di RW 03 Kelurahan Gedawang.


BAB VIII

USULAN

RENCANA

TINDAK,

ANGGARAN,

MODEL

KERJASAMA DAN INSTRUMEN MONEV


Bab ini berisikan, usulan rencana tindak (project proposal), rencana
anggaran dan model kelembagaan kerjasama dan instrumen MONEV
(Monitoring and Evaluation).
BAB IX PENUTUP
Bab ini berisikan, penutup yang memberikan kesimpulan dan rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai