Disusun oleh :
ADYTYA MAULANA
MUHAMMAD SYAHRUL RAMDHAN FAUZI
SATYA MULYANI
SITI AISAH
XI T. TEKNIK KIMIA INDUSTRI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai MOTOR
PENGGERAK di SMK BelaNusantara Cianjur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang banyak membantu baik
secara langsung maupun secara tidak langsung selama membuat laporan ini, diantaranya
kepada yang terhormat :
1. Ibu Anisa Illahi, S.Pd selaku guru mata pelajaran KIMIA
2. Rekan rekan Teknik Kimia Industri atas masukan dan dukungannya.
3. Semua pihak yang membantu tersusunnya laporan ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini
kurang sempurna, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan bagi semua
pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI
BAB I ( PENDAHULUAN )
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.4 MANFAAT PENULISAN ....
BAB II ( PEMBAHASAN )
BAB III ( PENUTUP ).
3.1 SIMPULAN.
3.2 SARAN..
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses proses di alam yang mencakup berbagai
bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan
oleh tubuh,terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel
sel makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata.
Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata
dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi, mempunyai rasa yang
beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu
merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi
(tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang
disebut kabut merupakan sistem koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang
dibutuhkan oleh tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi
dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat
(minyak). Campuran logam selenium dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan
cahaya warna merah juga merupakan sistem koloid.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu koloid ?
Apa saja jenis-jenis koloid ?
Bagaimana penggunaan koloid ?
Apa saja sifat-sifat koloid ?
Bagaimana cara membuat koloid ?
Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan ?
Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?
1.3 Tujuan Penulisan
Menjelaskan apa itu koloid.
Menjelaskan macam-macam koloid.
Menjelaskan penggunaan koloid.
Menjelaskan sifat-sifat koloid.
Menjelaskan cara membuat koloid.
Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak dibutuhkan.
Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.
Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di
air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
2.2 Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran
homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan kata lain, campuran koloid merupakan
bentuk peralihan campuran dari heterogen menjadi homogen..Pada dasarnya campuran koloid
itu bersifat homogen, dan unsur-unsur pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit
dibedakan. Hanya saja campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler,
melainkan berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya sangat kecil,
gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi. Untuk membedakan sistem koloid dengan
sistem pemcapuran lainnya, perhatikanlah tabel berikut :
LARUTAN
KOLOID
SUSPENSI
Homogen
Homogen
Heterogen
Jernih
Keruh
Keruh
Dapat disaring
Dapat disaring
Penulisan A (aq)
Penulisan A (s)
Penulisan A (s)
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa
jenis yaitu :
KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh:
logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, Hal
ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Hal
ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase gas. Contoh: asap dan debu.
KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan
mutiara.
Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Hal ini
berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan
kelapa.
Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Hal
ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase gas. Contoh: obat-obat insektisida
(semprot), kabut, dan hair spray.
KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:
Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Hal ini berarti
zat terdispersi fase gas dan medium fase padat. Contoh: busa jok dan batu apung.
Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Berarti, zat
terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola penggolongan, yakni seperti
dalam tabel berikut.
No Fase Terdispersi Fase Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
Gas
cair
buih, deterjen
Gas
padat
busa padat
cair
gas
aerosol cair
kabut
cair
cair
emulsi
cair
padat
emulsi padat
padat
gas
aerosol padat
asap
padat
cair
sol
padat
padat
b. Sol liofob, dimana partikel-partikel padat tidak mengadsorpsi molekul cairan. Liofib artinya
takut cairan (phobia=takut). ). Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam. Ciricirinya :
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya memiliki muatan positif atau negative
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi
sol
Memberikan efek Tyndall yang jelas
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
Jika medium pendispersinya berupa air, kedua macam koloid di atas masingmasing disebut koloid hidrofil (cinta air) dan koloid liofob (takut air). Contoh
koloid hidrofil adalah kanji, protein, lem, sabun, dan gelatin. Adapun contoh
koloid hidrofob adalah sol-sol sulfide dan sol-sol logam.
3.Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi
sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat
pengemulsi (emulgator). Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai
emulgatornya. Obat-obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan
dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat
disebut krim.
2.5 Sifat-Sifat Koloid
Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena
itu sifat ini dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan
system koloid dari larutan sejati, contoh dalam kehidupan sehari hari dapat diamati
dari langit yang tampak berwarna biru atau terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar
dihamburkan oleh system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini
dapat dilihat terdapat berkas sinar pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki
partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat menhamburkan sinar dan sebaliknya
Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
sedikit kecil dan sulit diamati.
Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika
pergerakan titik cahaya atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terusmenerus dengan gerakan zigzag. Hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown
(1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia sedang mengamati
butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid dalam
medium pendispersinya disebut gerak brown. Gerak brown dapat diuraikan sebagai
berikut: Partikel partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas. Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair
atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung tidak seimbang.
Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
brown.Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin
besar ukuran partikel, semakin lambat gerak brown. Gerak Brown dipengerahui oleh
suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi kinektik yang
dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.
Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau
gas akan terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan
penyerapan partikel pada permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada permukaanya. Daya adsorpsi partikel
koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu permukaan yang
luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid
memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar
partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan
kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
I.
Proses adsorpsi Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan
dari fase pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang
bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation
dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel
sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga
bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation
Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika
anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga
bermuatan positif.
II.
Proses ionisasi gugus permukaan partikel Beberapa partikel koloid
memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid.A Koloid protein Koloid protein adalah jenis
koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa
(-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada
molekul protein. Pada ph rendah , gugus basa NH 2 akan menerima proton
dan membentuk gugus NH3. Ph tinggi, gugus COOH akan mendonorkan
proton dan membentuk gugus COO-. Pada pH intermediet partikel
protein bermuatan netral karena muatan NH3 + dan COO- saling
meniadakan. A Koloid sabun dan deterjen Pada konsentrasi relatif pekat,
molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang
disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu
fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid
terasosiasi Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na +.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau
ekor non-polar tidak larut dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan
bermuatan
listrik
ini
selanjutnya
akan
menarik
ion-ion
dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih
akurat adalah lapisan padat koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisan difusi merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium
pendispersi difusi.
Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel
koloid.
Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis.
Apabila muatan listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung
membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya
disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan untuk perebusan telur, pembuatan
yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan pengolahan asap
atau debu. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat
cara yaitu :
Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke
electrode dengan muatan berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode,
maka partikel akan kehilangan muatannya.
Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang
bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi
netral maka terbentuk kogulasi.
Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif dari elektrolit. Menyebabkan
partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan
berlawanan.
Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikelpartikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan
lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau
memperkecil partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan
iystem koloid sol, yaitu:
Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel
kecil larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Metod edispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel
besarsehingga menjadi partikel-partikel berukuran koloid.
2.5 Pembuatan Koloid Sol
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol,
yaitu metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil
larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid. metode dispersi yang
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem
koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu,
untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi: Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3menghilangkan muatanmuatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada
lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap
karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikelpartikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.Sistem koloid adalah suatu
campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan) dan heterogen
(suspensi).Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara
itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi. Sifat-sifat Koloid yaitu : efek
tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid,muatan koloid sol, koagulasi, dan koloizz
pelindung.Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel
larutan atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem
koloid sol, yaitu metode kondensasi dan metode dispersi. Untuk pertikel-partikel yang
mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode pemurnian yaitu: dialisis,
elektrodialisis, dan penyaring ultra.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita
harus tetap berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya
akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat sertabtidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua
pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Tega%20rQ/index.html
http://www.google.co.id/search?q=gambar
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/.
http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7578/