Pendahuluan 1
Pendahuluan 1
A. Latar Belakang
Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua.
Dunia globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa
hal yang baik dan buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat
kedunia perekonomian biasanya berupa penanaman modal pada suatu sektor
industri. Setiap individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan
investasi
setiap
orang
dapat
mempertahankan
dan
memperluas
basis
dibebani
oleh
urusan
birokrasi
yang
berbelit-belit
sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan
yang cukup besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Investasi ?
2. Bagaimana cara kerja investasi?
3. Apa keuntungan dan resiko investasi?
4. Bagimana perkembangan investasi nasional?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan cara kerja Investasi
2. Untuk memahami semua ruang lingkup Investasi
3. Untuk mengetahui perkembangan Investasi Nasional
D. PEMBAHASAN
Definisi Dan Arti Investasi
c.
Konstruksi
Rehabilitasi
Perluasan
Investasi otonomi
Investasi terimbas
Investasi public
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
a.
tercakup
dalam
investasi
barang
modal
dan
bangunan
adalah
pengeluaranpengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan produksi,
bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal dan bangunan umumnya
lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk
harta tetap (fixedinvestment). Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed
investment adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya
lebih akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu
PMTDB dikurangi penyusutan.
b.
Investasi Persediaan
B.
Fungsi Investasi
C.
a.
Kriteria Investasi
Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan
dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas. Jika
waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi dianggap makin baik.
Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period
ini. Sebab ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5
tahun).
b.
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding hasil
(output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost).
Output yang dihasilkan dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau
menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya,
proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
c.
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada
saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak rencana investasi
dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian
investasi yang diinginkan (r).
D.
teknologi. Sedangka faktor non-teknis, seperti kepemilikkan hak dan atau kekuatan
monopoli, kedekatan denga pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
b.
Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan akan investasi utama adalah perkiraan tentang
tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestic maupun internasional.
Biaya Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin tinggi tingkat
bunganya maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin
menurun. Namun tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat
akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi
dan faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal
Investement (MEI)
Efficiency of
Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga MEC adalah
tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap tambahan barang modal.
E.
1.
3.
Hal ini akan membuat perekonomian Indonesia masih relatif aman untuk beberapa
waktu ke depan. Namun, bersikap santai dengan hanya bergantung pada ketiga hal
tersebut saja tanpa ada perencanaan dan kebijakan lebih baik akan sangat
membahayakan ekonomi Indonesia dalam jangka waktu yang panjang.
Entah teori apa yang mendasari, namun analisis saya tentang ketiga sendi
penopang tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, memang Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik,
bahkan di ranking dunia sekalipun. Namun perlu diingat, bahwa dasar dari
pertumbuhan ekonomi tersebut masih saja konsumsi masyarakat (C). Neraca
perdagangan (ekspor dan impor) kita masih di ambang batas BEP. Di tahun 2010,
secara
statistik
(catatan
pasar
bersih:
http://www.kemendag.go.id/statistik_neraca_perdagangan_indonesia/)
Indonesia sanggup mengekspor kira-kira 157.779,1 million USD dan melakukan
impor sekitar 135.663,3 million USD. Memang masih positif dengan balance sebesar
22.115,8 million USD. Namun yang menjadi catatan adalah bahwa lebih dari 25%
ekspor kita masih ada minyak bumi dan gas alam yaitu kisaran 28.039,6 million
USD. Intinya kita semua tahu bahwa bergantung pada hal given seperti SDA yang
tak terbarui tersebut dapat menyebabkan Indonesia kelimpungan di masa
mendatang karena kita tahu cadangan sumber energi fosil dunia, termasuk
Indonesia, semakin menipis. Mengandalkan konsumsi berarti juga produksi kita
belum cukup kuat menopang perekonomian Indonesia. Perusahaan-perusahaan
dalam negeri belum cukup bersaing dengan perusahaan level global, ironisnya
mungkin kecuali pabrik rokok. Di tengah arus perdagangan global yang deras,
budaya konsumsi tentu akan menjadikan Indonesia pasar yang mewah bagi para
pedagang manca (yang tentu banyak di antaranya berskala besar). Hal ini tak bisa
dipungkiri lagi akan sangat mengancam kelangsungan bisnis para pengusaha di
Indonesia, khususnya usaha kecil dan menengah.
Kedua, kebijakan ekonomi Indonesia yang tidak menerapkan asas lebih cepat lebih
baik ini dianggap oleh pengusaha modern sebagai sesuatu yang lambat. Kehatihatian yang dipilih oleh pemerintah sering membuat jengkel para pebisnis yang
membutuhkan kepastian dalam waktu secepatnya karena tiap detik dalam dunia
bisnis adalah sangat berharga. Belum lagi trust masyarakat kepada pemerintah
akhir-akhir ini terus melemah (entah memang pemerintah yang payah atau ada
pihak-pihak yang memprovokasi) dapat mempengaruhi efektivitas kebijakan yang
diambil itu sendiri.
Ketiga, kembali lagi meski Indonesia terus membaik dan memang lebih baik
dibanding negara-negara berkembang lainnya namun hal ini masih perlu
penguatan. Landasan utama Indonesia dalam cadangan devisa berbeda dengan
China (yang mengandalkan neraca perdagangan) adalah portofolio dan foreign
direct investment (fdi). Hal tersebut tentu saja akan membuat kolaps jika investasiinvestasi tersebut ditarik mendadak secara serentak.
Kembali lagi ke tema, bahwa sesuai nota keuangan Pemerintah Indonesia yang
mencantolkan pergerakan gerbong ekonomi Indonesia pada investasi, pasar modal
dan perbankan, memang seakan menjadi pisau bermata ganda. Pisau yang dapat
Transparansi Informasi
Sampai dengan tahun ini menurut Chatib, sejumlah 105 kabupaten dan kota sudah
menjadi penyelenggara PTSP dan sebagian di antaranya sudah dilengkapi sertifikasi
ISO, dari total 450 kabupaten dan kota di Indonesia.
Pada kesempatan ini, Chatib turut mengapresiasi kenaikan peringkat Indonesia
untuk investasi di peringkat 128 pada tahun ini, yang naik dari peringkat 129 di
tahun 2011 menurut International Finance Corporation (IFC).
Dia juga mendorong agar tahun depan seluruh kabupaten dan kota di Indonesia
bisa menjadi 'Regional Champion' dalam penyelenggaraan PSPT untuk
meningkatkan realisasi nilai investasi di Indonesia. "PTSP kami harapkan
berkompetisi antara pusat dan daerah, terutama melalui sertifikasi ISO," tuturnya.
3.
Investasi
Jumlah
PMA Industri Primer
US$4,48 miliar
PMA Industri Sekunder
US$8,59 miliar
PMA Industri Tersier
US$5,17 miliar
PMDN Industri Primer
Rp15,06 triliun
PMDN Industri Sekunder
Rp38,11 trilun
PMDN Industri Tersier
Rp12,50 triliun
Sumber: BKPM
masuk