Obesitas Pada Anak - Refrat
Obesitas Pada Anak - Refrat
Disusun oleh:
Indra Putra Wendi
Jevon Andra
Martha Triana R.
Theresia Herestuwito
Pembimbing:
dr. Andy Setiawan, Sp.A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Obesitas dapat didefinisikan sebagai peningkatan adipositas yang
dapat diukur secara tak langsung menggunakan IMT (indeks massa tubuh)
sebagai tolak ukur.1,2 Pada anak berusia 2-20 tahun, dikarenakan level
adipositas normal cenderung fluktuatif penentuan obesitas dilakukan
menggunakan kurva CDC (Central for Disease Control and Prevention) usia
terhadap IMT. Anak dengan IMT rentang persentil >95% dianggap sebagai
obesitas, sedangkan IMT pada rentang persentil 85-95% dianggap sebagai
overweight.2
Obesitas pada anak diketahui telah menjadi masalah yang mendunia.
WHO (World Health Organization) mencatat terdapat peningkatan jumlah
anak berusia 0-5 tahun yang menderita obesitas dari 32 juta jiwa pada tahun
1990 menjadi 42 juta jiwa pada tahun 2013. Diperkirakan bila tren ini terus
berlanjut jumlah penderita pada populasi yang sama dapat mencapai 70 juta
jiwa pada tahun 2020. Diketahui pula bahwa angka kejadian obesitas di
negara berkembang lebih tinggi 30% dibanding negara maju 3. Di Indonesia
sendiri data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) menunjukkan prevalensi
obesitas pada anak berusia 5-18 tahun sebesar 11.9% dengan proporsi
terbesar pada anak berusia 5-12 tahun yaitu sebesar 8.8%4,5.
Peningkatan prevalensi obesitas ini juga diikuti dengan meningkatnya
angka kejadian penyakit penyertanya semisal peningkatan tekanan darah,
aterosklerosis, hipertrofi ventrikel kiri, diabetes mellitus tipe 2, dan
sebagainya. Dislipidemia ditemukan pada 45% anak obesitas usia sekolah
dasar. Resistensi insulin juga ditemukan pada 47% anak obesitas berusia 5-9
tahun dimana kita tahu bahwa kelainan-kelainan tersebut umumnya dikaitkan
pada onset usia yang lebih tua.4
Peningkatan prevalensi obesitas di usia dini dan peningkatan kejadian
komorbid yang sering menyertai obesitas seperti yang telah dipaparkan di
atas menjadi dasar bagi penulis untuk membuat referat ini untuk
meningkatkan kesadaran pentingnya mendeteksi dan menatalaksana obesitas
dari sejak dini.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana mendiagnosis dan menatalaksana obesitas pada anak ?
1.3
Tujuan Penulisan
Mengetahui patofisiologi obesitas pada anak.
Mengetahui gejala klinis dan kriteria diagnosis obesitas pada anak.
Mengetahui komplikasi obesitas pada anak.
Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan obesitas pada anak.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat dalam Bidang Pendidikan
Sebagai sumber ilmu dan referensi.
1.4.2 Manfaat dalam Bidang Pelayanan
Sebagai alat bantu untuk klinisi agar memahami dan mampu
mendiagnosis serta menatalaksana obesitas pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Obesitas didefinisikan sebagai peningkatan adipositas. Standar
pengukuran untuk peningkatan adipositas ini menggunakan IMT. Pada anakanak, standar pengukuran ini dilakukan menggunakan kurva IMT menurut
usia oleh CDC dimana IMT >95 persentil dinyatakan sebagai obesitas dan
IMT 85-95 persentil dinyatakan sebagai overweight2.
2.2.
Epidemiologi
Menurut data WHO mencatat terdapat peningkatan jumlah anak
berusia 0 5 tahun yang menderita obesitas dari 32 juta jiwa pada tahun 1990
menjadi 42 juta jiwa pada tahun 2011 dan diperkirakan mencapai 70 juta jiwa
pada tahun 2020. Diketahui pula bahwa angka kejadian obesitas di negara
berkembang lebih tinggi 30% dibanding negara maju. 3 Di Indonesia sendiri
data RISKESDAS menunjukkan prevalensi obesitas pada anak berusia 5 18
tahun sebesar 11,9% dengan proporsi terbesar pada anak berusia 5 12 tahun
yaitu sebesar 8,8%.4,5
2.3.
Etiologi
Obesitas disebabkan karena ketidakseimbangan kalori yang masuk
terhadap penggunaan energi dimana kelebihan kalori barang sesedikit apapun
dapat berkontribusi pada peningkatan adipositas dan hal ini dipengaruhi oleh
habitus, selera makan, aktivitas fisik, dan pengeluaran energi. Secara kasar
etiologi obesitas dipengaruhi 3 hal yaitu lingkungan, genetika, dan
neuroendokrinal.
1.
Lingkungan
Lingkungan berpengaruh dengan beberapa cara. Pertumbuhan
pesat di industri makanan menyebabkan mudahnya mendapat
makanan dan bertambah banyaknya makanan berkalori tinggi siap
saji. Gaya hidup juga cenderung sedenter, dimana permainan anak
didominasi dengan gadget dan kegiatan olahraga minim dikarenakan
tingginya harapan dalam prestasi anak. Aktivitas tidur di masa
sekarang juga cenderung berkurang dimana hal ini dikaitkan dengan
penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar ghrelin dan hal ini
menyebabkan peningkatan rasa lapar dan selera makan. Terjadi pula
penurunan toleransi glukosa terkait perubahan glukokortikoid dan
aktivitas simpatis.2
2.
Genetika
Beberapa kelainan genetik, misalnya pada gen FTO, defisiensi
MC4R,
atau
kondisi
semisal
sindroma
Prader-Willi
dapat
Neuroendokrinal
Kelainan
semisal
sindroma
Cushing,
defisiensi
GH,
Faktor Risiko
Anak dengan overweight memiliki risiko untuk menjadi dewasa
dengan overweight yang berhubungan dengan penyakit kronis. Faktor risiko
pada anak dengan overweight dan obesitas sangatlah kompleks. Kelebihan
berat badan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembakaran kalori
dan pemasukan kalori dalam tubuh. Beberapa faktor predisposisi yang
berperan pada anak dengan obesitas.6
2.4.1 Faktor Genetik
Riwayat obesitas dalam keluarga, terutama indeks massa tubuh
(IMT) ayah dan ibu, dapat menjadi prediktor yang kuat untuk anak
dengan obesitas. Gen FTO (fat mass and obesity-associated)
merupakan gen pada kromosom 16. Gen ini berperan dalam
peningkatan asupan energi dan pembentukan jaringan adiposa pada
anak. Selain itu, defisiensi pada MC4R (melanocortin 4 receptor gene),
berhubungan dengan obesitas onset awal pada anak dan perilaku
mencari makan pada anak kecil. Defisiensi MC4R dapat menyebabkan
hiperfagia, hiperinsulinemia dan peningkatan massa lemak.2,6
2.5.
Patofisiologi
Sekresi
hormon
Gambar 2.1. Hormon yang dihasilkan sistem pencernaan untuk stimulasi rasa lapar
dan kenyang
Beberapa neuropeptida di otak yang memilki efek stimulasi rasa lapar
adalah agouti-related peptide dan orexin. Sedangkan melanocortin dan alpha
melanocortin stilmulating hormone berperan dalam rasa kenyang.2
Gambar 2.3. Hormon yang dihasilkan jaringan lemak (adiposit) untuk stimulasi
rasa lapar dan kenyang
2.6
Gambar
2.4 Algoritme diagnosa dan tatalaksana obesitas pada anak10
2.6.1
Anamnesa
Anak dengan obesitas seringkali tidak memiliki keluhan khusus
terhadap peningkatan berat badan yang dialaminya, perlu dilakukan
penilaian terhadap faktor risiko obesitas atau gejala obesitas yang sudah
muncul.
Pada anamnesis dapat dianalisa faktor risiko medis dan perilaku.
Dapat ditanyakan juga periode mulai timbulnya obesitas, riwayat
tumbuh kembang untuk mencari obesitas yang disebabkan oleh faktor
endogen seperti riwayat pemberian steroid, atau adanya kemungkinan
kerusakan hipotalamus yang disebabkan oleh tumor otak, radiasi atau
trauma. Secara klinis obesitas idiopatik/nutrisional dan endogen/nonnutrisional dapat dibedakan dengan beberapa karakteristik (Tabel 2.1.).
Selain itu perlu ditelusuri tanda dan gejala risiko kesehatan yang terkait
dengan obesitas pada anak seperti mengorok, sering terbangun pada
saat tidur di malam hari, mengantuk di siang hari, riwayat menstruasi
dini, siklus menstruasi yang tidak teratur, nyeri panggul atau lutut. Perlu
ditelusuri juga bagaimana pola makan dan pola aktivitas fisik.4
Riwayat keluarga dan riwayat psikososial turut serta dalam kasus
obesitas anak. Oleh karena itu perlu ditelusuri riwayat keluarga seperti
riwayat
obesitas
pada
anggota
keluarga
lainnya,
penyakit
P50)
Umumnya ada riwayat obesitas pada
keluarga
Fungsi mental normal
Usia tulang normal / advanced
Pemeriksaan fisik umumnya normal
keluarga
Fungsi mental sering retardasi
Usia tulang terlambat (delayed)
Terdapat stigma pada pemeriksaan fisik
tinggi
badan.
Batas
abnormalitas
IMT
dibedakan
viseral
yang
berhubungan
dengan
penyakit
serta
dapat
menggambarkan
profil
lipid
dan
penunjang
berupa
gula
darah
puasa,
level
Tatalaksana
Penatalaksanaan obesitas pada anak bukan suatu hal yang mudah
untuk dilakukan. Penatalaksanaan obesitas pada anak harus dilakukan secara
multimodal untuk mencapai perubahan gaya hidup. Multimodal yang
dimaksud adalah butuh beberapa pihak untuk membantu keberhasilan dari
terapi yang dilakukan.
Kombinasi terapi yang dilakukan berupa anjuran nutrisi, olahraga dan
pendekatan perilaku kognitif. Kombinasi dari ketiga ini biasanya bekerja
dengan baik. Selain kombinasi tersebut, dapat juga dipertimbangkan untuk
dilakukannya operasi bariatrik, walaupun belum ada bukti yang jelas apakah
pasien dapat mempertahankan berat badan idealnya setelah operasi dan
keamanan jangka panjangnya masih belum jelas.2
Secara umum terapi obesitas dibagi atas modifikasi gaya hidup dan
terapi intensif. Modifikasi gaya hidup harus dilakukan secara berkelanjutan
sebelum memilih terapi intensif. Modifikasi gaya hidup diantaranya adalah
pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, perubahan perilaku serta yang
terpenting adalah dukungan dan keterlibatan keluarga dalam proses terapi
yang dilakukan.
Tabel 2.2. Rencana penurunan berat badan pada anak dengan obesitas.4
Komponen
Menetapkan target penurunan
Keterangan
Mula-mula 2,5 5 kg, atau dengan
berat badan
Pengaturan diet
Aktifitas fisik
kalori/hari
dan
anjuran
komposisi makronutrien .
Awalnya disesuaikan kebugaran anak
dengan tujuan akhir 20-30 menit/hari
Modifikasi perilaku
mengendalikan
stimulus,
perubahan
perilaku,
serta
ditargetkan sampai mencapai 20% di atas berat badan ideal dan cukup
dipertahankan mengingat anak dalam masa pertumbuhan.
2. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%
dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal. Bentuk dan jenis
makanan harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengonsumsi
makanan yang tidak disukai
3. Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan. Diet tinggi
serat selain dapat mengenyangkan, juga meningkatkan oksidasi lemak
sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan.
Untuk pemilihan jenis makanan dapat menggunakan traffic light diet.
Pada Traffic light diet diatur makanan apa saja yang boleh untuk
dikonsumsi setiap hari dan jenis makanan apa saja yang boleh dikonsumsi
dan makanan yang boleh dimakan 1 kali seminggu. Berikut adalah tabel
traffic light diet : 2
Komposisi
Yellow Food
Makanan yang
boleh dikonsumsi
dalam porsi kecil,
tetapi tidak
dianjurkan untuk
dikonsumsi setiap
hari
Makanan yang
mengandung
Red Food
Makanan yang
boleh dimakan
1x/minggu
Makanan yang
mengandung
Jenis kelompok
makanan
Contoh
vitamin, mineral,
energi, lemak
jenuh, gula, dan
garam dalam
jumlah sedang
Daging
olahan
rendah lemak
dan garam
Roti dan
sereal olahan
Produk susu
tinggi lemak
Kue dan
biskuit
rendah
lemak/gula
Susu dan jus
buah rendah
lemak tanpa
tambahan
gula
Daging babi,
sereal olahan,
roti, keju,
pancreas atau
biscuit manis
rendah vitamin
dan mineral tetapi
tinggi energi
lemak jenuh, gula
dan garam
Makanan yang
digoreng dan
kentang
olahan
Daging olahan
yang
mengandung
tinggi lemak
Makanan
penutup yang
berbahan dasar
susu
Kue manis dan
biscuit
Coklat dan
minuman
manis
Kentang goreng,
sosis,salami, pie,
hot dogs, nugget
ayam, keripik
kentang, makanan
manis seperti kue
coklat, mufins,
donat, soft drink
rencana
bepergian
atau
pertemuan
sosial
yang
Tabel 2.5. Contoh aktivitas fisik aerobik dengan intensitas sedang dan bugar serta
aktivitas penguatan otot dan tulang4
2.7.2. Farmakoterapi
2.7.3 Pembedahan
Tatalaksana
dengan perubahan
gaya
hidup
dan farmakologi
menggunakan
obat-obatan
sebagai
farmakoterapi
dapat
disalahgunakan oleh pasien, baik dari anak itu sendiri maupun orangtua
pasien. Obat-obatan dapat dianggap sebagai jalan pintas untuk
menurunkan berat badan dan hal ini banyak ditemukan di Indonesia. Oleh
karena itu, untuk menangani kasus obesitas dapat dipertimbangkan
tindakan pembedahan, yaitu operasi bariatrik. Prinsip terapi bedah pada
obesitas adalah :4
1. Mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat
pengosongan lambung
dengan
cara
gastric
banding
dan
vertical-banded gastroplasty
2. Mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric
bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus.
Namun bukan berarti bahwa teknik pembedahan dapat berdiri sendiri.
Setelah melakukan teknik pembedahan, perubahan gaya hidup juga
dibutuhkan agar berat badan dapat dipertahankan. Indikasi operasi
bariatrik adalah sebagai berikut :
IMT > 40 kg/m2 dengan komorbid yang berat :
o Diabetes mellitus tipe 2
o Sleep apnea sedang berat
o Pseudotumor serebri
o NASH dengan fibrosis
IMT > 50 kg/m2 dengan komorbid ringan
o Hipertensi
o Dislipidemia
o Obstruktif sleep apnea ringan
o Insufisiensi vena kronik
o Panniculitis
o Inkontinensia urin
o Gangguan pada aktivitas sehari-hari
o NASH
o Gastroesofageal reflux disease (GERD)
o Distress psikologis berat
o Nyeri sendi akibat berat badan berlebih
2.8. Pencegahan
Peran dokter dalam usaha pencegahan obesitas pada bayi 0-12 bulan
dapat berupa11 :
1. Mendorong pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan
meneruskan pemberian ASI sampai usia 12 bulan dan sesudahnya
setelah pengenalan makan padat dimulai.
2. Mendorong orang tua untuk menawarkan makanan baru secara
berulang serta menghindari minuman manis dan makanan selingan.
3. Tidak meletakkan tv di dalam kamar tidur anak
4. Pengasuh selain orangtua harus menerapkan strategi yang
dianjurkan
Peran dokter dalam usaha pencegahan obesitas pada bayi 12-24 bulan
dapat berupa :
1. Menghindari minuman manis, konsumsi jus dan susu yang
berlebih.
2. Makan bersama di meja makan dengan anggota keluarga lainnya
sebanyak 3x/hari dan TV dimatikan selama proses makan bersama
3. Keluarga tidak membatasi jumlah makanan dan selingan yang
dikonsumsi anak, tetapi memastikan bahwa semua makanan yang
tersedia sehat serta cukup buah dan sayuran
4. Selingan dapat diberikan sebanyak 2 kali, dan orang tua hanya
menawarkan air putih bila anak haus diantara selingan dan makan
padat.
5. Anak harus mempunyai kesempatan bermain aktif, membatasi
menonton televisi atau DVD serta tidak meletakkan tv di dalam
kamar tidur anak
6. Orangtua dapat menjadi model untuk membantu anak belajar lebih
selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi. Orangtua
berperan aktif dalam pendidikan media anak dengan menemani
adiposity
rebound
merupakan
periode
kritis
untuk
pada
anak
dan
dewasa
berbeda
karena
pada
angka
proses
terapi.
Sulitnya
mengatasi
obesitas
menyebabkan
2.9.
Komplikasi
keterlambatan
perubahan
komposisi
tubuh
berupa
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1.
Karnik S, Kanekar A. Childhood obesity: a global public health crisis. Int J Prev
2.
Med. 2012;3(1):1-7.
Gahagan S. Overweight and obesity. In: Kleigman RM, Behrman RE, St.Geme
JW, Schor NF, Stanton FB. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia:
3.
4.
obesity/facts/en/
Sjarif DR, Gultom LC, Hendarto A, Lestari ED, Sidiartha IG, Mexitalia M.
Rekomendasi ikatan dokter anak Indonesia: diagnosis, tata laksana dan
pencegahan obesitas pada anak dan remaja. UKK Nutrisi dan Penyakit
5.
6.
7.
8.
Lancet. 2003;362(9394):1431-1432.
Nishida M, Funahashi T, Shimomura I. Pathophysiological significance of
9.
December
2016].
Available
from:
http://www.childrenshospital.org/conditions-and-treatments/conditions/knockknees/symptoms-and-causes