Anda di halaman 1dari 1

Twitter Diplomacy: U.S.

Efforts in Venezuela
Media sosial menjadi era terbaru dalam dunia diplomasi. Perkembangan diplomasi
salah satunya melalui platform Twitter. Twitter dianggap sebagai salah satu platform
media sosial yang paling populer. Banyak orang lebih memilih Twitter dibandingkan
Facebook karena efisiensi yang Twitter miliki. Twitter hanya mengizinkan penggunan
untuk menuliskan maksimal 140 karakter di setiap tweet nya, tidak banyak yang
menganggap twitter bisa membawa dampak atau fenomena yang signifikan di
dunia internasional, hingga akhirnya President Amerika Serikat Barack Obama
bergabung dan memiliki akun Twitter yang kemudian diikuti oleh pemimpinpemimpin dan pemerintah-pemerintah lain di seluruh dunia. Twitter dianggap
sebagai media yang paling efisien untuk pemerintah berinteraksi dengan
masyarakat, begitu pun sebaliknya. Twitter juga dapat menjadi media bagi NGONGO untuk memberika aspirasi berkaitan dengan kebijakan pemerintah.
Twitter tentunya tidak hanya memiliki dampak positif, banyak juga pemerintahan
yang melihat media sosial khususnya Twitter sebagai salah satu ancaman. Seperti
yang terjadi di China dan juga Iran yang membatasi penggunaan twitter dan media
sosial di negaranya. Keberhasilan Twitter sebagai media diplomasi, bisa kita lihat
pada contoh kasus diplomasi public yang dilakukan Amerika Serikat di Venezuela.
Seperti yang kita tahu bahwa hubungan Amerika Serikat dan Venezuela mengalami
banyak pasang surut. Hubungan buruk diantara kedua negara tersebut dimulai
sejak mantan presiden Hugo Chavez berkuasa pada tahun 1999 hingga 2013 lalu.
Garis kebijakan anti-Amerika Serikat juga akhirnya diteruskan oleh presiden saat ini,
Maduro. Venezuela dan Amerika Serikat sama-sama tidak menempatkan duta
besarnya sejak tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai