13masalahpengelolaankeuangannegaradandaeraha 150428040721 Conversion Gate02
13masalahpengelolaankeuangannegaradandaeraha 150428040721 Conversion Gate02
19. PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Estndar Pelayanan
Minimal;
20. PP No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
21. PP No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
22. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
23. Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah
24.Permendagri No. 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
25.Permendagri No. 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemeriksaaan dalam rangka berakhirnya
Masa Jabatan Kepala Daerah;
26. Permendagri No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
27. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negara No. 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
datangnya pihak pengawas eksternal (BPK, KPK, dll). Kedua, sebagai unit
pengawas internal yang memiliki peluang terlibat sejak fase perencanaan
(input), pelaksanaan, capaian dan evaluasi kebijakan sehingga
memungkinkan deteksi dini dan koreksi langsung untuk menghindari
kerusakan masif. Seandainya semua ini dijalankan, bisa dipastikan mutu
tata kelola dan tata pembukuan keuangan daerah tidak lagi menjadi
sasaran permanen kritikan publik dan temuan BPK.
Opsi Kuratif
Isu manajemen keuangan daerah bukanlah semata urusan internal
pemerintahan tetapi mesti dilihat sebagai bentuk akuntabilitas vertikal
kepada pusat sebagai sumber dana perimbangan dan tanggung jawab
politik kepada rakyat. Untuk itu, terhadap temuan masalah, sanksi tegas
harus diberikan, bila perlu lewat instrumen fiskal pula (pemotongan DAU).
Opsi kuratif/represif ini saatnya mulai diterapkan pemerintah pusat
kalau tidak mau masalah tersebut menjadi beban permanen. Selain itu,
langkah persiapan (preventif) mesti segera menjadi program prioritas baik
lewat penguatan kapasitas aparat perencana, pelaksana dan pengawas
keuangan maupun redesain kelembagaan institusi inspektorat.
Diposkan oleh Qitri Center di 04.38