Anda di halaman 1dari 7

http://jurnal.fk.unand.ac.

id1

Artikel

Identifikasi Soil Transmitted Helminths pada Selada Daun


(Lactuca sativa var.crispa L.) yang Dijual di Pasar dan di
Pedagang Pecel Lele/Ayam Sekitar Pasar Kota Padang
Panjang pada Bulan Mei 2016
Farisah Izzati1, Selfi Renita Rusjdi2, Julizar3

Abstrak
Latar belakang: Penyakit kecacingan terutama yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) masih menjadi
masalah di Indonesia. Mengkonsumsi sayuran mentah seperti selada daun yang semakin digemari masyarakat
merupakan salah satu faktor risiko penyakit ini. Selada daun ditanam dalam posisi duduk sehingga daunnya yang
lebar dan berlekuk bersentuhan dengan tanah. Ini memungkinkan STH yang membutuhkan tanah untuk
perkembangannya dapat menempel pada selada daun. STH yang ada di sayur tersebut akan tertelan oleh manusia
jika tidak dicuci dengan bersih sebelum dikonsumsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
STH pada selada daun yang dijual di pasar dan pedagang pecel lele/ayam sekitar pasar Kota Padang Panjang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dan dilaksanakan pada bulan Desember 2015Agustus 2016. Sampel di ambil di Padang Panjang dan diperiksa di laboratorium parasitologi FK Unand dengan
metode sedimentasi dan diidentifikasi menggunakan mikroskop.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 33 dari 87 sampel (38%) yang diambil di pasar positif STH.
Sedangkan pada sampel yang diambil di pedagang pecel lele/ayam, 2 dari 7 sampel (29%) juga positif STH. Jenis
STH yang ditemukan adalah telur Ascaris lumbricoides, telur dan larva cacing tambang yang menyerang manusia,
larva dan cacing dewasa hidup bebas Strongyloides stercoralis dan telur Trichostrongylus orientalis.
Kata kunci: Soil Transmitted Helminths, selada daun

Abstract
Background: Intestinal helminthiasis caused by Soil Transmitted Helminths (STH) is still becoming a health
problem in Indonesia. Consuming raw vegetables, such as leaf lettuce, without cooking it first is getting more well
known in Indonesia. It is highly one of the risk factor of this disease. Leaf lettuce is planted in the sitting position.
Therefore, the wide and curly leaves contact directly with the ground. This condition provides STH to attach to the
leaves. STH which is attached to the leaves could be swallowed if the leaves did not be washed properly. The purpose
of this research was to identify the presence of STH on the leaf lettuce sold in the market and in the pecel lele/ayam
sellers around market of Padang Panjang city. Method: The method of this study was descriptive observational
research conducted from December 2015 until August 2016. The samples were taken from Padang Panjang and
examined at the Parasitology Laboratory in Medical Faculty of Andalas University by using sedimentation method and
identified by microscope. Results: In this study, 33 of 87 samples taken from the market were positively contaminated
by STH, with the percentage 38%. The samples taken from pecel lele/ayam sellers, 2 of 7 samples (29%) were
positively contaminated by STH. We found several types of STH. They are Ascaris lumbricoides eggs, human
hookworm eggs and larvae, larvae and free living adult of Strongyloides stercoralis, and Trichostrongylus orientalis
eggs.
Keywords: Soil Transmitted Helminths, leaf lettuce

Affiliasi penulis : 1: Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2: Bagian Parasitologi FK
UNAND,
3:
Bagian
Fisika
Kedokteran
FK
UNAND

Korespondensi :Farisah Izzati, email : izzatifarisah28@gmail.com,


Telp: +62 813 7499 5993

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id2
hati-hati4. Kebiasaan memakan sayuran yang tidak

Pendahuluan

dicuci bersih secara mentah seperti selada dan kol

Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan

juga meningkatkan kejadian cacingan7.


Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah

cacing kelas nematoda yang hidup di usus dan


yang

satu sayuran daun yang digemari masyarakat. Selada

termasuk STH antara lain cacing gelang (Ascaris

biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar tanpa

lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura),

dimasak dan dikonsumsi sebagai lalapan8. Posisi daun

cacing

dan

selada saat ditanam adalah berposisi duduk sehingga

spesies

terjadi kontak langsung antara daun selada dengan

Trichostrongylus1. Banyak dampak yang ditimbulkan

tanah9. Selada dapat ditanam pada berbagai jenis

infeksi cacing. Penyakit kecacingan mempengaruhi

tanah, tetapi pertumbuhan selada akan baik jika

asupan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan

ditanam

ditularkan

melalui

tambang

Ancylostoma

tanah.

Spesies

(Necator

duodenale),

cacing

americanus

dan

beberapa

di

tanah

yang

lembab,

gembur,

dan

10

(absorbsi) dan metabolisme makanan2. Penyakit ini

mengandung cukup bahan organik . Perkembangan

umumnya bersifat menahun dan jarang menimbulkan

telur maupun larva STH terjadi pada tanah yang

kematian

sering

lembab dan gembur1. Tempat tumbuh selada dan

diabaikan. Dampak yang paling sering diakibatkan

tempat perkembangan telur maupun larva STH adalah

infeksi

pada kondisi tanah yang sama9.

secara

kecacingan

mendadak
adalah

sehingga

anemia

kronik

dan

Selada yang dijual di pasar kota Padang

kekurangan gizi, sedangkan pada infeksi berat,

berasal dari beberapa daerah perkebunan penghasil

kecacingan ini dapat menyebabkan diare3.


Lebih dari 1,5 milyar orang, atau 24% dari
populasi di dunia terinfeksi oleh STH. Distribusi
terbesar penyakit ini adalah di daerah tropis dan
subtropis. Angka kejadian tertinggi adalah pada
kawasan sub-Sahara Afrika, Amerika, China, dan Asia
Timur. Lebih dari 270 juta anak pra-sekolah dan lebih
dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di tempat yang
transmisi penyakit cacingnya sangat tinggi4. Infeksi
STH sangat banyak terjadi di Asia Tenggara termasuk
Indonesia.

Lokasi

geografis

yang

menyebabkan

Indonesia beriklim tropis sesuai untuk perkembangan


parasit.

Geographical

menyatakan

Information

System

(GIS)

distribusi STH di Indonesia mencakup

seluruh pulau yang ada di Indonesia. Prevalensi


tertinggi adalah di Pulau Papua dan Sumatera dengan
prevalensi antara 50%-80%5.

selada yaitu Padang Panjang, Bukittinggi, dan Alahan


Panjang11.

ditelusuri

apakah

tentang kontaminasi STH pada selada belum pernah


dilakukan di pasar Kota Padang Panjang. Survei
prevalensi kecacingan dari Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Barat yang dilakukan setiap tahun pada dua
kabupaten/kota pilihan tidak pernah dilakukan di kota
Padang Panjang sampai tahun ini.
Survei awal yang dilakukan di pasar Kota
Padang Panjang didapatkan 13 pedagang selada.
Masing-masing pedagang selada membawa sekitar
10-20 kg selada setiap hari dan biasanya selada
tersebut terjual habis. Selada yang dijual merupakan
selada yang berasal dari daerah Koto Baru, Batipuh,
Padang Luar. Setelah dilakukan penelitian

pendahuluan dengan 10 sampel selada yang diambil


secara

debu, tangan, kuku, air, dan sayuran. Sayuran

terkontaminasi telur cacing.

lanjut

berasal dari daerah Padang Panjang. Penelitian

infektif ke dalam tubuh dari lingkungan seperti tanah,


termasuk sumber utama infeksi STH karena penduduk

lebih

kontaminasi STH pada selada di pasar Kota Padang

dan

Infeksi STH disebabkan masuknya telur

Perlu

acak,

ditemukan

sebanyak

sampel

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan

dapat mengkonsumsi sayur setiap hari . Transmisi

penelitian untuk mengetahui besarnya kontaminasi

telur cacing ke manusia terjadi melalui tanah yang

STH pada sayuran selada yang dijual di pasar Kota

mengandung telur cacing. Telur STH dikeluarkan

Padang Panjang. Perlu juga dilakukan penelitian untuk

bersamaan dengan feses orang yang terinfeksi. Di

melihat kontaminasi STH pada selada yang dijual

daerah yang tidak memiliki sanitasi yang memadai,

pedagang pecel lele/ayam disekitar pasar Kota

telur dari tanah dapat melekat pada sayuran dan

Padang Panjang. Pengolahan atau pencucian selada

tertelan jika sayuran tidak dicuci atau dimasak dengan

yang dilakukan masyarakat Padang Panjang dapat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id3
digambarkan dengan mengetahui kontaminasi STH

proporsional

pada selada yang akan disajikan kepada konsumen.

Penentuan jumlah sampel yang diambil

Hasil penelitian ini nantinya dapat berfungsi sebagai


bahan pertimbangan untuk dinas kesehatan propinsi

random

sampling.

dari pedagang pecel lele/ayam sekitar

dalam menetapkan daerah kabupaten dan atau kota

pasar Kota Padang Panjang adalah

dalam survei kecacingan setiap tahun sehingga

dengan total sampling sehingga jumlah

pemberantasan kecacingan di Sumatera Barat terjadi

sampel yang diambil adalah 7 batang

secara menyeluruh.

selada daun. Sampel diambil di sekitar

Metode
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

observasional.

Penelitian

berlangsung

dari

bulan

Desember 2015 hingga Agustus 2016.


Sampel

dari

penelitian

ini

adalah

selada daun yang diambil di pasar dan


di pedagang pecel lele/ayam sekitar
pasar Kota Padang Panjang. Kriteria
inklusinya adalah selada daun yang

pasar

Kota

Padang

Panjang

dan

diperiksa di Laboratorium Parasitologi


FK Unand dengan menggunakan teknik
sedimentasi

dan

diidentifikasi

menggunakan mikroskop.
Hasil
Total sampel yang diambil dan
diperiksa di laboratorium parasitologi
adalah 94 batang selada dengan hasil
sebagai berikut

dipanen pada hari yang sama dengan


waktu pengambilan sampel. Kriteria
ekslusinya adalah selada daun yang
sudah busuk dan berubah warna.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Soil Transmitted


Helminths yang Ditemukan pada Selada
Daun (Lactuca sativa var.crispa L.) yang
Dijual di Pasar dan di Pedagang Pecel
Lele/Ayam Sekitar Pasar Kota Padang
Panjang

Jumlah sampel minimal untuk


selada daun yang diambil dari pasar
dihitung dengan menggunakan rumus
estimasi proporsi. Nilai proporsi kasus
terhadap

populasi

adalah 70%
minimal

12

yang

digunakan

sehingga jumlah sampel

untuk

selada

daun

yang

diambil di pasar adalah 81 batang.


Jumlah pedagang selada daun di pasar
adalah
masing

13

pedagang

membawa

dan
selada

daun

kg. Agar pembagian sampel merata,


jumlah sampel yang diambil di pasar
adalah 87 batang selada daun. Jumlah
yang

diambil

dari

+
Jumlah

masing-

sebanyak 10-20 kg dengan total 145

sampel

Hasil
Pemeriksa
an

masing-

masing pedagang ditentukan dengan

Sumber Selada
Pasar
Pedagang
Pecel
lele/ayam
f
%
f
%
33
38
2
29
54
62
5
71
87
100
7
100

Tabel 1 menunjukkan dari 87


sampel yang diambil di pasar Kota
Padang Panjang ditemukan positif STH
pada 33 sampel (38%) dan negatif STH
pada 54 sampel (71%). Dari 7 sampel
yang

diambil

di

pedagang

pecel

lele/ayam ditemukan positif STH pada

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id4
2 sampel (29%) dan negatif STH pada
5 sampel (71%).
Tabel 2. Stadium Soil Transmitted Helminths yang
Ditemukan pada Selada Daun (Lactuca
sativa var. crispa L.) yang Dijual di Pasar
dan di Pedagang Pecel Lele/Ayam Sekitar
Pasar Kota Padang Panjang

Stadium STH yang


ditemukan

Telur
Larva
Cacing dewasa
bebas
Telur + Larva
Telur + Cacing
dewasa bebas
Larva + Cacing
dewasa bebas
Jumlah

Sumber Selada
Pasar
Pedaga
ng Pecel
lele/aya
m
f
%
f
%
1
10
58
2
9
0
6 18
0
0
3

3
3

10
0

10
0

Tabel 2 menunjukkan stadium STH yang

Trichostrongylus
orientalis
Telur Cacing Tambang
Larva Cacing
Tambang
Telur + larva Cacing
Tambang
Telur Cacing Tambang
+ Larva Strongyloides
stercoralis
Larva Cacing
Tambang + Cacing
Dewasa Bebas
Strongyloides
stercoralis
Larva Strongyloides
stercoralis
Cacing Dewasa Bebas
Strongyloides
stercoralis
Larva + Cacing
Dewasa Bebas
Strongyloides
stercoralis
Telur Trichostrongylus
orientalis
Jumlah

paling banyak ditemukan adalah telur (58%). Stadium

3
3

1
0
0

10
0

STH yang tidak ditemukan adalah telur + cacing


dewasa bebas.

Tabel 4.3 menunjukkan stadium dan jenis

Tabel 3. Stadium dan Jenis Soil Transmitted


Helminths yang Ditemukan pada Selada
Daun (Lactuca sativa var.crispa L.) yang
Dijual di Pasar dan di Pedagang Pecel
Lele/Ayam Sekitar Pasar Kota Padang
Panjang

Stadium dan Jenis STH


yang Ditemukan

Telur Ascaris
lumbricoides
Telur Ascaris
lumbricoides + Telur
Cacing Tambang
Telur Ascaris
lumbricoides + Telur

Sumber
Selada
Pasar Pedag
ang
Pecel
lele/ay
am
f % f
%
1 3
10
2
2 7
0

STH terbanyak yang ditemukan adalah telur Ascaris


lumbricoides. Stadium dan jenis STH yang paling
sedikit

ditemukan

adalah

telur

trichostrongylus

orientalis. Tidak ditemukan telur Trichuris trichiura


dalam penelitian ini.

Pembahasan
STH positif pada selada daun yang dijual di
pasar Kota Padang Panjang ditemukan sebanyak 33
(38%) dari 87 sampel seperti yang terlihat dalam tabel
4.1. Selada daun tersebut berasal dari 13 pedagang.
Setidaknya satu dari beberapa sampel yang diambil
dari masing-masing pedagang positif terkontaminasi
STH kecuali pada pedagang 6.
Tingginya kontaminasi STH pada selada
daun ini dapat terjadi pada proses penanaman,

pengangkutan dan pemasaran12. Selada merupakan


salah satu jenis sayuran yang ditanam dengan posisi
daun yang bersentuhan langsung dengan tanah
terutama pada selada daun yang memiliki daun

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id5
keriting. Hal ini memungkinkan kontaminasi STH pada

(9%), larva Strongyloides stercoralis pada 3 sampel

selada daun di perkebunan. Penyebab kontaminasi ini

(9%), cacing dewasa hidup bebas Strongyloides

adalah penggunaan kotoran hewan ataupun kotoran

stercoralis

manusia

pupuk,

lumbricoides dan telur cacing tambang ditemukan

kebiasaan buang air besar di tanah sekitar kebun, dan

pada 2 sampel (6%), larva cacing tambang dan cacing

penyiraman

yang

terkontaminasi

selada

sebagai

sampel

(9%),

telur

Ascaris

air

yang

dewasa hidup bebas Strongyloides stercoralis pada 2

terjadi

saat

sampel (6%), telur Ascaris lumbricoides dan telur

penjualan selada di pasar dapat disebabkan oleh

Trichostrongylus orientalis pada 1 sampel (3%), telur

lingkungan pasar yang tidak bersih, selada daun

dan larva cacing tambang pada 1 sampel (3%), telur

diletakkan secara terbuka di atas meja, di baki, di

cacing tambang dan larva Strongyloides stercoralis

dalam karung atau di dalam plastik besar.

pada 1 sampel (3%), larva dan cacing dewasa hidup

13

terkontaminasi .

menggunakan

pada

Kontaminasi

yang

STH positif pada selada daun yang diambil

bebas Strongyloides stercoralis pada 1 sampel (3%),

dari pedagang pecel lele/ayam di sekitar pasar Kota

dan telur Trichostrongylus orientalis pada 1 sampel

Padang Panjang adalah sebanyak 2 (29%) dari 7

(3%). Tidak ditemukan adanya telur Trichuris trichiura

sampel seperti yang terlihat dalam tabel 4.1. Selada

pada semua sampel. Jenis STH yang ditemukan pada

daun yang dijual merupakan selada yang siap untuk

sampel dari pedagang pecel lele/ayam di sekitar pasar

dikonsumsi dan dalam keadaan sudah dicuci. Masih

Kota

adanya kontaminasi STH dapat disebabkan oleh

lumbricoides sebanyak 2 (100%).

Padang

Panjang

adalah

telur

Ascaris

pencucian yang tidak dilakukan dengan baik ataupun

Dominasi telur Ascaris lumbricoides pada

dari food handler yang terkontaminasi. Pencucian

penelitian ini karena Ascaris lumbricoides merupakan

sayur untuk dimakan mentah seperti selada daun

jenis STH yang paling banyak ditemukan di Indonesia,

sebaiknya adalah dengan menggunakan air mengalir

selain itu, telur Ascaris lumbricoides merupakan telur

14

dan dicuci secara lembar per lembar . Pencucian

yang tidak menetas dan dapat bertahan hidup selama

secara lembar per lembar dianjurkan karena selada

beberapa tahun di tanah. Telur Ascaris lumbricoides,

daun memiliki daun berlapis dan berlekuk sehingga

jika dibandingkan dengan telur STH lain, merupakan

memungkinkan telur cacing tetap ada jika tidak

telur STH yang paling banyak dihasilkan oleh satu

13

dibersihkan dengan cara yang benar . Selada pada

ekor cacing betina yaitu sebanyak 200.000 telur

pedagang pecel lele/pecel ayam biasanya dicuci

sehari.

dalam jumlah yang banyak di dalam ember. Hal ini

sebanyak 5000, dan cacing tambang sebanyak 9000-

memungkinkan telur STH yang ada pada sayur masih

10000 telur sehari1.

Sedangkan,

menempel11.
Stadium

Trichuris

trichiura

adalah

Telur cacing tambang ditemukan pada 7


STH

yang

paling

banyak

sampel dan larva cacing tambang ditemukan pada 6

ditemukan adalah dalam bentuk telur seperti yang

sampel selada daun yang dibeli di pasar Kota Padang

terlihat dalam tabel 4.2. Hal ini mungkin terjadi karena

Panjang. Lokasi ideal untuk perkembangan cacing

telur STH merupakan bentuk yang lebih tahan jika

tambang

dibandingkan dengan bentuk larva ataupun bentuk

Kontaminasi cacing tambang dalam bentuk telur

adalah

pada

daerah

perkebunan1.

cacing dewasa hidup bebas . Stadium STH ditemukan

maupun larva mungkin terjadi pada selada daun yang

beragam dalam satu sediaan bisa terjadi karena tanah

tempat penanamannya adalah di daerah perkebunan.

merupakan tempat perkembangan semua stadium

Telur cacing tambang yang ditemukan pada penelitian

STH baik telur, larva ataupun cacing dewasa bebas

ini adalah cacing tambang yang menyerang manusia

sehingga ada kemungkinan gabungan kontaminasi

yaitu

dari semua stadium STH tersebut.

duodenale. Perbedaan telur Necator americanus dan

Necator

americanus

atau

Ancylostoma

Jenis STH terbanyak yang ditemukan pada

Ancylostoma duodenale tidak bisa diketahui dengan

sampel dari pedagang selada di pasar Kota Padang

pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop tetapi

Panjang adalah telur Ascaris lumbricoides pada 12

dilakukan kultur dengan teknik Harada-Mori agar telur

sampel (37%). Telur cacing tambang ditemukan pada

berubah menjadi larva dan dapat dibedakan1.

3 sampel (9%), larva cacing tambang pada 3 sampel

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id6
Jenis STH lain yang ditemukan pada

pasar modern di Kota Padang. Terdapat STH positif

penelitian ini adalah larva dan cacing dewasa hidup

pada 32 dari 44 sampel penelitian dari pasar

bebas Strongyloides stercoralis. Telur strongyloides

tradisional dan 2 dari 5 sampel dari pasar modern.

akan segera berubah menjadi larva di dalam usus

Telur Ascaris sp adalah jenis STH yang paling banyak

sehingga

telur

ditemukan pada penelitian ini yaitu ditemukan pada 30

strongyloides di luar tubuh . Larva rhabditiform akan

sampel selada dari pasar tradisional dan pada 2

berubah menjadi larva filariform atau menjadi cacing

sampel selada dari pasar modern1. Kemiripan dalam

dewasa bentuk bebas di tanah dalam waktu 36-48

dominasi telur ascaris ini kemungkinan disebabkan

jarang

sekali

akan

ditemukan

15

jam . Cacing dewasa hidup bebas Strongyloides

karena sumber selada yang diambil adalah dari

stercoralis ditemukan pada 6 sampel selada daun

daerah perkebunan yang sama yaitu Padang Panjang.

yang diambil dari pasar. Cacing dewasa hidup bebas

Penelitian lain yang dilakukan oleh Munthe

yang ditemukan memiliki ukurannya yang panjang dan

(2004) di Medan memiliki hasil yang cukup berbeda

terlihat adanya telur di dalam tubuh cacing.

dengan penelitian ini, penelitian yang dilakukan

Telur Trichostrongylus orientalis ditemukan

Munthe tentang analisa telur dan larva cacing pada

pada 2 sampel selada daun yang diambil dari pasar.

selada yang terdapat pada makanan burger yang

Telur Trichostrongylus orientalis ini mirip dengan telur

dijajakan di sekitar kampus USU di Medan tidak

cacing tambang tetapi memiliki ukuran yang lebih

ditemukan telur Ascaris lumbricoides18. Perbedaan

besar dan agak runcing di salah satu ujungnya. Telur

spesies STH yang ditemukan antara penelitian ini

Trichostrongylus orientalis akan berubah menjadi larva

dengan

dalam waktu 1 atau 2x24 jam pada kondisi tanah yang

kemungkinan disebabkan kondisi iklim yang berbeda

cocok yaitu pada tanah yang gembur dan lembab 16

antara Medan dan Padang Panjang.

sehingga pada penelitian ini telur trichostrongylus


ditemukan dalam jumlah yang sedikit.

penelitian

Munthe

(2004)

di

Medan

Penelitian oleh Adamu dkk (2011) di Nigeria


menemukan kontaminasi STH pada selada adalah

Telur Trichuris trichiura tidak ditemukan

sebesar 8,2% dan jenis STH yang ditemukan adalah

dalam penelitian ini mungkin disebabkan sedikitnya

telur

jumlah telur yang dihasilkan oleh cacing betina yaitu

trichuris19.

sebanyak 5000 telur sehari sedangkan Ascaris


lumbricoides menghasilkan 200.000 telur sehari dan

ascaris,

telur

cacing

tambang,

dan

telur

Penelitian yang dilakukan di

Iran oleh Olyaei & Hajivandi (2013)

telur

untuk mengetahui kontaminasi parasit

sehari1. Suhu optimal untuk perkembangan telur

pada sayur yang dijual di pasar dan

Trichuris trichiura untuk menjadi infektif adalah lebih

perkebunan

tinggi dari suhu optimum jenis STH lain yaitu 300C1.

masyarakat menunjukkan bahwa 52

cacing

tambang

menghasilkan

9000-10000

Suhu rata-rata daerah perkebunan tempat penanaman


selada yaitu 21,40C untuk daerah Padang Luar, 270C

dan

dikonsumsi

oleh

dari 135 (38,5%) sayur yang dijual di

untuk daerah Koto Baru, dan 230C untuk daerah

pasar dan 66 dari 135 (48,9%) sayur

Batipuh17. Perbedaan antara suhu rata-rata daerah

yang

perkebunan penghasil selada daun dengan suhu

terkontaminasi

optimal

untuk

menyebabkan

perkembangan
telur

Trichuris

Trichuris
trichiura

trichiura
tidak

diambil

dari

perkebunan

parasit.

Kontaminasi

sayur tertinggi pada penelitian oleh

berkembang menjadi telur infektif, sehingga tidak

Olyaei & Hajivandi adalah pada selada.

terjadi siklus hidup seperti seharusnya sehingga telur

Jenis parasit yang ditemukan adalah

Trichuris trichiura tidak ditemukan dalam penelitian.

Ascaris

Dominannya telur ascaris dalam penelitian


ini mirip dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

sp,

Trichostrongylus

oleh Asihka (2014) di Kota Padang. Penelitian yang

dengan

dilakukan adalah untuk melihat kontaminasi STH

lakukan.

terhadap selada yang dijual di pasar tradisional dan

Kesimpulan

Trichuris
sp20,

penelitian

sp,

dan

hampir

sama

yang

penulis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

http://jurnal.fk.unand.ac.id7
Kesimpulan penelitian tentang identifikasi
telur dan larva soil transmitted helminths pada selada

7.

daun (Lactuca sativa var.crispa L.) yang dijual di pasar


dan di pedagang pecel lele/ayam sekitar pasar kota

8.

padang panjang pada bulan mei 2016 adalah sebagai


berikut :
1. Sebanyak 38% dari 87 sampel selada daun yang
dijual di pasar Kota Padang Panjang positif
terkontaminasi STH. Sedangkan selada daun
yang dijual oleh pedagang pecel lele/ayam sekitar

9.
10.
11.

pasar Kota Padang Panjang positif terkontaminasi


STH sebanyak 29% dari 7 sampel.
2. Jenis STH yang ditemukan pada selada daun
yang dijual di pasar dan di pedagang pecel

12.

lele/ayam sekitar pasar Kota Padang Panjang


adalah telur Ascaris lumbricoides, telur dan larva
cacing tambang yang menyerang manusia, larva

13.

dan cacing dewasa hidup bebas Strongyloides


stercoralis, dan telur Trichostrongylus orientalis.
14.

15.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan penelitian ini.

16.

Daftar Pustaka
1.

2.

3.
4.

5.

6.

Supali T, Margono SS, Abidin SA. Nematoda.


Dalam: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK,
Sungkar S, editor (penyunting). Parasitologi
Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI;2008. hlm. 6-29.
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
424/MENKES/SK/VI/2006 tentang pedoman
pengendalian
cacingan.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2006.
Soedarto. Parasitologi Klinik. Surabaya:
Airlangga University Press; 2008.
World Health Organization. Soil transmitted
helminths infection update may 2015
(diunduh 5 Juni 2015). Available from URL:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs3
66/en/. 2015.
Brooker S. Human helminths infection in
Indonesia, East Timor and the Philippines.
Report to UNICEF East Asia & Pasific Region
office. London: Department of Infection &
Tropical Diseases London School of Hygiene
& Tropical Medicine; 2002.
Uga S, Hoa N, Noda S, Moji K, Cong L.
Parasites egg contamination of vegetables

17.

18.

from suburban market in Hanoi, Vietnam.


Nepal Med Coll J. 2009;11(2):75-8.
Gillespie SH, Piarson RD. Principle and
practice of clinical parasitology. London:
British Library; 2001.
Zuhaida L, Ambarwati E, Sulistyaningsih E .
Pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca
sativa L.) hidroponik diperkaya Fe. Jurnal
Universitas Gajah Mada. 2011;1(4).
Sunardjono H. Bertanam 30 jenis sayuran.
Jakarta: Penebar Swadaya; 2010.
Pracaya. Bertanam sayur organik. Cetakan
ke-2. Jakarta: Penebar Swadaya; 2010.
Asihka V. Distribusi frekuensi soil transmitted
helminths pada sayuran selada (Lactuca
sativa) yang dijual di pasar tradisional dan
pasar modern di Kota Padang (skripsi).
Padang: Universitas Andalas; 2014.
Kurniawan B. Kontaminasi soil transmitted
helminths pada sayuran kubis dan selada di
pasar tradisional Kota Bandar Lampung.
Jurnal
Kedokteran
dan
Kesehatan
Universitas Lampung. 2011;1(2): 34-42.
Duedu KO, Yarnie EA, Tetteh-Quarco PB,
Attah SK, Donkor ES. A comparative survey
of the prevalence of human parasites found in
fresh vegetables sold in supermarkets and
open-aired markets in Accra Ghana. BMC
Research Note. 2014; 7:836.
Depkes RI. Kumpulan modul kursus hygiene
dan sanitasi makanan & minuman. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia;
2010.
Brooker S, Bundy D. Helminths infection: Soil
transmitted helminths (geohelminths). Dalam:
Cook G, Zumla A, editor (penyunting).
Mansons tropical disease 22nd edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2009 hlm.
1515-48.
Ralph A, OSullivan MVN, Sangster NC,
Walker JC. Abdominal pain and eosinophilia
in suburban goat keepers - trichostrongylosis.
MJA. 2006; 184(9): 467-9.
Merkel A. Data iklim untuk kota-kota di
seluruh dunia (diunduh 8 Juli 2016) tersedia
dari URL: http://id.climate-data.org/. 2012.

Munthe DS. Analisa telur dan


larva cacing pada selada yang
terdapat pada makanan burger
yang dijajakan di sekitar kampus
USU Medan (skripsi). Medan:
Universitas
Sumatera
Utara;
2004.

19. Adamu NB, Adamu JY, Mohammed D.


Prevalence of helminths parasites found on
vegetables sold in Maiduguri Northeastern
Nigeria. Jurnal Elsevier: Food Control. 2011;
25(1): 23-6.
20. Olyaei A, Hajivandi L. Parasitological
contamination of markets and farms in
vegetables consumed in Southern Iran.
Global Veterinaria. 2013; 10(3): 327-31.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1)

Anda mungkin juga menyukai