Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
1. ENDAH KRISTIANI
2. RIANTO
3. YULI AGUSTINA
NIM. AOA0150778
NIM. AOA0150787
NIM. AOA0150799
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkah dan rahmatNya makalah ini
dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih
sempurna dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengertian laktasi.
Anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
Manfaat dan keunggulan ASI.
Persiapan dan teknik menyusui.
Masalah-masalah dalam menyusui.
Langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui.
Cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
Klinik laktasi.
Konseling pemberian ASI.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan
dan menyusui. Kodrat ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu
rahim beserta semua bagiannya untuk tumbuh kembang janin selama di dalam
kandungan, dan payudara untuk menyusui anaknya. Artinya semua perempuan
berpotensi menyusui sama dengan potensinya untuk mengandung dan melahirkan.
Sayangnya, tidak semua perempuan bias memahami dan menghayati
kodratnya. Entah karena pengetahuan yang kurang atau persepsi yang keliru tentang
payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi ibu,
payudara tidak selalu dilihat sebagai perangkat untuk menyusui anaknya. Akibatnya
ASI menjadi terbuang percuma, ada tapi tidak dimanfaatkan, dan ibu lebih suka
menukarnya dengan susu formula, padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada
tandingannya.
Menyusui memang alamiah, tapi sekedar memahami menyusui sebagai kodrat
saja belumlah cukup. Perlu pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik manfaat
maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Sebagai hasil dari tugas yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah
keperawatan maternitas dan untuk mengetahui bagaimana proses laktasi secara
keseluruhan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui pengertian laktasi.
b. Untuk mengetahui anatomi payudara dan fisiologi laktasi.
c. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan ASI.
d. Untuk mengetahui persiapan dan teknik menyusui.
e. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam menyusui.
f. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui.
g. Untuk mengetahui cara pemberian ASI dalam kondisi khusus
h. Untuk mengetahui tentang klinik laktasi.
i. Untuk mengetahui tentang konseling pemberian ASI.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN
1. LAKTASI
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah
siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat
menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500
800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi mengisap dan menelan ASI
Lakatasi adalah proses sintesis air susu oleh sel-sel epitel glandula lactifera
dan proses mengalirnya air susu dari sitoplasma ke lumen alveoli, serta
pencurahan air susu dari alveoli ke sisterna.
2. MENYUSUI
Berdasarkan pocket Oxford Dictionary, menyusui di defenisikan sebagai feed
a baby from the breast, atau dengan kata lain, menyusui adalah proses anak
mendapatkan air susu melalui cara menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu.
Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak
hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi
adalah salah satu bagian dari menyusui.
3. MANAJEMEN LAKTASI
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),
sewaktu Ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa
menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H,
2009).
Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005)
Manajemen Laktasi adalah upaya upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).
B. ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI
1. ANATOMI PAYUDARA
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan
fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang
payudara, berat sekitar 200 gram, umumnya yang kiri lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil membesar mencapai 600 gram, pada waktu menyusui bisa
mencapai 800 gram.
unit
memproduksi
terkecil
susu.
yang
Alveolus
terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan
pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, dan
beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari
alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola
Yaitu bagian kehitaman di tengah payudara. Di bawah areola terdapat saluran
yang besar melebar disebut sinus laktiferus, akhirnya semua sinus memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi akan memompa ASI
keluar.
c. Papilla (puting)
Yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dimasukkan ke mulut bayi
untuk aliran susu.
Ada 4 macam bentuk puting yaitu normal/umum, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted). Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap proses laktASI
Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk
refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadi rangsangan saraf yang
diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan
pengeluaran ASI.
Bentuk payudara
2. FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran
ASI. Hormon yang berfungsi untuk produksi ASI adalah hormon prolaktin,
disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya
belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari
kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun
drastis sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu,
terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada Ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan
reflek aliran/oksitosin, timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan oleh
bayi.
a. Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu lepasnya
plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu
tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anestesi,
operasi dan rangsangan puting susu.
b. Reflek aliran (let down reflex) / reflek oksitosin
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus
masuk ke mulut bayi. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi
otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting
menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya
perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadangkadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks
oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan
pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang
ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat
pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu
lepasnya plasenta dari rahim Ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut.
b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara
Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan
protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey : Casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.
e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT)
antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT)
antibodi jaringan payudara Ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora
usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
3. Aspek Psikologik
a. Rasa percaya diri Ibu untuk menyusui
Ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi Ibu dan kasih saying terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
b. Interaksi Ibu dan Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan
Ibu-bayi tersebut.
c. Pengaruh kontak langsung Ibu-bayi
Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti
sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ
point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia
3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan
bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomisf
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
D. PERSIAPAN DAN TEKNIK MENYUSUI
1. Persiapan Psikologis
a. Memberikan dorongan pada ibu dengan meyakinkan bahwa setiap ibu mampu
menyusui bayinya. Menjelaskan pada ibu bahwa melahirkan dan menyusui
adalah proses yang alamiah, hampir smua ibu berhasil menjalaninya, bila
terdapat masalah maka petugas kesehatan akan menolongnya. Ibu tidak perlu
ragu dan cemas.
b. Meyakinkan Ibu akan keuntungan ASI. Ajak Ibu membicarakan susu formula
dalam perbandingannya denga ASI agar ibu bisa melihat keuntungan ASI dan
kekurangan susu formula
c. Membantu ibu mengatasi keraguannya karena pernah bermasalah ketika
menyusui pada pengalaman menyusui yang kurang baik, yang dilami oleh
kerabat atau keluarga lainnnya
d. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain berperan dalam keluarga.
Pesankan pada Ibu harus banyak beristrahat, yang diperlukan untuk
kesehatannya sendiri dan bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas
dalam keluarga.
e. Memberikan kesempatan pada Ibu untuk bertanya setiap ia membutuhkannya.
Petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kesediaannya
untuk membantu Ibu.
2. Pemeriksaan Payudara
Dalam masa kehamilan payudara Ibu harus diperiksa sebagai persiapan menyusui.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila
terdapat kelainan dapat segera diketahui. Pemeriksaan payudara dilaksanakan
pada kunjungan pertama Ibu ketika memeriksa kehamilannya. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
a. Inspeksi
- Payudara
Ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu
di perhatikan bila terdapat kelainan pembesaran masif, gerakan yang tidak
simetris pada perubahan posisi. Permukaan yang tidak rata seperti adanya
elevasi, retraksi atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah
tumor atau kegansan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat
menyebabkan kulit bengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
Perlu di perhatikan adanya warna kulit kemerhan seperti tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
-
Areola
Pada umumnya ukuran dan bentuk akan meluas pada masa puberitas dan
pada masa kehamilan akan bersifat simetris, bila batas areola tidak arata
(tidak melingkar) perlu diperhatikan. Pigmentasi yang meningkat apada
saat kehamilan menyebabkan warna kulit pada areola lebih gelap
b. Palpasi Payudara
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa.
Setuap masa harus digambarkan secara jelas dan ciri-ciri massa yang teraba
harus dievaluASI dengan baik. Pemeriksaan puting susu merupakan hal
penting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui.
3. Pemeriksaan puting susu
a. Periksa bentuk puting susu
b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk
c. Periksa kelenturan dengan menarik puting dan areola secara perlahan
membentuk dot.
- Mudah ditarik
: lentur
- Tertarik sedikit : kurang lentur
- Masuk ke dalam : puting susu terbenam
4. Tehnik Menyusui
Seorang Ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui yang
5. Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, berbaring.
Ada posisi khusus yang bersangkutan dengan situasi tertentu seperti menyusui
bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola dimana kedua bayi
disusui secara bersamaan, di payudara kanan dan kiri. Pada ASI yang memancar
(penuh), bayi di tengkurapkan diatas dada Ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi, dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
Berbagai macam posisi menyusui
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
Setelah bayi menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau di sangga lagi.
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut :
Bayi tampak tenang
Badan bayi menempel pada perut Ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Dagu bayi menempel pada payudara Ibu
Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
perlahan-lahan
Bayi tidur tengkurap di pangkuan Ibu, tepuk punggungnya perlahan-lahan.
Masase dengan Ibu jari disekitar areola payudara bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah areola payudara ditekan ke arah
dada
Daerah areola payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
memijat atau menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri atau
lecet
Ulangi tindakan (tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas). Pada awalnya, ASI
mencegah bakteri.
Sebagian besar pompa dirancang untuk perempuan yang memiliki puting
kecil, sehingga kondisi ini terkadang menyebabkan puting susu
membengkak. Karenanya pemilihan ukuran yang tepat sangat penting.
Untuk
mengurangi
pembengkakan,
bisa
dilakukan
dengan
cara
Letakkan ASI di dalam botol atau plastik khusus ASI dan ditutup rapat
sehingga terjaga kebersihannya. Jangan lupa menuliskan tanggal pada
botol atau kantong sebelum di masukkan dalam lemari es atau freezer,
9. Penyimpanan ASI
a. Di udara terbuka
b. Di lemari es (4C)
c. Di freezer/beku (-18C)
: 6-8 jam
: 24 jam
: 6 bulan
Bentuk anatomis dari papila atau puting susu yang tidak menguntungkan juga
mempengaruhi proses menyusui. Meskipun pada masa antenatal telah
dilakukan perawatan payudara dengan teknik Hoffman, yaitu dengan menariknarik puting ataupun penggunaan breast shield dan breast shell.
Hal yang paling efisien dilakukan adalah isapan langsung yang kuat oleh bayi.
Oleh karena itu, segera setelah bayi lahir lakukan :
- Biarkan bayi menyusu sedini mungkin dan lakukan kontak skin-to-skin.
- Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
- Apabila puting benar-benar tidak muncul, lakukan penarikan dengan
-
jari.
Bila ASI penuh, lakukan pemerasan dan berikan dengan sendok, cangkir
ataupun teteskan langsung ke mulut bayi.
sakit.
Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-
2x24 jam.
Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
b. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara
bengkak. Pada payudara penuh terjadi kondisi rasa berat pada payudara, panas
dan keras. Bila diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara
bengkak ditemukan kondisi sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, dan bila diperiksa, ASI tidak keluar, serta bisa timbul demam setelah
24 jam. Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusui
dini, perlekatan kurang baik, kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga
ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan menyusui
dini, perlekatan yang baik, menyusui on demand atau bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Yang dapat dilakukan :
- Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit
- Ibu harus rileks
- Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
- Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah
-
tengah)
Stimulasi payudara dan putting
Kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi pembengkakan
Pakailah BH yang sesuai
Bila terlalu sakit dapat diberikan obat anti-nyeri (analgetik) sesuai
petunjuk dokter.
yang
berlanjut.
Keadaan
ini
disebabkan
kurangnya
ASI
Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam dengan cairan urin
pekat, bau menyengat dan warna kuning.
Faktor tehnik menyusui : keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara
Faktor kondisi bayi : misalnya bayi sakit, adanya abnormalitas dan lainlain.
0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan
ASI saja (exlusive breastfeeding period), Ibu membutuhkan tambahan kalori
sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun
kedua 400 kkal/hari.
Jumlah cairan yang dibutuhkan Ibu menyusui dianjurkan minum 8 12 gelas
perhari.
2. Istirahat
Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan
pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi
3. Obat obatan
Pemakaian obat obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian,
apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi.
Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang
mengandung hormon estrogen.
4. Posisi Ibu-bayi yang benar saat menyusui
Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul
pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bati
membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI
pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap
lengan bayi berada pada satu garis lurus
5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi
Bayi usia 0 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila
tercapai keadaan sebagai berikut :
a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu
b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan
normal
c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus)
e. Payudara Ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6. Diluar waktu menyusui
Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan
sendok bila Ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7. Ibu bekerja
Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan
bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja
kembali.
8. Pemberian makanan pendamping ASI
Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 6 bulan. BIla
Ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja,
sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9. Penyapihan
Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan
meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 3 bulan.
10. Klinik laktasi
Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat
meyakinkan setiap Ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi
untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik
laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan
yang terdekat.
11. Kelompok pendukung ASI
Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat, yang
dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar
berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
tersebut. Melalui kelompok ini, Ibu-Ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan
mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di
bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar
menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung
petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat.
Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran
proses menyusui secara keseluruhan.
Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang
merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak.Untuk mencapai
keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat
para
Ibu
sebagai
pelopor
peningkatan
kualitas
sumberdaya
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008, Asuhan Kebidanan Nifas,Yogyakarta : Mitra Cendikia
Program Manajemen Laktasi, 2009, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia
http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktASI/