Nama
NPM
: 1643057093
I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengeahui cara pembuatan larutan standar desinfektan.
2. Untuk mengatahui apakah desinfektan yang digunakan mampu membunuh bakteri.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja pengujian koefisien fenol.
4. Untuk mengetahui daya bunuh desinfektan terhadap bakteri .
5. Untuk membandingkan daya bunuh desinfektan dengan daya bunuh fenol baku.
II.
Dasar Teori
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas
yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi
baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh
yang paling berkompoten adalah antimikroba. Anti mikroba adalah
senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme
hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut
bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida
(Gobel, 2008).
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi dengan sifat bakterisid, terutama pada benda mati. Proses desinfeksi dapat
menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi
baik di rumah tangga, laboratorium, dan rumah sakit. Kriteria suatu desinfektan yang ideal
adalah bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar,
berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan
kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat
biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak
meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan untuk
membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi zat
antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar (Pratiwi, 2008).
Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam benzoat. Benzoil
peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan sebagai antiseptik dan keratolitik untuk
pengobatan jerawat.
Karbanid peroksida disebut juga urea peroksida, mengandung hidrogen peroksida
(34%) dan oksigen (16%). Larutan karbamid peroksida dalam air secara perlahan-lahan
melepaskan hidrogen peroksida, dan digunakan untuk antiseptik pada telinga dan pada
luka.
4. Turunan fenol
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan fenol diketahui
memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid namun tidak bersifat sporisid.
Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung molekul
fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur kimia tersebut bertujuan
untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakteri.
Senyawa fenolik seringkali digunakan dalam campuran sabun dan deterjen. Aktivitas
antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya merusak lipid pada membran
plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi sel keluar. Peningkatan sifat lipofil
turunan fenol akan meningkatkan aktivitas desinfektannya. Salah satu senyawa fenolik
yang paling sering digunakan adalah kresol.
Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian desinfektan karena
memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak dinding sel dan membran
sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak sulfohidril dari protein, dan
merusak DNA sehingga efektif membunuh bakteri.
5. Turunan ammonium kuartener
Turunan amonium kuartener seperti benzalkonium klorida, benzetonium
klorida, setrimid, dequalinium klorida, dan domifen bromida. Turunan ini mempunyai
efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif,
jamur, dan protozoa. Tetapi, turunan ini tidak aktif terhadap bakteri pembentuk spora,
seperti Mycobacterim tuberculosis dan virus. Keuntungan penggunaan turunan
amonium kuartener sebagai desinfektan antara lain adalah toksisitasnya rendah,
kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna, dan tidak
menimbulkan korosi pada alat logam. Kerugiannya adalah senyawa ini tidak efektif
dengan adanya sabun dan surfaktan anionik dan non ionik, ion Ca dan Mg, serum
darah, makanan, dan senyawa kompleks organic.
6. Turunan halogen dan halogenofor
Turunan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan
iodium, iodofor, dan povidon iodium. Kompleksklorin dengan senyawa organik disebut
klorofor, sedangkan kompleks iodin dengan senyawa organik disebut iodofor. Halogen
dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Klorin dan klorofor
terutama digunakan untuk mendesinfeksi air, seperti air minum dan air kolam renang.
Contohnya, klorin dioksida, natrium hipoklorit, kalsium hipoklorit, dan triklosan.
Sedang iodin dan iodofor digunakan untuk antiseptik kulit sebelum pembedahan dan
antiseptik luka. Turunan ini umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi
1 - 5% dan mampu mengoksidasi dalam rentang waktu 10 - 30 menit. Contohnya,
povidon iodium.
III.
Alat
Ukuran
Jumlah
.
1
Tabung reaksi
Besar
10
Tabung reaksi
Standar
24
Pipet Volume
Masing-masing 2
Erlenmeyer
Standar
Ose
Standar
Inkubator
Standar
B. Bahan
No
.
Bahan
Wujud
Konsentrasi
Jumlah
IV.
Fenol Murni
Padat
1 gram
Aquadest Steril
Cair
Desinfektan (Betadine)
Cair
Semi Padat
5
Media TSB
Cair
Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji desinfektan secara kuantitatif, dengan tujuan untuk
membandingkan keefektifitasan suatu desinfektan dengan keefektifitasan fenol dalam
membunuh bakteri. Dalam metode ini, mikroorganisme uji dimasukkan dalam larutan fenol
murni dan larutan desinfektan yang akan di evaluasi pada berbagai tingkat pengenceran.
Koefisien fenol dinyatakan sebagai suatu bilangan dan ditentukan dengan cara membagi
pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit
tetapi tidak mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi dari desinfektan
uji yang mematikan mikroorganisme dalam sepuluh menit tetapi tidak dalam lima menit.
Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa desinfektan tersebut kurang efektif
dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya desinfektan
tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan betadine, dengan bakteri uji
Salmonella thypii. Adapun langkah-langkah dalam praktikum yaitu terlebih dahulu membuat
larutan fenol dengan menimbang fenol sebanyak 1 gram selanjutnya dilarutkan dalam 19,9
ml aquadest steril. Fenol dilarutkan hingga terlarut dan terbentuk larutan yang homogen.
Larutan desinfektan diencerkan dengan cara dipipet sebanyak 1ml dan dilarutkan dalam 9ml
aquadest steril. Pipet berulang-ulang campuran desinfektan dan aquadest steril hingga
terbentuk larutan yang homogen.
Larutan fenol dan desinfektan yang sudah dibuat kemudian diencerkan. Fenol diencerkan
dengan perbandingan 1:60, 1:80, 1:100 dan 1:110, sedangan untuk desinfektan diencerkan
dengan perbandingan 1:40, 1:60, 1:80 dan 1:100. Pengenceran dibuat pada tabung reaksi
steril dengan teknik aseptis. Pada masing-masing seri pengenceran fenol dan desinfektan
dimasukan suspensi bakteri sebanyak 1 ml. Setiap seri pengenceran fenol dan desinfektan
yang sudah mengandung bakteri dipindahkan ke media TSB menggunakan ose dengan lama
kontak bakteri dengan desinfektan yaitu 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Adapun tehnik
dalam pemindahan nya yaitu untuk tingkat pengenceran dipindahkan dalam jarak waktu
menit ke media TSB. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 oC selama 1 - 2 hari dan dilihat
kekeruhan pada media yang menandakan adanya aktifitas mikroorganisme. Setelah itu
dibuat table hasil pengamatan dan dihitung koefisien fenolnya. Adapun hasil yang kami
peroleh setelah inkubasi yaitu :
Terlihat adanya kekeruhan serta terbentuk buih pada beberapa media yang
menunjukan adanya aktifitas mikroorganisme pada media tersebut. Hasil pengamatan
kemudian dimasukan ke dalam tabel dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel hasil pengamatan fenol
Perlakuan Secara Kimia
Menit ke- 5
(Fenol)
1:60
+
1:80
+
1:100
+
1:110
+
Menit ke- 10
+
+
+
Menit Ke- 15
+
+
+
+
Menit Ke- 15
+
+
+
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dihitung koefisien fenol. Nilai fenol dan
desinfektan yang dipilih yaitu pada pengenceran tertinggi tetapi masih mampu membunuh
bakteri dengan cepat. Pada tabel di atas pengenceran tertinggi yang masih efektif
membunuh bakteri yaitu pengenceran fenol pada perbandingan 1:100 dan desinfektan pada
perbandingan 1:100. Dengan demikian fenol dan desinfektan pada pengenceran 1 bagian
fenol atau desinfektan dalam 100 bagian air masih efektif membunuh bakteri. Koefisien
fenol dapat dihitung dengan membandingkan nilai fenol dengan desinfektan. Berdasarkan
hasil perhitungan perbandingan keefektifan suatu desinfektan dengan fenol, maka koefisien
fenol desinfektan yang didapatkan pada praktikum ini adalah 1. Nilai koefisien fenol 1
menunjukan bahwa desinfektan yang digunakan memiliki efektifitas yang sama dengan
fenol dalam membunuh bakteri. Dengan demikian, desinfektan yang digunakan dapat
dikatakan baik karena memiliki efektifitas yang sama dengan fenol serta bernilai ekonomis
karena mampu membunuh bakteri dalam konsentrasi rendah.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Koefisien fenol diperoleh dengan membandingan keefektifan suatu desinfektan
dengan fenol, koefisien fenol desinfektan pada praktikum ini didapatkan adalah 1.
2. Desinfektan ini dapat dikatakan baik karena memiliki kemampuan yang sama dengan
fenol dalam membunuh bakteri.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Gobel, Risco, B dkk. 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Siswandono, dan Bambang Soekarjo. 1995. Kimia Medisinal Edisi I. Surabaya: Airlangga
university Press.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
Nilai
TTD Dosen
TTD. Praktikan
Riong Seulina
Deny febriyanto