Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada
ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet,
payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi
puting, atau bayi enggan menyusu (Bahiyatun, 2008).
Beberapa ibu postpartum tidak langsung mengeluarkan ASI setelah melahirkan
karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam macam hormon yang berpengaruh terhadap
pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi
juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau
menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan
untuk memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2007).
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI,
2007), di usia lebih dari 25 tahun, sepertiga wanita di dunia (38%) tidak menyusui
bayinya karena terjadi pembengkakan payudara. Di Indonesia, angka cakupan ASI
eksklusif mencapai 32,3%. SDKI (2008-2009) menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui
mengalami mastitis dan putting susu lecet.
Hasil survei awal dari 5 orang ibu menyusui di Dinoyo Tangsi 3, didapatkan
hasil 2 ibu menyusui tidak mengalami masalah-masalah pada payudaranya selama masa
menyusui, sedangkan 3 ibu lainnya mengalami masalah-masalah pada payudara mereka
yaitu seperti nyeri payudara, payudara yang membengkak, dan produksi air susu yang
kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnnya pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara dan puting susu selama hamil dan menyusui.
Ibu-ibu hamil tidak akan mengalami kesulitan dalam pemberian ASI bila sejak
awal telah mengetahui bagaimana perawatan payudara ( breast care ) yang tepat dan
benar. Apabila selama kehamilan ibu tidak melakukan perawatan payudara dan perawatan
tersebut hanya dilakukan pasca persalinan, maka akan menimbulkan beberapa
permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa hari kemudian,
puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI sedikit, dan tidak
cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak, bernanah, dan muncul
benjolan di payudara. Dan akibatnya bayi pun tidak mau menyusu atau minum ASI
ibunya, padahal pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain itu juga bermanfaat bagi ibu. ASI
mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi
bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih

merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Jika bayi tidak mau minum asi, maka kebutuhan gizi bayi tidak akan
terpenuhi secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Saryono dan Pramitasari,
2009).
Menurut World Health Organization (WHO, 2013) menyusui adalah sumber
terbaik dari makanan untuk bayi dan anak-anak dan salah satu cara yang paling efektif
untuk menjamin kesehatan anak dan kelangsungan hidup. Bayi juga mungkin kurang
rentan terhadap diabetes dan tampil lebih baik dalam tes kecerdasan, tetapi secara global
diperkirakan hanya 38 % bayi yang diberikan ASI eksklusif selama enam bulan (WHO
2013). Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh
menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional
yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang
lebih baik (Roesli, 2000).
Kondisi payudara biasanya akan berubah-ubah setelah tiga hari pasca
melahirkan. Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI. Pemeriksaan ini juga bisa merangsang produksi
ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui. Perawatan payudara ini memiliki
beberapa manfaat yaitu menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu,
melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu,
merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar, dapat
mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya serta mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui (Saryono dan
Pramitasari, 2009).
Tujuan perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara
dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutupi kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan
ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak
dilakukan minimal satu kali dalam sehari dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya. Sebaiknya hidari melakukan masase
payudara dan puting susu sebelum kehamilan memasuki usia 36 minggu untuk mencegah
terjadinya kontraksi uterus akibat sekresi hormon oksitosin (Maritala, 2012).
Menurut penelitian Retnowati dan Mahmudah (2011), pada 18 responden
didapatkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara berdasarkan
cara perawatan sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebanyak 13 responden

(72,22%). Berarti responden kurang tahu tentang perawatan payudara. Pelaksanaan


perawatan payudara hendaknya dimulai sejak awal, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan
(Prisilia, 2011).
Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya adalah memberikan
pengarahan tentang perawatan payudara kepada ibu hamil sedini mungkin, melakukan
Health Education melalui penyuluhan-penyuluhan pada ibu hamil yang disertai
demonstrasi cara perawatan payudara sebelum dan setelah melahirkan dengan benar, serta
peragaan tentang perawatan payudara pada saat kontrol kehamilan dan kunjungan masa
nifas, dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang merupakan informasi keterpaduan menalar ilmiah dan
sistematis. Selain itu juga bisa melalui leaflet, alat peraga, poster- poster dan promosi
melalui radio dan media lainnya. Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam
perawatan payudara secara baik dan benar sebagai upaya preventif terhadap masalah
menyusui sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. (Saryono dan Pramitasari, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Dengan diadakannya penyuluhan ini, diharapkan ibu hamil dapat mengetahui apa yang
dimaksud Imunisasi dan mengetahui pentingnya perawatan payudara dan bagaimana
1.2.2

cara melakukan perawatan payudara


Tujuan khusus
1) Ibu mampu memahami pengertian perawatan payudara
2) Ibu mampu memahami tujuan dilakukan dan manfaat perawatan payudara
3) Ibu mampu memahami akibat bila tidak dilakukannya perawatan payudara
4) Ibu mampu memahami waktu untuk melakukan perawatan payudara
5) Ibu mampu memahami langkah-langkah perawatan payudara

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawatn payudara terutama
pada masa nifas (masa menyusu) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI (Sitti Saleha,
2009).
Perawatan payudara sering disebut Breast Care bertujuan untuk memelihara
kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga

terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya.Perawatan payudara dilakukan dengan cara


pengurutan (Anggraini Y,2010).
Payudara adalah tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor yang meluas sampai
ke ketiak, Payudara tersebut juga alat reproduksi tambahan.
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak
keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila bayinya meninggal,
laktasi harus dihentikan dengan cara :
1.Pembalutan payudara sampai tertekan.
2.Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet linoral dan parlodel
dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya
2.2 Tujuan dilakukannya perawatan Payudara
Menurut Saryono dan Pramitasari Roischa (2009), tujuan perawatan payudara pasca
persalinan antara lain :
1.
2.

Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi


Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu

3.
4.
5.

melalui pemijatan
Mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara
Melenturkan dan menguatkan puting.
Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk

6.

mengatasinya.
Persiapan psikis ibu menyusui.

2.4 Manfaat perawatan payudara


1.
Mencegah pembengkakan payudara
2.
Merangsang dan memperlancar ASI
2.5

Akibat tidak dilakukan Perawatan Payudara :


1.
2.
3.
4.

2.6

Puting tidak bersih.


ASI menjadi kurang Hygienis (bersih).
Produksi ASI mungkin sedikit.
Puting tetap masuk ke dalam. (Sulistyawati, 2009).

Waktu melakukan perawatan payudara


Perawatan kebersihan payudara dilakukan sedini mungkin selama kehamilan,
sedangkan untuk massage dimulai pada saat kehamilan mencapai usia 37 minggu, hal ini
bertujuan supaya uterus tidak berkontaksi secara berlebihan akibat rangsangan dari

massage di payudara. Perawatan payudara ini sebaiknya dilakukan ibu 2 kali sehari
sebelum mandi dan dilakukan selama 10-15 menit.
2.7 Persiapan yang diperlukan untuk perawatan payudara
2.7.1 Persiapan Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.7.2

Handuk besar 2 buah


2 kom besar 2 buah
Washlap 2 buah
Baby Oil atau Minyak kelapa
Kapas Secukupnya
Bengkok
Air hangat dan air dingin
BH yang bersih

Persiapan Ibu
1. Cuci tangan (7 langkah)
2. Klien duduk,pakaian atas/ BH dilepas

2.8 Cara Kerja Perawatan Payudara pada ibu nifas :


2.8.1 Langkah Pertama :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mempersiapkan alat-alat perawatan payudara ibu nifas


Mencuci tangan dengan 7 langkah
Memasang handuk di punggung atas dan dibawah payudara ibu
Mengolesi kedua tangan dengan baby oil
Mengambil kapas yang sudah di basahi dengan baby oil
Kedua puting susu ditutup menggunakan kapas yang telah di basahi baby oil selama 5-

10 menit
7. Membersihkan puting susu dari arah dalam keluar dengan gerakan searah jarum jam
2.8.2 Jika puting susu masuk ke dalam, cara perawatannya :
1) Letakkan kedua jari di atas dan di bawah puting
2) Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua jari keatas dan kebawah
sebanyak 20 kali.
3) Melakukan pilinan pada puting susu ibu
4) Lakukan secara teratur sehingga puting susu menonjol.
2.8.3

Langkah Kedua

1. Melakukan perawatan payudara menggunakan kedua telapak tangan diletakkan di atas


dada tepatnya di tengah payudara dengan posisi menghadap ke bawah kemudian
ditarik ke atas lalu memutar ke samping ke bawah dengan memantulkan payudara ke

atas agar mengencerkan gumpalan ASI sebanyak 15-20 kali atau hingga senyamannya
ibu.

2. Tangan kiri menyangga payudara kanan, tangan kanan membuat gerakan seperti
menyisir dari pangkal payudara ke arah puting dengan menggunakan bagian ulnar
pada telapak tangan sebanyak 15-20 kali atau hingga senyamannya ibu.

3. Tangan kanan menyangga payudara kiri, tangan membuat gerakan seeperti menyisir
dari pangkal payudara ke arah puting dengan menggunakan ulnar pada telapak tangan
sebanyak 15-20 kali atau hingga senyamannya ibu.

2.8.4

Langkah Ketiga
1. Jika terdapat bagian keras pada payudara melakukan gerakan menyisir dengan
menggunakan kepalan tangan bagian jari dari pangkal payudara ke arah puting pada
payudara kanan sebanyak 15-20 kali atau hingga senyamannya ibu.
2. Melakukan gerakan menyisir dengan menggunakan kepalan tangan bagian jari dari
pangkal payudara ke arah puting pada payudara sebelah kiri.
3. Mengompres payudara ibu dengan kain washlap yang sudah dibasahi dengan air
hangat dengan gerakan memutar dari arah tengah ditarik ke atas kemudian
kesamping lalu kebawah sampai kurang lebih 10 kali selang seling dengan washlap
yang telah dicelupkan ke air biasa. Atau jika ibu berada di kamar mandi maka dapat
dilakukan pengguyuran menggunakan air.

Daftar Pustaka
Farrer, Helen.1999.Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Hamilton, Persis Marry.1995.Dasar-dasar Keperawatan Maternitas.
Jakarta :EGC.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Sulistiyawati, Ari. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : ANDIYogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai