Laporan LBM 5 SGD 1
Laporan LBM 5 SGD 1
LBM 5 BLOK 22
Kegawatdaruratan Medik
Nama Kelompok :
Ahmad Fahmi Fahrobi (31101300333)
Asri Rossnita Dewi (31101300342)
Atiya Zulfa (31101300343)
Farisa Meilina Hardani (31101300351)
Junizaf Iqbal Ashar (31101300356)
Merita Indah Setiarini (31101300361)
Nurul Novita Suhartono (31101300373)
Santy Febryaningsih (31101300385)
Sofiyana Farida (31101300388)
Kardinah Puspita (31101300389)
Tri Anggasari (31101300394)
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
SKENARIO................................................................................................................................4
BAB I..........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................5
B. Tujuan Masalah................................................................................................................5
C. Rumusan Masalah............................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................24
KONSEP MAPPING................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25
SKENARIO
Judul: Gigiku ada yang terlepas setelah kecelakaan
Demi mengikuti tren, Andi ikut teman temannya berlatih parkour. Pada saat dia
salto, dia terjatuh dengan wajah membentur ke lantai. Setelah itu teman temannya segera
membawa Andi ke klinik dengan keadaan bibir yang berdarah dan ada gigi depan yang
terlepas.
Dokter Budi yang bertugas jaga segara melakukan serangkaian pemeriksaan pada
Andi. Setelah diperiksa oleh dokter, didapatkan adanya laserasi pada bibir atas dan bawah
serta hemorrage pada gingiva anterior rahang atas. Tidak didapatkan adanya gejala cidera
otak maupun fraktur rahang pada Andi. Pada pemeriksaan intra oral, didapatkan gigi 11 dan
21 avulsi, fraktur ellis kelas 4 pada 12 dan 22, 13 intrusi, serta gigi 41 dan 42 mengalami
subluksasi. Dokter Budi menanyakan keberadaan gigi 11 dan 21 yang terlepas, ternyata gigi
tersebut dibawa oleh teman Andi dengan dibungkus tissue.
Andi ingin agar seluruh giginya dapat ditangani, serta gigi yang terlepas dapat
dipasang kembali.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur dentoalveolar didefinisikan sebagai fraktur yang meliputi avulsi,
subluksasi, atau fraktur gigi yang berkaitan dengan fraktur tulang alveolar. Fraktur
dentoalveolar dapat terjadi tanpa atau disertai dengan fraktur bagian tubuh lainnya,
biasanya terjadi akibat kecelakaan ringan seperti jatuh, benturan saat bermain,
berolahraga atau iatrogenik.
Menurut Tiwana, epidemiologi fraktur dentoalveolar serupa dengan epidemiologi
fraktur maksilofasial. Puncak insidensi terjadi pada anak usia 2 - 3 tahun, sebagai
akibat sekunder perkembangan koordinasi neuromuskular. Pada gigi tetap, puncak
insidensi terjadi pada anak usia 10 tahun saat dimulainya aktivitas atletik. Etiologi
yang paling sering dilaporkan adalah akibat jatuh dan kecelakaan olahraga. Seiring
pertambahan usia, etiologi paling banyak adalah kecelakaan lalu lintas dan
perkelahian.
Klasifikasi fraktur dentoalveolar menurut WHO tahun 1995 terdiri atas empat
tipe rudapaksa yaitu (1) tipe 1 yang menyangkut jaringan keras gigi dan pulpa; (2)
tipe 2 yang mengenai jaringan keras gigi, pulpa, dan tulang alveolar, (3) tipe 3 fraktur
pada jaringan periodontal, seperti luksasi dan avulsi gigi (4) tipe 4 pada jaringan
lunak, seperti abrasi dan laserasi gingiva atau mukosa.
B. Tujuan Masalah
Untuk emengetahui penanganan dari fraktur dentoalveolar, klasifikasi dari fraktur
dentoalveolar
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi dari fraktur dentoalveolar serta gambar?
2. Bagaimana mekanisme yang menyebabkan keadaan gigi di skenario?
3. Apakah tindakan emergensi yang dapat dilakukan pada soket gigi 11 dan 21 pada
gigi yang avulsi?
4. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum replantasi?
5. Apa yang terjadi pada gigi yang mengalami avulsi dan kenapa harus segera
direplantasi?
6. Batas usia untuk replantasi pada gigi?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gigi yang avulsi, fraktur ellis, intrusi, dan
subluksasi?
8. Bagaimana prognosa dari gigi 11 dan 21, 12 dan 22, 13, 41 dan 42?
9. Diagnosa pada kasus di sknario?
10. Apakah intrusi boleh dibiarkan saja?
11. Ciri ciri fraktur dentoalveolar?
12. Struktur apa saja yang terlibat dalam kasus diskenario?
13. Prognosa lebih bagus disimpan di air liur, susu atau salin?
BAB 2
PEMBAHASAN
C. Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO) dan modifikasi oleh Andreasen.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 1978 memakai
klasifikasi dengan nomor kode yang sesuai dengan Klasifikasi Penyakit Internasional
(International Classification of Diseases), sebagai berikut:
a. 873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur
tidak menyeluruh atau retak pada email.
b. 873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.
c. 873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang mengenai
email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.
d. 873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa.
Juga disebut fraktur akar horizontal.
e. 873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan sementum
akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.
f. 873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi, luksasi
lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.
g. 873.67: Intrusi atau ekstrusi.
h. 873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.
i. 873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak.
f. Avulsi (hilang atau ekstrartikulasi) (N 503.22) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar dari
soket.
Abrasi; luka yang disebabkan karena adanya gesekan yang biasanya ada lecet
Tindakan emergensi yang dapat dilakukan pada soket gigi 11 dan 21 pada gigi yang avulsi
yaitu
a. Tindakan darudat di tempat kejadian: maksimal 15-20 menit dikembalikan ke
soketnya. Bila melebihi batas segera simpan di air liur, susu, saline, dijaga
kelembaban nya, jangan dipegang langsung gigi nya.
b. Tindakan di tempat praktek: diagnosis, pemeriksaan sokter dan tulang alveolarnya
c. Perawatan endodontik, diberikan antibiotik
d. Tidak boleh kuretase soketnya
e. Tidak boleh mengeringkan soket karena masih bisa menempel sebelum terhidrasi
soket nya.
f. Irigasi sokter dengan saline
g. Replantasi
Pemeriksaan yang dilakukan sebelum replantasi?
Anamesis
Pemeriksaan neurologic: muntah, pingsan, perutnya sakit
Pemeriksaan EO : laserasi, fraktur
Pemeriksaan IO: kondisi gigi, perkusi, warna gigi, tes vitalitas pulpa, dilihat
soketnya apakah ada fraktur
Pemeriksaan mandibula dan maksila: ad step defect, discontinuitas, floating jaw,
false movement, ketidak seimbangan mandibula
Pemeriksaan gigi: permanen atau decidui, oklusinya dari trauma, premature contact
Tes vitalitas untuk gigi yang avulsi maupun gigi tetangga: mekanik, suhu
( gutap, CE), listrik (EPT)
Pemeriksaan penunjang: rontgen, panoramic, oklusal maksila anterior, oklusal
mandibula anterior
Yang terjadi pada gigi yang mengalami avulsi dan kenapa harus segera direplantasi?
Karena gigi memiliki golden period selama 3 menit > harus segera direplantasi
> agar tidak terjadi nonvital pada gigi
Bila lebih dari 30 menit > ankilosis, estetik, oklusi tidak pas, resorbsi
Foramen apikal yang masih tebuka, resiko penyembuhan lebih sedikit sekitar
60%. Foramen apikal yang sudah menutup, kemungkinan penyembuhan lebih
besar sekitar 80%
Gigi saat masa bercampur penyembuhan lebih besar
Penatalaksanaan dari gigi yang avulsi, fraktur ellis, intrusi, dan subluksasi?
Avulsi : replantasi
1. Anastesi lokal
2. Irigasi gigi avulsi dengan saline, preparasi dinding soket, preparasi
permukaan akar
3. Posisikan kembali gigi avulsi ke dalam soket dengan menekan
menggunakan jari secara perlahan
4. Foto rontgen untuk mengetahui posisi gigi sudah benar atau tidak
5. Stabilisasi gigi dengan splinting, jangan terlalu dekat gingiva agar tidak
terjadi ankilosis
6. Antibiotik dan analgesik
7. Kumur klorheksidine, 2 kali sehari selama seminggu
8. Lepas splinting stelah 2 minggu
Untuk gigi decidui tidak perlu direplantasi
prognosa dari gigi 11 dan 21, 12 dan 22, 13, 41 dan 42?
11 dan 21 : buruk
12 dan 22 : baik
13 : paling buruk bisa masuk ke dalam sinus
41 dan 42 : baik
11 dan 21 :avulsi
12 dan 22: fraktue ellis kelas 4
13 :intrusi
41 dan 42 : subluksasi
Periodontal mengalami laserasi disertai hemorrage
Jaringan periodontal
Sementum
Ligamen periodontal
Soket
Tulang alveolar
Gingiva
Sinus maksila
Splinting harus dilepas selama 2 minggu karena perlekatan ligamen
periodontal sekitar 2 minggu, sedangkan pembentukan tulang sekitar 4 minggu
HBSS (Hanks Balance Salt Solution) lebih baik, mengandung larutan garam,
non toksik, biokompatibel dengan ligamen periodontal, pH seimbang, mudah
ditemukan di apotek terdekat
Air kelapa lebih mudah diterima oleh tubuh, mengandung protein, mineral,
asam amino, dapat menjaga ligamen periodontal lebih baik
Susu lebih mudah ditemukan, yg bersifat isotonik, ph lebih bagus, ada nutrisi
yg dapat menyalurkan ke gigi, memiliki osmobilitas, bebas dari bahan toksik,
dapat menjaga kelangsungan hidup mikroba, edia penyimpanan selama 6 jam
Larutan salin memiliki osmolaritas yang kompatibel dengan sel ligamen
periodontal untuk media penyimpanan selama 2 jam
Air liur pasien, disimpan di dalam vestibulum, meningkatkan kontaminasi
bakteri, media penyimpanan sangat singkat
BAB III
KONSEP MAPING
Pemeriksaan
subjektiv dan
objektiv
FRAKTUR
DENTOALVEOLAR
11 DAN 21 AVULSI
Replantasi dan
splinting
13 intrusi
orthodontic
41 dan 42
subluksasi
splinting
12 dan 22
fraktur ellis klas
4
Pulpektom
i non vital
DAFTAR PUSTAKA
Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktek. Alih bahasa, Rafiah abiyono. Editor,
Winiati
Sidharta, Bambang Nursasongko. Editor, Narlan Sumawinata. Ed 2. Jakarta: EGC, 1997.
Banks P, Brown A. Fractures of the facial skeleton. Wright; 2001.p.40-2,72-9
Killey HC. Fractures of the middle third of the facial skeleton, 3rd ed. Bristol: John
Paulo
Ellis E. Soft tissue and dentoalveolar injuries. Dalam: Peterson LJ, Ellis E, Hupp J,
Tucker M. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th eds. St.Lauis. Mosby Inc.
2003.
Andersson L, Kahnberg K-E, Pogrel MA (2010) Oral & Maxillofacial Surgery. (4 th edn),
Traumatol 2006;22(2):99-111.
Nyman S, Houston F, Sarhed G, Lidhe J, Karring T. Healing following reimplantation of
teeth subjected to root planing and citric acid treatment. J Clin Periodontol
1985;12(4):294-305.