Anda di halaman 1dari 13

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla

Tanggal Praktikum22 November2016


Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING, IKAN,


SUSU DAN TELUR
PEMBUATAN DAGING ASAP
Adia Putra Perdana (240210130052)
Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Padjadjaran,
Jatinangor
ABSTRAK
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
gizi. Daging juga mempunyai kelemahan yaitu mudah rusak, karena merupakan
medium yang cocok untuk berkembangnya mikroorganisme. Untuk
memperpanjang umur simpan, daging dibuat menjadi daging asap. Praktikum kali
ini bertujuan untuk membandingkan daging asap ayam dan daging asap sapi.
Bahan yang digunakan adalah daging ayam dan daging sapi. Metode yang
dilakukan yaitu dengan membuat larutan curing, sortasi daging dari lemaknya,
direndam selama 24 jam dilarutan curing, diangkat, direndam dengan air dingin
selama 1 jam, tiriskan, perendaman selama 10 menit, tiriskan, pemanggangan
suhu 162,80C selama 30 menit, pendinginan 15 menit samapi suhu 400C. Amati
warna, aroma, tekstur dan rasanya. Hasil dari praktikum kali ini yaitu
menghasilkan warna kuning kecoklatan sampai coklat, aroma daging asap, tekstur
agak keras dan rasa asin khas daging asap. Hal ini sudah sesuai dengan daging
asap yang diinginkan.
Kata kunci: Analisis Organoleptik, Daging Asap, Metode Daging Asap
ABSTRACT
Meat is an important food to meet nutritional needs. Meat
also weaknesses that is easily broken , because it is medium
suitable for the microorganisms. To extend the life of save, meat
made into of smoke meat. Lab work this time aims to compare of
smoke chicken and smoke beef. Material used is of chicken meat
and beef. Method is by making solution curing, sorting of meat
from fat, steeped for 24 hours in solution curing, appointed ,
soaked with cold water for an hour, drain, soaking for 10
minutes, drain again, roasting temperature 162,80C for 30
minutes, cooling 15 minutes through temperature 40 0C. Observe
color, flavour , texture and taste. The results of the lab this time
is produce a brownish yellow to brown of color, flavour of the
smoke meat, the texture a bit hard and distinctive salty taste of
smoke meat. This is in accordance with smoke meat desired.
Keywords: Method of Smoke Meat, Organoleptic Analysis, Smoke
Meat

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

PENDAHULUAN
Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam
memenuhi kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada
daging terdapat pula kandungan asam amino esensial yang
lengkap dan seimbang. Daging juga mempunyai kelemahan yaitu
mudah rusak, karena merupakan medium yang cocok untuk
berkembangnya mikroorganisme. Ada banyak cara yang dapat dilakukan
untuk memperpanjang masa simpan daging ayam broiller, seperti pengolahan dan
pengawetan daging. Hal ini bertujuan selain untuk memperpanjang masa simpan,
juga untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen, serta
dapat mempertahankan nilai gizinya. Beberapa bentuk hasil pengolahan daging
diantaranya ialah sosis, kornet, dendeng, pindang, abon, bakso, nugget dll,
sedangkan beberapa cara pengawetan yang sering dilakukan ialah dengan cara
pembekuan, pelayuan, pengeringan, pengasinan, pengasapan dan pengalengan.
Daging asap adalah irisan daging yang diawetkan dengan
panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras
yang banyak menghasilkan asap dan lambat terbakar. Asap
mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-masing
bersifat

bakterisida

(membunuh

bakteri).

Kombinasi

kedua

senyawa tersebut juga bersifat fungisida (membunuh kapang).


Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan
daging. Panas pembakaran juga membunuh mikroba, dan
menurunkan kadar air daging. Pada kadar air rendah daging lebih
sulit dirusak oleh mikroba (Hakim, 2009).
Sewaktu pengasapan berlangsung, makanan harus dijaga agar seluruh
bagian makanan terkena asap. Waktu pengasapan bergantung ukuran potongan
daging. Api perlu dijaga agar tidak boleh terlalu besar. Bila suhu tempat

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

pengasapan terlalu panas, asap tidak dapat masuk ke dalam makanan. Sewaktu
pengasapan dimulai, api yang dipakai tidak boleh terlalu besar (Farlys, 2011).
Produk-produk makanan yang diasap dapat awet karena asap
mengandung komponen antimikroba, asap mengandung antioksidan sehingga
dapat terhindar dari ketengikan dan sebagian asap membentuk kulit tipis sehingga
dapat terhindar dari kontaminasi ulang (Dwiari, 2008).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah pisau
untuk membersihkan lemak dari daging sapi, baskom untuk
meletakkan sampel daging ayam dan daging sapi, timbangan
untuk menimbang rendemen, oven untuk tempat memanaskan
sampel, gantungan daging dari kawat, saringan untuk menyaring
air sampel, thermometer untuk mengecek suhu sampel. Bahan
utama yang digunakan pada saat praktikum adalah daging sapid
an daging ayam.
METODE PRAKTIKUM
Pembuatan Larutan Curing
Pembuatan

larutan

curing

diawali

dengan

air

yang

dididihkan, kemudian ditambahkan dengan gula dan garam,


penyaringan. Perlakuan terakhir adalah pendinginan larutan kirakira sampai suhu

40

C.

Pembuatan Daging Asap


Prosedur kerja pembuatan daging asap adalah pertama tama
menyiapkan semua alat dan bahan. Membersihkan daging dari
lemak dan tendon. Perendaman dengan larutan curing selama 24
jam. Pengangkatan sampel, setelah itu direndam air dingin
selama 1 jam. Tiriskan daging, perendaman asap cair selama 10
menit. Tiriskan sampel lagi, kemudian pemanggangan dengan

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

suhu

162,80C

selama

30

menit.

Proses

terakhir

yakni

pendinginan sampai suhu 400C selama 15 menit. Jadilah daging


asap,

kemudian

melihat

perbandingan

daging

sebelum

pengasapan dan setelah pengasapan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengasapan dimaksudkan untuk meningkatkan flavor dan penampakan
permukaan produk yang menarik. Daging atau ikan yang diasap ditujukan untuk
mengawetkan dan menambah cita rasa. Disamping itu pengasapan juga dapat
menghambat oksidasi lemak dalam bahan pangan tersebut.
Pengasapan

dilakukan

dengan

menggunakan

kayu

keras

yang

mengandung bahan-bahan pengawet kimia yang berasal dari pembakaran selulosa


dan lignin, misalnya formaldehid, asetaldehid, asam karboksilat (asam formiat,
asetat dan butirat), fenol, kresol, alkohol-alkohol primer dan sekunder, keton dll.
Zat-zat yang terdapat dalam asap ini dapat menghambat aktivitas bakteri
(bakteriostatik).
Pengasapan dikombinasikan dengan proses pemanasan untuk membantu
membunuh mikroba. Panas ini juga membantu mengeringkan bahan-bahan
sehingga lebih awet. Dalam hal ini pengasapan biasa dilakukan pada suhu 57 0C.
Jika pengasapan tidak dikombinasikan dengan pemanasan lainnya, maka suhu
yang digunakan biasanya lebih tinggi lagi. Proses pengasapan biasanya dilakukan
dalam beberapa tahap dengan tujuan untuk memperoleh hasil akhir dengan warna
tertentu (Aristiyanto, 2012).
Asap cair atau Liquid Smoke yang lebih dikenal sebagai asap cair
merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran
tidak langsung maupun langsung dari bahan bahan yang banyak mengandung
karbon serta senyawa-senyawa lain. Cara yang paling umum digunakan untuk
menghasilkan asap pada pengasapan makanan adalah dengan membakar serbuk
gergaji kayu keras dalam suatu tempat yang disebut alat pembangkit asap (Draudt,
1963). Asap tersebut dialirkan ke rumah asap dalam kondisi sirkulasi udara dan
temperatur yang terkontrol (Sink dan Hsu, 1977).

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

Pembuatan daging asap praktikum kali ini yaitu menggunakan daging


ayam dan daging sapi. Sebelum daging ayam dilakukan pengasapan, daging asap
ditambah larutan garam atau gula. Penggaraman dapat menggunakan garam
sendawa, sodium nitrit, sodium nitrat, potassium nitrat, dan rempah-rempah.
Penggaraman pada daging ini disebut curing. Tujuan daripada curing adalah
untuk mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur, dan kelezatan yang baik,
dan untuk mengurangi pengerutan daging selama prosesing serta memperpanjang
masa simpan produk (Soeparno, 2005).
Curing dilakukan dengan cara merendam daging dalam larutan gula dan
garam. Gula dan garam dapat menurunkan aw sehingga pertumbuhan mikroba
akan terhambat. Daging yang telah dicuring kemudian direndam air dingin
tujuan nya adalah untuk mengurangi kandungan garam dalam
produk agar tidak terlalu asin. Ketika dilakukan perendaman
dengan

air

dingin,

garam

yang

terdapat

pada

produk

pengasapan akan lebih cepat larut dibandingkan perendaman


dengan air panas, karena adanya reaksi endotermik dari larutan
es dan adanya tekanan osmosis. Reaksi endotermik terjadi
karena penambahan garam pada larutan es dapat menurunkan
titik beku air sehingga terjadi penyerapan panas dari lingkungan
yang berfungsi melarutkan garam dalam produk yang akan
direndam.

Tekanan

osmosis

terjadi

karena

adanya

reaksi

endotermik itu tadi, sehingga adanya perpindahan larutan yang


lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Dalam hal ini garam
berperan sebagai larutan yang lebih pekat yang kemudian larut
dalam larutan es.
Selanjutnya sampel dibuat menjadi daging asap. Daging direndam dalam
larutan asap cair dengan konsentrasi 3% dan 6% selama 10 menit. Kemudian
daging tersebut dioven pada suhu 162,8oC selama 30 menit. Pemanggangan dalam
oven akan mematangkan daging, juga mengurangi kadar air dalam daging
sehingga daging akan lebih awet sehingga proses pembuatan daging asap ini dapat

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

digolongkan sebagai proses pengawetan. Berikut ini merupakan hasil pengamatan


daging asap:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Daging Asap
Kel/
Pengamatan
Dagi
Warna
Aroma
Tekstur
ng
Sedikit
1A
Coklat gelap Khas
empuk,
(Sapi) tidak rata
daging asap
kenyal
2A
Asap tidak
Putih
Empuk,
(Ayam
lebih
kuat
kecoklatan
serat rapat
)
dari daging
3A
(Sapi)

Asin asap
Asin
dan
aftertaste
asap

Asap

Asap++++

Bagian luar
keras,bagia Asin,
n
aftertaste
dalamempu asap
k

Warna

Aroma

Tekstur

Cokelat
kehitaman

Khas
Keras
daging asap
Bagian
dalam
Daging
empuk ++
ayam
++, sedikit
matang dan
keras
dan
asap +++
bagian luar
keras
Bagian atas
Daging
keras
dan
matang dan bagian
asap ++
dalam
empuk
Asap ++
Empuk ++
kenyal dan

Cokelat

Pengamatan

Putih
6A
kekuningan
(Ayam dan
sedikit
)
cokelat
bagian luar

7A
(Sapi)

Asin asap

Kerasdanag
akkenyal

4A
(Ayam Kuning
)
keemasan

Kel/
Dagi
ng
5A
(Sapi)

Rasa

Cokelat tidak
merata (ada
yang
gelap
dan terang)

8A
Kuning
(Ayam kecokelatan

Rasa
Asin

Asin
++
dan
aftertaste
asap

Asin

Asin+++
asap +

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

dan bagian
dalam putih

serat
terlihat
jelas

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa konsentrasi asap cair tidak
mempengaruhi karakteristik daging asap yang dihasilkan. Karakteristik daging
asap memiliki warna putih/kuning kecoklatan pada bagian luar, berwarna putih
kekuningan pada bagian dalam, memiliki tekstur yang lunak, beraroma asap.
Kealotan daging asap disebabkan karena ketebalan pada daging, semakin tebal
daging maka semakin tidak alot.
Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena
Distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan
memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman
sebagai pengawet alami antara lain asam, fenolat, dan karbonil. Seperti yang
dilaporkan Darmadji dkk (1996) yang menyatakan bahwa pirolisis tempurung
kelapa dengan kandungan menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa
fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% , dan asam 10,2%.
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya
pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Lebih dari
400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponenkomponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis
kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim
dan tanah. Komponen- komponen tersebut meliputi asam yang dapat
mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang
bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang
merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.
Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan- golongan senyawa penyusun
asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,64,0 %), dan tar (1-7 %). Komponen-komponen penyusun asap cair meliputi:
1. Senyawa-senyawa fenol. Senyawa fenol diduga berperan sebagai
antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan.

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur


pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat
bervariasi yaitu antara 10- 200 mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya
terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol dan siringol.Senyawasenyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon
aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus
hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat
gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam, dan ester (Maga, 1987). 2.
Senyawa-senyawa Karbonil. Senyawa-senyawa karbonil dalam asap
memiliki peranan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan
senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis
senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin
dan siringaldehida.
2. Senyawa-senyawa asam. Senyawa- senyawa asam mempunyai peranan
sebagai antibakteri dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam
ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat, dan valerat.
3. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis. Senyawa hidrokarbon polisiklis
aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa
hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang
memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992).
Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA
selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur
pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta
kandungan udara dalam kayu. Dikatakan juga bahwa semua proses yang
menyebabkan terpisahnya partikel- partikel besar dari asap akan
menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah
pengendapan dan penyaringan.
4. Senyawa benzo(a)pirena. Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310C
dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada
permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang
lama (Winaprilani, 2003).

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa pada uji parameter
warna daging sapi sebelum diasapi adalah berwarna merah pucat dan setelah
diasapi berwarna coklat dan warna daging ayam sebelum diasapi berwarna putih
pucat dan setelah diasapi berwarna coklat kekuningan. Perubahan warna daging
menjadi coklat disebabkan karena daging tersebut telah melakukan rekasi antara
senyawa

karbonil

asap

dengan

asama

amino

daging

saat

proses

pengasapan. Pembentukan warna berhubungan erat dengan reaksi Maillard yang


terbentuk karena reaksi antara senyawa karbonil asap dengan komponen amino di
permukaan daging. Hal ini juga didukung oleh pendapat Dwiari (2008) yang
mengatakan bahwa pada prinsipnya semua jenis daging dapat mengalami proses
curing, tetapi yang lebih baik adalah daging sapi atau daging yang memiliki
pigmen merah karena produk akhir akan berwarna merah mahoni (kecoklatan),
warna yang diinginkan untuk daging yang diasap.
Perubahan warna daging yang telah diasapi menjadi coklat bersifat
reversible (dapat balik), hal ini sesuai Anonim (2008) bahwa warna daging sapi
yang baru diiris biasanya merah gelap. Warna tersebut berubah menjadi terang
(merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen. Perubahan warna merah gelap
menjadi terang tersebut bersifa treversible (dapat balik). Namun, bila daging
tersebut terlalu lama terkena oksigen, warna merah terang akan berubah menjadi
cokelat.
Berdasarkan data pada tabel diketahui pula bahwa tekstur daging
sebelum diasapi berserat dan setelah diasapi menjadi bertekstur halus. Tekstur
halus yang diperoleh pada daging asap disebabkan karena adanya tambahan
larutan curing pada daging lalu direndam selama 24 jam sebelum diasapi. Larutan
curing sebagai bahan tambahan pangan dapat mempengaruhi tekstur daging asap.
Hal ini sesuai dengan pendapat Putra (2008) yang mengatakan bahwa larutan
curing mampu mempertahankan warna, aroma, dan tekstur selama proses
pemasakan sehingga memberikan daya tarik sensorik. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Anonim (2008) yang menyatakan bahwa BTP adalah bahan yang tidak
dikonsumsi langsung sebagai makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan,

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

dan penambahannya ke dalam pangan ditujukan untuk mengubah sifat-sifat


makanan seperti bentuk, tekstur, warna, rasa, kekentalan, dan aroma, untuk
mengawetkan, atau untuk mempermudah proses pengolahan.
Dari kualitas aroma diketahui bahwa daging sebelum diasapi beraroma
bau khas daging, sedangkan setelah diasapi menghasilkan aroma dengan bau asap.
Tingkat aroma asap yang dihasilkan pada daging yang telah diasapi dipengaruhi
oleh jumlah asap, ketebalan asap, dan kecepatan aliran asap dalam alat pengasap.
Hal ini sesuai pendapat Suharyanto (2007) bahwa faktor Jumlah asap, ketebalan
asap, dan kecepatan aliran asap dalam alat pengasap akan mempengaruhi hasil
produk akhir pada pengolahan daging asap. Jika jumlah asap, ketebalan asap dan
aliran asap yang kontak dengan bahan sedikit, maka cita rasa dan bau asap yang
dihasilkan pun berkurang. Begitu pula sebaliknya, semakin banyak jumlah asap,
semakin tebal asap dan semakin cepat aliran asap yang ada dalam alat pengasap
maka cita rasa dan bau asap yang akan dihasilkan pada produk akhir akan sangat
beraroma asap.
Aroma bau asap yang dihasilkan pada daging asap ini dapat dilihat dari
salah satu tujuan dilakukannya pengasapan daging yaitu untuk menghasilkan cita
rasa asap (smoky flavor). Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiari (2008), yang
menyatakan bahwa pengasapan memiliki tujuan untuk pengawetan dan
membentuk sifat organoleptik yang meliputi cita rasa asap (smoky flavor) dan
warna spesifik (coklat mahoni) terutama pada produk-produk daging kuring serta
untuk meningkatkan keempukan daging.
Semua hal tersebut dapat dilihat dapat dilihat dari salah satu
dari

tujuan

dilakukannya

pengasapan

daging

yaitu

untuk

meningkatkan keempukan daging. Hal ini sesuai dengan pendapat


Dwiari (2008), yang menyatakan bahwa pengasapan memiliki tujuan
untuk: (1). Pengawetan; (2). Membentuk sifat organoleptik

yang

meliputi: a. Cita rasa asap (smoky flavor); b. Warna spesifik (coklat


mahoni), terutama pada produk-produk daging kuring; c. Meningkatkan
keempukan daging.

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

KESIMPULAN
Semakin tinggi konsentrasi larutan asap cair,maka semakin warna pada
daging asap menjadi kuning kecoklatan. Kealotan daging asap disebabkan karena
ketebalan pada daging, semakin tebal daging maka semakin tidak alot.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terimakasih diberikan kepada ALLAH SWT yang
telah memberikan nikmat sehat. Tak lupa ucapan terimakasih
untuk

dosen

dan

asisten

dosen

yang

telah

memberikan

pengarahan pada saat praktikum dan teman-teman kelompok 1A


yang saling membantu disaat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R., 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta.
Anonim, 2008. Bahan Tambahan Pangan. Available online at:
http://www.ilmupangan.com. Diakses pada tanggal 27 November
2016.
Dwiari, S.R. 2008. Teknologi Pangan. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta. Diakses pada tanggal 27 November 2016.
Farlys. 2011. Kandungan Gizi Daging Asap. Available online at:
http:// Anak Bangsa-Farlys.blogspot.com. Diakses pada tanggal
27 November 2016.
Hakim.
2009. Ilmu
Daging.
Available
Online
at:
http://lailasuhairi_Hakim.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27
November 2016.
Putra, R.P. 2008. Waspadai Pembentukan Nitrosamin pada
Daging yang Diawetkan dengan Sendawa. Available Online at:
http://www.kendariekspress.com. Diakses
pada
tanggal
27
November 2016.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-1. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

Suharyanto, 2007. Kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak. Available


Online a: http://suharyanto.wordpress.com. Diakses pada tanggal
27 November 2016.

Nama asisten: Rifemi Ihza Nuzulla


Tanggal Praktikum22 November2016
Tanggal pengumpulan : 29
November 2016

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai