Disusun Oleh :
Eka Budi Utami
1102011085
Pembimbing :
dr. Riyanto Irawan M., SP.OG
BAB I
PENDAHULUAN
2
merupakan
suatu
diagnosis
klinis.
Definisi
klasik
BAB II
3
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS
Nama
: Ny Y
Usia
: 36 tahun
Pekerjaan
Agama
: Islam
Pendidikan terkhir
: tamat SLTA
Alamat
: Pasir Salam
Nama Suami
: Tn N
Usia
: 37 tahun
Pekerjaan
: Pegawai pabrik
Agama
: Islam
Alamat
: Pasir Salam
No RM
: 00213819
Tanggal masuk
: 01/01/2016
meninggal
(2) 2004/Tunggal/ laki-laki/ normal/ rumah/ dukun/ BB tidak tahu/ hidup,
sekarang berusia 11 tahun
(3) 2010/Tunggal/ perempuan/ normal/ rumah/ bidan/ BB 2,1 kg/ hidup,
sekarang berusia 5 tahun
(4) Hamil ini
Riwayat ANC :
Tempat: posyandu
Jumlah: 8 kali
Terapi yang diberikan: obat anti emetik selama 2 bulan
Tablet zat besi selama 4 bulan
Imunisasi tetanus: 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 6 bulan
BB tertinggi ibu: 60 kg
BB awal
: 50 Kg
BB sekarang
: 60 Kg
Tekanan darah tertinggi ibu: 170/100 mmHg
Haemoglobin: tidak dilakukan pemeriksaan
Letak bayi: presentasi kepala
Riwayat operasi: Belum pernah
Riwayat penyakit terdahulu :
1. Asma: sesak nafas, mengi, batuk malam hari disangkal
2. Hipertensi: tekanan darah tinggi, nyeri kepala hingga tengkuk
disangkal.
3. Diabetes Melitus: banyak makan dan banyak minum namun tidak
merasa kenyang, dan sering buang air kecil disangkal.
4. Penyakit jantung: cepat lelah saat aktivitas ringan, sesak bila tidur
terlentang disangkal.
5. HIV: riwayat berganti-ganti pasangan, penggunaan jarum suntik, obat
terlarang dan tato disangkal.
6. Hepatitis: riwayat mata kuning disertai mual.muntah disangkal
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen: perut tampak membesar, linea nigra (+), striae gravidarum (+)
melenting.
Tafsiran berat janin: (TFU 11) x 155
(28 11) x 155 = 2635 gram
leopold 2 : kanan
: teraba bagian kecil janin
kiri
: teraba tahanan memanjang
leopold 3 : teraba bagian bulat besar , keras, melenting
leopold 4 : divergen
IV.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
Leukosit
: 10,2 g/dl
: 10.150 /L
Hematokrit : 30,2 %
Trombosit
: 230.000/L
GDS
: 92 mg/dl
SGOT
: 21,00 U/L
SGPT
: 25,00 U/L
Klorida
: 101,00 mmol
Natrium
: 135,02 mmol
Kalium
: 4,05 mmol
HBs Ag
: negatif
Anti HIV
: non reaktif
Pemeriksaan Urin:
Makroskopis:
warna kuning
Keruh
Berat jenis: 1,025 (nilai rujukan: 1,015 1,035)
PH
: 6,5
Albumin : positif 3
Glukosa : negatif
Keton
: negatif
Bilirubin : negatif
Darah samar: positif 3
Nitrit
: negatif
Urobilinogen: normal
Sedimen:
leukosit : 3 4/LPB
Eritrosit : penuh
Epitel
: positif
Silinder : negatif
Kristal
: negatif
Bakteri : positif
V. DIAGNOSIS KERJA
NY. Y 36 tahun G4 P4+2 A0 hamil usia 33 minggu in partu kala 1 fase laten
dengan preeklamsia berat, inertia uteri, anemia ringan, janin tunggal hidup,
presentasi kepala
VI. TATALAKSANA
Initial dose: MgSO4 20% 4gr dalam 20cc iv, perlahan selama 15 menit.
Maintenance dose: MgSO4 40% 6 gr drip dalam RL 500cc, 20 tpm
Antihipertensi: Adalat oros 1 x 30mg
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan kimia darah
Konsul dr. Sp. PD dan dr. Sp.JP
Pematangan paru dengan pemberian: Injeksi deksametason 3 ampul IV
VII.
PROGNOSIS
VIII.
HASIL PERSALINAN
Pada tanggal 1 Januari 2015 pukul 23.25 WIB telah lahir bayi laki-laki
dengan berat badan 2500 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33
cm, A/S: 7/8/9 bayi segera menangis, cacat tubuh (-), anus (+).
Follow Up
FFF
Tanggal
1/1/2016
Jam
08.00
Perjalanan penyakit
Terapi/Tindakan Medik
-MgSO4 20% 4gr Bolus
-MgSO4 40% 6 gr drip RL, 20 tpm (labu
I)
10
15.00
Adalat Oros 30 mg
MgSO4 40% 6 gr drip RL, 20 tpm (labu
II)
16.30
S/ pasien mengeluhkan
P/
Rawat infuse RL+MgSO4 40% (lb II)
kepala pusing, nyeri tengkuk
Rawat DC (urin 900cc-kuning)
O/ ku: sdg, ks: cm
Observasi Ku, Ks, dan Tanda vital
Td: 170/100
Nadi: 102x/m
Respi: 24 x/m
Suhu: 36,2 C
DJJ (139x/menit)
HIS: 2x dalam 10 menit
selama 20 detik
VT= v/u/v :tak
Pembukaan : 2 cm
Penurunan : Hodge 1
A/ G4 P4+2 A0 hamil usia 33
minggu in partu kala 1 fase
laten dengan preeklamsia
berat, inertia uteri, anemia
ringan, janin tunggal hidup,
20.00
20.35
presentasi kepala
S/ kepala pusing
O/ ku: sdg, ks: cm
Td: 160/100
Nadi: 92x/m
Respi: 24 x/m
Suhu: 36,4 C
DJJ(130x/menit)
HIS: 2x dalam 10 menit
selama 30 detik
20.45
11
P/
detik
VT= v/u/v :dalam batas
normal
Pembukaan : 7 cm
Eff: 70%
Penurunan : Hodge 3
Denominator : uuk kiri
depan
A/ G4 P4+2 A0 Hamil 33
minggu inpartu kala I fase
aktif dengan preeklamsia
berat, inertia uteri, anemia
ringan, janin tunggal hidup,
presentasi kepala
23.10
P/ pimpin persalinan
12
S/ bayi dilahirkan
O/ lahir bayi laki-laki
bb: 2500gr
pb: 48cm
lk: 33cm
A/ P5+2 A0 post partum
P/
oxytocin 10 iu iv
noprostol 3 tab per rectal
P/
dilakukan ptt
masase uterus
rawat infuse 2 line, taka: D5%
+oxytocin 5 iu lb I, taki: RL+MgSO4
40% lb II
berat
S/ ibu merasa lemas
O/ ku: sdg, ks: cm
Td: 170/90
Nadi: 90x/m
Respi: 24 x/m
Suhu: 36,7 C
P/
13
Vit A 1 cap/oral
Infuse D5%+oxytocin 20 iu, 40 tpm,
labu I
Adalat Oros 1x30mg
III)
Rawat DC
Observasi Ku, Ks, dan Tanda vital
Menganjurkan ibu untuk istirahat
Mengambil darah untuk pemeriksaan
(3x500mg)
Hemafort tab per oral (1x1)
01.30
8.00
P/
Rawat infuse RL+MgSO4 40% (lb IV)
Rawat DC
Observasi Ku, Ks, dan Tanda vital
Menganjurkan ibu untuk istirahat
Amoxicillin tab per oral (3x500mg)
Asam mefenamat tab per oral
(3x500mg)
Hemafort tab per oral (1x1)
14
Suhu: 36 C
Kontraksi uterus baik
TFU 2 jari di bawah pusat
Terpasang dc 500cc
A/ P5+2 A0 post partum
(3x500mg)
Hemafort tab per oral (1x1)
Pasien di pindahkan ke WK
S/ ibu lelah ingin istirahat
O/ ku: sdg, ks: cm
Td: 140/90
Nadi: 80 x/m
Respi: 20 x/m
Suhu: 36 C
Kontraksi uterus baik
TFU 2 jari di bawah pusat
A/ P5+2 A0 post partum
08.00
(3x500mg)
Hemafort tab per oral (1x1)
Adalat Oros 1x30mg per oral
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI PRE EKLAMSIA BERAT
Pre eklampsia adalah suatu keadaan hipertensi yang disertai proteinuria,
edema, atau keduanya (trias) yang terjadi akibat kehamilan di atas 20 minggu
dan paling sering mendekati aterm dan dapat timbul sebelum kehamilan 20
minggu bila terjadi penyakit trofoblas. Pre eklampsia ialah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umunya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan. 2,3
Pre eklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari
5 g/24 jam. 1
2. EPIDEMIOLOGI
Hipertensi termasuk preeklamsi mempengaruhi 10% dari kehamilan
diseluruh dunia. Kondisi ini juga merupakan penyumbang mortalitas serta
morbiditas maternal serta perinatal terbesar. Preeklamsia diperkirakan sebagai
penyebab kematian 50.000 - 60.000 ibu hamil setiap tahunnya. Preeklamsia
diketahui merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular dan metabolik
pada perempuan. Insiden eklamsia adalah 1-3 dari 1000 pasien preeklamsia. 2
Kejadian
preeklampsia
meningkat
pada
wanita
dengan
riwayat
16
Beberapa
wanita
dengan
Preeklampsia-Eklampsia
mempunyai
c. Faktor Hormonal
Penurunan
hormon
Progesteron
menyebabkan
penurunan
Aldosteron
Eklampsia.
Kecendrungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia-Eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia.
e. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam
lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin akan menyebabkan Loss Angiotensin Refraktoriness yang
memicu terjadinya preeklampsia.
f. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian
akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin
III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
4. PATOFISIOLOGI
Patogenesis terjadinya Preeklamsia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan kepekaan vaskuler
Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan
vasoaktif (vasopresor), sehingga pemberian vasoaktif dalam jumlah sedikit saja
sudah dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menimbulkan
hipertensi. Pada kehamilan normal kadar angiotensin II cukup tinggi. Pada
preeklamsia terjadi penurunan kadar prostacyclin dengan akibat meningkatnya
thromboksan yang mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II sehingga
peka terhadap rangsangan bahan vasoaktif dan akhirnya terjadi hipertensi.2,4
b.
Hipovolemia Intravaskuler
18
30-40%
kehamilan
normal.
Menurunnya
volume
plasma
19
lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem
pembekuan darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen darah
termasuk platelet dan fibrinogen.2,4,5
Vasokontriksi yang meluas akan menyebabkan terjadinya gangguan pada
fungsi normal berbagai macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas
efek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung
secara simultan. Gangguan ibu secara garis besar didasarkan pada analisis
terhadap perubahan pada sistem kardiovaskular, hematologi, endokrin dan
metabolisme, serta aliran darah regional. Sedangkan gangguan pada janin
terjadi karena penurunan perfusi uteroplasenta.2,4,5
5. PERUBAHAN PATOLOGIS
Otak
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan autoregulasi tidak
berfungsi. Pada saat autoregulasi tidak berfungsi sebagaimana mestinya,
jembatan penguat endotel akan terbuka dan dapat menyebabkan plasma dan
sel-sel darah merah keluar ke ruang ekstravaskular. Hal ini akan
menimbulkan perdarahan petekie atau perdarahan intrakranial yang sangat
banyak. Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri.2,4
Mata
Pada preeklampsia tampak edema retina, spasmus setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau
eksudat. Spasmus arteri retina yang nyata dapat menunjukkan adanya
preeklampsia yang berat, tetapi bukan berarti spasmus yang ringan adalah
preeklampsia yang ringan. Pada preeklampsia dapat terjadi ablasio retina yang
disebabkan edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk dilakukannya
terminasi kehamilan. Ablasio retina ini biasanya disertai kehilangan
penglihatan. Selama periode 14 tahun, ditemukan 15 wanita dengan
preeklampsia berat dan eklampsia yang mengalami kebutaan yang
dikemukakan oleh Cunningham.2
20
Paru
Edema paru biasanya terjadi pada pasien preeklampsia berat dan
eklampsia dan merupakan penyebab utama kematian. Edema paru bisa
diakibatkan oleh kardiogenik ataupun non-kardiogenik dan biasa terjadi
setelah melahirkan. Pada beberapa kasus terjadinya edema paru berhubungan
dengan adanya peningkatan cairan yang sangat banyak. Hal ini juga dapat
berhubungan dengan penurunan tekanan onkotik koloid plasma akibat
proteinuria, penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang, dan
penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.
Hati
Pada preeklampsia berat terkadang terdapat perubahan fungsi dan
integritas hepar, termasuk perlambatan ekskresi bromosulfoftalein dan
peningkatan kadar aspartat aminotransferase serum. Sebagian besar
peningkatan fosfatase alkali serum disebabkan oleh fosfatase alkali tahan
panas yang berasal dari plasenta. Pada penelitian yang dilakukan Oosterhof
dkk (1994), dengan menggunakan sonografi Doppler pada 37 wanita
preeklampsia, terdapat resistensi arteri hepatika.
Nekrosis
hemoragik
periporta
di
bagian
perifer
lobulus
hepar
glomerulus
menurun.
Lesi
karakteristik
dari
preeklampsia,
21
volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun
pada beberapa kasus preeklampsia berat, keterlibatan ginjal menonjol dan
kreatinin plasma dapat meningkat beberapa kali lipat dari nilai normal ibu
tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan oleh perubahan intrinsik ginjal yang ditimbulkan oleh vasospasme
hebat yang dikemukakan oleh Pritchard (1984) dalam Cunningham (2005).2
Kelainan pada ginjal yang penting adalah dalam hubungan proteinuria dan
retensi garam dan air. Taufield (1987) dalam Cunningham (2005) melaporkan
bahwa preeklampsia berkaitan dengan penurunan ekskresi kalsium melalui
urin karena meningkatnya reabsorpsi di tubulus. Pada kehamilan normal,
tingkat reabsorpsi meningkat sesuai dengan peningkatan filtrasi dari
glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus arteriol ginjal
mengakibatkan
filtrasi
natrium
melalui
glomerulus
menurun,
yang
22
23
struktur
muskuloelastisitasnya
dan
atheroma
akut
24
hipertensi
ensefalopati,
hiperefleksia,
sampai
tanda-tanda
pendarahan otak.7
Penemuan Laboratorium
Penemuan yang paling penting pada pemeriksaan laboratorium penderita
preeklampsia yaitu ditemukannya protein pada urine. Pada penderita
preeklampsia ringan kadarnya secara kuantitatif yaitu 300 mg perliter dalam
24 jam atau secara kualitatif +1 sampai +2 pada urine kateter atau midstream.
Sementara pada preeklampsia berat kadanya mencapai 500 mg perliter
dalam 24 jam atau secara kualitatif +3.7
Pada pemeriksaan darah, hemoglobin dan hematokrit akan meningkat
akibat hemokonsentrasi. Trombositopenia juga biasanya terjadi. Penurunan
produksi benang fibrin dan faktor koagulasi bisa terdeksi. Asam urat biasanya
meningkat diatas 6 mg/dl. Kreatinin serum biasanya normal tetapi bisa
meningkat pada preeklampsia berat. Alkalin fosfatase meningkat hingga 2-3
kali lipat. Laktat dehidrogenase bisa sedikit meningkat dikarenakan hemolisis.
Glukosa darah dan elektrolit pada pasien preeklampsia biasanya dalam batas
normal.2
8. TATALAKSANA PRE EKLAMSIA BERAT
Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
25
26
Initial dose : initial dose 4 gram MgSO 4: intravena, (40 % dalam 20 cc) selama 15
menit
-
Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
27
memperburuk
perfusi
uteroplasenta,
meningkatkan
28
(ekspektatif):
berarti
kehamilan
tetap
dipertahankan
29
Alasan utama terminasi kehamilan pada pre eklamsia berat adalah demi
keselamatan ibu. Pada penelitian, penundaan terminasi untuk memperpanjang
masa kehamilan pada perempuan yang mengalami preeklamsia berat dapat
menimbulkan konsekuensi berat pada ibu seperti timbulnya solusio plasenta
pada hampir 20%. Dan edema paru pada sekitar 4%. Lebih lanjut, terdapat
resiko besar terjadinya eklamsia, perdarahan serebrovaskular, dan kematian
ibu. Temuan temuan ini lebih relevan jika digabungkan dengan tidak adanya
bukti yang meyakinkan bahwa hasil akhir perinatal mengalami perbaikan
signifikan dengan pemanjangan periode kehamilan rata-rata sekitar 1 minggu.
2
30
BAB IV
DISKUSI KASUS
Permasalahan:
1. Apakah diagnosis sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
Pembahasan
1. Apakah diagnosis sudah tepat?
Diagnosis masuk
G4 P4+2 A0 hamil usia 33 minggu in partu kala 1 fase laten dengan preeklamsia
berat, inertia uteri, anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala
Post partum
P5+2 A0 post partum spontan dengan pre eklamsia berat, anemia ringan
Dari anamnesa, ditemukan bahwa pasien
Mempunyai tekanan darah tinggi saat kehamilan, darah tinggi diketahui pada
31
Haemoglobin
Urine
Makroskopis
Warna
Albumin
: 10,2 g/dl
: Kuning keruh
: ++ (positif 3)
Penulis setuju dengan penatalaksanaan pasien pada kasus ini. Dalam kasus ini,
rencana penatalaksanaan pada pasien adalah:
32
Ibu :
a
Janin :
a
Laboratorium :
Pengobatan Medikamentosa
Diuretikum diberikan bila ada edema paru, payah jantung kongestif, atau
anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
33
selama 3 menit.
Reflex patella (+)
Frekuensi pernapasan >16 x/menit
Urin >30 ml dalam 2-3 jam atau <500cc dalam 24 jam. (pasang dc)
Pemberian magnesium sulfat di hentikan jika tidak memenuhi
syarat/tandatanda intoksikasi dan 24 jam setelah melahirkan tanpa disertai
kejang.
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
34
BAB V
SIMPULAN
Diagnosis akhir pada kasus ini adalah G4 P4+2 A0 hamil usia 33 minggu in
partu kala 1 fase laten dengan preeklamsia berat, inertia uteri, janin tunggal
hidup, presentasi kepala. Kesimpulan tersebut didapat dari hasil anamnesa.
Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan obstetrik serta
pemeriksaan dalam.
Penatalaksaan kehamilan pada pasien ini adalah berupa merencanakan
persalinan pervaginam, memperbaiki HIS. Karena pasien menderita
preeklamsia
berat,
maka
tatalaksana
Preeklampsia
berat
dilakukan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36