LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: An. Burhanudin
Umur
: 2 tahun
II.
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Mranggen, Semarang
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
ANAMNESIS
Tanggal: 6 November 2016
Keluhan Utama
Jam: 12.00
Demam
air kecil pasien lancar dan buang air kecil terakhir adalah 2 jam sebelum pasien
datang ke IGD RS Bhayangkara dan tidak ada nyeri saat kencing. Buang air besar
terakhir 1 hari yang lalu dengan konsistensi lunak dan tidak ada keluhan diare
maupun nyeri perut.
Pasien mengatakan saat diperiksa di RS Pelita Anugerah suhunya mencapai
39oC dan telah diberi obat penurun panas oleh dokter di RS Pelita Anugerah
sebelum dirujuk untuk ke RS Bhayangkara karena kamar rawat inap penuh.
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat typhoid
: disangkal
Riwayat DBD
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat typhoid
: disangkal
Riwayat DBD
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Perinatal
Ibu pasien rajin memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap
bulan sampai usia kehamilan 8 bulan, selanjutnya 2 kali setiap bulan sampai
persalinan. Obat-obat yang diminum selama kehamilan tidak ingat, namun
diresepkan oleh dokter.
Ibu G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu, lahir normal dibantu oleh bidan, anak
lahir langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan lahir 49 cm.
Kesan: Kehamilan dan persalinan normal, bayi aterm
Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
Hepatitis B
Usia (bulan)
0
DPT
Polio
Campak
Kesan
Riwayat
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Perkembangan
Menggerakkan kepala
: 1,5 bulan
Mengangkat kepala
: 5 bulan
Duduk
: 8 bulan
Merangkak
: 7 bulan
Berdiri dan berjalan
: 12 bulan
Berbicara
: 13 bulan
Kesan: Riwayat perkembangan sesuai dengan usia
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Bhayangkara Semarang
Periode 31 Oktober 7 Januari 2016
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 6 November 2016
Jam: 12.00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: 15
Tanda vital
Frekuensi nadi
: 120x/menit
Frekuensi napas
: 30x/menit
Suhu tubuh
: 37,4o C
Tinggi badan
: tidak diukur
Berat badan
: 10 kg
Pemeriksaan Sistem
Kepala
Mata
Palpebra
: simetris
: anemis (-)/(-), injeksi konjungtiva
.(-)/(-), perdarahan subkonjungtiva (-)/(-)
: ikterik (-)/(-)
: jernih (+)/(+)
: berwarna coklat, sinekia (-)/(-)
: isokor, bulat, 3mm/ 3mm
: jernih (+)/(+)
Sklera
Kornea
Iris
Pupil
Lensa
Telinga
Bentuk daun telinga
Nyeri tekan tragus
Nyeri tarik daun telinga
Nyeri tekan mastoid
Liang telinga
Sekret
Hidung
Bentuk luar
Rongga hidung luar
Mulut
Tenggorokan
Lidah
Uvula
Faring hiperemis
Tonsil
Arcus faring
Leher
Trakea di tengah
KGB servikal tidak teraba membesar
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
..retraksi (-)
: krepitasi (-), stem fremitus kanan kiri
Perkusi
..sama kuat
: sonor, batas paru hepar ICS 6 MLC
Auskultasi
...dextra
:..vesikuler
(+)/(+),
rhonki
(+-/(-),
...wheezing (-)/(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
-
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
IV.
membesar,
nyeri
tekan
Perkusi
Auskultasi
..epigastrium (-)
: timpani
: bising usus 12x/menit
Genitalia
Ekstremitas
Kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan lab tanggal 6 November 2016 dari RS Pelita Anugerah:
Nama Pemeriksaan
Hematologi
Hematokrit
Hemoglobin
Eritrosit
Trombosit
Leukosit
Widal
S Thphii O
S Typhii H
S Parathypi A-H
Kesan
Hasil
Angka Normal
Satuan
30,9
10,3
4,62
121.000
4.630
37 43
11.5 - 16.5
4.0 - 5.0
150.000 450.000
4.000 11.000
%
g/dl
juta/mm3
/mm3
/mm3
(-)
(-)
(-)
Negatif
Negatif
Negatif
: Terdapat Trombositopeni
RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki rujukan dari RS Pelita Anugerah dengan keluhan
demam suspek DHF pada tanggal 6 November 2016. Pasien mengeluh demam yang sejak
2 hari dan turun hanya jika diberikan obat penurun panas. Pasien juga mengeluh batuk
sejak 1 hari. Batuk dirasakan terus-menerus dan tidak disertai dahak. Pasien juga
mengatakan keluar cairan dari hidung yang bersifat cair dan berwarna putih bening sejak
1 hari terakhir. Pasien menjadi lemas dan rewel sejak 1 hari terakhir.
Pasien mengaku tidak terdapat bintik-bintik merah pada kulit, perdarahan di hidung dan
gusi. Riwayat kejang disangkal oleh pasien. Keluhan batuk disertai darah, keringat malam
hari dan sesak napas disangkal oleh pasien. Keluhan mual, muntah, nyeri menelan juga
disangkal. Buang air kecil pasien lancar dan tidak ada nyeri saat kencing. Buang air besar
dan tidak ada keluhan diare maupun nyeri perut. Pasien telah diberikan obat penurun
panas di RS Pelita Anugerah karena saat diperiksa suhunya 39 oC dan dirujuk karena
kamar rawat inap penuh.
DIAGNOSA KERJA
Tersangka DHF
VII. CLINICAL REASONING
Demam hari ke-2
Batuk 1 hari
Pilek 1 hari
Tes rumple leed (-)
Trombositopeni (121.000)
VIII. DIAGNOSA BANDING
ISPA
DHF grade I
Demam dengue
Campak
IX.
RENCANA DIAGNOSTIC
Darah Rutin ulang
Ns1 Ag Dengue
IgM/IgG anti dengue
X.
Perjalanan penyakit
Tanggal
Jam
1-12-2016
07.00
2-12-2016
07.00
3-12-2016
07.00
Keluhan
Baik/CM
Baik/CM
Baik/CM
140x
110x
90x
KU/
Kesadara
n
TTV:
HR
RR
T
PF
Diagnosis
Terapi
40x
36,5
Rhonki (+)/(+)
Wheezing (+)/(+)
Bronkopneumonia +
Asma
O2 sungkup 5 liter per
menit
40x
36,6
26x
36,7
Rhonki (+)/(+)
(-)
Bronkopneumonia +
Asma
O2 sungkup 5 liter
per menit
Bronkopneumonia +
Asma
Cefotaxim syrup 2x
3/4 cth
Inj. ceftriaxon
2x500mg
Inj. ceftriaxon
2x500mg
Aminofilin
12mg/kgBB/ hari
Aminofilin
12mg/kgBB/ hari
Fisioterapi
Fisioterapi
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
Hari keHematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
Hemoglobin
Eritrosit
Trombosit
Leukosit
30-12-2016
1
37.0
80.1
26.6
33.2
13.8
8.1
9.1
12.3
4.62
255000
12700
Acc Pulang
XV.
EDUKASI
Menjelaskan tentang tanda-tanda gawat pada anak yaitu kulit teraba dingin dan
menjadi gelisah
Minum obat secara teratur dan habiskan antibiotik
Menjelaskan penyebab asma dan pencegahan dengan cara menghindari agen
alergi
Menjelaskan obat-obat yang harus dimiliki untuk pertolongan pertama asma di
rumah
Menjaga higienis lingkungan dan tempat tinggal
Makan makanan yang bergizi cukup
XVI. PROGNOSIS
ad vitam
ad functional
ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
10
XVII. PEMBAHASAN
Dari umur, jenis kelamin dan suku bangsa penderita secara epidemiologi sesuai
dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa bronkopneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah di negara berkembang termasuk Indonesia, dimana insiden penyakit ini
pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Prevalensi
asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa dan pada usia
kanak-kanak terdapat predisposisi laki-laki : perempuan adalah 2 : 1. Pada asma dengan
episodik jarang merupakan 7075% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat pada anak
umur 3 6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran napas atas.
Gambaran klinis bronkopneumonia dari anamnesis diketahui panas, batuk, dan sesak,
dan biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Anak
sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronki basah halus. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat
terjadi antara 2-3 minggu. Pada pemeriksaan X-foto thoraks menunjukkan gambaran bercak
berawan dengan batas tidak jelas.
Pemeriksaan laboratorium pada bronkopneumonia dapat ditemukan :
a. Gambaran darah menunjukkan leukositosis. Jumlah leukosit yang tidak meningkat
berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
c. Peningkatan LED.
d. Kultur dahak dapat positif pada 20 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok.
e. Analisa gas darah (AGD) menunjukkan hipoksemia. Pada stadium lanjut dapat terjadi
asidosis metabolik.
11
WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan :
Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia : Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
> 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
...> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan 1 tahun
> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak
perlu diberi antibiotika.
Sesuai dengan kepustakaan diatas, penderita ini didiagnosis dengan bronkopneumonia
berat karena dijumpai adanya panas, batuk, sesak, retraksi, tanpa sianosis, sehingga
diindikasikan untuk dirawat di rumah sakit
Penegakan diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik dan
pemeriksaan tambahan.
1. Pemeriksaan anamnesis keluhan episodik batuk kronik berulang, mengi, sesak dada,
kesulitan bernafas,
2. Faktor pencetus (inciter) dapat berupa iritan (debu), pendinginan saluran nafas, alergen dan
emosi, sedangkan perangsang (inducer) berupa kimia, infeksi dan alergen.
3. Pemeriksaan fisik sesak nafas (dyspnea), mengi, nafas cuping hidung pada saat inspirasi
(anak), bicara terputus putus, agitasi, hiperinflasi toraks, lebih suka posisi duduk. Tandatanda lain sianosis, ngantuk, susah bicara, takikardia dan hiperinflasi torak.
4. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum dan sesudah pemberian metakolin atau bronkodilator
sebelum dan sesudah olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis asma.
Pedoman pelayanan medik dalam konsensus nasional membagi asma anak menjadi
tiga tingkatan berdasarkan kriteria derajat klinis asma pada anak.
Parameter klinis
Asma episodik
Asma episodik
12
Asma persisten
jarang
(asma ringan)
sering
(asma sedang)
(asma berat)
Sering
< 1 minggu
> 1 minggu
Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Biasanya ringan
Biasanya sedang
Biasanya berat
Tanpa gejala
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Normal
Mungkin
Terganggu
Tidak pernah
Normal
Tidak perlu
Perlu
Perlu
Konsensus International III juga membagi derajat penyakit asma anak berdasarkan keadaan
klinis adalah sebagai berikut :
1. Asma episodik jarang
Golongan ini merupakan 7075% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat
pada anak umur 36 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran
napas atas. Banyaknya serangan 34 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling
lama hanya beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejalagejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung sekitar
34 hari dan batuknya dapat berlangsung 1014 hari. Waktu remisinya berminguminggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang
didapatkan. Tumbuh kembang anak biasanya baik. Di luar serangan tidak ditemukan
kelainan lain.
2. Asma episodik sering
Golongan ini merupakan 20% dari populasi asma anak. Pada dua pertiga
golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Pada umur 56 tahun
dapat
terjadi
serangan
tanpa
infeksi
yang
jelas.
Biasanya
orang
tua
13
tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma
kronik atau persisten. Umumnya gejala paling buruk terjadi pada malam hari dengan
batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur. Pemeriksaan fisik di luar serangan
tergantung pada frekuensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 12 minggu,
biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay fever dan eksim dapat ditemukan pada
golongan ini. Pada golongan ini jarang ditemukan gangguan pertumbuhan.
3. Asma kronik atau persisten
Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan, 75% sebelum
umur 3 tahun. Pada 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan
pada 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 56 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari.
Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Obstruksi jalan napas mencapai puncaknya pada umur 814 tahun.
Penderita ini juga didiagnosis dengan asma bronkial karena sesuai dengan
kepustakaan didapatkan penderita sesak dan batuk, penderita juga memiliki riwayat penyakit
keluarga asma bronkial, pada pemeriksaan fisik paru ada bunyi wheezing.
Menurut kepustakaan penatalaksaan pada bronkopneumonia berat adalah istirahat di
tempat tidur, posisi semi fowler atau setengah duduk, pemberian oksigen, kompres dingin
atau pemberian antipiretik, nebulisasi dengan 2 agonis dan NaCl untuk memperbaiki
mucocilliary clearance, dan pemberian medikamentosa berupa antibiotika intravena.
Penatalaksanaan asma serangan berat adalah pemberian oksigen 2-4 l/m, posisi
setengah duduk, dan medikamentosa.
14