PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rongga mulut merupakan salah satu tempat dalam tubuh yang mengandung
mikroorganisme dengan populasi dan keanekaragaman paling tinggi dibanding tempat
lain. Salah satu mikroorganisme yang ada di rongga mulut yaitu Streptococcus mutans.
Streptococcus mutans merupakan flora normal dalam rongga mulut namun bakteri ini
dapat menjadi pathogen apabila jumlahnya terus meningkat (Dhika, 2007). Dari berbagai
penelitian dilaporkan Streptococcus mutans merupakan agen penyebab karies yang paling
sering ditemukan (Calvin, 2008).
Karies gigi dan plak gigi adalah salah satu penyakit yang paling umum di seluruh
dunia, dan disebabkan oleh campuran mikroorganisme dan sisa-sisa makanan. Dan tipe
bakteri penghasil asam, terutama Streptococcus mutans, melekat dan berkoloni
permukaan gigi dan menyebabkan kerusakan pada struktur keras gigi dengan adanya
fermentasi karbohidrat misalnya, sukrosa dan fruktosa (Ozdemir, 2013). Interaksi
Streptococcus mutans pada permukaan gigi menyebabkan proses demineralisasi email.
Bila proses demineraslisasi ini terus terulang dengan cepat dan tidak seimbang dengan
terjadinya remineralisasi maka dapat terjadi karies (Dhika,2007).
Prevalensi karies di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (Depkes
RI, 2004) mencapai 90,05%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2007),
prevalensi karies pada usia lebih dari 12 tahun di Indonesia mencapai 46,5%. Tingginya
prevalensi karies menunjukkan perlunya pencegahan sedini mungkin, yaitu dengan cara
mengurangi jumlah mikroorganisme Streptococcus mutans di dalam rongga mulut
dengan mengembangkan metode pencegahan yang sederhana dan tepat guna agar dapat
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat untuk menurunkan prevalensi karies di
Indonesia (Dhika, 2007)
Dengan menjaga kebersihan mulut dengan cara menyikat gigi dan berkumur
dengan mouthwash merupakan cara yang efektif dalam mengontrol jumlah Streptococcus
mutans. Karena adanya zat antibakteri pada moutwash dan pasta gigi, yaitu alkohol pada
mouthwash dan triclosan pada pasta gigi. Tetapi dewasa ini penggunaan antibakteri
alkohol, diduga dapat menyebabkan efek karsinogenik yang berujung pada kanker mulut.
Hal ini didukung oleh penelitian Profesor. McCullough dan Farah dalam Australian of
Dental Journal (2008). Triclosan juga memiliki beberapa efek negative pada tubuh,
diantaranya mengganggu kerja hormone tiroid (Crofton et al, 2007), pada penelitian pada
tikus, triclosan menyebabkan gangguan fungsi dan perkembangan neurologic ( Newton et
al, 2005), Penelitian lain menyebutkan bahwa triclosan memiliki sifat androgenik dan
estrogenik dan paparan dengan triclosan berpotensi meningkatkan resiko breast cancer
(Gee et al,2008) Melihat dari permasalahan tersebut perlunya mencari alternatif antiseptik dan anti-bakteri yang alami serta aman dalam pemanfaatannya.
Saat ini dunia kefarmasian nasional juga tidak luput dari fenomena
ketergantungan terhadap bahan baku impor yang mencapai 95 %. Pemerintah senantiasa
membuka kesempatan inovasi di bidang obat tradisional dalam rangka pembangunan
kesehatan, termasuk perekonomian nasional. Indonesia akan keanekaragaman hayati,
namun belum banyak dimanfaatkan. Diperkirakan 40.000 spesies tumbuhan hidup, 30.00
diantaranya hidup di Indonesia. Dari jumlah itu baru sekitar 180 spesies yang
dimanfaatkan sebagai bahan oleh industry obat tradisional (Depkes RI, 2007).
Salah satu kenekaragaman hayati tersebut adalah Eceng Gondok. Eceng gondok
(Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk
dan sungai yang alirannya tenang. Menurut sejarahnya, eceng gondok di Indonesia
dibawa oleh seorang ahli botani dari Amerika ke kebun Raya Bogor. Akibat pertumbuhan
yang cepat (3% per hari), eceng gondok ini mampu menutupi seluruh permukaan suatu
kolam. Eceng gondok tersebut lalu dibuang melalui sungai disekitar Kebun Raya Bogor
sehingga menyebar ke sungai-sungai, rawa-rawa dan danau-danau di seluruh Indonesia.
Eceng gondok dewasa, terdiri dari akar, bakal tunas, tunas atau stolon, daun, petiole, dan
bunga. Daun-daun eceng gondok berwarna hijau terang berbentuk telur yang melebar
atau hamper bulat dengan garis tengah sampai 15 sentimeter (Hutabarat, 2010). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Thamaraiselvi et al (2012), Eceng gondok menunjukkan
kemampuan antibakteria, yaitu dengan adanya kandungan tannin yang mengikat protein
sehingga menghambat sintesa protein bakteri. Pada penelitian Jayanthi (2012)
menunjukkan aktifitas yang signifikan pada Staphylococcus albus dan pada penelitina
Thamaraiselvi (2012) pada bakteri Micrococcus luteus yang juga merupakan bakteri
gram positif. Hal ini menunjukkan potensi eceng gondok sebagai antibakteri, yang mana
Streptococcus mutans juga merupakan bakteri gram positif. Bakteri gram positif memiliki
enzim autolysin, yang mana merupakan enzim yang berperan pada regulasi bakteri.
Enzim tersebut menghidrolis dinding sel dari bakteri gram positif, yang mana dimiliki
setiap bakteri yang memiliki dinding peptidoglikan, sebagai pencerna selektif dinding sel
bakteri. Autolysin dapat dirangsang oleh enzim, suatu zat atau obat melalui reaksi dengan
permukaan sel, yang mengakibatkan lisis. Dan mekanisme ini sama pada semua bakteri
gram positif (Salazar & Asenjo, 2007). Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa
Streptococcus mutans memiliki karakteristik yang sama dengan bakteri gram positif yang
diteliti oleh Jayanthi & Thamaraiselvi, yaitu S. albus dan M. luteus. Dan eceng gondok
terbukti dalam menghambat/mematikan bakteri tersebut, akan tetapi belum dilakukan
penelitan ekstrak eceng gondok terhadap S. mutans
1.2.1 Apakah ekstrak Eichhornia Crassipies memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus
mutans ?
efek
antibakteri
ekstrak
Eichhornia
Crassipies
terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 : Eceng Gondok (Eichhornia crassipies) (Department of ariculture, fisheries and
foresty, 2013)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Spesies : Eichornia crassipes Solms
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Tannin
Alkaloid, Terpenoid,
saponin quinine
Menghambat sintesa
protein
Inhibisi Streptococcus
mutans
Keterangan
Variabel yang
diteliti
Streptococcus
mutans
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
4.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental yaitu uji difusi ekstrak Eceng
gondok terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans secara in vitro.
4.1.2 Rancangan Penelitian
Penelitian dirancang menggunakan metode randomized post test controlled design.
Secara skematis, dapat digambarkan sebagai berikut
C(+)
O1
C(-
O2
P1
O3
P2
O4
P3
O5
Keterangan :
S
C(-)
C(+)
P1
P2
P3
O1
O2
O3
O4
O5
Keterangan :
t = Jumlah kelompok penelitian
r = Jumlah replikasi atau pengulangan
1. Variabel bebas
- Konsentrasi larutan ekstrak Eceng Gondok (Eichhornia Crassipies)
2. Variabel tergantung
- Zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans
3. Variabel kendali
- Jenis bakteri
- media biakan (Trypticase-Yeast Extract-Cistine (TYC))
- faktor lingkungan laboratorium
4.3.2 Definisi Operasional Variabel
1. Konsentrasi larutan ekstrak Eceng gondok (Eichhornia Crassipies) adalah campuran ekstrak
konsentrasi tertentu dengan larutan etanol di sumuran yang dibuat pada media biakan TYC
dalam cawan petri
2. Zona hambat pertumbuhan Streptococcus mutans adalah selisih diameter zona hambat
pertumbuhan Streptococcus mutans dengan diameter sumuran pada media yang relah
diinokulasi dengan teknik streaking secara merata dan menyeluruh di permukaan media
biakan.
4.4 Bahan dan Alat
4.4.1 Bahan
4.4.1.1 Suspensi Bakteri
Spesies bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans diperoleh dari
Laboratorium Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya.
4.4.1.2 Eceng gondok
Eceng gondok diambil dari sungai dekat jalan raya its. Bagian Eceng gondok yang
digunakan adalah daun dan tunasnya untuk dibuat ekstraknya. Konsentrasi yang digunakan
adalah 80%, 90% dan 100%. Konsentrasi ini digunakan karena suatu bahan baru dapat
dikatakan memiliki aktivitas antimikroba bila diameter hambatan yang terbentuk adalah lebih
dari 8 mm (Jayanthi, 2012). Berbagai perlakuan dengan konsentrasi tinggi ini diharapkan
dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mengetahui zona hambat terbaik.
4.4.1.3 Antibiotik
Antibiotik yang digunakan untuk kontrol positif adalah Amoxicillin
4.4.1.4 Larutan Etanol
Larutan etanol digunakan dalam ekstraksi Eceng gondok (Eichhornia crassipies)
4.6.3 Perlakuan
Streptococcus mutans yang telah dibuat suspense dengan standar kekeruhan Mc Farland
0,5 diinokulasikan pada lima kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol negative C(-),
kelompok kontrol positif C(+), Kelompok perlakuan P1, P2, dan P3
1.
2.
5.
4.6.3.1 Inkubasi
Setelah perlakuan selesai dilakukan, seluruh kelompok perlakuan diinkubasi dalam
incubator selama 2hari
4.6.4 Setelah Inkubasi
Setelah inkubasi, pada hari ke dua seluruh kelompok diambil dari incubator dan diukur
zona hambatnya menggunakan jangka sorong
Pembuatan 25 Sumuran
Kelompok
kontrol
negatif C(-)
Tanpa
Perlakuan
Kelompok
kontrol
positif C(+)
Pemberian
amoxicillin
Kelompok
Perlakuan
(P1)
Pemberian
ekstrak eceng
gondok
(Eichhornia
crassipies)
dengan
konsentrasi
80 %
Kelompok
Perlakuan
(P2)
Pemberian
ekstrak
eceng
gondok
(Eichhornia
crassipies)
dengan
konsentrasi
90 %
Kelompok
Perlakuan
(P3)
Pemberian
ekstrak eceng
gondok
(Eichhornia
crassipies)
dengan
konsentrasi
100 %
Daftar Pustaka
Jayanthi P. & Lalitha P. 2012 Antimicrobial Activity of Solvent Extracts of Eichhornia crassipies.
Der Pharma Chemica, 2013, 5(3):135-140
Kharal S.A., Hussain Q., Ali S., & Fakhuruddin. Quinine is Bactericidal. JPMA 59:208; 2009
Khumar. S.K., Canusan.K and R.P.V. Subba., 2009. Antioxidant Potential of Solvent Extract of
Kappaphycus alvarezii (doty) Doty-an Edible Seaweed. Food Chemistry 107, 289-295.
Mariajancyrani J., Chandramohan G., Saravanan, & Elayaraja A. Isolation and Antibacterial
Activity of Terpenoid from Bougainvillea glabra choicy Leaves. Asian Journal of Plant
Science and Research, 2013, 3(3):70-73
McCullough MJ. & Farah CS. The Role of Alcohol in Oral Carcinogenesis with Particular
Reference to Alcohol-Containing Mouthwashes. Australian Dental Journal vol 53 Issue 4
p 302-305 December 2008
Newton, AP, SM Cadena, ME Rocha, et al. 2005. Effect of triclosan (TRN) on energy-linked
functions of rat liver mitochondria. Toxicology Letters 160: 49-59.
Nomura, Y., Takeuchi, H., Matin, K., Iguchi, R., Toyoshima, Y., Kono, Y., Ikemi, T., Imai, S.,
Nishizawa, T., Fukushima, K., and Hanada, N. 2004. Feasibility of Eradication of Mutans
streptococci from Oral Cavities, J of Oral Science, 46(3), page 179-183
Ozdemir D. Dental Caries L The Most Common Disease Worldwide and Preventive Strategies.
International Journal of Biology; Vol. 5, No. 4; 2013
Salazar O., Asenjo J.A. Enzymatic Lysis of Microbial Cells. Biotechnol Lett. 2007 Jul;29(7):98594.
Sidarningsih. 2000. Kadar Anti bodi IgA Sekretori terhadap Antigen I/II Streptococcus mutans
dalam Saliva Subyek Bebas Karies dan Karies Aktif, Dent J, 33(3), page 99-102.
Soetan K.O, Oyekunle M.A., Aiyelaagbe O.O. & Fafunso M.A. Evaluation of the antimicrobial
activity of saponins extract of Sorghum Bicolor L. Moench. African Journal of
Biotechnology Vol. 5 (23), pp. 2405-2407, 4 December 2006
Samaranayake, L. P. 2002. Essential Microbiology For Detistry, W.B. Saunders Company,
Philadelphia, page 175, 217-223, 425-426, 719-720.
Thamaraiselvi, Jayanthi P., Lalitha P. Preliminary Studies on Phytochemicals and Antimicrobial
Activity of Solvent Extracts of Eichhrnia Crassipes. Asian Journal of Plant Science and
Research, 2012, 2 (2):115-122
Yuan, L., Wang L., Han Z., Jiang Y., Zhao L., Liu H., Yang L., & Luo K. 2012 Molecular
Cloning and Characterization of PtrLAR3, a Gene Encoding Leucoanthocyanidin
Reductase From Populus trichocarpa, and its constitutive Expression Enhances Fungal
Resistance in Transgenic Plants. Journal of Experimental Biology, 63 (7): 2513-2524