Jawab:
Kurs yang berlaku = Rp. 13.000
Harga us $ 50.000 x 13.000
Biaya angkut us $ 2.500 x 13.000
Biaya asuransi us $ 250 x 13.000
Bea masuk
Pungutan pabean dan lain-lain
Nilai import
2.5%
7.5%
: Rp. 650.000.000
: Rp. 32.500.000
: Rp. 3.250.000
: Rp. 25.500.000
: Rp. 15.600.000 +
Rp. 726.850.000
Rp.
Jepang
Rp. 50.000.000.000
Jumlah penghasilan netto luar negeri
Rp.
80.000.000.000 +
Penghasilan kena pajak (PKP)
Rp. 95.000.000.000
2. Mencari pajak penghasilan terutang dari jumlah PKP sebesar Rp.
95.000.000.000:
25% x Rp. 95.000.000.000 = Rp. 23.750.000.000
3. Mencari kredit pajak luar negeri (KPLN) :
Korean selatan: Rp. 30.000.000.000 / Rp. 95.000.000.000 x Rp.
23.750.000.000 =
Rp. 7.500.000.000
Jepang: Rp. 50.000.000.000 / Rp. 95.000.000.000 x Rp.
23.750.000.000 =
Rp. 12.500.000.000
4. Mencari pajak yang telah dibayar atas penghasilan luar negeri :
Korea selatan:
40% x Rp. 30.000.000.000 = Rp.
12.000.000.000
Jepang:
25% x Rp. 50.000.000.000 = Rp.
12.500.000.000
5. PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan
Korea selatan sebesar Rp. 7.500.000.000
PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan Jepang
sebesa
Rp. 12.500.000.000
6. Jumlah PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri :
Rp. 7.500.000.000 + Rp. 12.500.000.000 = Rp. 20.000.000.000
Rp.
-------------------------Nilai Impor
Rp.135.336.000
PPN 10 %
PPh Pasal 22 : 2,5 %
Total Nilai Mesin
152.253.000
13.533.600
3.383.400
------------------------Rp.
Ket :
Tanda ( - )
Rp. 22.556.000 = 20 % x Rp. 112.780.000
Rp. 13.533.600 = 10 % x Rp. 135.336.000
Rp. 3.383.400 = 2,5 % x Rp. 135.336.000
Karna perusahaan tersebut memiliki API ( Angka Pengenal
Impor ) maka tarif
Yang dikenakan ialah : 2,5 % tetapi jika entitas tersebut tidak
memiliki API
Maka tarif yang akan dikenakan sebesar 7,5 %.
Pertanyaan 1 :
PT Sido Muncul memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2007 sebagai
berikut :
Penghasilan dari luar negeri Rp 5.000.000.000,00 , dengan tarif pajak
sebesar 40%.
Penghasilan usaha di Indonesia Rp 1.000.000.000,00. Berapakah batas
maksimum kredit pajak?
Jawaban:
jumlah neto adalah :
Rp 5.000.000.000,00 + Rp 1.000.000.000,00= Rp 6.000.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 perhitungan
yaitu:
1.
PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah : 40 % x Rp
5.000.000.000,00= Rp 2.000.000.000,00
2.
(Rp 5.000.000.000,00 : Rp 6.000.000.000,00) x Rp
1.680.000.000,00 =Rp 1.400.000.000,00
3.
PPh terutang (menurut tarif pasal 17) = Rp 6.000.000.000 x 28%=
Rp 1.680.000.000
Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2
sebesar Rp 1.400.000.000,00
Pertanyaan 2 :
PT Asma Barata memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai
berikut:
Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp 4.000.000.000,00
dengan tarif pajak 35%
Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp 2.000.000.000,00
dengan tarif pajak 20%
Penghasilan di Indonesia Rp 5.000.000.000
Hitunglah kredit pajak luar negeri dari perusahaan Asma Barata !
Jawaban:
1. Penghasilan luar negeri sebesar Rp 6.000.000.000,00 (dihitung dari
negara A dan B)
2. Penghasilan dalam negeri sebesar Rp 5.000.000.000,00
3. Jumlah penghasilan neto adalah:
Rp 6.000.000.000 + Rp 5.000.000.000 = Rp 11.000.000.000
4. PPh terutang (pasal 17)
= Rp 11.000.000.000 x 28% = Rp
3.080.000.000
5. Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah :
a. Untuk negara A
(Rp 4.000.000.000 : Rp 11.000.000.000) x Rp 3.080.000.000 = Rp
1.120.000.000
Pajak terutang di negara A adalah Rp 1.400.000.000 maka maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 1.120.000.000
b. Untuk negara B
(Rp 2.000.000.000 : Rp 11.000.000.000) x Rp 3.080.000.000 = Rp
560.000.000
Pajak terutang di negara B adalah Rp 400.000.000 maka maksimum kredit
pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp 560.000.000
c. Jumlah kredit pajak luar negeri yan diperkenankan adalah:
Rp 1.120.000.000 + Rp 560.000.000 = Rp 1.680.000.000
Pertanyaan 3 :
PT Andira memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 adalah
sebagai berikut:
Di negara A, memperoleh laba Rp 2.000.000.000 dengan tarif
pajak sebesar 35% (Rp 700.000.000)
Di negara B, memperoleh laba Rp 3.000.000.000 dengan tarif
pajak 20% (Rp 600.000.000)
Di negara C, menderita kerugian sebesar Rp 4.000.000.000
Penghasilan usaha di Indonesia adalah sebesar Rp 4.000.000.000
Hitunglah kredit pajak luar negeri !
Jawaban:
1. Penghasilan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000 (dari jumlah
Rp 2.000.000.000
Rp 3.000.000.000 +
=Rp 5.000.000.000
60000
00
0)
iuran THT (7500012)
iuran pensiun
(25000012)
jumlah
pengurang
penghasilan netto
setahun
90000
0
30000
00
(99000
00)
378740
000
PTKP
(15840
000)
362900
000
wajib pajak
penghasilan kena
pajak
penghasilan
premi asuransi
kecelakaan
premi asuransi
kematian
tunjangan
pajak
penghasilan bruto 1
bulan
penghasilan bruto 1
tahun
pengurang
biaya
jabatan(5%18864000
0)
iuran THT (7500012)
iuran pensiun
(25000012)
jumlah
pengurang
15000
000
10000
0
12000
0
50000
0
15720
000
188640
000
60000
00
90000
0
30000
00
(99000
00)
penghasilan netto
setahun
178740
000
PTKP
wajib pajak
penghasilan kena
pajak
(15840
000)
162900
000
a.
b.
c.
d.
e.
6072500
0
(194350
00)
(500000
)
1893500
0
Malaysia
1. PPh Pemotongan dan Pemungutan Psl 4 (2), 15, 22, 23, dan 26 Martini,
SE, M.Akt
2. PPh Pasal 4 (2) atau PPh FINAL atau Schedular Taxation Merupakan
pajak yang bersifat Final (rampung), jenis penghasilan yang dikenakan PPh
ini ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
3. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No 1 PP Objek PPh Final Psl 4
(2) Tarif dan DPP PP Penghasilan 131/2000 bunga berupa 20% x jml bunga
deposito dan tabungan lainnya 2 PP 16/2009 Penghasilan berupa bunga
obligasi Diatas tahun 2014 15% x jml bunga Tahun 2011-2013 5% x jml
bunga Tahun 2009-2010 0% x jml bunga
4. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No 3 PP Objek PPh Final Psl 4
(2) Tarif dan DPP PP 15/2009 Bunga simpanan yang 10% x jml bunga
dibayarkan oleh koperasi 0% x jml bunga kepada anggota koperasi orang
pribadi 4 PP Penghasilan 132/2000 hadiah undian berupa 25% x
penghasilan bruto 5 PP 41/1994 Penghasilan dari transaksi 0,1% x nilai
jual jo. 14/1997 PP saham lainnya dan sekuritas 0,5% x perdana harga
5. Ringkasan Pengenaan PPh Final Pasal 4 (2) No PP Objek PPh Final Pasal
4 Tarif dan DPP (2) 6 PP 17/2009 Transaksi derivatif yang 2,5% x margin
diperdagangkan di bursa 7 PP 4/1995 Transaksi saham atau penjualan
0,1% x nilai jual pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang awal diterima oleh perusahaan modal ventura
10. Pajak Penghasilan Pasal 15 Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal
15 3. Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri yang melakukan
Usaha melalui BUT di Indonesia Penghasilan neto perusahaan
pelayaran/penerbangan luar negeri adalah sebesar 6% dari peredaran
bruto, sedangkan tarif efektif yang berlaku adalah sebesar 2,64% dan
bersifat final. Norma penghasilan neto Tarif PPh (maksimal) Jumlah PPh
Pasal 15 (6% x 30% Laba setelah PPh Pasal 15 (6%-1,8%) Tarif PPh Pasal
26 ayat (4) Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (4,2% x 20%) Tarif Efektif (0,84%
+ 1,8%) : 6% : 30% : 1,8% : 4,2% : 20% : 0,84% : 2,64%
11. Pajak Penghasilan Pasal 15 Subjek dan Cara Penghitungan PPh Pasal
15 4. Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai BUT Perwakilan Dagang
Asing di Indonesia Penghasilan neto WP perwakilan dagang asing di
Indonesia adalah 1% dari nilai ekspor bruto, sedangkan tarif efekif yang
berlaku adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final
Norma penghasilan neto Tarif PPh (maksimal) Jumlah PPh Pasal 15 (1% x
30% Laba setelah PPh Pasal 15 (1%-0,3% Tarif PPh Pasal 26 ayat (4)
Jumlah PPh Pasal 26 (4) ayat (0,7% x 20%) Tarif Efektif (0,14% + 0,3%) :
1% : 30% : 0,3% : 0,7% : 20% : 0,14% : 0,44%
15. Uraian Mata Uang Nilai a. Cost USD 500.000 a. Insurance USD 10.000
a. Freight USD 40.000 a. CIF (a+b+b) USD 550.000 a. Bea Masuk 20% USD
110.000 a. Nilai Impor (d+e) USD 660.000 a. Kurs KMK Rp 8.000 a. Nilai
Impor (f x g) Rp 5.280.000.000 a. PPh Pasal 22 (2,5% x h) Rp 132.000.000
Berdasarkan contoh di atas, misalnya PT Nasional Indah tidak memiliki API
mengimpor mesin yang sama lagi, PPh Pasal yang terutang sebesar 7,5%
x Rp 5.280.000.000 = Rp396.000.000
16. Cara Menghitung PPh Pasal 22 1. PPh Pasal 22 ini merupakan PPh yang
wajib dipungut oleh : Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) baik ditingkat pusat ataupun tingkat Daerah Bendahara
Pengeluaran untuk pembayaran dengan mekanisme uang persediaan (UP)
KPA atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi
KPA untuk mekanisme pembayaran langsung (LS) Pembayaran atas
pembelian barang yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut di atas, wajib
dipungut PPh Pasal 22 dari Wajib Pajak penjual dengan tarif 1,5% x harga
jual (belum termasuk PPN) Catatan : Sejak 1 Januari 2004, Bulog
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas pembelian gula pasir dan
tepung terigu
17. Cara Menghitung PPh Pasal 22 2. PPh Pasal 22 Impor (PMK154/PMK.03/2010) Besarnya PPh Pasal 22 atas Impor adalah : Atas impor
yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) sebesar 2,5% x Nilai
Impor Atas impor yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API)
sebesar 7,5% x Nilai Impor Atas impor yang tidak dikuasai (dilelang oleh
Ditjen Bea Cukai) sebesar 7,5% x Harga Jual Lelang Nilai impor = Harga
Patokan Impor (CIF) + Pungutan berdasarkan UU Pabean (Bea Masuk).
Untuk menghitung nilai impor, digunakan kurs berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan (kurs KMK, bukan kurs Bank Indonesia)
18. Cara Menghitung PPh Pasal 22 3. Produk Barang Bakar Minyak, Gas
dan Pelumas Produsen dan Importir BBM, Gas dan Pelumas wajib
menyetor PPh Pasal 22 Final melalui bank persepsi sebelum penebusan
DO (Delivery Order) ke Pertamina atau Importir tersebut PPh Pasal 22
yang terutang : Jenis Produk SPBU Pertamina SPBU Non Pertamina atau
Non SPBU Bahan Bakar 0,25% x Harga Jual 0,30% x Harga Jual Gas 0,30%
x Harga Jual 0,30% x Harga Jual Pelumas 0,30% x Harga Jual 0,30% x
Harga Jual Minyak PPh Pasal 22 yang terutang tersebut bersifat final bagi
penyalur/agen dan bersifat tidak final bagi selain penyalur atau agen
19. Cara Menghitung PPh Pasal 22 4. Produk Semen, Baja, Otomotif, dan
Kertas Pabrikan produk berupa semen, baja, dan kertas wajib memungut
PPh Pasal 22 dari distributor/penyalurnya pada saat transaksi penjualan
28. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 PPh atas Jasa Konstruksi 2%
untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil 4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha 3%
untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 4%
untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha 6% untuk
Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha
29. Tabel Perbandingan Tarif Pajak Jenis Jasa Kualifikasi Menengah Tidak
Konstruksi Kecil dan Besar berkualifikasi 2% 3% 4% 4% 4% 6% 4% 4% 6%
Jasa Pelaksanaan Jasa Pengawasan Jasa Perencanaan Jenis PPh PPh Final
37. Pajak Penghasilan Pasal 26 3. PPh Pasal 26 dengan tarif 20% dari
Penghasilan Kena Pajak Setelah Dikurangi PPh Terutang Atas penghasilan
kena pajak setelah dikurangi PPh dari suatu BUT di Indonesia dikenakan
PPh Pasal 26 sebesar 20% 4. PPh Pasal 26 dengan tarif sesuai P3B
(Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda)