Anda di halaman 1dari 5

Definisi cardiac arrest

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa
terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak.
Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan
tanda tampak (American Heart Association,2014).
Cardiac arrest adalah penghentian mendadak fungsi pompa jantung disertai
menghilangnya tekanan darah arteri, yang menunjukkan terjadinya fibrilasi ventrikelatau
penghentian ventrikel (Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cardiac arrest adalah
hilangnya fungsi jantung secara mendadak yang ditandai dengan tidak adekuatnya atau
kegagalan ventrikel kiri jantung memompakan darah ke seluruh tubuh termasuk organ-organ
vital. Oleh karena itu cardiac arrest merupakan suatu keadaan kedaruratan medis karena
berhubungan dengan kegagalan sirkulasi tubuh.
Mekanisme cardiac arrest
Mekanisme cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Bebereapa
sebab dapat menyebabkan ritme denyut jantung menjadi tidak normal, dan keadaan ini sering
disebut aritmia. Selama aritmia, jantung dapat berdenyut terlalu cepat atau terlalu lambat atau
berhenti berdenyut. Empat macam ritme yang dapat menyebabkan cardiac arrest adalah
Ventricular Fibrillation (VF), Ventricular Tachycardia (VT), Pulseless Electrical Activity
(PEA) dan asistol.
a) Ventricular Fibrillation (VF)
Aritmia ini mengindikasikan keadaan jantung yang sekarat. VF adalah aritmia yang paling
sering ditemukan pada orang dewasa yang meninggal dunia mendadak. Gambaran EKG pada
pasien VF terlihat naik turun mendadak (VF kasar) atau bergeletar halus (VF halus). Pada VF,
tidak ada curah jantung yang keluar, sehingga resusitasi jantung-paru dan defibrilasi listrik
harus dikerjakan segera.
b) Ventricular Tachycardia (VT)
Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena adanya gangguan
otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi

nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya
pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT
dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih
diutamakan. Pada kasus VT yang berlangsung terus-menerus dengan gangguan hemodinamik
sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan
menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.
c) Pulseless Electrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau
menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur
dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera dilakukan.
d) Asistol
Asistol adalah suatu keadaan berhentinya aktivitas listrik pada jantung yang berlangsung
lama, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini
tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.

Definisi RJP
Resusitasi paru jantung yaitu memulihkan kembali kerja jantung dan paru setelah henti
jantung atau kematian mendadak yang disebabkan oleh syok listrik, tenggelam, henti napas,
dan penyebab lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2011). Jadi, resusitasi jantung paru
adalah bentuk pertolongan pertama pada seseorang yang mengalami henti jantung dan atau
henti napas.
Prosedur RJP

1. Evaluasi keasadaran pasien, tentukan ada atau tidak adanya respon/napas. Lakukan
dengan mencoba membangunkan korban atau memeriksa pernapasan melalui hidung
korban.
2. Meminta pertolongan orang sekitar untuk dibawakan AED atau defibrillator.
3. Periksa denyut nadi arteri besar (biasanya pada arteri carotis). Pemeriksaan nadi bagi
penolong (awam) tidak sensitif dan spesifik sehingga tidak direkomendasikan bagi
penolong awam. Tetapi bagi petugas medis waktu yang diperlukan dibatasi 10 detik.
4. C-A-B (compressions-airway-breathing)

Compressions (30x)
-

Posisi tangan : di tengah dada

Push hard push fast (Menekan sternum)


Frekuensi : 100x/menit dengan kedalaman : 5 cm

Dekompresi : memberikan kesempatan dada mengembang (duty cycle


50%)

Membatasi interupsi kompresi dada

Penolong : bergantian tiap 5 siklus (2 menit)

Airway
Buka jalan napas dengan teknik non-invasif:
-

head tilt (ekstensikan kepala) chin lift (angkat dagu)

jaw lift (angkat rahang) bila ada trauma kepala (bila curiga fraktur
servikal)

Breathing (2x)
Mouth-to-mouth breathing atau Mouth-to-device barrier breathing
-

Bila tidak bernapas, berikan 2 bantuan napas hingga dada terlihat


mengembang

Setiap napas 1 detik hingga dada naik

Lepaskan mulut dari korban dan lihat penurunan dinding dada saat udara keluar.
5. Kompresi

dan

ventilasi

diteruskan

dengan

rasio

30:2,

defibrilasi/automated external defibrillator (AED) tersedia.


6. Apabila AED sudah tiba,

Lakukan syok bila ada indikasi (terpasang monitor atau AED)

hingga

alat

Setelah setiap syok langsung lakukan RJP kompresi dada, hingga 5 siklus atau
2 menit, setelah itu baru evaluasi irama jantung.

Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:
EGC
Thaler, Malcolm S. 2013. Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan Edisi 7.
Jakarta: EGC
Anonim. 2014. About Cardiac Arrest. (dalam
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/About-CardiacArrest_UCM_307905_Article.jsp, diakses tanggal 21 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai