Anda di halaman 1dari 12

BAB II PEMBAHASAN 1.

Pengertian system perkemihan Sistem perkemihan merupakan


suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). 2. Fungsi system perkemihan 1. Membuang sisa metabolisme :
Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid. Racun-racun/Toxins Obatobat/Drugs 2. Pengaturan homeostasis : Keseimbangan air Elektrolit Keseimbangan
asam-basa darah Tekanan darah Produksi darah merah Mengaktifkan vitamin D 3.
Organ organ system perkemihan a. Ginjal/Kidneys Ginjal berbentuk seperti kacang merah
dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm, terletak di ruang belakang selaput perut tubuh
(retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal
kiri. Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial
terdapat cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh
darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal
sebagai piala ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar
dan kecil yang disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks
minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada
potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang
meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens.
Satu piramid dengan bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain
tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan
ada bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan (Gb-3) yang terdapat pada
korteks dan medula ginjal adalah : 1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu a.
Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan
glomerulus (jumbai /gulungan kapiler). Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan
yaitu kapsul Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran
ujung proksimal saluran keluar ginjal (nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi
oleh jumbai kapiler (glomerulus) sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang
berdinding ganda. Dinding sebelah luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan

dinding dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada jumbai
glomerulus (Gb-4 dan 5). Ruang diantara ke dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi
cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi akan masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal. Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna
yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus
merupakan gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars
viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung
cairan ultra filtrasi dan meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus
oleh epitel pars parietal kapsul Bowman. b. Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus
proksimalis dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelokkelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel
bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya
bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras
sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal. Fungsi tubulus kontortus
proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via
transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
diresorpsi. Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh
selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus
proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel
bewarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai
paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam
pemekatan urin. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim
tubulus yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus
ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini. Fungsi ginjal yaitu: Membuang
bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin yang dihasilkan dari
metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa. Mengatur keseimbangan
air dan elektrolit Mengatur keseimbangan asam dan basa. Menghasilkan renin yang
berperan dalam pengaturan tekanan darah. Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai
peran dalam proses pembentukan eritrosit di sumsum tulang. Produksi dan ekskresi urin c.
Ureter / Ureters Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan

adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina
propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal
bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng
(bila kandung kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai
batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal
sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan
banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang
disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya
lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan
menghilang bila ureter diregangkan. Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos
longitudinal disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot
polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat
fibroelsatin. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam
kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan
merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan
menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik
ureter. d. Kandung kemih Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
serosa/adventisia. Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan
ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina
propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang
tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara
berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan
fibroelastik. Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia
luar melalui uretra. Meupakan bagian utama kandung kemih di mana urin berkumpul Leher (
kollum ) Merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan
anterior kedalam daerah segitiga urogenitaldan berhubungan dengan uretra. Bagian yang
lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan
uretra Otot polos pada kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas
kesegala arah dan bila berkonyraksi dapat meningkatkan tekanan kandung kemih menjadi
40-60 mmHg.deanagn demikian,kontraksi otot ditrusor adalah langkah terpenting untuk
mengosongkan kandung kemih. Otot-otot polos dari dari otot detrusor terangkai satu sama

lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot keotot yang lain.
Pada dinding posterior kandung kemih tepat pada bagian leher kandung kemih. Terdapat
daerah segitiga kecil yang disebut daerah trigonum. Bagian terendah dari aspek trigonum
adalah bagia kandung kemih pada sudut ter tinggi di trigonum. Trigonum dapat dikenali
dengan melihat mukosanya, yaitu lapisan dalam dari kandung kemih, yang halus, berbeda
dengan mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae.
Masing-masing ureter,pada saat memesuki kandung kemih berjalan secara oblique melalui
otot detrusor dan kemudian melewati 1-2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum
mengosongkan diri kedalam kandung kemih. Leher kandug kemig (uretra posterior )
panjangnya 2-3 cm dan dindingnya terdiri dari ototdetrusor yang bersilangan denga
sejumlah besar jaringan elastic. Otot pada daerah ini disebut sfingter internal sifat tonusnya
secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari
urin dan oleh karena itu mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada
daerah utama kandung kemih meningkat diatas ambang kritis Setelah uretra posterior, uretra
berjalan melewati diafrakma urogenetal, yang mengandung lapisan otot yang disebut spinter
ekterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda dengan otot pada dan
leher kandunh kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja
dibawah kendali system saraf volunter d n dapat digunakan secara sadar untuk menaha miksi
bahkan bila kendali infolunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih. 4. Proses
perkemihan Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan dua tahap utama, yaitu: Kandung kemih terisi secara progresif hingga
tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas. Keadaan ini akan
mencetuskan tahap kedua. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan
berkemih yang disadari. Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medula spinalis yang
bersifat autonom, refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat-pusat di korteks
serebri atau batang otak. Transpor Urin dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung Kemih
Urin mengalir dari duktus koligentes menuju kalises ginjal. Urin meregangkan kalises dan
meningkatkan aktivitas pecemaker, yang kemudian akan memicu kontraksi peristaltik yang
menyebar ke pelvis ginjal dan ke arah bawah di sepanjang ureter. Dengan demikian, hal ini
akan memaksa urin mengalir dari pelvis ginjal ke arah kandung kemih. Ureter memasuki

kandung kemih melalui otot detrusor di dalam area trigonum kandung kemih. Biasanya,
ureter berjalan miring sepanjang beberapa sentimeter ketika melewati dinding kandung
kemih. Tonus normal otot dtrusor di dalam kandung kemih cenderung akan menekan ureter,
sehingga mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ketika terbentuk tekanan di dalam
kandung kemih selama mikturisi atau selama kompresi kandung kemih. Setiap gelombang
peristaltik di sepanjang ureter meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah yang
menuju kandung kemih membuka dan memungkinkan aliran urin ke dalam kandung kemih.
Pengisian Kandung Kemih dan Tous Dinding Kandung Kemih Pada saat tidak ada urin di
dalam kandung kemih, tekanan intravesikularnya sekitar 0, tetapi setelah terisi urin sebanyak
30-50 ml, tekanan meningkat menjadi 5-10 cm air. Tambahan urin sebanyak 200-300 ml
hanya sedikit menambah peningkatan tekanan. Nilai tekanan yang konstan ini disebabkan
oleh tonus intrinsik pada dinding kandung kemih sendiri. Bila urin yang terkumpul di dalam
kandung kemih lebih banyak dari 300-400 ml, akan menyebabkan peningkatan tekanan
secara cepat. Bertambahnya perubahan tekanan tonus selama pengisian kandung kemih
merupakan peningkatan tekanan akut periodik yang terjadi selama beberapa detik hingga
lebih dari semenit. Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air, atau
mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air. Puncak tekanan ini disebut
gelombang mikturisi pada sistometrogram dan disebabkan oleh refleks mikturisi. Refleks
Mikturisi Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan kontraksi
mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang
sensorik di dalam dinding kandung kemih, terutama oleh reseptor di uretra posterior ketika
area ini mulai terisi dengan urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal
sensorik dari reseptor regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis dari medula
spinalis melalui saraf pelvis dan kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung kemih
melalui serabut saraf parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang sama. Bila
kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya akan berelaksasi
secara spontan. Dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan
tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih terus terisi, refleks mikturisi
menjadi semakin sering dan menyebabkan kontraksi oto detrusor yang lebih kuat. Sekali
refleks mikturisi dimulai refleks ini bersifat :regenerasi sendiri. Yang artinya, kontraksi
awal kandung kemih akan mengaktifkan reeptor regang yang menyebabkan peningkatan

impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih dan uretra posterior, sehingga
menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih selanjutnya. Jadi, siklus ini
berulang terus menerus sampai kandung kemih mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat.
Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang beregenerasi
sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi terhenti,
sehingga memungkinkan kandung kemih berelaksasi. Jadi, refleks mikturisi merupakan
sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari (1) kenaikan tekanan secara cepat dan progresif,
(2) periode tekanan menetap, dan (3) kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus
basal. Bila refleks mikturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih,
elemen persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama
beberapa menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi refleks mikturisi berikutnya. Bila
kandung kemih terus-menerus diisi, akan terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan
semakin kuat. Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang
berjalan melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini
lebih kuat di dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, maka akan
terjadi pengeluaran urin. Jika tidak, pengeluaran urin tidak akan tejadi hingga kandung
kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi. 5. Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin 1. Proses Filtrasi ,di glomerulus terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus. 2. Proses
Reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. 3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan
kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke
luar. 6. Apakah ngompol dipengaruhi oleh usia? Mengompol pada anak usia di bawah 5
tahun masih dapat dikatakan normal. Hal ini disebabkan oleh ukuran kandung kemih yang
masih kecil dan kemampuan untuk mengendalikan fungsi tubuh yang masih belum
sempurna pada anak kecil. Istilah medik dari mengompol yang dialami oleh anak balita

adalah enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar pada usia dimana seharusnya
sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil. Hal ini merupakan hal yang umum
terjadi pada anak dan remaja. Enuresis terjadi pada 20% anak berusia 5-6 tahun dan sekitar
1% remaja. Sebagian besar anak yang mengalami enuresis dinyatakan normal secara fisik
dan emosional. Walaupun beberapa dari mereka memang ada yang memiliki kandung kemih
yang kecil, tetapi hal ini seharusnya tidak menghalangi mereka untuk tidak mengompol.
Sebagian besar anak mengalami enuresis jenis nokturnal (atau malam hari). Mereka
mengompol selama mereka tidur. Kadang-kadang, beberapa anak mengompol pada siang
hari saat mereka terjaga (enuresis diurnal). Mereka mungkin memiliki kandung kemih yang
tidak stabil, yang berhubungan dengan ISK. Anak-anak ini dapat dirujuk ke dokter anak dan
mungkin akan diberi obat selama beberapa waktu yang dapat melemaskan otot kandung
kemih. Mengompol juga dapat disebabkan oleh gangguan pada saraf yang menginervasi
sfingter eksterna uretra. Mengompol biasanya dipengaruhi oleh usia, keadaan psikologis,
dan juga keadaan fisik seseorang. Semakin dewasa seseorang, kemampuan untuk
mengendalikan fungsi tubuhnya (seperti proses pengeluaran urin) akan semakin baik. Hal
inilah yang menyebabkan kebiasaan mengompol dapat dihilangkan seiring dengan semakin
bertambahnya usia anak. 7. Saraf apa yang terganggu pada saat ngompol (enuresis)? 1.
Nervus Pudendus dari segmen sakralis 2 & 3 yang menginervasi sfingter eksterna uretra. 2.
Nervus Vagus. 3. Saraf intrinsik dalam susunan sistem urinarius. 8. Apa saja yang dapat
memengaruhi produksi urin? 1. Volume air yang diminum 2. Keadaan emosi 3. Suhu 4.
Elektrolit 5. Zat diuretik (kopi atau teh) 9. Hormon apa yang memengaruhi fungsi ginjal? 1.
Norepinefrin & Epinefrin Hormon ini dilepaskan dari medula adrenal. Hormon ini memberi
sedikit pengaruh pada hemodinamika ginjal, kecuali pada kondisi ekstrim, seperti pada
pendarahan hebat. Hormon ini memberikan efek berupa konstriksi arteriol aferen dan eferen
sehingga menurunkan GFR dan RBF. 2. Endotelin Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel
vaskuler ginjal atau jaringan lain yang rusak. Jika pembuluh darah rusak, maka endotelnya
pun akan rusak dan melepaskan endotelin. Hormon ini memiliki efek untuk vasokonstriktor
kuat sehingga dapat mencegah hilangnya darah. Efeknya terhadap ginjal adalag menurunkan
GFR. 3. Angiotensin II & Aldosteron Angiotensin II dapat merangsang sekresi hormon
aldosteron oleh korteks adrenal. Keduanya memainkan peranan penting dalam mengatur
reabsorpsi natrium oleh tublus ginjal. Bila asupan natrium rendah, peningkatan kadar

kedunya akan merangsang reabsorpsi natrium oleh ginjal sehingga dapat mencegah
kehilangan natrium yang besar. Sebaliknya, dengan asupan natrium yang tinggi, penurunan
pembentukan kedua hormon ini memungkinkan ginjal mengeluarkan natrium dalam jumlah
besar. 4. Prostaglandin & Bradikinin Kedua hormon ini cenderung mengurangi efek
vasokonstriktor ginja akibat aktivitas saraf simpatis, sehingga meningkatkan GFR. 5.
Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin) ADH berperan dalam pengaturan konsentrasi urin,
sehingga juga turut mengatur osmolaritas plasma dan konsenrasi natrium. Jika osmolaritas
plasma meningkat di atas normal (zat terlarut dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar
hipofisis posterior akan terangsang untuk menyekresikan ADH. ADH akan meningkatkan
permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhada air sehingga meningkatkan
reabsorpsi air dan mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika terdapat kelebihan air di dalam
tubuh (osmolaritas cairan ekstrasel menurun), sekresi ADH akan dikurangi. Hal ini akan
mengakibatkan menurunnya permeablitas tubulus distal & duktus koligentes terhadap air
sehingga urin menjadi encer. 10. Zat-zat apa yang terkandung dalam urin pada keadaan
normal? Kandungan air tubuh bayi baru lahir relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
balita atau orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jaringan lemak dan secara
relatif organ visera lebih berat dibandingkan dengan berat tubuh seluruhnya. Terdapat
perbedaan fisiologis antara bayi dan balita dengan orang dewasa dalam hal cairan dalam
tubuh. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat
kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit. Metabolisme air juga sangat berbeda pada
bayi bila dibandingkan dengan anak dan orang dewasa. Kecepatan siklus air pada bayi
sangat tinggi-sekitar 5 kali lebih besar per kilogram berat badan bila dibandingkan dengan
orang dewasa. Oleh karena itu bayi dan anak cenderung rawan terhadap penyakit yang
menimbulkan dehidrasi. Perbedaan lain adalah kematangan sistem pengaturan air dalam
berbagai sistem atau organ tubuh, belum matangnya fungsi ginjal akan menyebabkan
perbedaan komposisi plasma pada bayi bila dibandingkan negan anak yang lebih besar.
Kebutuhan air pada bayi dan balita biasanya dihitung berdasarkan perhitungan kalori, tetapi
hal ini sering menyulitkan dan tidak pasti. Dalam klinik, perhitungan kebutuhan air untuk
anak biasanya didasarkan pada berat badan. Lazimnya digunakan 3 metode perhitungan
kebutuhan air per hari, yaitu: 1. Kebutuhan air per hari berdasarkan rumus Darrow: Anak
dengan berat badan <10 kg = 100 mL/kgBB. Anak dengan berat badan 10-20 kg = 1.000

mL + 50 mL untuk setiap kg kenaikan BB di atas 20 kg. Anak dengan berat badan >20 kg
= 1.500 mL + 20 mL untuk setiap kg kenaikan B di atas 20 kg. 2. Kebutuhan air per hari
berdasarkan luas permukaan tubuh = 1.500 mL/m luas permukaan tubuh. 3. Kebutuhan air
per hari berdasarkan jumlah cairan yang dikeluarkan tubuh=jumlah urin + insensible water
loss. Berdasarkan pengalaman klinik, jumlah urine per hari sekitar 1.00mL/m/hari dan
insensible water loss kira-kira 500 mL/m/hari. Kebutuhan air maksimum pada anak dengan
berat badan ,10 kg sebesar 200mL/kgBB/hari dan pada anak dengan berat badan .10 kg
sebesar 4.000 mL/m luas permukaan tubuh/hari. 1. Air (terbanyak) dan garam-garam (Na+,
K+, Ca2+, Mg2+, Cl-) dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan
antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel. 2. Asam dan basa. 3. Sisa-sisa metabolisme yang
tidak berguna lagi bagi tubuh, seperti: urea, kreatinin, asam urat, asam hipurat, sisa
metabolik hormon, badan keton, dll. 4. Zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya
berlebihan. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kandungan air tubuh bayi baru lahir relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan balita atau orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya jaringan lemak dan secara relatif organ visera lebih berat dibandingkan dengan
berat tubuh seluruhnya. Terdapat perbedaan fisiologis antara bayi dan balita dengan orang
dewasa dalam hal cairan dalam tubuh. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan komposisi,
metabolisme, dan derajat kematangan system pengaturan air dan elektrolit. Metabolisme air
juga sangat berbeda pada bayi bila dibandingkan dengan anak dan orang dewasa. Kecepatan
siklus air pada bayi sangat tinggi-sekitar 5 kali lebih besar per kilogram berat badan bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu bayi dan anak cenderung rawan
terhadap penyakit yang menimbulkan dehidrasi. Perbedaan lain adalah kematangan sistem
pengaturan air dalam berbagai sistem atau organ tubuh, belum matangnya fungsi ginjal akan
menyebabkan perbedaan komposisi plasma pada bayi bila dibandingkan negan anak yang
lebih besar. Fungsi ginjal yaitu: Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen
seperti urea dan kreatinin yang dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan
asing dan produk sisa. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit Mengatur keseimbangan
asam dan basa. Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan eritrosit di
sumsum tulang. 2. Saran Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat
memahaminya dan mengetahui tentang perbedaan system urinaria pada anak dan orang

dewasa. DAFTAR PUSTAKA Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI
KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk
paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk
Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Diposkan oleh

http://wwwabelblogspotcom.blogspot.co.id/2012/07/sistem-perkemihan-pada-anak.html
http://duniakeperawatan2011.blogspot.co.id/2011/04/perkembangan-sistem-perkemihandari.html
Prenatal
Janin muda mengandung sekitar 90% air. Sistem urinasi mulai pada bulan pertama. Produksi urin
pada janin dimulai antara masa gestasi 9 dan 11 minggu kehidupan intrauterin. Peranan ginjal
janin dalam menjaga homeostasis tubuh sampai saat ini masih dipertanyakan, meskipun pada
percobaan binatang ditemukan adanya kemampuan ginjal fetus untuk memekatkan dan
mengencerkan urin, mengabsorbsi fosfat dan mengadakan transportasi zat organik.
Fungsi eksresi janin dilakukan melalui plasenta. Hal ini terbukti dengan ditemukannya hasil
pemeriksaan komposisi cairan tubuh fetus yang normal, termasuk angka plasma kreatinin dan
ureum pada neonatus saat lahir, meskipun terdapat agenesis kedua ginjal.
B.

Neonatus

Bayi baru lahir mengandung air sekitar 70%. Sistem urinari belum berkembang dengan
sempurna sampai akhir tahun pertama. Semua satuan ginjal adalah imatur saat lahir, sehingga
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terjadi dengan mudah.
Sirkulasi darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus pada saat lahir masih rendah, tetapi dalam
beberapa hari makin meningkat. Pada umur satu tahun sudah sama dengan orang dewasa.
Peningkatan LFG dan SDGE pada berbagai usia disebabkan karena penurunan resistensi arteriol
ginjal dan peningkatan porsi curah jantung yang dialirkan ke ginjal. Meskipun LFG pada
neonatus masih rendah, akan tetapi dibandingkan dengan fungsi tubulus perkembangannya
masih lebih matang. Perbedaan ini disebut ketidakseimbangan glomerulus tubular. Keadaan ini

menyebabkan merendahnya fraksi reabsorbsi terhadap berbagai zat yang difiltrasi glomerulus,
sehingga ekskresi beberapa zat seperti glukosa, fosfat, dan asam amino dalam urin meningkat
dibandingkan dengan pada anak besar atau orang dewasa.
Demikian pula ambang serap bikarbonat masih rendah sampai umur 6 bulan, yaitu sebesar 19-21
mg/l. oleh karena itu pada neonatus dapat ditemukan proteinuria dan glukosuria ringan yang
kemudian menghilang dalam beberapa hari. Bila kadar protein dalam urin melebihi 30 mg/dl
perlu pemeriksaan lebih lanjut. Leukosituria normal tidak ditemukan, tetapi sel epitel banyak
ditemukan pada neonatus, yang sering diinterpretasi salah sebagai leukosit. Demikian pula sel
darah merah pada keadaan normal tidak ditemukan, tetapi silinderuria biasanya dapat dijumpai,
yang kemudian menghilang dalam minggu pertama. Pemeriksaan bakteriologik urin neonatus
normal steril.
Karena daya konsentrasi ginjal yang masih rendah maka berat jenis urin pada neonatus pun
masih rendah dengan osmolalitas urin berkisar antara 60-600 mOsm/l. Derajat keasaman urin
berkisar antara pH 6,0-7,0, tetapi dalam beberapa hari ginjal neonatus dengan cepat mampu
menurunkan pH urin menjadi 5,0 atau kurang.
Pemeriksaan ureum darah pada neonatus yang baru dilahirkan berkisar antara 10-40 mg/dl
meskipun terdapat agenesis ginjal bilateral. Peningkatan kadar ureum darah sampai 60 mg/dl
dapat terjadi pada neonatus dengan fungsi ginjal yang normal apabila diberi minum formula susu
buatan dengan kadar protein tinggi. Akan tetapi bila ditemukan peningkatan kadar ureum darah
perlu dicurigai adanya kelainan ginjal antara lain ginjal polikistik dan hidronefrosis kongenital.
Kadar kreatinin darah pada saat lahir hampir sama dengan orang dewasa yaitu 0,5-1,1 mg/dl,
tetapi kemudian menurun dalam 2-4 minggu dan pada umur 1 bulan menjadi 0,1-0,2 mg/dl, yang
kemudian meningkat dengan kenaikan usia seperti dapat dilihat pada Tabel 2.
Sembilan puluh sembilan persen bayi kencing dalam waktu 48 jam pasca lahir. Oleh karena itu
bila bayi tidak kencing dalam waktu 48 jam harus dicurigai adanya gagal ginjal dan perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, antara lain plasma kreatinin dan ureum. Penyebab terjadinya
gagal ginjal pada neonatus dapat terjadi karena faktor pra-, pasca-, dan intrarenal seterti terlihat
pada Tabel 3.
Pada awalnya frekuensi miksi pada bayi sering sekali, tetapi makin lama makin berkurang (lihat
Tabel 4). Sebaliknya jumlah urin pada neonatus masih sedikit, kemudian meningkat pada usia
yang makin bertambah seperti terlihat pada Tabel 5.

Pada neonatus satu atau dua ginjal sering dapat teraba pada palpasi. Bila keduanya teraba
biasanya normal, tetapi bila hanya satu yang teraba perlu dicurigai apakah yang satu itu lebih
besar dari yang lain atau terdorong oleh massa intra- atau ekstrarenal. Pembesaran ginjal pada
neonatus dapat disebabkan oleh hidronefrosis, tetapi lebih sering disebabkan oleh embrioma atau
malformasi kistik. Ketiga hal itu dapat dibedakan dengan pemeriksaan ultrasonografi, foto polos
abdomen atau pielografi intravena (PIV). Pada pelaksanaan pemeriksaan PIV, karena daya
konsentrasi tubulus yang masih kurang pada ginjal neonatus, jumlah media kontras yang dipakai
harus lebih banyak (10-20 ml diodrast) untuk mendapatkan gambar kalises yang baik.
C.

Masa Kanak-Kanak/Pubertas dan Masa Remaja

Perubahan-perubahan komposisi urin pada anak yang sehat (setelah usia 2 tahun) sangat sedikit
karena anak sudah matur, sehingga fungsi ginjal dan urinalisis dapat digunakan sebagai monitor
kesejahteraan. Pada masa remaja merupakan masa optimalnya fungsi dari organ-organ sistem
perkemihan, pada masa ini merpakan masa peralihan/ transisi fungsi dari masa kanak-kanak
yang masih belum optimal.
D.

Masa Dewasa

Orang dewasa mengandung air sekitar 58%. Frekuensi filtrasi glomerulus menurun sekitar 47%
dari usia 20 sampai usia 90 tahun. harisetelah usia 20 tahun terjadi penurunan aliran darah ginjal
kira-kira 10% per dekade, Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai
memasuki usia 30 tahun dan 60 tahun, fungsi ginjal menurun sampai 50% yang diakibatkan
karena berkurangnya jumlah nefron dan tidak adanya kemampuan untuk regenerasi. Beberapa
hal yang berkaitan dengan faal ginjal pada lanjut usia antara lain : (Cox, Jr dkk, 1985)

Anda mungkin juga menyukai