Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang sering diikuti oleh
kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, pembuluh darah, otot,
dan persarafan. Fraktur biasanya terjadi akibat adanya ruda paksa baik yang
bersifat total maupun yang bersifat parsial. Trauma yang menyebabkan fraktur
dapat berupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur tulang
terjadi jika tenaga yang melawan kekuatan tulang lebih besar daripada kekuatan
tahanan tulang.1
Pada usia produktif di bawah 45 tahun, fraktur lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan dan terjadinya fraktur sering dikaitkan dengan
olahraga, pekerjaan, ataupun mekanisme trauma. Sedangkan pada usia lanjut,
perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang dikaitkan
dengan insiden osteoporosis pada masa menopause. Fraktur jenis ini lebih dikenal
sebagai fraktur patologis. Secara umum, penyebab tersering dari fraktur tulang
adalah mekanisme trauma yang disebabkan kecelakaan lalu lintas (70%), jatuh
(11%), luka tajam (8%), dan lain- lain.1,2
Femur adalah tulang terkuat dan terpanjang pada tubuh manusia. Fraktur
femur adalah salah satu jenis fraktur yang sering terjadi. Insiden fraktur femur di
USA diperkirakan 1 orang setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan
data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Terpadu Imunoendokrinologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari
1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 14,7%-nya mengalami fraktur femur.2
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmen fraktur tulang
dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapat hubungan antara
fragmen fraktur tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.1
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan

biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh
dalam syok.1 Fraktur 1/3 medial femur terjadi di bagian corpus femoris2.
Kasus ini diangkat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sebagai
praktisi medis agar dapat mengenal penyakit ini lebih rinci dan memberikan terapi
yang tepat.

BAB II
LAPORAN KASUS
1

Identifikasi
Nama

: Juni Harto Febriansyah

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 35 Tahun

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Karang Agung, Lahat

MRS

: 20 Oktober 2016

No. Rekam Medis

: 973863

Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 1 November 2016
Keluhan Utama
: Sulit berjalan
Keluhan Tambahan
:Riwayat Perjalanan Penyakit :
6 bulan SMRS, paha sebelah kanan penderita tertimpa pohon saat
menebang pohon. Penderita terjatuh disertai suara krek pada paha kanan.
Kaki kanan penderita sulit digerakkan. Nyeri (+) bertambah saat digerakkan,
bengkak (+), memar (+), luka robek (-). Penderita tidak berobat. Penderita
memasang bambu sebagai bidai pada paha kanan.
2 minggu SMRS, penderita menyadari bahwa kaki sebelah kanan lebih
pendek dari sebelahnya dan masih sulit berjalan serta terasa nyeri. Penderita
kemudian berobat ke RSUD lahat dan dirujuk RSMH Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi
Diabetes mellitus

: disangkal
: disangkal

Alergi
: disangkal
Riwayat trauma sebelumnya : ada, 6 bulan yang lalu tertimpa pohon
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Hipertensi
Diabetes mellitus
Alergi
Riwayat keluhan yang sama
3

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 87 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,7C

Keadaan Spesifik
Kepala : konjungtiva anemis (-), pupil bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Leher : JVP 5-2 cmH20, pembesaran KGB (-)
Thorax
Paru
Inspeksi

: Statis dinamis simetris kanan dan kiri, retraksi (-).

Palpasi

: Stem fremitus simetris kanan dan kiri pada kedua


lapang paru.

Perkusi

: Sonor pada pada kedua lapang paru.

Auskultasi

: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: batas jantung normal

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Datar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas
Akral hangat, CRT<3
STATUS LOKALIS
Regio Femoral Dextra
Look : warna sesuai dengan kulit sekitarnya, skar dan deformitas belum
dapat dinilai karena terbalut bidai, diskrepansi (+) tampak shortening
4 cm.
True length

: dextra 76 cm, sinistra 80 cm

Apparent length : dextra 80 cm, sinistra 84 cm

Feel

: nyeri tekan (+), krepitasi (+), neurovaskular distal baik,


kekuatan otot 3.

Movement

: ROM aktif dan pasif terbatas.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 28 Oktober 2016
Hematologi
Hemoglobin

: 15.2 g/dl

(13,2-17,3 g/dL)

Eritrosit

: 4.920.000

(4.200.000-4.870.000/mm3)

Leukosit

: 6.200/mm3

(4.500-11.000/mm3)

Hematokrit

: 45%

(43-49%)

Trombosit

: 194.000/L (150.000-450.000/L)

Hitung Jenis Leukosit : 0/1/57/32/10 (0-1/1-6/50-70/25-40/2-8)

Pemeriksaan Radiologi (3 Oktober 2016)


Foto rontgen femur dextra AP/Lateral

Gambar 1. Foto rontgen penderita.


Kesan : Fraktur complete femur dextra 1/3 medial transverse displaced
2.5. Diagnosis Kerja
Neglected fracture complete femur dextra 1/3 medial transverse displaced
tertutup
2.6. Penatalaksanaan
Ketorolac injeksi 1x1 ampul
Imobilisasi dengan spalk
Rujuk ke Spesialis Bedah Orthopedi : Pro : Open Reduction and

Internal Fixation (ORIF)


Rehabilitasi medik

2.7. Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Femur
3.2 Definisi Fraktur

3.3 Etiologi Fraktur


3.4 Klasifikasi
3.5 Diagnosis

BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan utama sulit


berjalan. Dari anamnesa didapatkan bahwa 6 bulan SMRS paha kanan penderita
tertimpa pohon saat menebang pohon. Penderita terjatuh dan terdengar suara
krek pada paha kanan. Setelah kejadian itu kaki kanan penderita sulit
digerakkan dan terasa nyeri bila digerakkan. Berdasarkan anamnesa di atas dapat
disimpulkan bahwa penderita mengalami trauma langsung dengan energi besar
akibat tertimpa pohon pada paha kanan. Hal ini menunjukkan kemungkinan
terjadi fraktur, dan bukan fraktur patologis Setelah kejadian penderita mengaku
tidak mengalami luka robek pada paha kanan sehingga kemungkinan terjadi
fraktur tertutup.
Dari pemeriksaan fisik pada inspeksi terdapat pemendekan pada tungkai
kanan. Pada palpasi terdapat nyeri pada paha kanan atas dan tidak terdapat
gangguan pada sistem saraf dan pembuluh darah. Pada pemeriksaan ROM
didapatkan pergerakan aktif dan pasif yang terbatas. Hal ini mengarahkan adanya
suatu fraktur tertutup pada femur dextra. Namun untuk memastikan suatu fraktur
diperlukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen.
Pemeriksaan foto rontgen didapatkan kesan fraktur complete femur dextra
1/3 medial transversal displaced overriding. Dari pemeriksaan ini dapat ditetapkan
bahwa penyebab keluhan pada penderita adalah fraktur pada femur.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
penderita mengalami fraktur akibat trauma dengan energi besar sejak sekitar 6

bulan yang lalu, sehingga diagnosa pada penderita yaitu neglected fraktur femur
dextra 1/3 medial complete transversal displaced tertutup.
Berdasarkan prinsip penanganan fraktur, tindakan pertama yang dilakukan
adalah recognition atau mengidentifikasi fraktur yang dialami penderita. Kedua
adalah reduction/reposisi dan sekaligus retaining, dimana fraktur direposisi dan
dipertahankan dengan menggunakan ORIF. Terakhir adalah rehabilitasi yaitu
mengembalikan fungsi ekstremitas yang terganggu karena fraktur. Prognosis pada
kasus ini adalah dubia ad bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif,. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 edisi 3. Media
Aesculapius: FKUI.
2. Sjamsuhidajat, R., de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta: EGC.
3. Apley, A.G.,L. Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley.
Edisi 7. Jakarta: Widya Medika.
4. Evans, P.J., B.J McGrory. 2001. Fracture of The Proximal Femur. ME:
Orthopaedic Associates of Portland.
5. Moore, K.L., A.M.R. Agur. 2002. Essensial Clinical Anatomy. Jakarta:
Hipokrates.
6. Evans, P.J., B.J McGrory. 2001. Fracture of The Proximal Femur. ME:
Orthopaedic Associates of Portland.
7. Mardhiya, W.R. 2009. Fraktur Femur. Pekanbaru : Universitas Riau.
8. Hoppenfeld, S., 1999. Treatment and Rehabilitation of Fractures. New
York: Lippincott Williams & Wilkins
9. James

Keany,

MD.

Femur

Fracture.

In

site

http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
10. Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender . Bone Regeneration and
Repair, Human Press, new jersey, United States of America.21-38,2005
11. Buckley, R., . General Principle of Fracture Care, Department of Surgery,
Division of Orthopaedi, University of Calgary, Canada:4-32,2004
12. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif
Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
13. Lawrence M Davis, MD. Magnetic Resonance Imaging (MRI). In site
http://www.emedicinehealth.com
14. Solomon L, D Warwick, S Nayagam. 2010. Apleys System of
Orthopaedics and Fractures. London: Hodder Arnold.
15. Sami. 2015. Fracture Healing. (http://orthotips.com/198-fracture-healing,
diakses pada 5 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai