TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Endometriosis
1. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal sel-sel ( sel endometrium) mirip
dengan yang membentuk bagian dalam rahim, tetapi di lokasi diluar rahim.
Sel-sel endometrium adalah sel yang dilepaskan setiap bulan selama
menstruasi. Sel-sel endometriosis melampirkan sendiri ke jaringan di luar
rahim dan disebut implan endometriosis. Implan ini yang paling sering
ditemukan di indung telur, saluran telur, permukaan luar rahim atau usus, dan
pada lapisan permukaan rongga panggul. Mereka juga dapat ditemukan dalam
vaginanya, leher rahim, dan kandung kemih, meskipun kurang umum daripada
lokasi lainnya di panggul. Jarang, endometriosis implants dapat terjadi diluar
pelvis, pada hati, pada bekas luka bedah tua, dan bahkan di atau sekitar paruparu atau otak. (Setyaningrum, 2013)
Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan diluar uterus
(Redwine, 2006).
Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan jaringan
yang mengandung unsurunsur stroma dan unsur granular endometrium khas
terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam rongga panggul atau
daerah lain pada tubuh (Dorland, 2006).
2. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi dan stadium endometriosis sangat penting dilakukan
untuk menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil
pengobatan. Stadium endometriosis tidak memiliki korelasi dengan derajat
nyeri keluhan pasien maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau
infertilitas (Winkel, 2010). Hal ini dikarenakan endometriosis dapat dijumpai
pada pasien yang asimptomatik. Klasifikasi Endometriosis yang digunakan saat
ini adalah menurut American Society For Reproductive Medicine yang telah di
revisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman
invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis pada endometriosis, dilakukan penilaian
terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan
densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai nilai dari
skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan
(stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat
(stadium IV).
Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi dan
tipe lesi, yaitu:
a. Peritoneal endometriosis
Lesi di peritoneum memiliki banyak vaskularisasi, sehingga menimbulkan
perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya
perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehinggga tumbuh jaringan
fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi
berwarna hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih
yang memiliki sedikit vaskularisasi dan akan ditemukan debris glandular.
b. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)
Pada endoemtriosis yang terjadi di ovarium, dapat timbul kista yang
berwarna coklat dan sering terjadi perlengketan dengan organorgan lain,
kemudian membentuk konglomerasi. Kista endometrium dapat berukuran
>3cm dan multilokus, juga dapat tampak seperti kista coklat karena
penimbunan darah dandebris ke dalam rongga kista.
c. Deep Nodular Endometriosis
Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum
rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan
ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot
polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan
endometriosisakan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara
klinis yang berhubungan dengan endometriosis nodular dalam. Ada
banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan
endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan
adalah sistem American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi.
Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, dijelaskan bahwa
endometriosis terjadi karena darah menstruasi mengalir balik melalui tuba
ke dalam rongga pelvis (retrograde). Darah yang berbalik ke rongga
peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum
dan merangsang metaplasia peritoneum yang kemudian akan merangsang
angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai
pada daerah yang meningkat vaskularisasinya. Dewasa ini, teori ini tidak
lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat menjelaskan keadaan
endometriosis di luar pelvis (Januar, 2003). Teori yang menguatkan bahwa
teori Sampson tidak dapat laigi diterima adalah telah ditemukan bahwa
partikel endometrium memasuki rongga peritoneal mereka akan diserang
dan dihancurkan proses imunnologi yang masih belum dapat diteliti.
Selain itu, teori menstruasi retrograde tidak dapat menjelaskan mekanisme
terjadinya endometriosis di organ-organ lain, sehingga endometriosis
dipercaya memiliki beberapa patogenesis lain.
b. Teori imunologik dan genetik
Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita
endometriosis. Dmowski dkk mendapatkan adanya kegagalan dalam
sistem pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh
makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis. Beberapa
penelitian menemukan peningkatan IgA, IgG dan IgM dalam serum
peritoneal penderita endometriosis. Kadar C3 juga berfluktuasi, tetapi
meningkat di dalam serum pada endometriosis yang lebih berat. C3
merupakan komplemen yang memegang kunci penting yang berawalnya
kaskade proses imunologis tubuh. Komplemen ini dipakai oleh antibodi
untuk proses penghancuran dinding sel sehingga merusak sel ( Jacoeb,
1990). Kadar C3 yang tinggi di dalam serum menunjukkan komplemen
tersebut tidak dikonsumsi dalam proses imunologi dan proses sitolisis
tidak berlangsung.
c. Teori metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan
bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang
Kandungan
Fungsi
Mekanisme
Dosis
Efek
Progestin Progesteron
Menciptakan
Menurunkan
Medroxyp
Samping
Depresi,
kehamilan
kadar FSH,
rogesteron
peningkatan
palsu
LH, dan
acetate:
berat badan
estrogen
10 30
mg/hari;
DepoProvera1
50 mg
setiap 3
Danazol
Androgen
Menciptakan
Mencegah
bulan
800
lemah
menopause
keluarnya
mg/hari
berat badan
palsu
FSH, LH,
selama 6
meningkat,
dan
bulan
perubahan
pertumbuhan
Jerawat,
suara
GnRH
Analog
Menciptakan
endometrium
Menekan
agonis
GnRH
menopause
sekresi
3.75mg/bu
densitas
palsu
hormon
lan;
tulang, rasa
GnRH dan
Nafareline
kering mulut,
endometrium
200mg 2
gangguan
kali
emosi
Leuprolide Penurunan
sehari;
Goserelin
3.75mg/bu
lan
b. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk
mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi
dengan sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk
mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).
Keuntungan
1. Biaya lebih murah
2. Terapi empiris (dapat
di modifikasi dengan
mudah)
3. Efektif untuk
menghilangkan rasa
nyeri
Kerugian
1. Sering ditemukan
efek samping
2. Tidak
memperbaiki
fertilitas
3. Beberapa obat
hanya dapat
digunakan untuk
waktu singkat
Terapi pembedahan
1. Efektif untuk
menghilangkan rasa
nyeri
2. Lebih efisien
dibandingkan terapi
medis
3. Melalui biopsi dapat
1. Biaya mahal
Resiko medis
penetapan kurang
baik dan
penaksiran kurang
baik sekitar 3%
2. Efisiensi
diragukan, efek
menghilangkan
rasa 30 ditegakkan
diagnosa pasti
nyeri temporer
j) Dada
I : Bentuk dada simetris
P : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
P : Suara resonan pada seluruh lapang paru
A : terdengar suara sonor
k) Jantung & paru
I : biasanya denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang
2 cm disamping bawah xifoideus.
P : spasium interkostalis ke-2 kanan area aorta dan spasium
interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri. spasium interkostalis ke-5
kiri area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi interkosta
ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula
kiri dimana akan ditemukkan daerah apical jantung
P : suara redup
A : Bunyi S1 suara LUB yaitu bunyi dari menutupnya katub
mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: suara DUB yaitu bunyi menutupnya katub
semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
l) Abdomen
I: uterus tampak membesar
A: Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus
P: nyeri tekan,uterus teraba lembek dan pada pemeriksaa per rectal.
Teraba dinding rahim agak kaku dan adanya massa berupa timbunan
cairan yang tidak berfluktuasi.
P: Timpani
m) Genetalia
I : Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada
kelainan, Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo
P: Pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada
keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita
nyeri pelvik.
d. Hasil pemeriksaan diagnostic
(Bobak. 2005)
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x 24 jam
nyeri klien akan berkurang.
2) Kriteria evaluasi : klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak
memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat
berkurang.
3) Intervensi :
a) Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan
respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b) Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c) Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala
merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk
menentukan intensitas nyeri.
d) Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang
klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi
terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
e) Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi
terhadap nyeri.
f) Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g) Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
h) Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan)
dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin
dan midol sebagai relaksan uterus.
b. Gangguan harga diri b.d infertilitas
1) Tujuan : Percaya diri klien meningkat
2) Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat menunjukan kearah penerimaan diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
suatu keadaan dengan jaringan yang mengandung unsurunsur stroma dan unsur
granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di
dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh (Dorland, 2006).
Jaringan endometrial diendapkan pada lokasi yang tidak bisa dengan dukungan
sampai aliran menstruasi ke dalam saluran telur dan panggul dan rongga perut
selama menstruasi (disebut haid retrograde). (Setyaningrum, 2013).
Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik diindikasikan
kepada pasien yang ingin mempertahankan kesuburannya atau yang gejala ringan
DAFTAR PUSTAKA