Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Endometriosis
1. Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal sel-sel ( sel endometrium) mirip
dengan yang membentuk bagian dalam rahim, tetapi di lokasi diluar rahim.
Sel-sel endometrium adalah sel yang dilepaskan setiap bulan selama
menstruasi. Sel-sel endometriosis melampirkan sendiri ke jaringan di luar
rahim dan disebut implan endometriosis. Implan ini yang paling sering
ditemukan di indung telur, saluran telur, permukaan luar rahim atau usus, dan
pada lapisan permukaan rongga panggul. Mereka juga dapat ditemukan dalam
vaginanya, leher rahim, dan kandung kemih, meskipun kurang umum daripada
lokasi lainnya di panggul. Jarang, endometriosis implants dapat terjadi diluar
pelvis, pada hati, pada bekas luka bedah tua, dan bahkan di atau sekitar paruparu atau otak. (Setyaningrum, 2013)
Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya
pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan diluar uterus
(Redwine, 2006).
Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan jaringan
yang mengandung unsurunsur stroma dan unsur granular endometrium khas
terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam rongga panggul atau
daerah lain pada tubuh (Dorland, 2006).
2. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi dan stadium endometriosis sangat penting dilakukan
untuk menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil
pengobatan. Stadium endometriosis tidak memiliki korelasi dengan derajat
nyeri keluhan pasien maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau
infertilitas (Winkel, 2010). Hal ini dikarenakan endometriosis dapat dijumpai
pada pasien yang asimptomatik. Klasifikasi Endometriosis yang digunakan saat
ini adalah menurut American Society For Reproductive Medicine yang telah di

revisi pada tahun 1996 yang berbasis pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman
invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis pada endometriosis, dilakukan penilaian
terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan
densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan nilai nilai dari
skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan
(stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat
(stadium IV).
Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi dan
tipe lesi, yaitu:
a. Peritoneal endometriosis
Lesi di peritoneum memiliki banyak vaskularisasi, sehingga menimbulkan
perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya
perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehinggga tumbuh jaringan
fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi
berwarna hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih
yang memiliki sedikit vaskularisasi dan akan ditemukan debris glandular.
b. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)
Pada endoemtriosis yang terjadi di ovarium, dapat timbul kista yang
berwarna coklat dan sering terjadi perlengketan dengan organorgan lain,
kemudian membentuk konglomerasi. Kista endometrium dapat berukuran
>3cm dan multilokus, juga dapat tampak seperti kista coklat karena
penimbunan darah dandebris ke dalam rongga kista.
c. Deep Nodular Endometriosis
Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum
rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan
ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot
polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan
endometriosisakan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara
klinis yang berhubungan dengan endometriosis nodular dalam. Ada
banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan
endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan
adalah sistem American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi.

Klasifikasi ini menjelaskan tentang lokasi dan kedalaman penyakit berikut


jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor. Berikut adalah
skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:
1) Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)
2) Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)
3) Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)
4) Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)
3. Etiologi
Penyebab endometriosis tidak diketahui. Satu teori adalah bahwa jaringan
endometrial diendapkan pada lokasi yang tidak bisa dengan dukungan sampai
aliran menstruasi ke dalam saluran telur dan panggul dan rongga perut selama
menstruasi (disebut haid retrograde). (Setyaningrum, 2013)
Penyebab menstruasi retrograde tidak jelas. Namun retrograde menstruasi tidak
bisa menjadi satu-satunya penyebab endpmetriosis. Banyak wanita memiliki
menstruasi retrograde dalam berbagai derajat, namun tidak semua dari mereka
terkena endometriosis. (Setyaningrum, 2013)
Kemungkinan lain adalah bahwa daerah yang melapisi organ panggul memiliki
sel primitif yang mampu untuk tumbuh menjadi bentuk-bentuk lain dari
jaringan, seperti sel-sel endometrium. (Proses ini disebut metaplasia selom).
Hal ini juga kemungkinan bahwa transfer langsung dari jaringan endometrium
selama operasi mungkin bertanggungjawab untuk endometriosis implan
kadang-kadang terlihat pada bekas luka bedah (misalnya, epiostomy atau
bagian bekas luka cesarea). Transfer sel endometrium melalui endometrium
melalui aliran darah atau sistem limfatik adalah penjelasan yang paling
mungkin untuk kasus-kasus yang jarang dari endometriosis yang berkembang
di otak dan organ tubuh lainnya jauh dari panggul. (Setyaningrum, 2013)
Beberapa studi telah menunjukkan pergantian dalam respon kekebalan pada
wanita dengan endometriosis, yang dapat mempengaruhi kemampuan alami
tubuh untuk mengenali dan menghancurkan segala pertumbuhan jaringan
endometrium salah arah. (Setyaningrum, 2013)
4. Patofisiologi dan Pathway
Mekanisme terjadinya endometriosis belum dapat diketahui secara pasti.
Namun beberpa teori telah dikemukakan dan dipercaya sebagai mekanisme
dasar endometriosis. Beberapa teori tersebut antara lain:
a. Menstruasi retrograde

Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, dijelaskan bahwa
endometriosis terjadi karena darah menstruasi mengalir balik melalui tuba
ke dalam rongga pelvis (retrograde). Darah yang berbalik ke rongga
peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada permukaan peritoneum
dan merangsang metaplasia peritoneum yang kemudian akan merangsang
angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai
pada daerah yang meningkat vaskularisasinya. Dewasa ini, teori ini tidak
lagi menjadi teori utama, karena teori ini tidak dapat menjelaskan keadaan
endometriosis di luar pelvis (Januar, 2003). Teori yang menguatkan bahwa
teori Sampson tidak dapat laigi diterima adalah telah ditemukan bahwa
partikel endometrium memasuki rongga peritoneal mereka akan diserang
dan dihancurkan proses imunnologi yang masih belum dapat diteliti.
Selain itu, teori menstruasi retrograde tidak dapat menjelaskan mekanisme
terjadinya endometriosis di organ-organ lain, sehingga endometriosis
dipercaya memiliki beberapa patogenesis lain.
b. Teori imunologik dan genetik
Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita
endometriosis. Dmowski dkk mendapatkan adanya kegagalan dalam
sistem pengumpulan dan pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh
makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis. Beberapa
penelitian menemukan peningkatan IgA, IgG dan IgM dalam serum
peritoneal penderita endometriosis. Kadar C3 juga berfluktuasi, tetapi
meningkat di dalam serum pada endometriosis yang lebih berat. C3
merupakan komplemen yang memegang kunci penting yang berawalnya
kaskade proses imunologis tubuh. Komplemen ini dipakai oleh antibodi
untuk proses penghancuran dinding sel sehingga merusak sel ( Jacoeb,
1990). Kadar C3 yang tinggi di dalam serum menunjukkan komplemen
tersebut tidak dikonsumsi dalam proses imunologi dan proses sitolisis
tidak berlangsung.
c. Teori metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan
bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang

berasal dari sel epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya


di daerah pelvis, sehingga terbentuk jaringan endometriosis. Teori ini
didukung oleh penelitian-penelitian yang dapat menerangkan terjadinya
pertumbuhan endometriosis di toraks, umbilikus dan vulva.
d. Teori emboli limfatik dan vascular
Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di daerah
luar pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa pada 29 % wanita yang menderita
endometriosis ditemukan nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat menjadi
salah satu dasar teori akan endometriosis yang terjadi di luar pelvis,
contohnya di paru (Williams, 2008).
5. Manifestasi Klinis
Kebanyaka tidak memiliki gejala, gejala-gejala umum yaitu:
a. Nyeri (biasanya pelvis). Nyeri pelvis biasanya terjadi selama atau tepat
sebelum menstruasi dan berkurang setelah menstruasi dan berkurang
setelah menstruasi
b. Infertilitas
c. Bebarapa wanita mengalami hubungan seksual yang menyakitkan
(dispareunia) atau kram selama hubungan intim
d. Nyeri saat buang air besar atau buang air kecil
e. Nyeri tekan
f. Intensitas nyeri dapat berubah dari bulan ke bulan, dan bervariasi di antara
wanita. Beberapa wanita mengalami progresif memburuknya gejala,
sementara yang lain dapat memiliki resolusi nyeri tanpa pengobatan.
g. Nyeri panggul pada wanita dengan endometriosis tergantung sebagian
pada dimana implants dari endometriosis berlokasi.
1) Implan lebih dalam dan implan di daerah dengan banyak syaraf-syaraf
sensor mungkin lebih mungkin menghasilkan nyeri.
2) Implan juga dapat menghasilkan zat-zat yang beredar dalam aliran
darah dan menyebabkan nyeri
3) Terakhir, nyeri dapat terjadi ketika implan endometriosis membentuk
bekas luka. Tidak ada hubungan antara keparahan nyeri dan beberapa
luas menyebarnya endometriosis.
h. Gejala lain yang berhubungan dengan endometriosis termasuk:
1) Bagian bawah perut sakit
2) Diare atau sembelit
3) Sakit punggung

4) Pendarahan menstruasi tidak teratur atau berat


5) Darah dalam urin
i. Gejala jarang dari endometriosis termasuk nyeri dada atau batuk darahnya
yang disebabkan oleh endometriosis pada paru-paru dan sakit kepala dan
kejang akibat endometriosis di otak.
(Setyaningrum, 2013)
6. Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis sering berhubungan dengan adanya fibrosis dan
jaringan parut yang tidak hanya berefek pada organ yang terkena, namun juga
dapat menyebabkan obstruksi kolon dan ureter (Lobo, 2007). Ruptur dari
endemetrioma dan juga dihasilkannya zat berwarna coklat yang sangat iritan
juga dapat menyebabkan peritonitis. Meskipun jarang, lesi endometrium dapat
berubah menjadi malignan dan paling sering terjadi pada kasus endometriosis
yang berlokasi di ovarium.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini
antara lain:
a. Uji serum
- Protein plasent: Mungkin meningkat pada endometriosis yang
mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b. Teknik pencitraan
- Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma
dengan sensitifitas 11%
- MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan
- Melalui laparoskopi dan eksisi.
8. Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan
terapi pembedahan.
a. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan
kesuburannya atau yang gejala ringan (Rayburn, 2001). Jenis-jenis
terapi medik seperti terlampir pada Tabel.
Jenis-jenis terapi medik endometriosis
Jenis

Kandungan

Fungsi

Mekanisme

Dosis

Efek

Progestin Progesteron

Menciptakan

Menurunkan

Medroxyp

Samping
Depresi,

kehamilan

kadar FSH,

rogesteron

peningkatan

palsu

LH, dan

acetate:

berat badan

estrogen

10 30
mg/hari;
DepoProvera1
50 mg
setiap 3

Danazol

Androgen

Menciptakan

Mencegah

bulan
800

lemah

menopause

keluarnya

mg/hari

berat badan

palsu

FSH, LH,

selama 6

meningkat,

dan

bulan

perubahan

pertumbuhan

Jerawat,

suara

GnRH

Analog

Menciptakan

endometrium
Menekan

agonis

GnRH

menopause

sekresi

3.75mg/bu

densitas

palsu

hormon

lan;

tulang, rasa

GnRH dan

Nafareline

kering mulut,

endometrium

200mg 2

gangguan

kali

emosi

Leuprolide Penurunan

sehari;
Goserelin
3.75mg/bu
lan
b. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk
mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi
dengan sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk
mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).

Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat


dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain
meliputi pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan
rekonstruksi anatomis sebaik mungkin (Widjanarko, 2009).
Penanganan endometriosis menurut Sumilat (2009, kom. pribadi) dapat
dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat
KB atau dengan terapi pembedahan menggunakan laparoskopi operatif
yaitu pembakaran kista endometriosis dengan menggunakan laser.
Keuntungan dan kerugian terapi medik dan terapi pembedahan
Jenis terapi
Terapi medik

Keuntungan
1. Biaya lebih murah
2. Terapi empiris (dapat
di modifikasi dengan
mudah)
3. Efektif untuk
menghilangkan rasa
nyeri

Kerugian
1. Sering ditemukan
efek samping
2. Tidak
memperbaiki
fertilitas
3. Beberapa obat
hanya dapat
digunakan untuk
waktu singkat

Terapi pembedahan

1. Efektif untuk
menghilangkan rasa
nyeri
2. Lebih efisien
dibandingkan terapi
medis
3. Melalui biopsi dapat

1. Biaya mahal
Resiko medis
penetapan kurang
baik dan
penaksiran kurang
baik sekitar 3%
2. Efisiensi
diragukan, efek
menghilangkan
rasa 30 ditegakkan
diagnosa pasti
nyeri temporer

Sumber: Widjanarko, 2009

B. Konsep Asuhan Keperawatan Endometriosis


1. Pengkajian
a. Identitas
Pevalensi endometriosis tanpa gejala mungkin lebih rendah pada wanita
berkulit hitam dan lebih tinggi pada wanita berkulit putih di wilayah Asia,
terutama ditemukan pada para wanita yang berada di usia reproduktif usia
rata-rata wanita yang menjalani diagnosis bervariasi antara 25 30 tahun
dan dapat di identifikasi pada minimal 50% gadis atau wanita muda
berusia kurang dari 20 tahun yang mempunyai keluhan-keluhan seperti
nyeri pelvik dan dyspareunia.
b. Riwayat kesehatan
1)
Keluhan utama : Keluhan utama pada endometriosis biasanya
nyeri pelvis kronis yang disertai infertilitas.
2) Alasan MRS : Pasien datang ke rumah sakit yang paling umum
dengan keluhan nyeri pelvis disertai infertilitas dan juga dapat terjadi
nyeri pada panggul, nyeri pada kandung kemih dan nyeri punggung
bawah.
3) Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada penyakit endometriosis
pasien mengalami gejala nyeri pada pelvis, nfertilitas, nyeri saat
buang air besar atau buang air kecil, bebarapa wanita mengalami
hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia) atau kram selama
hubungan intim, nyeri tekan, nyeri panggul pada wanita, sakit
punggung, pendarahan menstruasi tidak teratur atau berat dan terdapat
darah dalam urin.
4) Riwayat kesehatan Dahulu : Pada kebanyakan pasien, biasanya yang
menderita penyakit endometriosis mempunyai riwayat penyakit nyeri
panggul atau pinggang saat haid (dysminore)

5) Riwayat kesehatan Keluarga : Riwayat dalam keluarga sangat penting


untuk ditanyakan karena penyakit ini bersifat diwariskan. Biasanya
memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis.
6) Riwayat Menstuasi: Biasanya mengalami hipermenorea, menoragia,
siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang
keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
7) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas laktasi dan Pemakaian Metode
Kontrasepsi: Pada pasien dengan endometritis bisa terjadi pasca
persalinan atau pasca abortus akibat ketidak hiegienis dalam proses
persalinan dapat pula terjadi pada PUS yang dengan riwayat infertile.
Pada pasin nifas biasanya akan mengalami masalah pada pengeluaran
lokhea,dimana pengeluara lokhea sedikit,proses pengeluarannya lama
karena tertimbun di dalam uterus dan kadang disertai dengan
pengeluaran lokhea yang berbau.
c. Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pola Eliminasi
Pada pasien endometritis biasanya mengalami gangguan pada BAK
dan BAB kadang disertai nyeri.
2) Pola aktivitas
Pada pasien endometritis terbatas untuk melakukan aktivitas, hal ini
dipengaruhi akibat adanya nyeri yang dirasakan pasien.
3) Respon Keluarga Terhadap Kesehatan pasien
Data ini untuk mengetahui bagaimana respon keluarga terhadap
kesehatan pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan.
4) Dukungan Keluarga

Data ini perlu dikaji bagaimana dukungan keluarga dalam memotivasi


dan memberikan dorongan psikis pada pasien untuk menghadapi dan
menjalani pemeriksaan atau pengobatan lebih lanjut.
5) Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga
Hal ini diperlukan untuk mengetahui pola pemecahan masalah dalam
keluarga dan siapa yang bertanggung jawab terhadap masalah dalam
keluarga.
6) Prilaku Spiritual
Data ini dikaji untuk mengetahui bagaimana penerimaan ibu terhadap
suatu keadaan berhubungan dengan spiritual (berdoa)
7) Pengetahuan
Data ini dikaji untuk mengetahui seberapa pengetahuan ibu tentang
kesehatan terutama yang terkait dengan keluhan yang dialami.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : Pasien dengan endometrium keadaan umumnya
tampak sehat akan tetapi keadaanya akan bertambah buruk seiring
dengan bertambah parahnya penyakit dan tingkat nyeri yang dialami
dan dikeluhkan.
2) Suhu : Pada pasien dengan edometritis dapat ditandai dengan
terjadinya peningkatan suhu terutamanya mulai hari ketiga sampai
akhirnya suhu akan mulai menurun
3) Nadi : Pada pasien dengan endometritis terjadi peningkatan nadi
akibat adanya nyeri yang dirasakan pasien yang berkaitan juga dengan
adanya peningkatan suhu tubuh
4) Pernafasan : Mengalami peningkatan seiring peningkatan nadi,suhu
dan nadi.
1) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit

I : biasanya tidak adanya lesi dan edema.


P : biasanya turgor kulit menurun, tekstur : kasar , suhu : akral
dingin atau hangat.
b) Rambut
I : biasanya disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang
P : mudah rontok/tidak, tekstur: kasar atau halus
c) Kuku
I : biasanya kuku normal tidak terjadi sianosis, berwarna merah
muda dan bentuk cekung
P : biasanya tidak adanya nyeri tekan.
d) Kepala
I : biasanya wajah simetris
P :dapat menyebabkan sakit kepala apabila terdapat endometriosis
di otak.
e) Mata
I : biasanya kelopak mata tidak ada radang, simetris kanan dan
kiri, reflek kedip baik, konjungtiva dan sclera: konjungtiva merah
muda dan sclera normal. pupil: isokor kanan dan kiri (normal).
f) Hidung
I : biasanya hidung simetris, tidak ada inflamasi
P : tidak ada nyeri tekan, massa
g) Mulut
I : biasanya bibir tidak ada kelainan kongenital (bibir sumbing),
warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi.
P : biasanya tidak ada pembengkakkan dan nyeri.
h) Telinga
I : daun telinga simetris, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, tidak
adanya lesi.
P : tidak ada nyeri tekan
i) Leher
I : biasanya tidak adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok,
dan tidak adanya massa.
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan, biasanya JVP dalam
normal.

j) Dada
I : Bentuk dada simetris
P : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
P : Suara resonan pada seluruh lapang paru
A : terdengar suara sonor
k) Jantung & paru
I : biasanya denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang
2 cm disamping bawah xifoideus.
P : spasium interkostalis ke-2 kanan area aorta dan spasium
interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri. spasium interkostalis ke-5
kiri area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi interkosta
ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula
kiri dimana akan ditemukkan daerah apical jantung
P : suara redup
A : Bunyi S1 suara LUB yaitu bunyi dari menutupnya katub
mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: suara DUB yaitu bunyi menutupnya katub
semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
l) Abdomen
I: uterus tampak membesar
A: Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus
P: nyeri tekan,uterus teraba lembek dan pada pemeriksaa per rectal.
Teraba dinding rahim agak kaku dan adanya massa berupa timbunan
cairan yang tidak berfluktuasi.
P: Timpani
m) Genetalia
I : Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak ada
kelainan, Lesi endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo
P: Pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada
keterkaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita
nyeri pelvik.
d. Hasil pemeriksaan diagnostic

Banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala


klinis. Invasi jaringan endometrium paling sering dijumpai pada
ligamentum sakrouterina, kavum douglas, kavum retzi, fossa ovarika, dan
dinding samping pelvis yang berdekatan. Selain itu juga dapat ditemukan
di daerah abdomen atas, permukaan kandung kemih dan usus.
Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman
derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan
timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap, kebanyakan
invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atipikal tak berpigmen berwarna
merah atau putih. Diagnosis endometriosis secara visual pada laparoskopi
tidak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi meski penderitanya
mengalami nyeri pelvis kronik. Endometriosis yang didapat dari
laparoskopi sebesar 36%, ternyata secara histopatologi hanya terbukti 18%
dari pemeriksaan histopatologi ( Jacoeb TZ, 2009).
e. Penatalaksanaan (Terapi pengobatan)
1) Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin
mempertahankan kesuburannya atau yang gejala ringan.
2) Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk
mengangkat kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan
implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter. Tujuan pembedahan
untuk mengembalikan kesuburan dan menghilangkan gejala.
2. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
b. Gangguan harga diri b.d infertilitas
c. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi

(Bobak. 2005)
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x 24 jam
nyeri klien akan berkurang.
2) Kriteria evaluasi : klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak
memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat
berkurang.
3) Intervensi :
a) Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan
respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b) Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c) Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala
merupakan metodeh yang mudah serta terpercaya untuk
menentukan intensitas nyeri.
d) Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang
klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi
terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
e) Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi
terhadap nyeri.
f) Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g) Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
h) Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan)
dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin
dan midol sebagai relaksan uterus.
b. Gangguan harga diri b.d infertilitas
1) Tujuan : Percaya diri klien meningkat
2) Kriteria Evaluasi :
a) Klien dapat menunjukan kearah penerimaan diri

b) Klien dapat menyusun tujuan yang realistis


3) Intervensi :
a) Berikan motivasi kepada pasien
R/ meningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.
b) Bina hubungan saling percaya
R / hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada
perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
c) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
R / mengidentifikasi hal hal positif yang masih di miliki klien.
c. Resiko tinggi gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan
menstruasi
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan ..x 24 citra diri klien
akan meningkat.
2) Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna,
penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
a) Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya
kepada orang yang dipercayainya.
b) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan
pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat
dalam membuat penyelesaian.
c) Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya
menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung
membuat klien merasa diterima.
d) Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan
dukung kekuatan tersebut sebagai aspek positif.
R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien
berfokus pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan
konsep diri.
e) Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok

f) R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang


dapat meningkatkan konsep diri klien.
g) Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang
pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik
kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
h) R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan
informasi yang diberikan dapat membuat klien mencari
penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
suatu keadaan dengan jaringan yang mengandung unsurunsur stroma dan unsur
granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di
dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh (Dorland, 2006).
Jaringan endometrial diendapkan pada lokasi yang tidak bisa dengan dukungan
sampai aliran menstruasi ke dalam saluran telur dan panggul dan rongga perut
selama menstruasi (disebut haid retrograde). (Setyaningrum, 2013).
Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik diindikasikan
kepada pasien yang ingin mempertahankan kesuburannya atau yang gejala ringan

dan terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat


kista-kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau
elektrokauter.
B. Saran
Apabila pada seorang wanita ditemukan tanda dan gejala seperti
makalah diatas, hendaknya secepat mungkin kita waspada diri
atau diteksi dini tehadap penyakit Endometrium.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta


Dorland, W.A Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, 29th ed. Jakarta: EGC.
Setyaningrum Erna. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan
Patologi Jilid 2). Surabaya: Inmedia
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abadi
Winkjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai