Anda di halaman 1dari 9

SIFAT THERMAL

Sifat thermal yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara thermal
(pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal yang
pertama

adalah

penyimpanan

dalam

bentuk

vibrasi

atom/ion

di

sekitar

posisi

keseimbangannya, dan yang kedua berupa energi kinetik yang dikandung oleh elektronbebas. Ditinjau secara makroskopis, jika suatu padatan menyerap panas maka energi internal
yang ada dalam padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi
perubahan energi pada atom-atom dan elektron-bebas menentukan sifat-sifat thermal padatan.
Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik, pemuaian,
dan konduktivitas panas (Sudaryanto,2010).
a; Kapasitas panas
Kapasitas panas adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan temperatur
padatan sebesar satu derajat K . Bila kenaikan suhu zat T, dan sejumlah panas Q

maka kapasitas panas adalah:

Q
(1)
T
Dengan C adalah kapasitas panas, Q adalah muatan panas, T adalah
C=

suhu. Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu
1; Jika proses penyerapan panas berlangsung pada volume tetap.
Maka panas yang diserap sama dengan peningkatan energi dalam
zat
Q= E
(2)
Dimana E adalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik
dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron bebas.
2; Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp dengan relasi

dH
(3)
dT
Dengan T adalah suhu dan H adalah entalphi. Jika kita masukkan energi
C=

panas ke sepotong logam, energi yang kita masukkan tidak hanya meningkatkan energi
internal melainkan juga untuk melakukan usaha pada waktu pemuaian terjadi. Pemuaian
adalah perubahan volume, dan pada waktu volume berubah dibutuhkan energi sebesar
perubahan volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan ini diambil dari energi
yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan enthalpi guna mempermudah analisis,
yaitu

H=E+ PV
(Sudaryanto,2010).

(4)

Gambar 1.1 Kebergantungan panas zat terhadap suhu


(Pasaribu,2014)
b; Panas spesifik
Panas spesifik adalah kapasitas panas per satuan massa per derajat K, yang juga sering
dinyatakan sebagai kapasitas panas per mole per derajat K. Untuk membedakan dengan kapasitas
panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan Cp), maka panas spesifik dituliskan dengan huruf kecil
(cv dan cp).
Ada beberapa jenis perhitungan yang digunakan dalam panas spesifik. Yaitu:
1; Perhitungan klasik
Menurut hukum Dulong-Petit (1920), panas spesifik padatan unsur adalah hampir sama untuk
semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole 0K. Boltzmann menunjukkan bahwa angka yang
dihasilkan oleh Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa energi dalam padatan
tersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi. Energi atom-atom ini diturunkan dari teori
kinetik gas. Besar panas spesifik pada volume konstan

dE
=3 R=5,96
dT v
Sebaliknya pada unsur-unsur yang sangat elektropositif seperti Na ([Ne] 3s1)
misalnya, kapasitas panas pada temperatur tinggi melebihi prediksi Dulong-Petit
karena adanya kontribusi elektron bebas dalam penyimpanan energi internal. Pada
temperatur yang sangat rendah panas spesifik semua unsur menuju nol
(Sudaryanto,2010).
2; Perhitungan Einstein
Einstein melakukan perhitungan panas spesifik dengan menerapkan teori kuantum. Ia
menganggap padatan terdiri dari N atom, yang masingmasing bervibrasi (osilator)
secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE. Mengikuti hipotesa Planck
tentang terkuantisasinya energi, energi osilator adalah
E=n h f E
C v=

Dengan n adalah bilangan kuantum. N=0,1,2,3,...

Maka panas spesifiknya adalah

(5)

Frekuensi fE, yang kemudian disebut frekuensi Einstein, ditentukan dengan cara
mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental. Hasil yang diperoleh adalah
bahwa pada temperatur rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data
eksperimen (Sudaryanto,2010).
3; Model Debye
Dalam model Einstein, atom atom dianggap bergetar secara
terisolasi
dari
atom
di
sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena
gerakan
atom
akan
saling berinteraksi dengan atomatom lainnya. Seperti dalam kasus
penjalaran gelombangmekanik dalam zat padat, oleh karena
rambatan gelombang tersebut atom atom akan bergerak kolektif.
Frekuensi getaran atom bervariasi dari =0 sampai dengan = D.
Batas
frekuensi
D
disebut
frekuensi
potong
Debye
(Sudaryanto,2010)
(6)
(Pasaribu,2014)
c; Pemuaian
Zat padat bila dipanaskan akan bertambah panjang, peristiwa itu disebut pemuaian.
Maka zat padat bila dipanaskan akan memuai. Pemuaian barbagai jenis zat padat tidak sama.
Alat untuk mengetahui pemuaian zat padat disebut musschenbroek (Callister, 2010).
1; Koefisien muai panjang
Angka yang menunjukkan pertambahan panjang 1 meter zat padat bila suhunya
naik 10 oC disebut koefisien muai panjang.
L=L0 t
(7)
L=L0 (1+ t)
(8)
Dengan L adalah panjang akhir (m), L0 = Panjang mula-mula (m) , L = Pertambahan
panjang (m), = Koefisien muai panjang (/C), t = kenaikan suhu (OC). Pada Tabel 3.1
disajikan daftar koefisien muai panjang berbagai bahan.
Tabel 3.1
Koefisien muai
panjang
pada
berbagai bahan

2;

juga

(Ulfah,2010).
Pemuaian
volume
Pemuaian
volume disebut
pemuaian ruang.

Koefisien muai ruang ( = gamma) yaitu pertambahan volume atau ruang setiap
suhunya dinaikkan 10C yang besarnya 3x muai panjang (). Besarnya dirumuskan
dalam Persamaan (9) dan besarnya koefisien muai volume disajikan dalam Tabel
3.2 (Ulfah,2010).
= 3
(9)
Vo = . V . t
(10)
Vt = V + (V . 3 . t)
(11)

Tabel 3.2 Koefisien muai volume berbagai zat

3; Koefisien muai luas

Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut akan
mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian mengalami
pemuaian luas atau pemuaian bidang. Seperti pada Gambar 3.1 dan koefisien muai
luas besarnya 2 kali koefisien muai panjang.
= 2
(12)
Ao = . A . t
(13)
At = A + (A . 2 . t)
(14)

Gambar 3.1 Muai luas


Pemuaian luas dapat kita amati pada jendela kaca rumah. Pada menyusut karena
koefisien muai kaca lebih memanas maka kaca akan terlihat terpasang dengan
sangat rapat pada kusen kayu (Ulfah,2010).
4; Pemuaian zat cair
Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi muai ruang
atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu maka semakin besar muai
volumenya. Titik pertemuan antara wujud cair, padat, dan gas disebut titik tripel.
Hal tersebut digambarkan dalam Gambar 3.2 (Ulfah,2010).

Gambar 3.2 Titik tripel (Ulfah,2010).


d; Konduktivitas panas

Konduktivitas termal adalah sifat bahan yang menunjukkan jumlah panas yang
mengalir melintasi satu satuan luas . Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau
material yang disebut konduktivitas termal. Persamaan yang merupakan persamaan dasar
tentang konduktivitas termal dirunjukkan dapam Persamaan (15). Berdasarkan rumusan itu
maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan untuk menentukan konduktifitas
termal berbagai bahan. Nilai konduktivitas termal itu menunjukkan berapa cepat kalor
mengalir dalam bahan tertentu. Makin cepat molekul bergerak, makin cepat pula ia
mengangkut energi. Jadi konduktivitas termal bergantung pada suhu (Pertiwi, 2015).
dt
q k =kA
(15)
dx
Dengan q sebagai Laju Perpindahan Panas (kj / det,W), k adalah Konduktifitas
termal, l (W/m.C), A adalah Luas Penampang, (m) dT = Perbedaan Temperatur ( C,F ),
dX adalah Perbedaan Jarak (m/det). Konstanta positif k disebut konduktifitas atau
kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus disisipkan agar memenuhi hokum kedua
termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala
temperatur. Nilai konduktivitas thermal ditunjukkan dalam Tabel 4.1. Konduksi termal adalah
suatu fenomena transport dimana perbedaan temperature menyebabkan transfer energy termal
dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperaturyang lebih rendah. Panas
yang ditransfer dari satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga metoda yaitu
konduksi,konveksi dan radiasi.

( )

Tabel 4.1 Konduktivitas thermal berbagai bahan


1; Konduksi

Adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang suhunya
tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panas
tetap. Gambar 4.1 merupakan contoh perpindahan panas secara konduksi.Dasar
dari teori ini adalah hukum Fourier
dT
q k =kA
(16)
dx
Dengan q sebagai Laju Perpindahan Panas (kj / det,W), k adalah Konduktifitas
termal, l (W/m.C), A adalah Luas Penampang, (m) dT = Perbedaan Temperatur (
C,F ), dX adalah Perbedaan Jarak (m / det).

( )

Gambar 4.1 Perpindahan secara konduksi (Sofyanida,2015).


2; Konveksi

Yaitu perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida yang
mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa fluida
(cairan/gas). Gambar 4.2 merupakan contoh dari perpindahan panas secara
konveksi. Dasar hukum dari permindahan penas jenis ini adalah hukum Newton.
q c =hc A (T w T s)
(17)
Dengan q sebagai fluks kalor (W/m2), h sebagai koefisien perpindahan panas
konveksi (W/m2K) (Sofyanida,2015).

Gambar 4.2 Perpindahan kalor secara konveksi (Sofyanida,2015).


3; Radiasi

Adalah perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/sinaran/radiasi


gelombang elektromagnetik, tanpa memerlukan media perantara. Gambar 4.3
merupakan contoh dari perpindahan panas secara konveksi. Dasar hukum dari
permindahan penas jenis ini adalah hukum Stefen-Boltzman.
4
q r=A T
(18)
Dengan adalah konstanta boltzman yang besarnya 5,67x10-8 (W/m2T4)
(Sofyanida,2015).

Ganvar 4.3 Perpindahan panas secara Konduksi, Konveksi, dan Radiasi


(Sofyanida,2015).

Soal dan pembahasan

1; Apakah yang dimaksud dengan kapasitas panas itu?

Jawab :
Kapasitas panas adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan temperatur
padatan sebesar satu derajat K

2; Sebuah lempeng baja mempunyai luas penampang 20 cm 2 panjang 50 cm. Jika

perubahan suhu yang terjadi antara 2 titik yang jaraknya 1 m pada lempeng baja
tersebut adalah 50o C dan Konduktivitas kalor dari lempeng baja tersebut adalah 0,16
W/mK. Berapa laju perpindahan kalor?
Jawab :
Dik : A= 20 cm2
L= 50 cm
x= 1 m
T= 50o C
k= 0,16 W/mK
dit : q=........?
jawab
dT
laju kalor=q k =kA
dx

( )

q
q

= 0,16 . 20. 10-4 50/1


= 1,6. 10-3 W/m2

Daftar pustaka
Callister, W. D., 2010. Material Science And Engineering. John Wiley and Sons, Inc. United
States of America.
Pasaribu, S.H., Wilda, N., Arya,N,. 2014. Sifat Termal (Kapasitas Panas Molar Model
Klasik, Einstein, Dan Debye. Universitas Negeri Padang. Padang.
Pertiwi, dkk. 2015. Uji Konduktivitas Termal pada Interaksi Dua Logam Besi (Fe)dengan 3
Variasi Bahan Berbentuk Silinder. ITS. Vol.1 hal 4
Sudaryanto, S dan Ning, Utari. 2010. Mengenal Sifat
https://www.scribd.com/doc/32711642/Sifat-Thermal-Material
Diakses pada 15 Desember 2016 pukul 6:16 WIB

Sifat

Material.

Sofyanida. 2015. Materi Materi Perpindahan Panas.


http://sofyanida.blogspot.co.id/2015/02/materi-materi-perpindahan-panas-ftuh.html.
Diakses pada 18 Desember pukul 6:28
Ulfah.2010.
Pemuaian.
https://mahardhik.files.wordpress.com/2010/05/pemuaian.pdf.
Diakses pada 15 Desember 2016 pukul 6:16 WIB

TUGAS ILMU MATERIAL UMUM


SIFAT-SIFAT THERMAL MATERIAL

Disususn oleh:
Aisyah Sholehah
Nidia Kharisma Putri

24040113120052
24040113130095

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

Anda mungkin juga menyukai