Anda di halaman 1dari 21

BAB I

STATUS MEDIS PASIEN


IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. A

Tempat & tanggal lahir

: Jakarta, 06 Januari 2012

Usia

: 4 tahun 10 bulan tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl.Tarumajaya RT 007 RW 03, Bekasi

Nama orang tua

: Santi Kisworo

Tanggal masuk rumah sakit

No. rekam medis

: xx.xx.xx

Dokter yang merawat

: dr. Kartini Nahaya Sp. A

ALLO ANAMNESIS ( Ibu Pasien ) tanggal 4 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB

Keluhan Utama

: Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Riwayat Penyakit Sekarang : 5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan
naik turun ,demam turun apa bila setelah diberi obat kemudian demamnya bisa naik lagi . demam
disertai timbulnya bercak kemerahan di wajah, leher , dada, dan perut. timbulnya bercak sejak 2
hari yang lalu, awal timbulnya bercak di leher Sebelum SMRS pasien dibawa ke klinik dan
1

diberikan puyer dan obat Pasidol namun keluhan tidak berkurang. mata terlihat kemerahan dan
berair, nafsu makan berkurang, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri menelan, disertai batuk
berdahak, pilek, muntah-muntah disangkal, buang air besar awalnya cair

namun masih

berampas,, tidak terdapat lendir maupun darah, anak masih mau minum.orang tua pasien
mengatakan disekolahnya banyak temannya yang mengalami dengan keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Dahulu

: Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat DBD disangkal, kejang dan TB disangkal.


Riwayat Penyakit Keluarga : dikeluarganya tidak ada yang mengalami dengan keluhan yang
sama ,
Riwayat Pengobatan :

Sudah berobat ke Klinik, diberikan obat pasidol dan puyer tetapi

keluhan tidak berkurang.


Riwayat Alergi : tidak ada riwayat alergi
Riwayat Psikososial : ibu dari pasien mengatakan suka jajan sembarangan
Riwayat Kehamilan Ibu : Selama hamil ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di
bidan sebanyak 9x .
Riwayat Kelahiran : Lahir secara sesar di rumah sakit karena sulit keluar, lahir pada usia
kehamilan 9 bulan . BBL:2800 gram, PBL: 50 cm. Langsung menangis.
Riwayat Pemberian Makan : ASI diberikan sampai usia 3 bulan. Dan diberikan susu formula
sejak usia 3 bulan.
Riwayat Imunisasi

: ibu pasien mengatakan lengkap

Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang.

Kesadaran

: Compos mentis.

Tanda Vital
Tensi

: - mmHg

Suhu

: 38,3 0C, di aksila

Denyut nadi

: 130x/menit, irama teratur, kuat angkat

Frekuensi napas

: 32x/menit, abdominal.

Antropometri
LLA

: 17 cm

L. kepala

: 50 cm

TB

: 114 cm

BB

: 16 cm

BB/U
TB / U
BB/TB
IMT/ U

= -2 SD s/d Median
= -2SD s/d Median
= -1SD s/d Median
= -1SD s/-2SD

= Gizi Baik
= Normal
= kurus
= kurus

Tumbuh kembang
-

Motorik kasar

: Bisa melompat dengan 1 kaki,bisa berjalan tumit ke jari.

Motorik halus

: Bisa menggambar objek.

Bahasa

: Bisa berbicara dengan lawan berbicara sejak usia 1,5 tahun.

Personal sosial

: Bisa berpakaian tanpa bantuan,bisa gosok gigi tanpa bantuan.

Status General
-

Kepala : Normochepal, ruam makulopapular, batas tidak tegas di seluruh wajah

Rambut : Warna hitam, Distribusi merata,tidak mudah di cabut.

Mata : Cekung (-/-), Sklera ikterik (-/-), sklera kemerahan dan berair, konjungtiva
hiperemis (+/+), refleks pupil (+/+),edema (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+/+),perdarahan (-),tanda peradangan (-)

Telinga : Serumen (+/+), Sekret (-/-), hiperemis (-/-), nyeri tekan tragus(-/-)

Mulut : Bibir kering (+) stomatitis (-), lidah kotor (-), bercak koplik (-).

Faring : hiperemis

Tonsil : T1/T1 , hiperemis (-)

Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, ruam makulopapular, batas
tidak tegas
Thorax

Paru

Inspeksi

: Gerakan dinding dada simetris, otot bantu pernapasan(-),jaringan parut

(-)
-

Palpasi

: Vokal fremitus sama antara kanan dan kiri paru

Perkusi

: Sonor.

Auskultasi

: Vesikuler pada seluruh lapang paru, ronki (+/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat pada ICS V

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS V

Perkusi

: Tidak dilakukan.

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-), gallop(-)

Abdomen

10

Inspeksi

: Perut tampak datar, supel

Auskultasi

: Bising usus (+) 8x/mnt

Palpasi

: Nyeri tekan perut kanan atas(-), Turgor kulit kembali cepat

Perkusi

: Timpani di ke 4 kuadran abdomen

Urogenital

: , tidak tampak kelainan ,nyeri saat berkemih disangkal.

Ekstremitas

Atas

Bawah : Akral hangat (+/+), Edema (-), CRT < 2 detik

: Akral hangat (+/+), Edema (-), CRT < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 3 Oktober 2016
Pemeriksaan

Hasil

Rujukan (laki-laki)

Hb

12,4 g/dl

13,3 17, g/dl

Leukosit

4200 sel/mm3

4,5-10,8 (103/l)

Ht

36,5 %

42%-50%

Trombosit

271 ribu/mm3

185-402 (103/l)

RESUME
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan naik turun ,demam
turun apa bila setelah diberi obat kemudian demamnya bisa naik lagi . demam disertai timbulnya
11

bercak kemerahan di wajah, leher , dada, dan perut. timbulnya bercak sejak 2 hari yang lalu,
awal timbulnya bercak di leher Sebelum SMRS pasien dibawa ke klinik dan diberikan puyer dan
obat Pasidol namun keluhan tidak berkurang. mata terlihat kemerahan dan berair, nafsu makan
berkurang, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri menelan, disertai batuk berdahak, pilek,
muntah-muntah disangkal, buang air besar awalnya cair namun masih berampas,, tidak terdapat
lendir maupun darah, anak masih mau minum.orang tua pasien mengatakan disekolahnya banyak
temannya yang mengalami dengan keluhan yang sama. Pasien sudah berobat ke Klinik,
diberikan obat pasidol dan puyer tetapi keluhan tidak berkurang. Riwayat pemberian ASI hanya
sampai usia 3 bulan.
Suhu

: 38,3 0C, di aksila

Denyut nadi

: 130x/menit, irama teratur, kuat angkat

Frekuensi napas

: 32x/menit, abdominal.

Terdapat ruam makulopapular, batas tidak tegas di wajah , leher , dada ,perut ,dan semua

ektremitas ,
Mata : konjungtivitis
Faring : hiperemis
Paru : vesikuler , Ronki (+/-)

DIAGNOSIS KERJA

: - Morbili disertai diare akut tanpa dehidrasi.

DIAGNOSIS BANDING : Rubella, Roseola infantum, Erupsi Obat


Rencana Pemeriksaan Penunjang :
-

Hb, Ht, Leukosit, Trombosit

Terapi :
Tirah Baring
12

KaEN3A 1300ml/hari
Paracetamol syr 3 x 1,5 cth
Ambroxol syr 3 x 1,5 cth
Lacidofil 1 x 1
Zinc 1 x 1

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI

Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya
menyerang anak.

Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Usia puncak insidens penyakit ini adalah umur 5-10 tahun, di negara yang belum
berkembang insidens tertinggi pada umur 2 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang
rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan
daya tahan tubuh yang lemah. Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.

ETIOLOGI
Campak

disebabkan

oleh Morbilivirus,

salah

satu

virus

RNA

dari

famili

Paramyxoviridae yang terdapat dalam sekret dan darah. Dapat menular sejak masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah timbul ruam. Cara penularan dengan droplet dan kontak.

FAKTOR RISIKO
1. Daya tahan tubuh yang lemah
2. Belum pernah terkena campak
3. Belum pernah mendapat vaksinasi campak

14

PATOGENESIS
Manusia merupakan satu-satunya inang asli untuk virus campak. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4
hari setelah timbul ruam. Infeksi dimulai di mukosa hidung/faring. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam
limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. Virus kemudian bermultiplikasi dengan sangat perlahan dan disitu mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular (RES) seperti limpa, dimana virus menyerang limfosit.
Virus campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu yang membantu penyebaran ke seluruh
tubuh. 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terbentuk yaitu ketika ketika virus masuk ke
dalam pembuluh darah (viremia primer) dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari 9-10 fokus infeksi yang
berada di epitel saluran napas dan konjungtiva, mengalami nekrosis pada satu sampai dua
lapisan. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke dalam pembuluh darah
(viremia sekunder) dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem pernafasan diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.

15

MANIFESTASI KLINIS
1. Masa inkubasi
Berlangsung 10-12 hari, tanpa gejala.
2. Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan gejala-gejala demam, diikuti coryza (batuk, bersin,
diikuti hidung tersumbat dan ingus/pilek), faring merah, nyeri saat menelan, stomatitis
(radang mulut), konjungtivitis. Tanda khas (pathognomonic): enantema mukosa bukalis
di depan gigi seri (molar) ketiga yang disebut bercak Koplik (Koplik's spots).
3. Stadium erupsi

16

Ditandai dengan panas tinggi dan timbulnya rash makulopapuler (ruam kemerahan) yang
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, lalu menyebar ke wajah, leher,
dan akhirnya ke ekstremitas (anggota gerak tubuh, seperti tangan dan kaki).
4. Stadium konvalensi (penyembuhan)
Setelah tiga hari ruam berangsur-angsur menghilang. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas, akan menghilang setelah 1-2 minggu. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relatif.
2. Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang diambil dari
pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah timbulnya ruam kulit (terutama
selama masa demam campak) merupakan sumber yang memadai untuk isolasi virus.
Selama stadium prodromal, dapat terlihat sel raksasa berinti banyak pada hapusan
3.

mukosa hidung.
Serologis: konfirmasi serologi campak berdasarkan pada kenaikan empat kali titer
antibodi antara sera fase akut dan fase penyembuhan atau pada penampakkan antibodi
IgM spesifik campak antara 1-2 minggu setelah onset ruam kulit. Bagian utama dari
respon imun ditujukan langsung pada protein NP. Hanya pada kasus campak yang tidak
khas, yang pasti bereaksi terhadap protein M yang ada.

KOMPLIKASI
1. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, bertambah
parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres pernafasan, sesak,
sianosis, dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan membaik dan gejala akan
menghilang.
2. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%). yang sering
disebabkan invasi bakteri sekunder, terutama Pneumokokus, Stafilokokus, dan
Hemophilus influenza7. Pneumonia terjadi pada sekitar 6% dari kasus campak dan
merupakan penyebab kematian paling sering pada penyakit campak.
17

3. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam
keluar.
4. Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada
hari ke 4-7 setelah timbul ruam, dan sejumlah kecil pada periode pra-erupsi. Ensefalitis
simptomatik timbul pada sekitar 1:1000. Diduga jika ensefalitis terjadi pada waktu awal
penyakit maka invasi virus memainkan peranan besar, sedangkan ensefalitis yang timbul
kemudian menggambarkan suatu reaksi imunologis. Gejala ensefalitis dapat berupa
kejang,

letargi,

koma,

meningkat, twitching,

dan

iritabel.

disorientasi,

juga

Keluhan
dapat

nyeri

kepala,

ditemukan.

frekuensi

Pemeriksaan

nafas
cairan

serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuklear,


peningkatan protein ringan, sedangkan glukosa dalam batas normal.
5. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE)
SSPE (Dawsons disease) merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh infeksi oleh virus campak yang persisten, suatu penyulit lambat
yang jarang terjadi. Semenjak penggunaan vaksin meluas, kejadian SSPE menjadi sangat
jarang. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah campak
adalah 0,6-2,2 per 100.000. Masa inkubasi timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun.
Sebagian besar antigen campak terdapat dalam badan inklusi dan sel otak yang terinfeksi,
tetapi tidak ada partikel virus matur. Replikasi virus cacat karena kurangnya produksi
satu atau lebih produk gen virus, seringkali adalah protein matrix. Keberadaan virus
campak intraseluler laten dalam sel otak pasien dengan SSPE menandakan kegagalan
sistem imun untuk membersihkan infeksi virus.
Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku, iritabilitas dan penurunan
intelektual yang progresif serta penurunan daya ingat, diikuti oleh inkoordinasi motorik,
dan kejang yang umumnya bersifat mioklonik. Selanjutnya pasien menunjukkan
gangguan mental yang lebih buruk, ketidakmampuan berjalan, kegagalan berbicara
dengan komprehensi yang buruk, dysphagia, dapat juga terjadi kebutaan. Pada tahap
akhir dari penyakit, pasien dapat tampak diam atau koma. Aktivitas elektrik di otak pada
EEG menunjukkan perubahan yang progresif selama sakit yang khas untuk SSPE dan
berhubungan dengan penurunan yang lambat dari fungsi sistem saraf pusat. Laboratorium

18

: Peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam


serum meningkat (1: 1280).
6. Otitis media
Invasi virus ke telinga tengah umumya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya
hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri menjadi
7.

otitis media purulenta.


Enteritis dan diare persisten
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Diare persisten

bersifat protein losing enteropathy sehingga dapat memperburuk status gizi.


8. Konjungtivitis
Ditandai dengan mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis diperburuk
dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis yang dapat menyebabkan kebutaan.
9. Miokarditis
10. Hemorrhagic (black) measles
11. Reaktivasi atau memberatnya penyakit TB
12. Trombositopenia.

PENGOBATAN
Supportif :

Memperbaiki keadaan umum


Istirahat cukup
Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori)
Perawatan kulit dan mata
Perawatan lain sesuai penyulit yang terjadi

Simptomatik :

Antipiretik, antitutif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan.


Antibiotik bila ada infeksi bakteri sekunder.
Vitamin A 100.000 IU peroral/hari dengan malnutrisi dilanjutkan 1500 IU

PROGNOSIS
19

Biasanya campak sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada penyulit infeksi
sekunder/malnutrisi berat, maka penyakit menjadi berat. Kematian disebabkan karena penyulit
(pneumonia dan ensefalitis).

PENCEGAHAN
1. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur
9 bulan atau lebih. Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah
0,5 ml, secara subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis
epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-lain.
Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya aman dan
tetap efektif.
2. Imunisasi pasif

Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak dapat dicegah
dengan Immune serum globulin (gamma globulin)

Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat

0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV

maksimal 15 ml/dose IM dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin.

KESIMPULAN
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular dengan tingkat insidensi yang tinggi
pada anak-anak. Penularan yang cepat, terutama pada kelompok dengan daya tahan imun rendah,
kepadatan yang tinggi, serta kurangnya akses pelayanan kesehatan dan pelaksanaan vaksinasi,
terutama di daerah pedesaaan. Kematian pada campak sering kali disebabkan oleh komplikasikomplikasinya, seperti pneumonia dan ensefalitis. Penyakit ini dapat dicegah melalui vaksinasi,
karena vaksin campak telah terbukti efektif menurunkan insidensi penyakit.
20

DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis Fisik pada Anak. CV Sagung Seto. Jakarta : 2003.


MIMS. BIP. Jakarta : 2014
Pedoman Pelayanan Medis IDAI. Jilid 1. 2009.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2009.
Pedoman pelayanan medis. IDAI : 2009

21

Anda mungkin juga menyukai