LAPKAS 1 Morbili Riadhus
LAPKAS 1 Morbili Riadhus
: An. A
Usia
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Santi Kisworo
: xx.xx.xx
ALLO ANAMNESIS ( Ibu Pasien ) tanggal 4 Oktober 2016 pukul 15.00 WIB
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : 5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan
naik turun ,demam turun apa bila setelah diberi obat kemudian demamnya bisa naik lagi . demam
disertai timbulnya bercak kemerahan di wajah, leher , dada, dan perut. timbulnya bercak sejak 2
hari yang lalu, awal timbulnya bercak di leher Sebelum SMRS pasien dibawa ke klinik dan
1
diberikan puyer dan obat Pasidol namun keluhan tidak berkurang. mata terlihat kemerahan dan
berair, nafsu makan berkurang, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri menelan, disertai batuk
berdahak, pilek, muntah-muntah disangkal, buang air besar awalnya cair
namun masih
berampas,, tidak terdapat lendir maupun darah, anak masih mau minum.orang tua pasien
mengatakan disekolahnya banyak temannya yang mengalami dengan keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Dahulu
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos mentis.
Tanda Vital
Tensi
: - mmHg
Suhu
Denyut nadi
Frekuensi napas
: 32x/menit, abdominal.
Antropometri
LLA
: 17 cm
L. kepala
: 50 cm
TB
: 114 cm
BB
: 16 cm
BB/U
TB / U
BB/TB
IMT/ U
= -2 SD s/d Median
= -2SD s/d Median
= -1SD s/d Median
= -1SD s/-2SD
= Gizi Baik
= Normal
= kurus
= kurus
Tumbuh kembang
-
Motorik kasar
Motorik halus
Bahasa
Personal sosial
Status General
-
Mata : Cekung (-/-), Sklera ikterik (-/-), sklera kemerahan dan berair, konjungtiva
hiperemis (+/+), refleks pupil (+/+),edema (-/-)
Telinga : Serumen (+/+), Sekret (-/-), hiperemis (-/-), nyeri tekan tragus(-/-)
Mulut : Bibir kering (+) stomatitis (-), lidah kotor (-), bercak koplik (-).
Faring : hiperemis
Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, ruam makulopapular, batas
tidak tegas
Thorax
Paru
Inspeksi
(-)
-
Palpasi
Perkusi
: Sonor.
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak dilakukan.
Auskultasi
Abdomen
10
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Urogenital
Ekstremitas
Atas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 3 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hasil
Rujukan (laki-laki)
Hb
12,4 g/dl
Leukosit
4200 sel/mm3
4,5-10,8 (103/l)
Ht
36,5 %
42%-50%
Trombosit
271 ribu/mm3
185-402 (103/l)
RESUME
5 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi. Demam dirasakan naik turun ,demam
turun apa bila setelah diberi obat kemudian demamnya bisa naik lagi . demam disertai timbulnya
11
bercak kemerahan di wajah, leher , dada, dan perut. timbulnya bercak sejak 2 hari yang lalu,
awal timbulnya bercak di leher Sebelum SMRS pasien dibawa ke klinik dan diberikan puyer dan
obat Pasidol namun keluhan tidak berkurang. mata terlihat kemerahan dan berair, nafsu makan
berkurang, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri menelan, disertai batuk berdahak, pilek,
muntah-muntah disangkal, buang air besar awalnya cair namun masih berampas,, tidak terdapat
lendir maupun darah, anak masih mau minum.orang tua pasien mengatakan disekolahnya banyak
temannya yang mengalami dengan keluhan yang sama. Pasien sudah berobat ke Klinik,
diberikan obat pasidol dan puyer tetapi keluhan tidak berkurang. Riwayat pemberian ASI hanya
sampai usia 3 bulan.
Suhu
Denyut nadi
Frekuensi napas
: 32x/menit, abdominal.
Terdapat ruam makulopapular, batas tidak tegas di wajah , leher , dada ,perut ,dan semua
ektremitas ,
Mata : konjungtivitis
Faring : hiperemis
Paru : vesikuler , Ronki (+/-)
DIAGNOSIS KERJA
Terapi :
Tirah Baring
12
KaEN3A 1300ml/hari
Paracetamol syr 3 x 1,5 cth
Ambroxol syr 3 x 1,5 cth
Lacidofil 1 x 1
Zinc 1 x 1
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MORBILI
Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya
menyerang anak.
Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Usia puncak insidens penyakit ini adalah umur 5-10 tahun, di negara yang belum
berkembang insidens tertinggi pada umur 2 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang
rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan
daya tahan tubuh yang lemah. Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah
terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.
ETIOLOGI
Campak
disebabkan
oleh Morbilivirus,
salah
satu
virus
RNA
dari
famili
Paramyxoviridae yang terdapat dalam sekret dan darah. Dapat menular sejak masa prodromal
sampai lebih kurang 4 hari setelah timbul ruam. Cara penularan dengan droplet dan kontak.
FAKTOR RISIKO
1. Daya tahan tubuh yang lemah
2. Belum pernah terkena campak
3. Belum pernah mendapat vaksinasi campak
14
PATOGENESIS
Manusia merupakan satu-satunya inang asli untuk virus campak. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4
hari setelah timbul ruam. Infeksi dimulai di mukosa hidung/faring. Di tempat awal infeksi,
penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam
limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah
bening lokal. Virus kemudian bermultiplikasi dengan sangat perlahan dan disitu mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular (RES) seperti limpa, dimana virus menyerang limfosit.
Virus campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu yang membantu penyebaran ke seluruh
tubuh. 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terbentuk yaitu ketika ketika virus masuk ke
dalam pembuluh darah (viremia primer) dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari 9-10 fokus infeksi yang
berada di epitel saluran napas dan konjungtiva, mengalami nekrosis pada satu sampai dua
lapisan. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke dalam pembuluh darah
(viremia sekunder) dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem pernafasan diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
15
MANIFESTASI KLINIS
1. Masa inkubasi
Berlangsung 10-12 hari, tanpa gejala.
2. Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan gejala-gejala demam, diikuti coryza (batuk, bersin,
diikuti hidung tersumbat dan ingus/pilek), faring merah, nyeri saat menelan, stomatitis
(radang mulut), konjungtivitis. Tanda khas (pathognomonic): enantema mukosa bukalis
di depan gigi seri (molar) ketiga yang disebut bercak Koplik (Koplik's spots).
3. Stadium erupsi
16
Ditandai dengan panas tinggi dan timbulnya rash makulopapuler (ruam kemerahan) yang
dimulai dari batas rambut di belakang telinga, lalu menyebar ke wajah, leher,
dan akhirnya ke ekstremitas (anggota gerak tubuh, seperti tangan dan kaki).
4. Stadium konvalensi (penyembuhan)
Setelah tiga hari ruam berangsur-angsur menghilang. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas, akan menghilang setelah 1-2 minggu. Adanya kulit kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jumlah leukosit cenderung menurun disertai limfositosis relatif.
2. Isolasi dan identifikasi virus : Swab nasofaring dan sampel darah yang diambil dari
pasien 2-3 hari sebelum onset gejala sampai 1 hari setelah timbulnya ruam kulit (terutama
selama masa demam campak) merupakan sumber yang memadai untuk isolasi virus.
Selama stadium prodromal, dapat terlihat sel raksasa berinti banyak pada hapusan
3.
mukosa hidung.
Serologis: konfirmasi serologi campak berdasarkan pada kenaikan empat kali titer
antibodi antara sera fase akut dan fase penyembuhan atau pada penampakkan antibodi
IgM spesifik campak antara 1-2 minggu setelah onset ruam kulit. Bagian utama dari
respon imun ditujukan langsung pada protein NP. Hanya pada kasus campak yang tidak
khas, yang pasti bereaksi terhadap protein M yang ada.
KOMPLIKASI
1. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, bertambah
parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres pernafasan, sesak,
sianosis, dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan membaik dan gejala akan
menghilang.
2. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%). yang sering
disebabkan invasi bakteri sekunder, terutama Pneumokokus, Stafilokokus, dan
Hemophilus influenza7. Pneumonia terjadi pada sekitar 6% dari kasus campak dan
merupakan penyebab kematian paling sering pada penyakit campak.
17
3. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam
keluar.
4. Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada
hari ke 4-7 setelah timbul ruam, dan sejumlah kecil pada periode pra-erupsi. Ensefalitis
simptomatik timbul pada sekitar 1:1000. Diduga jika ensefalitis terjadi pada waktu awal
penyakit maka invasi virus memainkan peranan besar, sedangkan ensefalitis yang timbul
kemudian menggambarkan suatu reaksi imunologis. Gejala ensefalitis dapat berupa
kejang,
letargi,
koma,
meningkat, twitching,
dan
iritabel.
disorientasi,
juga
Keluhan
dapat
nyeri
kepala,
ditemukan.
frekuensi
Pemeriksaan
nafas
cairan
18
PENGOBATAN
Supportif :
Simptomatik :
PROGNOSIS
19
Biasanya campak sembuh dalam 7-10 hari setelah timbul ruam. Bila ada penyulit infeksi
sekunder/malnutrisi berat, maka penyakit menjadi berat. Kematian disebabkan karena penyulit
(pneumonia dan ensefalitis).
PENCEGAHAN
1. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur
9 bulan atau lebih. Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah
0,5 ml, secara subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular
mempunyai efektivitas yang sama.
Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis
epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri-tetanus-polio vaksin dan lain-lain.
Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya aman dan
tetap efektif.
2. Imunisasi pasif
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak dapat dicegah
dengan Immune serum globulin (gamma globulin)
maksimal 15 ml/dose IM dalam waktu 5 hari sesudah terpapar, atau sesegera mungkin.
KESIMPULAN
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular dengan tingkat insidensi yang tinggi
pada anak-anak. Penularan yang cepat, terutama pada kelompok dengan daya tahan imun rendah,
kepadatan yang tinggi, serta kurangnya akses pelayanan kesehatan dan pelaksanaan vaksinasi,
terutama di daerah pedesaaan. Kematian pada campak sering kali disebabkan oleh komplikasikomplikasinya, seperti pneumonia dan ensefalitis. Penyakit ini dapat dicegah melalui vaksinasi,
karena vaksin campak telah terbukti efektif menurunkan insidensi penyakit.
20
DAFTAR PUSTAKA
21